Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANISASI PERTANIAN

ACARA I
PENGENALAN TRAKTOR RODA EMPAT DAN TRAKTOR TANGAN
SERTA TEKNIK MENGEMUDIKAN TRAKTOR (SIMPLE DRIVING)

Oleh:
Apriliane Briantika Louise
A1L013055/ 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara yang berbasis pertanian umumnya memiliki

usaha tani keluarga skala kecil dengan petakan lahan yang sempit. Usaha pertanian

ini terutama bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri yang dilakukan

secara tradisional dengan manusia dan hewan sebagai sumber tenaga untuk

pengolahan tanah. Hal ini menuntut peranan mekanisasi pertanian yaitu traktor

tangan, terutama sebagai sumber tenaga untuk pengolahan tanah di bidang pertanian.

Pertanian merupakan sumber dari segala kehidupan dan bagian dari sejarah

kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk

menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu

kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong kemunculan

peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan alat-alat

pendukung kehidupan, dan juga kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian.

Perkembangan zaman dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi

memiliki dampak yang luar biasa terhadap kehidupan manusia. Manusia sebagai

makhluk yang memiliki potensi untuk berfikir akan selalu mengembangkan sesuatu

hal agar menjadikan kehidupannya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, proses

perubahan akan terus berjalan. Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama

digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan


manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari

batu atau kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-

mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek.

Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara

langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian.

Sesuai dengan defenisi dari mekanisasi pertanian (agriculture mechanization),

maka penggunaan alat mekanisasi pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja

manusia dalam proses produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses

produksi tersebut selalu memerlukan alat mesin pertanian.

Traktor roda-2 merupakan alat pengolah tanah utama saat ini. Hal ini mengingat

ternak kerja sudah sangat berkurang. Sekarang memelihara ternak kerbau/sapi untuk

digemukkan ataupun diperah susunya. Traktor roda-2 ini digunakan untuk mengolah

tanah sehingga siap untuk ditanami. Traktor roda dua dilihat dari penghubungan

dengan perlengkapannya terdiri dari dua tipe yaitu tipe hitch dan tipe rotary. Pada tipe

rotary apabila unit rotarynya dilepas maka dapat dipasangi hitch untuk menarik

peralatan. Peralatan yang dapat dipasang pada hitch adalah bajak singkal, bajak

parabola, garu, gelebek, ridger.

B. Tujuan

1. Mengetahui bagian-bagian utama traktor tangan dan traktor roda empat

2. Mengetahui cara-cara mengemudikan traktor tangan dan traktor roda empat

3. Belajar mengemudikan traktor tangan dan traktor roda empat


II. TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan alat traktor sebagai alat pengolah tanah merupakan sarana substitusi

tanah maupun tenaga kerja, karena dapat bersifat memudahkan penguasaan tenaga

yang lebih besar sehingga dapat ditanami tanah yang lebih luas. Teknologi yang

memberi peluang pengganti tenaga kerja dengan faktor produksi lain sering disebut

teknologi hemat tenaga, sedangkan teknologi yang memberikan peluang yang

menggantikan tanah dengan faktor-faktor produksi lain disebut teknologi hemat tanah

(Hardijiseutomo, 1978).

Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan

perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada

awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu

kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana,

kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek. Dengan

dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara langsung

mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).

Traktor adalah mesin pertanian yang digunakan untuk mengolah tanah. Mesin

mempunyai efisiensi yang sangat tinggi yang dapat membalikkan tanah dan

pemotongan tanah dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Traktor ini

merupakan mesin serba guna, karena dapat berfungsi sebagai tenaga penggerak untuk

alat-alat lain, seperti: pompa air, alat prosesing, gandingan (hener) dan lain-lain

(Siregar, 1984).
Traktor pertanian didefinisikan sebagai suatu kendaraan yang mempunyai daya

penggerak sendiri, minimum mempunyai sebuah poros roda yang diracang untuk

menarik serta menggerakkan alat/mesin pertanian. Atas dasar bentuk dan ukuran

traktor, maka traktor pertanian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: traktor

besar, traktor mini dan traktor tangan.

Traktor tangan merupakan (hand tractor) merupakan sumber penggerek dari

implement (peralatan) pertanian. Biasanya traktor tangan digunakan untuk mengolah

tanah. Namun sebenarnya traktor tangan ini merupakan mesin yang serba guna ,

karena dapat digunakan untuk tenaga penggerek implement yang lain, seperti pompa

air. Selain kopling utama, ada dua kopling kemudi. Kopling kemudian terletak di

bawah gigi persneleng, di pangkal poros kedua roda. Kopling kemudian dioperasikan

melalui tunas kemudi kiri dan kanan. Apabila kopling kemudi kanan ditekan , maka

putaran gigi persneleng tidak tersambung dengan poros roda kanan . Sehingga roda

kanan akan berhenti , dan traktor tangan dapat bergerak maju mundur dengan

kecepatan tertentu karena putaran poros motor penggerek disalurkan di samping roda

(Mugniesyah, 2006).

Traktor roda dua adalah suatu alat pengolahan lahan yang biasanya dipakai di

kebun, tetapi bisa digunakan di sawah apabila dilengkapi dengan suatu peralatan

seperti bajak, garu perata tanah, pembuat pematang, dll. Tenaga penggerak 15 PK,

poros tunggal, dikendalikan dengan tangan oleh pengemudi yang berjalan

dibelakangnya, dengasn atau tidak dengan kopling sedangkan kemudi dan gas

ditangan (Nawawi, 2001).


Traktor roda dua atau traktor tangan adalah mesin-mesin yang dapat digunakan

untuk mengolah tanah dan lain-lain pekerjaan pertanian dengan alat pengolah

tanahnya digandengkan atau dipasang dibagian belakang mesin. Mesin ini

mempunyai efisiensi tinggi, karena pembalikan dan pemotongan tanah dapat

dilakukan dalam waktu bersamaan (Hardjosentono, 1996).

