Anda di halaman 1dari 8

DOWN PAYMENT (DP) DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH

(Perspektif Fikih Mu’amalah)

Naimah
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari, Jl. Jenderal Ahmad Yani Km 4,5 Banjarmasin

Abstract: According to the Classical Islamic Literatures, down payment is clearly known as Urban
in Arabic, or in Bahasa accepted by Panjar, which means an initial agreed contract into a
transaction. Islamic Scholars arguably have different opinions in implementing down payment as
a method in the transaction. There are some scholars who do not agree to put down payment as
a particular way in the transaction, but others do. However, by exercising the quality of specific
reasoning that is applied, and also the fact of the acceptance of the system of transaction,
therefore this method of payment is generally accepted.

Abstrak: Menurut Literatur Islam klasik, uang muka atau down Payment (DP) sebenarnya dalam
bahasa Arab dikenal dengan Urban, atau dalam bahasa diterima sebagai Panjar, yaitu kontrak yang
disepakati di awal transaksi. Para Ulama Islam memiliki pendapat yang berbeda dalam
menerapkan uang muka sebagai metode dalam transaksi. Ada beberapa ulama yang tidak setuju
untuk menempatkan uang muka sebagai cara tertentu dalam transaksi dan ada juga yang
menyetujuinya. Oleh karena itu, penerapan sistem pembayaran seperti ini akan memudahkan
segala transaksi jual beli, sehingga metode pembayaran yang berlaku secara umum dapat diterima.

Kata Kunci: Down payment, urban, fatwa of national sharia committee, murabahah

Pendahuluan Kejelasan hukum, terutama dalam muamalah


Manusia secara fitrah hidup tidak bisa lepas dari sangat penting disebabkan sifat dari hukum
orang lain dalam pemenuhan keperluan hidupnya. muamalah yang fleksibel dan elastis. Secara umum,
Interaksi antar individu manusia merupakan sebuah hukum muamalah tidak ada yang bersifat rigid dan
hal yang sangat penting dan mendapatkan pasti, karena justru akan menyusahkan kehidupan
perhatian besar dalam Islam, khususnya yang manusia itu sendiri. Oleh karena itu hukum dalam
berkaitan dengan pertukaran harta (transaksi). Ini muamalah pada umumnya dibentuk dengan asas-
sebagaimana yang tergambar dalam al-Qur’an asas atau dasar umum yang memudahkan kaum
Surah an-Nisa ayat 29 yang artinya bahwa orang- muslimin membangun konstruk hukumnya sendiri
orang yang beriman jangan memakan harta sesuai dengan kondisi perekonomian di mana
sasamanya dengan jalan yang batil, kecuali dengan mereka hidup. Di antara konsep muamalah yang
perniagaan yang didasarkan kepada suka sama lahir seiring dengan perkembangan zaman adalah
suka.1 transaksi murabahah dengan menggunakan konsep
Seiring dengan perkembangan zaman dan Dawn Payment atau dalam istilah fikih dikenal
kemajuan peradaban manusia, upaya transaksi dengan sebutan urban. Konsep ini dalam sebuah
ekonomi juga berjalan dinamis dan berkembang hadits sudah jelas dilarang, namun sebagaimana
sehingga muncul persoalan-persoalan baru yang yang diuraikan di atas, dalam kemajuan teknologi
menuntut kejelasan hukumnya. Kejelasan hukum dan peradaban serta sistem ekonomi saat ini,
ini sangat penting bagi kaum muslimin, karena konsep tersebut perlu dilakukan pengkajian ulang
terkait dengan kehalalan dan ketidakhalalan ter- yang sesuai dengan saat ini. Ini karena dalam
hadap produk yang dikonsumsinya. Persaoalan ini praktiknya, konsep tersebut dapat memberikan
juga menjadi sangat penting, karena keyakinan kemudahan transaksi bagi semua pihak yang
kaum muslimin bahwa kehidupan mereka tidak terlibat. Dari persoalan inilah, tulisan ini diangkat
hanya saat di dunia namun juga di akhirat dengan untuk dapat memberikan sumbangsih kejelasan
mempertanggungjawabkan apa yang teah mereka hukum tentang konsep Down Payment dalam
lakukan dan konsumsi selama di dunia. pembiayaan murabahah.

1 Redaksi Ayat tersebut bisa dibaca dalam al-Qur’an


Surah an-Nisa ayat 29.
