Anda di halaman 1dari 2

Nama : Sri Nurhayati

NIK : 20230701426
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

Tugas Sesi 4
Materi : Sumber Hukum Islam

Carilah satu Fatwa MUI atau permasalahan kontemporer disertai solusi hukum Islamnya, uraikan dan
identifikasi sumber hukum islam yang terdapat pada fatwa atau permasalahan kontemporer tersebut
berdasarkan jenisnya (al-Quran, hadits, dan ijtihad). Kemudian simpulkan hasil hukum fatwa atau
permasalan kontemporer tersebut dengan pemahaman anda!

Fatwa MUI nomor 146/DSN-MUI/XII/2021 tentang Online Shop Berdasarkan Prinsip Syariah.
Di zaman dengan kemajuan teknologi saat ini, cara hidup manusia mengalami perubahan yang sangat
pesat. Salah satunya adalah pola berniaga di kalangan masyarakat. Dengan adanya kemajuan
teknologi tersebut, masyarakat ditawarkan kemudahan dengan adanya platform aplikasi jual beli yang
biasa disebut e-commerce. Terlebih lagi banyak penawaran promo serta fitur yang telah dirancang
sedemikian rupa agar tidak terjadi kerugian baik dari segi konsumen dan penjual. Namun dengan
segala macam kemudahan yang ditawarkan itu, timbul pertanyaan masyarakat terkait boleh atau
tidaknya dalam perspektif syariah terkait praktik online shop yang sedang marak di masyarakat.
Terdapat dalil yang dapat dijadikan rujukan terkait permasalahan di atas. Diantaranya:
Bersumber dari al-Quran:
1. Q.S al-Ma’idah ayat 1;
2. Q.S al-Isra’ ayat 34;
3. Q.S an-Nisa ayat 29 dan 58;
4. Q.S al-Kahfi ayat 19;
5. Q.S al-Qashash ayat 26;
6. Q.S al-Baqarah ayat 282;
Bersumber dari hadist:
1. Hadis Nabi riwayat Abu Daud dan Tirmidzi, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah s.a.w.
bersabda: "sampaikantah amanah (titipan) kepada yang berhak menerimanya dan janganlah
membalas khianat orang yang menghianatimu.”
2. Hadis Nabi riwayat Imam Bukhari dari Abu Hurairah r.a.: Dari Abu Hurairah R.A bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Janganlah kalian mencegat rombongan
pedagang (sebelum sampai di pasar) dan janganlah pula sebagian kalian memberi barang
yang dibeli orang lain (sedang ditawar) dan janganlah melebihkan harga tawaran barang
(yang sedang ditawar orang lain dengan maksud menipu pembeli) dan janganlah orang kota
membeli buat orang desa. Janganlah kalian menahan (tidak memerah) susu dari kambing
(yang kurus agar terlihat gemuk) dengan maksud menipu calon pembeli). Maka siapa yang
membelinya setelah itu maka dia punya hak pilih, bila dia rela maka diambilnya dan bila dia
tidak suka dikembalikannya dengan menambah satu sha’kurma.”
3. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari 'Ubadah bin al-Shamit r.a., riwayat Ahmad dari Ibnu
'Abbas r.a.,riwayat Malik dari bapaknya Yahya al-Mazini r.a., dan riwayat al-Hakim dan al-
Dar al-Quthni dari Abu Sa'id al-Khudriy r.a.: "Tidak boleh membahayakan/merugikan orang
lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain)
dengan bahaya (perbuatan yang merugikannya);
4. Hadis Nabi riwayat al-Tirmidzi dari 'Amr bin 'Auf al-Muzani, dan riwayat al-Hakim dari
Katsir bin Abdillah bin 'Amr bin 'Auf al-Muzani R.A, dari ayahnya, dari kakeknya,
Rasulullah s.a.w. bersabda: Shulh (penyelesaian sengketa melalui musyarwarah untuk
mufakat) boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali shulh yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka
kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.
Beberapa ulama memiliki kesepakatan yang tercatat sebagai berikut:
1. Muhyiddin Yahya bin Syaraf al-Nawawi, Raudhah al-Thalibin, Riyadh: Dar 'Alam al-Kutub,
1423 H12003 M Juz V, h. 687: ”Yang dimalcsud dengan majelis yang disyaratkan memberi di
dalamnya adalah majelis tawajub (menyepakati), yaitu suatu kondisi yang menghasilkan
ikatan ijab dengan qabul dan tanpa mempertimbangkan tempat berlangsungnya akad. "
2. Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuft, Damaskus: Dar al-Fikr, 1989 M, Juz IV,
h.106: "Yang dimaksud dengan satu majelis dalam setiap akad seperti yang telah kami
jelaskan bukanlah keberadaan kedua pihak yang bertransaksi dalam satu tempat. Sebab
terkadang tempat kedua pihak itu berbeda ketika ada perantara yang menghubungkan
keduanya. Seperti transaksi via telepon, radiogram atau via surat. Maksud satu majelis adalah
satu zaman atau waktu yang di dalamrrya kedua belah pihak melakukan transaksi. Maka
majelis akad adalah kondisi yang di dalamnya kedua belah pihak melakukan transaksi. Dari
hal ini para ahli fiqh berkesimpulan: "Sungguh majelis itu mengumpulkon beberapa hal yang
terpisah," Berdasarkan keterangan ini, maka majelis akad dalam perbincanganvia telepon atau
radiogram adalah waktu tersambungnya kedua belah pihak selama pembicsraan masih terkait
akad. Oleh sebab itu, bila pembicaraan kedua belah sudah beralih ke hal lain, maka majelis
akad berakhir.”
Berdasarkan dalil dan ijtima’ ulama di atas, Majelis Ulama Indonesia menetapkan bahwa transaksi
jual beli melalui online shop mubah/boleh dilakukan sepanjang masih mengikuti ketentuan syarat sah
nya jual beli dan syarat syar’i yang telah diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. adapun beberapa hal yang
menjadi poin penting agar transaksi jual beli sesuai dengan syariat Islam adalah:
1. Memberikan penjelasan yang cukup detil dan mudah dimengerti secara tegas dalam tampilan
platform online shop;
2. Syarat ijab dan qabul terjadi dalam transaksi tersebut dan tidak merugikan salah satu pihak;
3. Barang yang dijual tidak boleh barang yang dilarang oleh syariat Islam dan melakukan
praktik curang;
4. Barang yang dijual tidak boleh disembunyikan kekurangannya/kecacatannya serta tidak boleh
memberikan harga yang berlebihan pada produk/jasa yang ditawarkan;
5. Apabila terjadi satu kesalahan dalam transaksi yang akibatnya merugikan salah satu pihak,
maka kewajiban bagi yang memberikan kerugian adalah memberikan hak yang seharusnya
kepada yang dirugikan.

Anda mungkin juga menyukai