Traktor roda empat adalah salah satu alat pengolah tanah jika dilengkapi dengan

peralatan pengolah tanah, seperti bajak singkal, bajak piring, garu piring, dll. Secara

umum traktor roda empat adalah traktor dengan tenaga penggerak dari motor diesel

dengan didukung empat buah roda. Traktor ini dirancang untuk bekerja di lahan

kering, bukan untuk lahan sawah. Berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi traktor

mini, menengah, dan traktor besar (Hardjomidjojo, 1988).

Traktor besar dicirikan sebagai traktor yang mempunyai dua buah poros roda

(beroda empat atau lebih), panjangnya berkisar 1740–2010 mm dan dayanya berkisar

20–120 HP. Jenis traktor ini harganya sangat mahal sehingga petani masih belum

mampu untuk memiliki secara perorangan. Di samping itu penggunaannya pun

kurang efisien mengingat bentuk petakan sawah yang relatif kecil. Traktor ini banyak

dijumpai pada perusahaan-perusahaan yang mempunyai areal yang luas dan modal

yang cukup besar (Rizaldi, 2006).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah selembar kertas untuk

menggambar objek yang di amati yaitu traktor roda dua dan traktor roda empat serta

alat tulis untuk menggambarnya, sedangkan objek atau bahan yang di amati adalah

traktor roda dua dan traktor roda empat.

B. Prosedur Kerja

1. Semua alat kendali yang ada pada traktor yang digunakan diamati dan di gambar

2. Spesifikasi traktor yang digunakan di catat

3. Jarak antar roda diukur baik roda depan maupun roda belakang

4. Diameter roda dan panjang traktor diukur

5. Langkah-langkah pengoperasian traktor diperhatikan mualai dari menghidupkan

traktor, berjalan maju mundur, belok, sampai mematikan traktor

6. Traktor tangan dan traktor roda empat dikemudikan dengan membentuk angka

delapan dan gerak maju mundur

7. Berbagai kesulitan dicatat


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Traktor pertanian didefenisikan sebagai suatu kendaraan yang mempunyai daya

penggerak sendiri, minimum mempunyai sebuah poros untuk menarik serta

menggerakan alat atau mesin petanian.

2. Traktor roda dua merupakan motor penggerak serba guna karena dapat berfungsi

sebagai motor penggerak untuk alat – alat lain seperti pompa air, alat prosesing,

gandengan (trailer) dan lain lain

3. Traktor roda empat adalah traktor dengan tenaga penggerak dari motor diesel dengan

didukung empat buah roda. Traktor ini dirancang untuk bekerja di lahan kering, bukan

untuk lahan sawah.

4. Untuk dapat digunakan sebagai mesin pengolahan tanah,traktor harus dilengkapi

dengan perlengkapan pengolah tanah, seperti bajak singkal, bajak pirang, garu piring,

alat penyemprot hama dan penyakit tanaman.

B. Saran

Praktikan sebaiknya memperhatikan saat asisten menerangkan bagian-bagian dari

setiap komponen traktor dan mekanisme kerja dari masing masing traktor dan

memperhatikan waktu dan tempat untuk melaksanakan praktikum, sehingga praktikum

akan berjalan secara efisien dan efektif.


DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, 1999. Peralatan yang digunakan dalam Pertanian. UGM. Yogyakarta

Mugneisyah. 2006. Mesin Pasca Pengelolahan Lahan. IPB : Bogor

Rizaldi. 2000. Bagian- Bagian dari Traktor. USU. Medan


Nawawi, 2001. Pengenalan Traktor Tangan (Hand Traktor). Erlangga:Jakarta
Hardjosentono, dkk. 1996. Mesin-mesin Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANISASI PERTANIAN

ACARA II
PENGENALAN ALAT TANAM (TRANSPLANTER DAN SEEDER)

Oleh:
Apriliane Briantika Louise
A1L013055/ 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang

pertanian, sekarang ini telah dikembangkan berbagai jenis mesin penanam yang

dimaksudkan untuk membantu petani dalam memudahkan proses penanaman sehingga

dapat menghasilkan kinerja efektif dan efisien dengan keuntungan yang lebih besar pula.

Dalam bidang pertanian kegiatan penanaman merupakan salah satu kegiatan yang cukup

penting dan juga menentukan hasil pertanian. Dalam praktikum sebelumnya kita dapat

mengetahui bahwa perkembangan pertanian meliputi pekembangan alat/mesin pengolahan

tanah. Dalam kegiataan penanam juga memiliki perkembangan terutama terkait dengan

alat/mesinnya. Alat/mesin pertanian selalu berkembang sejalan dengan berkembangnya

tingkat peradaban manusia.

Walaupun demikian, para petani di Indonesia belum mengetahui adanya alat/mesin

penanam. Petani Indonesia masih memakai cara-cara tradisional dalam kegiatan

penanaman, cara-cara itu selain menghabiskan tenaga dan waktu, juga menghabiskan

biaya. Dengan demikian sudahlah menjadi kewajiban kita sebagai seorang mahasiswa

teknik pertanian untuk memperkenalkan alat/mesin penanam yang modern tersebut

sehingga dengan penggunaan alat/mesin penanam diharapkan menghemat waktu dan

tenaga. Hasil yang didapat akan lebih memuaskan dibanding dengan memakai cara

tradisional.
Selain meringankan dalam kegiatan penanaman juga dapat mengetahui dosis

penggunaan benih yang tepat yang telah diperhitungkan sebelum kegiatan penanaman.