Down Payment Dalam Pandangan Para Ulama perniagaan yang berlaku secara suka sama suka.4
Down Payment (DP) merupakan praktik yang Ketiga, bahwa dalam transaksi urban, terdapat dua
lazim dilakukan dalam sebuah transaksi dan dalam syarat yang batil yaitu syarat memberikan uang
masyarakat secara umum sering disebut dengan muka atau panjar dan syarat mengembalikan barang
istilah uang muka. Dalam bahasa Arab kata Down transaski dengan perkiraan salah satu pihak tidak
Payment atau uang muka sinonim dengan kata ridha. Praktik ini dianggap sama dengan hak pilih
“urban” yang secara etimologi berarti sesuatu yang terhadap hal yang tidak diketahui (khiyar al-majhul).
digunakan sebagai pengikat jual beli. Dalam Pendapat kedua, adalah pendapat yang
terminologinya, jika seseorang membeli barang membolehkan. Menurut kalangan Hanabilah bahwa
dagangan dan membayar sebagian harganya kepada transaksi dengan urban dibenarkan dengan
penjul, dengan catatan jika ia mengambil barang beberapa alasan pertama, bahwa hadits yang
dagangan maka ia melunasi harga barang, dan jika dijadikan sebagai dasar bagi para ulama yang tidak
ia tidak mengambilnya, maka barang itu menjadi membolehkan jual beli urban adalah hadits yang
milik penjual.2 lemah, sehingga tidak dapat dijadikan sandaran
Dalam praktiknya, apabila sejumlah uang yang dalam melarang bentuk jual beli tersebut. Di
dibayarkan di muka oleh seseorang pembeli barang samping itu ada sebuah atsar yang menceritakan
kepada si penjual, bila transaksi tersebut dilanjut- bahwa Nafi bin Harits pernah membelikan sebuah
kan, maka uang muka tersebut dimasukkan ke bangunan penjara unutk Umar dari Shafwan bin
dalam harga pembayaran. Namun apabila tidak jadi Umayyah (dengan ketentuan) apabila Umar suka.
atau batal, maka uang tersebut menjadi milik si Apabila tidak, maka Shafwan mendapatkan uang
penjual. Dalam bentuk praktik yang lain, apabila yang sekian dan sekian. Kedua, bahwa panjar atau
seseorang pembeli menyerahkan sejumlah uang dan uang muka adalah kompensasi dari penjual yang
menyatakan bahwa apabila saya ambil barang menunggu dan menyimpan barang transaksi selama
tersebut, maka ini adalah bagian dari nilai harga, beberapa waktu. Tentu saja ia akan kehilangan
apabila tidak jadi maka uang DP tersebut untukmu. sebagian kesempatan berjualan. Ucapan orang yang
Dalam perspektif fikih, para ulama berbeda mengatakan bahwa panjar itu telah dijadikan syarat
pendapat dalam status hukum praktik urban atau bagi penjual tanpa ada imbalannya adalah ucapan
Down Payment (DP). Secara umum para ulama yang tidak sah. Ketiga, bahwa tidak sah analogi atau
terbagi ke dalam dua pendapat yaitu pendapat qiyas praktik jual beli urban dengan khiyar al-majhul,
pertama, para ulama yang tidak membenarkan karena syarat dibolehkan adanya uang panjar adalah
praktik urban. Menurut pendapat mayoritas ulama dibatasinya uang waktu menunggu. Dengan
yang terdiri dari pandapat Hanafiyah, Malikiyah, dibatasinya waktu pembayaran, maka analogi
dan Syafiiyyah bahwa urban tidak sah. tersebut menjadi batal.5
Ada beberapa argumen yang dikemukakan para Para ulama hukum Islam kontemporer memilih
ulama yang melarang transaksi dengan urban yaitu pandangan fukaha Hanbali dan membenarkan
pertama, adanya hadits yang secara jelas redaksinya praktik Urban sebagai suatu yang tidak
melarang praktik urban. Hadits tersebut bertentangan dengan hukum Islam, dengan alasan
menyebutkan bahwa Nabi Saw. melarang jual beli bahwa hadits Nabi Saw. yang digunakan untuk
urban.3 Walapun para ulama hadits menilai hadits melarang urban tidak sahih sehingga tidak bisa
ini dhaif (lemah), namun kelemahannya terletak dijadikan hujjah.6
pada sanad bukan matannya. Kedua, bahwa Beberapa KUH Perdata di Negara-negara Islam
transaksi tersebut termasuk dalam kategori yang didasarkan kepada hukum Islam juga
memakan harta orang lain secara batil, karena menjadikan pendapat Hanbali ini sebagai pegangan.
disyaratkan bagi si penjual tanpa ada Misalkan, dalam Kitab Undang-Undang Hukum
kompensasinya. Padahal memakan harta orang lain Muamalat Uni Emirat Arab Pasal 148 dan Kitab
adalah haram dan hal tersebut sudah ditegaskan Undang-Undang Hukum Perdata Irak pasal 92
oleh Allah dalam al-Qur’an yang artinya bahwa ditegaskan bahwa pertama, pembayaran urban
orang-orang yang beriman jangan saling memakan dianggap sebagai bukti bahwa akad telah final di
harta dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan mana tidak boleh ditarik kembali kecuali apabila
ditentukan lain dalam persetujuan atau menurut
2 Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar dkk,
Ensiklopedi Muamalah dalam Pandangan Mazhab, t.tp. 4 Redaksi Ayat tersebut dapat dibaca dalam al-Qur’an
2004, hlm. 42. Surah An-Nisa ayat 29).
3 Redaksi hadits tersebut dapat dlihat dalam kitab al- 5 Ibnu Qudamah, al-Mugni, Dar al-Ihya al-Turast a-
Buyu, bab fi al-Urban hadits Nomor 3502. Imam Malik Turabi, Beirut, 1405, hlm. 357-380.
dalam al-Muwatha’: 2/609. Ahmad dalam Musnad-nya 6 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh,Jilid
nomor 6436, dan Ibnu Majah nomor 3192. V, Dar al-Fikr, Damaskus,2005, hlm. 3435.
adat kebiasaan. Kedua, bahwa apabila kedua belah tinggal membayar sisa harga. Kedua, jika nasabah
pihak sepakat pembayaran urban adalah sebagai batal membeli, uang muka menjadi milik bank
sanksi pemutusan akad, maka masing-masing pihak maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh
mempunyai hak menarik kembali akad. Apabila bank akibat pembatalan tersebut, dan jika uang
yang memutuskan akad adalah pihak yang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi
membayar urban, ia kehilangan urban. Apabila yang kekurangannya.9 Konsep uang muka atau urban
memutuskan akad adalah pihak yang menerima dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional, lebih cocok
urban, ia mengembalikan urban ditambah sebesar dikategorikan sebagai ganti rugi berdasarkan
jumlah yang sama.7 kesepakatan dengan pembayaran awal dari pada
Ketentuan ini memperlihatkan adanya dua konsep urban yang dikenal dalam literatur fikih pada
tujuan urban yaitu pertama, urban dimaksudkan umumnya dengan alasan pertama, pemotongan
sebagai bukti untuk memperkuat akad, di mana urban atau uang muka oleh LKS dalam hal nasabah
akad tidak boleh diputuskan sebagai bukti untuk membatalkan akad murabahah didasarkan pada
memperkuat akad di mana akad tidak boleh besarnya kerugian yang dialaminya, sehingga
diputuskan secara sepihak oleh salah satu pihak apabila urban itu lebih besar dari pada kerugian
selama tidak ada persetujuan atau adat kebiasaan LKS, sisanya dikembalikan kepada nasabah dan
yang menentukan lain. Kedua, urban dimaksudkan apabila lebih kecil, LKS dapat meminta tambahan
sebagai pemberian hak kepada masing-masing kekurangannya. Kedua, dalam konsiderannya,
pihak untuk memutuskan akad secara sepihak Fatwa Dewan Syariah Nasional tidak menyinggung
dalam jangka waktu yang ditentukan dalam adat hadits larangan urban. Ketiga, sebaliknya fatwa
kebiasaan atau yang disepakati oleh para pihak tersebut mengutip hadits tentang syarat
sendiri dengan imbalan urban yang dibayarkan. perjanjian,”kaum muslimin setia kepada syarat-
Apabila yang memutuskan akad adalah pihak syarat mereka” dan hadits tengan ganti rugi, “tidak
pembayar urban, maka ia kehilangan urban tersebut boleh merugikan diri sendiri dan tidak boleh
(sebagai kompensasi pembatalan akad) yang dalam merugikan orang lain”.10
waktu yang sama menjadi hak penerima urban.
Sebaliknya, apabila pihak yang memutuskan akad Down Payment dalam Pembiayaan
adalah pihak penerima urban, ia wajib Murabahah
mengembalikan urban yang telah dibayar mitranya, Salah satu skim yang paling popular digunakan
di samping tambahan sebesar jumlah urban tersebut oleh perbankan syariah adalah skim jual beli
sebagai kompensasi kepada mitranya atas murabahah. Transaksi murabahah ini lazim dilakukan
tindakannya membatalkan akad.8 oleh Rasulullah Saw. beserta para sahabatnya.