Kegiatan pemanenan merupakan salah satu tahapan di dalam budidaya tanaman dan

merupakan bagian awal dari proses pasca panen. Proses penanaman padi ini tidak dapat

menaikkan produksi, melainkan hanya untuk menekan kehilangan gabah. Dengan adanya

mesin pemanen maka pemanenan akan dilaksanakan secara cepat, efisien dan efektif.

Oleh karena itu, diperlukan suatu keahlian dalam pengoperasian mesin pemanen, agar

mesin pemanen dapat digunakan secara efisien dan efektif. Untuk itu diperlukan pelatihan

yang benar dalam mengenalkan mesin pemanen.Pada praktikum kali ini akan dikenalkan

dua jenis alat dan mesin penanam, yaitu Seeder dan Rice Transplanter serta cara

pengkaliberasian alat/mesin penanam dalam hal ini adalah Seeder. Seeder yang digunakan

pada praktikum kali ini adalah untuk menanam benuh dengan jumlah yang banyak.

Penggunaan alat mesin pertanian untuk penanaman tersebut dapat memudahkan petani

dalam melakukan penyebaran benih maupun penanaman bibit.

B. Tujuan

1. Mengetahui bagian-bagian utama alat tanam padi

2. Mengetahui prinsip kerja transplanter dan seeder

3. Menghitung persentase kerusakan benih pada seeder


II. TINJAUAN PUSTAKA

Alat dan mesin penanaman adalah suatu peralatan yang digunakan untuk menempatkan

benih, tanaman, atau bagian tanaman pada areal yang telah disiapkan baik di dalam

ataupun diatas permukaan tanah. Tujuan penanaman adalah menempatkan biji didalam

tanah untuk memperoleh perkecambahan dan tegakan yang baik, tanpa harus melakukan

penyulaman Alat mesin penanam dibedakan menjadi dua, yaitu seeder dan rice transplanter

(Purwadi, 1990).

Dalam perkembangan alat dan mesin penanam ini dikenal dari bentuk tradisional

sampai dalam bentuk yang modern. Pada umumnya bahwa prinsip dasar kerja dari alat

tanam adalah sama, baik jenis yang didorong atau ditarik tenaga manusia, ditarik hewan atau

traktor. Prinsip kerjanya yaitu pembukaan alur atau lubang, mekanisme penjatuhan benih,

dan penutupan alur atau lubang (Ananto, 1997).

Fungsi mesin penanam, yaitu meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman,

jumlah tertentu dan seragam, dan pada sebagian besar alat penanam akan menutup dengan

tanah kembali. Alat dan Mesin Pertanian dapat membantu petani dalam mengatasi masalah

keterbatasan tenaga kerja. Penggunaan alat dan mesin pertaniandapat membantu petani

dalam memperluas garapan dan intensitas tanam serta pelaksanaan kegiatan yang tepat

waktu. Penanaman yaitu usaha menempatkan biji atau benih di dalam tanah pada

kedalaman tertentu atau menyebarluaskan biji di atas permukaan tanah (Irwanto, 1980).
Alat penanaman dengan sumber bahan tanam yang digunakan dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

1. Transplanter

Transplanter merupakan alat penanam bibit dengan jumlah, kedalaman, jarak dan

kondisi penanaman yang seragam. Pada penanaman padi, dapat dibedakan berdasarkan

cara penyemaian dan persiapan bibit padinya. Yang pertama, yaitu mesin yang memakai

bibit yang ditanam/disemai di lahan. Kelebihannya dapat digunakan tanpa harus mengubah

cara persemaian bibit yang biasa dilakukan secara tradisional sebelumnya. Namun

demikian waktu yang dibutuhkan untuk mengambil bibit cukup lama, sehingga kapasitas

kerja total mesin menjadi kecil. Yang kedua adalah mesin tanam yang memakai bibit yang

secara khusus disemai pada kotak khusus. Mesin jenis ini mensyaratkan perubahan total

dalam pembuatan bibit. Persemaian harus dilakukan pada kotak persemaian bermedia

tanah, dan bibit dipelihara dengan penyiraman, pemupukan hingga pengaturan suhu.

Dilihat dari jenis sumber tenaga untuk menggerakkan mesin, terdapat 3 jenis mesin

tanam bibit yaitu alat tanam yang dioperasikan secara manual, mesin tanam yang

digerakkan oleh traktor dan mesin tanam yang memiliki sumber tenaga atau enjin sendiri.

Berdasarkan sistem pendukungnya, mesin ini dapat dibedakan menjadi yang bergerak

dengan roda, dan yang bergerak dengan roda dan dilengkapai dengan papan pengapung.

Jenis mesin yang manapun dipergunakan, permukaan lahan sawah harus datar dan rata,

kedalam air harus rata, demikian juga kekerasan tanah juga harus sama, karena hal ini akan

memberikan kestabilan operasi. Jika tidak, akan banyak terjadi kegagala penancapan bibit,
sehingga akan butuh waktu yang cukup lama untuk penyulaman secara manual (Pearson,

1990).

2. Seeder

Alat penanam berfungsi meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman dan

jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi. Bila benih dengan menggunakan

alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam

tanam, yaitu berpengaruh pada kedalaman tanam, jumlah benih tiap lubang, jarak antar

lubang dalam baris, dan jarak antar baris. Disamping itu ada kemungkinan kerusakan benih

dalam proses aliran benih dalam alat tanam. Benih tanaman yang berupa biji-bijian memiki

bentuk, ukuran, kekuatan agronomis yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan alat tanam

yang memiliki kekuatan tanam yang berbeda. Beberapa sifat fisis benih yang

mempengaruhi alat tanam, yaitu ukuran, bentuk, keseragaman bentukdan ukuran, density

per satuan volume, dan tekanan terhadap tekanan dan gesekan (Irwanto, 1980). Penebaran

benih dan pola pertanaman dengan alat penanam digolongkan menjadi 5 macam:

a) Broadcasting (benih disebar pada permukaan tanah)

b) Drill seedling (benih dijatuhkan secara random dan diletakkan pada kedalaman tertentu

dalam alur sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu).

c) Pesicion drilling (benih ditanam secara tunggal dengan interval yang sama dengan alur)

d) Hill dropping (kelompok benih dijatuhkan secara random dengan interval yang hampir

sama dengan alur)

e) Chezktow planting (benih diletakkan pada tempat tertentu sehingga diperoleh lajur

tanaman dengan dua arah yang sama)


III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih jagung atau kacang-kacangan

dan tanaman padi. Alat yang digunakan dalam praktikumini adalah transplanter, seeder,

timbangan.