Dari apa yang dikemukakan di atas tampak Dalam fikih istilah murabahah diartikan sebagai
bahwa akad yang semula mengikat bagi kedua bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan
belah pihak berubah menjadi akad yang tidak biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan
mengikat karena adanya urban yang ditujukan untuk biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mem-
menjadi imbalan atas pemutusan akad secara peroleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan
sepihak. Dengan demikian tampak pula bahwa (margin) yang diinginkan. Tingkat keuntungan ini
urban merupakan sarana melalui pemutusan akad bisa dalam bentuk lumpsum atau porsentase
dilakukan. tertentu dari biaya perolehan. Pembayaran bisa
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional, dikenal dilakukan secara tunai atau bisa dilakukan di
juga istilah urban dengan sebutan uang muka. kemudian hari yang disepakati bersama. Oleh
Pembayaran uang muka ini dapat diberlakukan karena itu, murabahah tidak dengan sendirinya
dalam akad pembiayaan murabahah antara sebuah mengandung konsep pembayaran tertunda (deferred
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) denngan payment).11
nasabahnya. Ketentuan tersebut dapat dilihat pada Murabahah pada awalnya merupakan konsep jual
angka 7 dari amar kedua Fatwa DSN yang bunyi- beli yang sama sekali tidak ada hubungannya
nya adalah sebagai berikut bahwa jika uang muka dengan pembiayaan. Namun demikian bentuk jual
memakai kontrak urban sebagai alternatif uang
muka maka pertama, jika nasabah memutuskan 9 Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.
untuk membeli barang tersebut, maka nasabah 13/DN-MUI/2000, diktum pertama dalam
Himpunan Fatwa Dewan Syarian Nasional edisi
revisi, DSN-MUI dan Bank Indonesia, Jakarta, hlm.
7 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, Studi 79-82.
tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat, Raja 10 Samsul Anwar, op.cit., hlm. 350-351.
Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 348. 11 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Raja
8 Ibid, hlm. 348-349. Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 81-82.
beli ini kemudian digunkan oleh perbankan syariah Murabahah dapat dilakukan untuk pembelian
dengan menambah beberapa konsep lain sehingga secara pemesanan dan biasa disebut sebagai
menjadi bentuk pembiayaan dengan syarat yang murabahah kepada pemesan pembelian. (KPP).
benar-benar harus diperhatikan agar transaksi Bank melakukan pembelian barang setelah ada
tersebut diterima secara syariah.12 Dalam pembiaya- pemesanan dari nasabah, dan dapat bersifat
an ini bank sebagai pihak dana memberikan barang mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh membeli barang yang dipesannya.
nasabah yang membutuhkan pembiayaan, Penjual boleh meminta pembayaran uang tanda
kemudian menjualnya ke nasabah tersebut dengan jadi atau biasa disebut uang muka ketika ijab-kabul.
penambahan keuntungan tetap. Sementara itu Hal ini sekedar menunjukkan bukti keseriusan
nasabah akan mengembalikan utangnya di pembeli. Uang muka inilah yang menjadi jaminan
kemudian hari secara tunai maupun cicil. ganti rugi bila nasabah membatalkan transaksi
Pembiayaan apabila dilihat dari sifat murabahah. Dalam murabahah yang berdasarkan
penggunaanya dibagi menjadi dua yaitu pertama pesanan yang bersifat mengikat, pembeli tidak
pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang dapat membatalkan pesanannya.14
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi Harus dicatat bahwa kontrak murabahah
dalam arti yang luas, seperti peningkatan usaha, umumnya ditandatangani sebelum bank syariah
baik usaha produksi, perdagangan maupun mendapatkan barang yang dipesan oleh nasabah.