B. Prosedur Kerja

1. Bagian-bagian alat tanam yang digunakan di amati dan digambar

2. Spesifikasi alat tanam yang digunakan dicatat

3. Prinsip kerja alat tanam dicatat

4. Persentase kerusakan benih dihitung


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Transplanter merupakan alat penanam bibit dengan jumlah, kedalaman, jarak dan

kondisi penanaman yang seragam.

2. Bila dilhat dari jenis sumber tenaga untuk menggerakkan mesin, terdapat tiga

jenis mesin tanam bibit yaitu alat tanam yang dioperasikan secara manual, mesin

tanam yang digerakkan oleh traktor dan mesin tanam yang memiliki sumber

tenaga sendiri.

3. Transplanter memudahkan melakukan penanaman bibit sehingga meminimalkan

terjadinya kesalahan atau kerusakan dalam penanaman.

B. Saran

Sebaiknya para praktikan yang ingin mencoba alat ini harus memperhatikan

dulu sebelumnya saat asisten menjelaskan bagaimana cara pengoperasiannya supaya

disaat mencoba bisa berjalan mulus tanpa kendala.


DAFTAR PUSTAKA

Ananto, E. E dkk. 1997. Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum. Proyek
Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan

Hamsyah. 1991. Alat dan mesin Budidaya Pertanian. IPB. Bogor

Irwanto. 1980 . Operasi pada mesin penanaman modern .Mediyatama. Jakarta

Purwadi. 1990. Alat dan Mesin Penanaman. Kanisius. Yogyakarta.


LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANISASI PERTANIAN

ACARA III
MESIN PENYEMPROT (SPRAYER)

Oleh:
Apriliane Briantika Louise
A1L013055/ 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi

memiliki dampak yang luar biasa terhadap kehidupan manusia. Manusia sebagai

makhluk yang memiliki potensi untuk berfikir akan selalu mengembangkan sesuatu

hal agar menjadikan kehidupannya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, proses

perubahan akan terus berjalan.

Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan

perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada

awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu

kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana,

kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek. Dengan

dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara langsung

mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian.

Alat pemeliharaan tanaman merupakan suatu alat ayang tidak bisa dipisahkan

dalam budidaya pertanian. Seperti halnya pompa, mengingat keadaan topgrafi

wilayah negara kita tidak merata khususnya mengenai kemiringan dan tinggi

permukaan tanah, maka keberadaan pompa akan sangat pinting sekali. Contoh kasus,

sumber air berada di bawah lahan pertanian, maka salah satu cara supaya lahan
mendapatkan pengairan dari sumber air tersebut adalah dengan menyedot air tersebut

menggunakan tenaga pompa.

Alat penyemprot (sprayer) maupun alat pengkabut (fog and mist blower) diberi

nama demikian sesuai dengan kemampuannya menyemprotkan larutan obat karena

adanya tekanan udara di dalam alat itu. Pada larutan obat tersebut, tekanan udara

akan timbul karena tertekannya pompa yang merupakan salah satu bagian alat pada

sprayer atau blower.

Alat-alat penyemprotan larutan pestisida atau insektisida yang telah banyak

digunakan oleh para petani kita yaitu alat penyemprot pompa tangan (hand sprayer).

Pada mulanya diimpor, akan tetapi kini telah banyak diproduksi di dalam negeri, dan

mutunya dapat bersaing dengan buatan luar negeri. Selain alat tersebut juga terdapat

pompa untuk membantu dalam pengairan dalam skala besar bagi daerah atau lahan

yang jauh dari sumber air.

B. Tujuan

1. Mengetahui bagian-bagian utama sprayer dan fungsinya

2. Mengetahui prinsip kerja sprayer

3. Mengukur laju penyaluran cairan pada power sprayer

4. Mengukur sudut semprot nosel penyemprot gendong semi otomatis


II. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan tenaga yang digunakannya alat penyemprot dibedakan menjadi alat

penyemprot dengan tenaga tangan (handsprayer), dan alat penyemprot dengan pompa

tekanan tinggi. Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi

yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan

ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan (Hidayat, 2001).

Umumnya kriteria yang banyak diutamakan pemakai adalah kriteria jaminan

ketersediaan suku cadang, keamanan dalam penggunaan alat, ekonomis, kapasitas

dan kepraktisan. Demikian pula kesimpulannya yaitu bahwa sprayer yang paling baik

dari segi kinerja penyemprotannya adalah sprayer elektrostatik dan yang paling buruk

sprayer hidrolik (Mimin et.al, 1992).

Alat penyemprot (sprayer) merupakan alat mesin untuk memecah suatu cairan

atau larutan suspensi menjadi tetesan (butiran tetesan) dengan besar ukuran tertentu.

Pada dasarnya penyemprot yang umum digunakan dikalangan pertanian adalah

penyemprot tipe gendong. Tipe ini dibagi dua jenis yaitu penyemprot automatis dan

semi automatis. Komponen penyemprot tipe gendong terdiri dari tiga bagian, yaitu

tangki (reservoir), bagian pompa (unit pompa), bagian pengabut (unit selang dan

pelengkap nozzle) (Hardjosentono, 1978).