investasi. Kedua, pembiayaan konsumtif yaitu Menurut kontrak, nasabahlah yang harus berhati-
pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi hati dan mematuhi hukum dan aturan yang terkait
kebutuhan konsumsi yang akan akan habis dengan pengimporan barang, rasio laba dan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan. speseifikasi yang benar. Nasabah sendiri lah yang
Pembiayaan murabahah, termasuk ke dalam jenis menanggung semua tanggung jawab atas denda
pembiayaan konsumtif tersebut. atau sanksi hukum yang diakibatkan dari
Adanya uang muka dalam pembiayan murabahah pelanggaran hukum. Bank tidak ingin memikul
untuk mengantisifasi resiko dalam pembiayaan tanggung jawab yang terkait dengan baran. Oleh
yaitu resiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan sebab itu, segala resiko yang terkait dengan barang
pihak lawan dalam memenuhi kewajiban. Resiko yang secara teoritis harus ditanggung bank, secara
pembiayaan dapat bersumber dari berbagai efketif dapat dihindari.15
aktivitas fungsional bank seperti pembiayaan Janji pemesan untuk membeli barang dalam
(penyediaan dana), treasury dan investasi serta murabahah bisa merupakan janji yang mengikat, bisa
pembiayaan perdagangan yang tercatat dalam juga tidak mengikat. Pemesan tidak boleh diikat
banking book atau trading book. Dalam bank syariah untuk memenuhi kewajiban membeli barang yang
pembiayaan mencakup resiko terkait produk dan telah dipesan itu dengan alasan pembeli barang
resiko terkait pembiayaan korporasi. Dalam pada saat awal telah memberikan pilihan kepada
praktiknya, pembiayaan murabahah di bank syariah, pemesan untuk tetap membeli barang atau
bank bukankah sebagai pihak penjual barang akan menolaknya. Penawarannya untuk nantinya tetap
tetapi penjual jasa, sehingga produk-produk yang membeli atau menolak dilakukan karena pada saat
diminati nasabah belum dimiliki oleh pihak bank. transaksi awal orang tersebut tidak memiliki barang
Dalam kondisi seperti ini digunakan sistem yang hendak dijualnya.
murabahah kepada pemesan pembelian. Hal ini Dalam fikih, menjual barang yang tidak dimiliki
disebabkan bank semata-mata mengadakan barang hukumnya haram karena termasuk dalam kategori
untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang bai al-Fudhul. Konteks jual beli murabahah jenis ini
memesannya. Ide tentang jual beli murabahah di mana belum ada barang berbeda dengan menjual
kepada pemesan pembelian berakar pada alasan tanpa kepemilikan barang. Oleh karena itu janji
mencari pembiayaan. Dalam operasi perbankan untuk membeli barang tersebut bisa mengikat
syariah, motif pemenuhan pengadaan asset atau kepada pemesan. Dalam hal ini nasabah terikat
modal kerja merupakan alasan utama yang hukumnya dengan adanya pemesanan barang
mendorong datang ke pihak bank yang pada kepada bank.
gilirannya pembiayaan yang diberikan akan Pembiayaan murabahah terjadi apabila seseorang
membantu memperlancar arus kas yang datang kepada bank syariah untuk meminjam dana
bersangkutan.13 guna membeli produk tertentu seperti mobil,
rumah dan sejenisnya. Upaya memiliki benda yang
12 Ibid, hlm. 82-83.
13 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori 14 Ibid.
ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2001, hlm. 160. 15 Ibid.
dimaksud harus dilakukan melalui transaski jual beli barang itu telah memenuhi semua syarat dan
dengan bank syariah. Dalam konteks ini bank standar yang diminta.
syariah bertindak sebagai penjual dan nasabah Menghilangkan suatu resiko atau kemudharatan
sebagai pembeli. Jika bank memberikan pinjaman adalah suatu keniscayaan. Apalagi untuk tetap
(dalam pengertian konvensional) kepada nasabah eksisnya suatu institusi yang mengakses dan
untuk membeli barang-barang yang dimaksud, melayani kepentingan publik untuk kesejahteraan
pihak bank tidak boleh mengambil keuntungan dari dan kebahagiannya. Dalam hal ini perbankan
pinjaman yang diberikan. Namun sebagai lembaga syariah dan lembaga keuangan syaiah lainnya yang
komersial yang mengharapkan keuntungan, bank memiliki peran yang sangat urgen dan strategis bagi
syariah tidak mungkin untuk melakukannya. Oleh islamisasi ekonomi dan sarana dakwah unutk
karena itu, akad yang dilakukan dalam bentuk jual tumbuh kembangnya ekonomi Islam, bahkan
beli, sehingga pihak bank syariah dapat mengambil diharapkan menguasai pasar gobal dengan telah
keuntungan dari harga barang yang dijual dan teruji mampu bertahan dari krisis global bahkan
keuntungan tersebut dibolehkan dalam hukum sebagai solusi terbaik untuk keluar dari krisis.