Sprayer merupakan alat aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka

pemberantasan dan pengendalian hama & penyakit tumbuhan. Kinerja sprayer sangat

ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan
waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang

akan disemprotkan. Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan

tersebut antara lain : tabung pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor,

paking karet sering sobek, ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer

mudah rusak, tali gendong putus, sambungan las korosi. samping masalah pada

perangkat alatnya, masalah lain adalah kebanyakan pestisida yang diaplikasikan tidak

sesuai (melebihi) dari dosis yang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan

oleh disain sprayer yang kurang menunjang aplikasi (Siregar, 1984).

Pompa adalah alat untuk menggerakan cairan atau adonan. Pompa menggerakan

cairan dari tempat bertekanan rendah ke tempat dengan tekanan yang lebih tinggi,

untuk mengatasi perbedaan tekanan ini maka diperlukan tenaga (energi) (Haryono,

1982).

Ada beberapa tipe pompa yang digunakan pada area pertanian, yaitu:

a. Pompa plunyer

b. Pompa torak

c. Pompa sentrifugal

d. Pompa propeller (aksial)

Pompa plunyer, pompa ini sesuai untuk sumur yang dalam. Pompa ini diletakkan

dalam sumur dan digerakkan dengan system tungkai dan poros engkol di atas tanah.

Plunyer ini biasanya terbuat dari kunigan yang dilengkapi dengan katup-katup hisap

dan tekan. Pompa plunyer ini digerakkan oleh motor listrik.


Pompa torak, pompa ini digunakan untuk sumur yang rendah. Alat ini terdiri dari

torak yang bergerak bolak-balik di dalam silinder kecil yang mempunyai lubang-

lubang hisap dan pengeluaran.

Pompa sentrifugal merupakan jenis yang sederhana dan mudah dalam

pemeliharaan, tetapi efisiensinya lebih rendah dibanding dengan pompa torak dan

plunyer. Dalam tipe yang sederhana, baling-baling melentur digerakkan dengan

kecepatan tinggi dalam rumah-rumah yang berbentuk piringan. Baling-baling

merupakan bagian penting dari pompa sentrifugal.

Pompa propeller merupakan pompa tipe sedot rendah yang cocok untuk operasi

traktor pada pekerjaan pengairan limpah atau pada waktu pengisian persediaan air.

Suatu hal yang paling mendasar yang masih belum diperhatikan dalam

pengembangan teknologi pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang

memadainya dukungan prasarana pertanian. Prasarana pertanian kita belum dikelola

secara baik, sehingga masih agak sulit atau lambat dalam melakukan introduksi

mesin-mesin pertanian. Pengelolaan lahan, pengaturan dan manejemen pengairan

yang meliputi irigasi dan drainase, serta pembuatan jalan-jalan transportasi daerah

pertanian, dan masih banyak lagi aspek lainnya yang belum disentuh secara sungguh-

sungguh dan professional (Robbins, 2005).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pengabut bermotor tipe

gendong, penyemprot gendong otomatis, penyemprot gendong semi otomatis, air dan

bensin.

B. Prosedur Kerja

1. Bagian-bagian sprayer yang digunakan diamati dan digambar

2. Spesifikasi sprayer yang digunakan di catat

3. Prinsip kerja sprayer di catat

4. Laju penyaluran cairan pada power sprayer di ukur

5. Sudut semprot nosel penyemprot gendong semi otomatis di ukur


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sprayer adalah alat/mesin yang berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan atau

suspensi menjadi butiran cairan (droplets) atau spray.

2. Alat penyemprot (Sprayer) digunakan untuk mengaplikasikan sejumlah tertentu bahan

kimia aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut dalam air ke objek semprot (daun,

tangkai, buah) dan sasaran semprot (hama-penyakit).

3. Pompa banyak digunakan untuk system irigasi di lahan-lahan pertanian yang jauh dari

sumber air.

B. Saran

Sebaiknya dalam penggunaan alat ini harus memakai alat pengaman seperti memakai

masker supaya dalam penyemprotan cairan pestisida yang disemprotkan tidak terhirup oleh

pemakainya.
DAFTAR PUSTAKA

Hamilton,dkk. 1996. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta: Bina Aksara.

Hidayat.2001. Sprayer Pertanian.Solo: Trubus Agriwidya

Mimin ,Effi Ismawati. 1992. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Robins, Harris dan Lambert Wilkes. 2005. Mesin dan Peralatan Usaha Tani Edisi
Keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soenarto, R. 1959. Pengairan. Yogyakarta: PT Soeroengan


LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANISASI PERTANIAN

ACARA IV
PENGENALAN RICE MILL UNIT

Oleh:
Apriliane Briantika Louise
A1L013055/ 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah besar petani adalah kehilangan hasil, mutu yang rendah dan harga yang

fluktuatif yang cenderung tidak memberikan insentif kepada mereka sangat amat dirasakan

dan perlu segera solusinya. Kehilangan hasil pasca panen masih tinggi yaitu mencapai

20,5%. Mutu beras yang dihasilkan umumnya sangat rendah yang dicirikan oleh beras

patah (broken) yang lebih dari 15% dengan rasa, warna yang kurang baik. Selanjutnya

harga gabah ditingkat petani belum dapat memperbaiki tingkat pendapatan. Seiring dengan

perkembangan zaman dan kemajuan teknologi telah banyak sekali peralatan dan mesin

yang dibuat untuk penanganan pasca panen yang dapat membantu petani dalam

mengefektifkan dan mengefisienkan hasil pengilingan padi (RMU) sehingga harga padi

dapat sesuai dengan harga dan kebutuhan pasar.