Islam.16 Pandangan ini sejalan dengan sebuah kaidah fikih
Karena bank syariah bukan lembaga penjual yang artinya bahwa bahaya (resiko) harus
barang, transaksi murabahah ini diawali dengan dihilangkan.
pemesanan barang dari nasabah ke pihak bank Melindungi atau menghindar dari segala
syariah. Jika nasabah menerima permintaan kerusakan sebagai bentuk maslahat merupakan
pemesan suatu barang atau asset, ia harus membeli aplikasi dari konsep maqashid al-Syariah untuk
asset yang dipesan tersebut serta menyempurnakan memenuhi kepentingan dan kebahagian umat
kontrak jual beli yang sah antara dia dengan bank. manusia serta untuk menjaga dan atau melindungi
Pembelian ini dianggap pelaksanaan janji yang kepentingan semua orang dari hal-hal yang tidak
mengikat secara hukum antara pemesan dan diinginkan.19
pembeli. Kedua belah pihak membuat sebuah Uang muka yang diharamkan dalam jual beli
kontrak jual beli. Berangkat dari sini lah pentingnya disebabkan apabila tidak terjadi pembelian, uang
uang muka atau Down Payment sebagai tanda jadi muka itu hangus dan menjadi milik penjual
saaat menandatangani kesepakatan awal sehingga para fukaha mengaktegorikan sebagai
pemesanan.17 makan harta secara batil, gharar. Sedangkan uang
Uang muka dalam pembiayaan murabahah adalah muka dalam pembiayaan murabahah sebagaimana
sebagai bentuk kehat-hatian perbankan syariah dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor
untuk meminimalkan resiko penyaluran dana 13/DSN-MUI/IX/2000 adalah sebagai upaya
kepada pihak ketiga sesuai dengan arah antisipasi resiko/kerugian yang akan ditanggung
pengembangan konsep pengaturan yang semakin oleh lambaga keuangan syariah, artinya uang muka
komprehensif.18 Adanya uang muka dalam tersebut tidak serta merta menjadi milik bank
pembiayan murabahah merupakan aplikasi dari syariah ketika nasabah membatalkan pembelian
manajemen resiko. Penerapan manajemen resiko suatu produk, tetapi tergantung kepada jumlah
dapat meningkatkan shareholder value, memberikan kerugian yang diderita oleh lembaga keuangan
gambaran kepada pengelola kemungkinan kerugian syariah, yaitu apabila kerugian itu lebih kecil dari
di kemudian hari, meningkatkan metode dan uang muka, kelebihan uang muka itu kembali
proses pengambilan keputusan yang sistematis, kepada nasabah. Sebaliknya apabila kerugian itu
yang didasarkan atas ketersediaan informasi. lebih besar dari uang muka, nasabah harus
Resiko merupakan suatu kejadian potensial, menambah dari uang muka.20
baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak Dari penjelasan ini dapat dilihat uang muka
dapat diperkirakan yang berdampak negatif tidak mengandung unsur memakan harta orang lain
terhadap pendapatan dan pemodalan. Resiko ini secara batil, gharar ataupun maisir. Yang ada adalah
ditunjukkan oleh fakta bahwa dalam suatu kontrak upaya saling menguntungkan kedua belah pihak
murabahah, pembeli tidak bisa dipaksa untuk dan komitmen atau muamalah atau transaski yang
membeli barang yang telah dipesannya. Pembeli dilaksanakan. Inilah salah satu prinsip hukum Islam
bisa saja berubah pikiran ketika tiba saat yaitu dalam transaksi muamalah tidak boleh
pengambilan barang yang dipesannya meskipun mendatangkan kerugian bagi diri sendiri dan orang

19 Habib Nazir dan Muh. Hasanudin, Ensiklopedi


16 Ibid. Ekonomi dan Perbankan Syariah, Kaki Langit,
17 Ibid, hlm. 167. Bandung, 2004, hlm. 20.
18 Ibid, hlm. 166 20 Ibid, hlm. 25.
lain. Karena dalam konsep Islam, manusia hidup hukum yang menetapkan bahwa semua bentuk
untuk mencapai falah yaitu konsep multidimensi muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
yang memiliki implikasi pada aspek perilaku mengharamkannya.21
individual (mikro) dan perilaku kolektif (makro) Aspek muamalah merupakan bagian yang
yang lengkap dan menyeluruh (universal) bagi sangat prinsip dalam Islam, karena dengan cara
kehidupan manusia yang meliputi spritualitas dan bermuamalah, kehiduan manusia ditata agar tidak
moralitas termasuk di dalamnya bidang ekonomi. terjadi pengsengketaan dalam kontrak sosial atara
Uang muka dalam pembiayaan murabahah satu pihak dengan pihak lainnya dalam masyarakat.