Dalam mempersiapkan banyak hasil tanaman untuk dipasarkan, biji-biji perlu

dipisahkan dari tangkai tempat tumbuhnya. Semua tanaman padi-padian dengan biji yang

kecil, biji harus dirontokkan dari tangkainya. Untuk memisahkan biji dari bahan

pengikatnya pada berbagai tanaman diperlukan jenis mesin yang berbeda-beda. Pada

umumnya, diperlukan suatu alat yang sangat besar yang mencakup sejumlah pekerjaan

yang berbeda-beda dalam mesin yang sama sewaktu bahan melewati mesin itu.

Dahulu, padi-padian dipotong dengan suatu pengikat dan ikatan-ikatan tersebut dibawa

ke suatu mesin perontok yang stasioner, di tempat padi-padian tersebut dirontokkan dan
dimasukkan dalam karung. Dalam praktek usaha tani di Amerika sekarang, prosesnya

dibalik yaitu mesin dibawa ke tanaman di lapangan, yang disitu mesin tadi memanen dan

merontokkan hasilnya, mewadahinya di dalam suatu tanki dan menyebarkan jeraminya di

atas lahan

Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi

menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai

cadangan. Dalam kaitan dengan proses penggilingan padi,karakteristik fisik padi sangat

perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari

butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki bagian-bagian yang tidak

dapat dimakan atau tidak enak dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama proses

penggilingan, bagian-bagian tersebut dilepaskan sampai akhirnya didapatkan beras yang

enak dimakan yang disebut dengan beras sosoh (beras putih).

B. Tujuan

1. Mengetahui bagian-bagian Rice Mill Unit yang digunakan dan fungsinya

2. Mengetahui prinsip kerja Rice Mill Unit

3. Mengukur Laju dan rendemen penggilingan gabah


II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman padi-padian dengan biji yang kecil, biji harus sudah dirontokkan dari

tangkainya. Untuk memisahkan biji dari bahan pengikatnya pada berbagai tanaman

diperlukan jenis mesin yang berbeda. Dahulu padi-padian dipotong dengan suatu pengikat

dan ikatan-ikatan tersebut di bawa ke suatu mesin perontok yang stasioner, ditempat

tersebut padi-padian dirontokkan kemudian dimasukkan ke dalam karung. Sebuah paten

diberikan kepada Samuel Lane untuk gabungan pemanen perontok. Mesin pemanen

perontok terpadu, memotong bulir-bulir tanaman yang berdiri, merontok dan

membersihkan gabahnya (Hardjosentono, 1978).

Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi generasi baru yang

kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah menjadi beras dapat

dilakukan dalam satu kali proses (one pass process). RMU rata-rata mempunyai kapasitas

giling kecil yaitu antara 0.2 hingga 1.0 ton/jam, walau mungkin sudah ada yang lebih besar

lagi. Mesin ini bila dilihat fisiknya menyerupai mesin tunggal dengan fungsi banyak,

namun sesungguhnya memang terdiri dari beberapa mesin yang disatukan dalam

rancangan yang kompak dan bekerja secara harmoni dengan tenaga penggerak tunggal. Di

dalam RMU sesungguhnya terdapat bagian mesin yang berfungsi memecah sekam atau

mengupas gabah, bagian mesin yang berfungsi memisahkan BPK dan gabah dari sekam

lalu membuang sekamnya, bagian mesin yang berfungsi mengeluarkan gabah yang belum

terkupas untuk dikembalikan ke pengumpan, bagian mesin yang berfungsi menyosoh dan

mengumpulkan dedak, dan bagian mesin yang berfungsi melakukan pemutuan berdasarkan
jenis fisik beras (beras utuh, beras kepala, beras patah, dan beras menir). Kesemua fungsi

tersebut dikemas dalam satu mesin yang kompak dan padat, sehingga praktis dan mudah

digunakan. Salah satu bentuk RMU (Rizaldi, 2006).

Rice milling unit merupakan suatu mesin yang berfungsi untuk mngupas kulit luar padi

dan memutihkan padi supaya mutu serta kualitas padi tetap terjaga. Rice milling unit

memilliki berbagai kelabihan dibandingkan dengan pengupasan padi tradisional diantanya

adalah sebagai berikut:

1. Beras yang dihasilkan lebih bersih dan mengkilap sehingga meningkatkan harga jual.

2. Proses produksi lebih cepat mudah dan menyenangkan

3. Mengurangi kebutuhan tenaga kerjaHasil produksi lebih banyak dengan waktu yang

singkat

4. Minimalnya beras pacah (broken) sehingga dapat mempertahankan mutu.

Beras merupakan sumber utama kalori bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

Pangsa beras pada konsumsi kalori total adalah 54.3% atau dengan kata lain setengah dari

intake kalori masyarakat Indonesia bersumber dari beras (Harianto, 2001). Mutu beras

giling dikatakan baik jika hasil proses penggilingan diperoleh beras kepala yang banyak

dengan beras patah minimal. Mutu giling ini juga ditentukan dengan banyaknya beras

putih atau rendemen yang dihasilkan. Mutu giling ini sangat erat kaitannya dengan nilai

ekonomis dari beras. Salah satu kendala dalam produksi beras adalah banyaknya beras

pecah sewaktu digiling. Hal ini dapat menyebabkan mutu beras menurun (Allidawati dan

Kustianto,1989).
Penggilingan beras berfungsi menghilangkan sekam dari bijinya dan lapisan aleuron,

sebagian mapun seluruhnya agar menhasilkan beras yang putih serta beras pecah sekecil

mungkin. Setelah gabah dikupas kulitnya dengan menggunakan alat pecah kulit, kemudian

gabah tersebut dimasukkan ke dalam alat penyosoh untuk membuang lapisan aleuron yang

menempel pada beras. selama penyosohan terjadi, penekanan terhadap butir beras sehingga

terjadi butir patah. Menir merupakan kelanjutan dari butir patah menjadi bentuk yang lebih

kecil daripada butir patah (Damardjati, 1988).

Beras giling dipengaruhi banyak faktor yang terbagi dalam 3 kelompok. Kelompok 1

adalah faktor yang mempengaruhi rendemen melalui pengaruhnya terhadap mutu gabah

sebagai bahan baku dalam proses penggilingan yang meliputi varietas, teknik budidaya,

cekamaman lingkungan, agroekosistem, dan iklim. Kelompok 2 merupakan faktor penentu

rendemen yang terlibat dalam proses konversi gabah menjadi beras, yaitu teknik

penggilingan dan alat penggilingan. Kelompok 3 menunjukkan kualitas beras terutama

derajat sosoh yang diinginkan, karena semakin tinggi derajat sosoh maka rendemen akan

semakin rendah. Susut mutu dari suatu hasil giling dapat diidentifikasikan dalam nilai

derajat sosoh serta ukuran dan sifat butir padi yang dihasilkan. Umumnya semakin tinggi

derajat sosoh, persentase beras patah menjadi semakin meningkat pula. Ukuran butir beras

hasil giling dibedakan atas beras kepala, beras patah, dan menir (Nugraha et al, 1998).

Berdasarkan persyaratan yang dikeluarkan oleh Bulog, beras kepala merupakan beras

yang memiliki ukuran lebih besar dari 6/10 bagian beras utuh. Beras patah memiliki

ukuran butiran 2/10 bagian sampai 6/10 bagian beras utuh. Menir memiliki ukuran lebih

kecil dari 2/10 bagian beras utuh atau melewati lubang ayakan 2.0 mm (Waries, 2006).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah rice mill unit, gabah,

timbangan, kanton plastik, stopwatch.

B. Prosedur Kerja

1. Bagian-bagian rice mill unit diamati dan digambar serta ditulis fungsinya masing-

masing

2. Prinsip kerja rice mill unit dicatat

3. Laju penggilingan gabah di ukur

4. Rendemen penggilingan diukur


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi generasi baru yang

kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah menjadi beras

dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process).

2. Standar mesin- mesin yang ada dalam rice milling unit adalah sebagai berikut: cleaner,

rice husker, paddy separator, rice polisher, dan rice grader.

3. Usaha jasa penggilingan padi umumnya tidak berjalan penuh sepanjang tahun atau

bersifat musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun.

B. Saran

Dalam praktikum ini sebaiknya para praktikan mencatat dengan benar bagian-bagian

dari komponen mesin penggiling padi ini karena lumayan banyak dan berhubung alat yang

diperagakan tidak berfungsi sebaiknya praktikan harus melihat dari youtube supaya tahu

bagaimana mesin ini bekerja.


DAFTAR PUSTAKA

Allidawati dan B.Kustianto. 1989. Metode uji mutu beras dalam program pemuliaan padi.
Dalam: Ismunadji M., M. Syam dan Yuswadi. Padi Buku 2. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Bogor. Hal: 363-375.

Damardjati, D.S. 1988. Struktur kandungan gizi beras. Dalam: Ismunadji,


M.,S.Partohardjono, M.Syam, A.Widjono. Padi-Buku 1. Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hal: 103- 159.

Harianto. 2001. Pendapatan, harga, dan konsumsi beras. Dalam: Suryana, A. Dan
S.Mardianto. Bunga rampai ekonomi beras. Penerbit Lembaga Penyelidikan
Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI).

Sovan, M., 2002. Peranan Penanganan Pasca Panen Untuk Menurunkan Kehilangan
Hasil. Makalah pada workshop Kehilangan Hasil Pasca Panen.
Yogyakarta.

Waries, A. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. PT Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANISASI PERTANIAN

ACARA V
ALAT PENGERING (DRYER)

Oleh:
Apriliane Briantika Louise
A1L013055/ 3

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pengeringan adalah proses penguapan kandungan air suatu bahan untuk

menurunkan persentase kadar air bahan dari kadar air semula. Pengeringan merupakan

operasi rumit yang meliputi perpindahan panas dan massa, serta beberapa laju proses,

maupun mekanisme perpindahan panas dan massa. Perubahan fisik yang terjadi adalah

pengkerutan, penggumpalan, kristalisasi, perubahan warna, aroma dan rasa.

Proses pengeringan merupakan salah satu penanganan bahan pangan untuk menjaga

pengawetan bahan pangan lebih lama. Proses pengeringan pada dasarnya ditentukan oleh

pengaturan suhu yang baik yang merupakan faktor terpenting dalam pengawetan pangan

dan mutu bahan pangan yang dihasilkan. Pada Percobaan yang dilakukan, ada dua cara

yang digunakan yaitu pengeringan dengan sinar matahari dan pengeringan dengan

menggunakan alat yaitu cabinet dryer dan oven.

Pada metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua yang

di temuan satu dari semua metode pengawetan yang ada. proses pengeringan ditemukan di

Jericho dan berumur sekitar 4000 tahun. Metode ini sangat sederhana. Ini merupakan salah

satu cara yang sangat efektif, mudah dan aman nya. Maka makanan yang dikeringkan

tahan lama dan dibandingkan dengan metode lain, tidak memerlukan perlakuan khusus saat

penyimpanan. Pengembangan alat dan mesin pertanian yang juga pengembangan

mekanisasi pertanian tidak dapat berdiri sendiri, karena merupakan suatu sub sistem
penunjang dalam proses budidaya, pengolahan dan penyimpanan. Sebagai teknologi yang

bersifat indivisible, peran alat dan mesin pertanian tersebut sebaiknya dapat didistribusikan

pada banyak pemakai, atau petani kecil yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk

memilikinya. Berbagai studi menyebutkan, bahwa alat dan mesin pertanian memiliki

kaitan sangat erat dengan dinamika sosial ekonomi dari sistem budidaya pertaniannya

Kemudian pada praktikum kali ini kita akan membahas lebih dalam tentang alat pertanian

yang ada dalam proses pengeringan yang akan di lakukan.