sebagaimana dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Pada dasarnya uang muka dalam pembiayaan
Nomor 13/DSN-MUI/IX/2000, merupakan murabahah dibangun atas dasar saling percaya antara
instrumen tambahan dalam akad murabahah yang nasabah dengan lembaga keuangan. Oleh karena itu
dilakukan di lembaga keuangan syariah, yaitu uang istilah lain bagi pembiayaan murabahan adalah bai
muka dalam akad pembiayaan murabahah. al-Amanah. Amanah (kepercayaan, kejujuran)
Diperbolehkan meminta uang muka apabila kedua merupakan hal yang abstrak, dan untuk mencapai
belah pihak sepakat dengan besaran jumlah uang kemaslaahtan dalam bentuk yang konkrit
muka yang ditentukan berdasarkan kesepakatan. diwujudkan dengan uang muka sebagai pengikat
Dengan demikian, uang muka bukan sebagai amanah antara nasabah dengnan lembaga keuangan
satu syarat yang harus ada ketika berlangsungnya syariah. Ini sejalan dengan firman Allah yang
transaski murabahah. Tetapi sebagai syarat tambahan artinya bahwa sesungguhnya Allah memerintahkan
apabila terjadi kesepakatan antara bank dan kepadamu untuk menyampaikan amanat kepada
nasabah yang menginginkan adanya uang muka. yang berhak menerimanya.22
Syarat tambahan ini tidak bertentangan dengan Manusia menurut ajaran Islam adalah khalifah
syariah karena syarat adanya uang muka adalah di muka bumi yang bertugas menata kehidupan
perkara yang mubah dan secara urf mengandung sebaik mungkin sehingga tercipta kedamaian dalam
kemaslahatan agar masing-masing pihak memiliki hidup di tengah manusia yang dinamis. Dalam
komitmen, serius dan bersungguh-sungguh atas konteks perilaku kehidupan sehari-hari, amanah
transaksi yang dilaksanakan dan terhindar dari memiliki arti tumbuhnya sikap untuk memelihara
kekecewaan serta kerugian yang berakibat pada dan menjaga apa saja yang menajdi perjanjian atau
konflik dan sengketa yang mengakibatkan pudarnya tanggungan manusia berupa benda nyata atau yang
persatuan dan persaudaraan. bersifat maknawi yang harus ditunaikan.
Adanya perbedaan pendapat tentang hukum Amanah merupakan unsur yang sangat vital dan
uang muka-sebagaimana yang telah penulis penting keberadaannya dalam kelangsungan roda
sebutkan pada bagian terdahulu- termasuk dalam perekonomian. Bencana terbesar di dalam pasar
pembiayaan murabahah adalah persoalan khilafiyah dewasa ini adalah meluasnya tindakan manipulasi,
yang semestinya tidak perlu untuk dibesar- dusta, batil, khianat, bahkan menzalimi orang
besarkan. Persoalan kaum muslimin tidak terletak dengan perdagangan yang dilakukan. Misalnya
pada perbedaan masalah-masalah khilafiyah yang dengan berbohong dalam mempromosikan barang
didasarkan kepada ijtihad. Akan tetapi terletak pada (taghrir), mudah bersumpah, menimbun stok barang
tidak dioptimalkannya potensi akal, pembekuan demi keuntungan pribadi, adanya persengkokolan
fikiran, pembisuan kehendak, pemasungan jahat untuk memperdaya konsumen (tamajil),
kebebasan, perampasan hak asasi, pengabaian menyembunyikan kerusakan barang (tadlis) dan
kewajiban, tersebarnya egoisme, pengabaian sebagainya. Pada hakikatnya perdaganagn tersebut
sunnah-sunnah Allah tentang alam dan masyarakat, disibukkan oleh keuntungan yang kecil daripada
kesewenangan atas kebenaran. keuntungan yang besar yaitu kepada keuntungan
Perbedaan pendapat tentang uang muka ini yang fana dari pada keuntungan yang kekal.