B. Tujuan

1. Mengetahui bagian-bagian alat pengering yang digunakan dan fungsinya

2. Mengetahui prinsip kerja alat pengering.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air

dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang dikandung melalui

penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai batas

sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamya. Keuntungan pengeringan

adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga

mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga

menjadi berkurang sehingga memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya

produksi menjadi lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai

apabila telah dikeringkan, misalnya tembakau, kopi dan biji-bijian (Djarwo, 1988).

Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air. Proses pengeringan adalah

proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat

memperlambat laju kerusakan biji- bijian akibat aktivitas biologi dan kimia sebelum bahan

diolah (digunakan). Cara ini dilakukan dengan cara menurunkan kelembaban nisbi udara

dengan mengalirkan udara panas di sekeliling bahan, sehingga tekanan uap air bahan lebih

besar dari pada tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan tejadinya

aliran uap air dari bahan ke udara.

Pengeringan mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang di

keringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan

kimianya, penurunan mutu dan sebagainya. Kerugian yang lainya juga disebabkan

beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum di pakai, misalnya harus di
basahkan kembali (rehidratasi) sebelum digunakan. Pengeringan dapat berlangsung dengan

baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang di

ambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut. Factor-faktor yang mempengaruhi

pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara,

tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan (Mujumdar, 1995).

Pengeringan merupakan proses mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana

perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan

terhambat atau terhenti. Semakin banyak kadar air dalam suatu bahan, maka semakin cepat

pembusukannya oleh mikroorganisme. Bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu

simpan yang lebih lama dan kandungan nutrisinya masih ada. Akan tetapi misalnya pada

ikan asin, dilakukan penggaraman terlebih dulu sebelum dikeringkan. Ini dilakukan agar

spora yang dapat meningkatkan kadar air dapat dimatikan (Ranganna, 1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan antara lain:

1. Laju pemanasan waktu energy (panas) dipindahkan pada bahan.

2. Jumlah panas yang dibutuhkanuntuk menguakan tiap pound air.

3. Suhu maksimum pada bahan.

4. Tekanan pada saat terjadinya penguapan.

5. Perubahan lain yang mungkin terjadi didalam bahan selama proses penguapan

Alat pengering mempunyai banyak jenis, antara lain yaitu alat pengering tipe bak dan

alat pengering tipe rak (tray dryer). Alat pengering tipe rak (tray dryer) mempunyai bentuk

persegi dan didalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan

dikeringkan. Pada umumnya rak tersebut tidak dapat dikeluarkan. Beberapa alat pengering
jenis ini raknya mempunyai roda sehingga dapat dikeluarkan dari alat pengeringnya. Bahan

diletakkan di atas rak (tray) yang terbuat dari logam dengan alas yang berlubang-lubang.

Kegunaan dari lubang-lubang ini untuk mengalirkan udara panas dan uap air (Rizaldi,

2006).

Jenis alat pengering yang lain, yaitu alat pengering hampa udara. Alat ini digunakan

untuk mengeringkan bahan-bahan yang peka terhadap suhu tinggi seperti sari buah dan

larutan pekat lainnya. Ukuran alat ini hampir sama dengan pengering tipe rak (tray dryer)

tapi dioperasikan dalam keadaan hampa udara. Pengering pada alat ini berlangsung dengan

cepat pada suhu rendah. Pemanasan terjadi dengan jalan memasukkan udara panas ke

dalam ruang pengering melalui lubang-lubang yang terdapat pada setiap rak. Bahan

ditebarkan setipis mungkin diatas rak-rak yang terletak diatas papan yang berlubang. uap

air yang terbentuk dihisap dengan menggunakan vektor uap (Rizaldi,2006).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum alat pengering (dryer) ini adalah

pengering tipe rak.

B. Prosedur Kerja

1. Alat pengering yang digunakan di amati dan digambar

2. Disebutkan bagian-bagian utama dan fungsinya masing-masing

3. Prinsip kerja alat pengering yang di gunakan di jelaskan


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengeringan adalah suatu cara untuk mengurangi kadar air suatu bahan sampai

kadar yang diinginkan, melalui suatu proses pindah panas dan pindah massa. Pada

produk-produk hasil pertanian, pengeringan dapat memperlambat laju kerusakan

akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan dimanfaatkan, sehingga bahan

lebih awet.

2. Pengeringan bahan hasil pertanian dapat dilakukan secara alamiah dengan jalan

menjemur dan dengan jalan dehidrasi yang menggunakan berbagai alat pengering.

B. Saran

Sebaiknya dalam praktikum ini asisten membagi kelompok dengan benar supaya

lebih efisien lagi, karena dalam praktikum didalam ruangan kecil sedangkan jumlah

praktikanya banyak dan yang dibelakang tidak bisa melihat asisten menjelaskan alat.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Z. 2000. Kimia Dasar untuk Teknik Industri. PenebarSwadaya,Jogjakarta.

Djarwo, P. 1988.Teknik Pengolahan Hasil Pertanian. UI Press, Jakarta.

Mujumdar, A.S., 1995. Superheated Steam Drying of Industrial Drying,


2ndEdition. Marcel Dekker, New York.

Ranganna, S., 1977. Manual of Analysis of Fruit and Vegetable Products. TataMc
Graw- Hill Publishing Company Limited, New Delhi

Anda mungkin juga menyukai