termasuk ikhtilaf dalam lapangan fikih, karena Amanah bertambah penting pada saat seseorang
perbedaan dalam mengambil dalil hukum yaitu memesan barang kepada pihak lain yaitu dalam
beradsarkan kepada hadits Nabi Muhammad Saw. bentuk murabahah kepada pemesan pembelian yang
Padahal apabila dilakukan komparasi antara hadits merupakan salah satu bentuk pembiayaan
yang melarang uang muka dan hadist yang murabahah di perbankan syariah. Dalam hal ini,
membolehkan uang muka, maka hadits yang pihak yang lain percaya dan memegang janji demi
melarang praktik uang muka dinilai lemah dan para kemaslahatan bersama, jika salah satu pihak
ulama sepakat bahwa hadist yang lemah atau dhaif
tidak dapat dijadikan hujjah untuk menetapkan
21 Ibid, hlm. 28.
suatu hukum. Oleh karena itu, untuk adanya
22 Redaksi ayat tersebut bisa dibaca dalam al-Qur’an
kesepakatan, mestinya dikembalikan kepada kaidah
Surah an-Nisa ayat 58.
menjalankannya hanya demi kemaslahatan atau Daftar Rujukan
keuntungan pihaknya tanpa memikirkan Al-Zuhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Islami wa
kemaslahatan atau keuntungan pihak lain, maka ia Adillatuh,Jiid V, Dar al-Fikr, Damaskus,2005.
teah melakukan sebuah tindakan khianat. Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori
Keputusan Fatwa Dewan Syariah Nasional yang ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2001.
menetapkan Lembaga Keuangan Syariah Anwar, Syamsul, Hukum Perjanjian Syariah, Studi
dibolehkan untuk meminta uang muka apabila tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat, Raja
kedua belah pihak sepakat, tidak bertentangan Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
dengan asas-asas murabahah yang ditetapkan fukaha Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Raja
klasik karena situasi dan kondisi antara pelaksanaan Grafindo Persada, Jakarta, 2011.
murabahah yang dilaksanakan pada zaman dulu Ath-Thayyar, Abdullah bin Muhammad, dkk,
berbeda dengan pelaksanaan murabahah pada masa Ensiklopedi Muamalah dalam Pandangan Mazhab,
kini sebagai salah satu portofolio pembiayaan di t.p. 2004.
Lembaga Keuangan Syariah. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.
Dalam fikih, penetapan hukum tidak terlepas 13/DN-MUI/2000, diktum pertama dalam
dari illat, yaitu suatu yang sudah jelas dan pasti yang Himpunan Fatwa Dewan Syarian Nasional edisi
dapat dipergunakan dasar pembinaan dan mengikat revisi, DSN-MUI dan Bank Indonesia, Jakarta.
dalam menentukan ada atau tidak nya suatu Nazir, Habib dan Muh. Hasanudin, Ensiklopedi
hukum. Paradigma seperti ini berangkat dari suatu Ekonomi dan Perbankan Syariah, Kaki Langit,
keyakinan bahwa bahwa ketentuan-ketentuan yang Bandung, 2004.
diturunkan Allah untuk mengatur perilaku manusia Qudamah, Ibnu, al-Mugni, Dar al-Ihya al-Turast a-
memiliki alasan logis (nilai hukum) dan hikmah Turabi, Beirut, 1405.
yang hendak dicapainya. Allah tidak menurunkan
ketentuan dan aturan dengan sia-sia tanpa tujuan
apa-apa. Secara umum tujuan tersebut adalah
pencapaian kemaslahatan dunia dan akhirat,
sedangkan secara khusus bahwa setiap perintah dan
larangan mempunyai alasan logis (nilai hukum) dan
tujuan masing-masing.
Adapun yang menjadi penyebab (illah) dalam
menetapkan hukum dibolehkannya uang muka
dalam pembiayaan murabahah adalah bermuamalah
tidak secara tunai dan pembayarannya dengan
sistem taqsith (angsuran). Dalam hal ini uang muka
dianalogikan pada jaminan karena sebagai pengikat
dan saling percaya yang ada pada dua belah pihak
yang saling bermuamalah (bertransaski).

Penutup
Dari apa yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diambil kesimpuan bahwa melakukan
transaksi murabahah dengan konsep Down Payment
atau urban secara hukum Islam dibenarkan, karena
sifat hukumnya yang khilafiyah dan tidak pasti
(zhanni). Ketentuan hukum dalam khazanah fikih
klasik bersifat ijtihadi, sehingga perlu
konstekstualisasi hukum melalui kajian ijtihadi
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam transaksi
ekonomi saat ini, eksistensi Dawn Payment dapat
memberikan kemudahan dalam transaksi
perbankan saat ini. Adanya verifikasi terhadap
hadits yang melarang juga dijadikan dasar tentang
ketidakmutlakan hukum haram terhadap praktik
urban.

Anda mungkin juga menyukai