1 Usu 15-7-18 Jam 1949
1 Usu 15-7-18 Jam 1949
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFENISI
Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) adalah perasaan mual muntah yang
dirasakan dalam 24 jam setelah prosedur anestesi dan pembedahan.31 Mual didefinisikan sebagai
sensasi subjektif tidak nyaman untuk muntah. Muntah adalah suatu refleks paksa untuk
mengeluarkan isi lambung melalui esophagus dan keluar dari mulut.14,25
Post operatif Nausea and Vomiting (PONV) adalah komplikasi yang sering terjadi setelah
operasi yang menggunakan general anestesi. TONG J et al mengatakan bahwa pasien lebih
sering mengeluhkan masalah PONV daripada nyeri setelah operasi.6
Jalur alamiah dari muntah juga belum sepenuhnya dimengerti namun beberapa
mekanisme patofisiologi diketahui menyebabkan mual dan muntah telah diketahui. Koordinator
utama adalah pusat muntah, kumpulan saraf – saraf yang berlokasi di medulla oblongata. Saraf –
saraf ini menerima input dari :
Sensor utama stimulus somatik berlokasi di usus dan CTZ. Stimulus emetik dari usus
berasal dari dua tipe serat saraf aferen vagus.
Kortikal atas dan sistem limbik dapat menimbulkan mual muntah yang berhubungan
dengan rasa, penglihatan, aroma, memori dan perasaaan takut yang tidak nyaman.12 Nukleus
traktus solitaries dapat juga menimbulkan mual muntah dengan perangsangan simpatis dan
parasimpatis melalui perangsangan jantung, saluran billiaris, saluran cerna dan saluran kemih.35
Sistem vestibular dapat dirangsang melalui pergerakan tiba-tiba yang menyebabkan gangguan
pada vestibular telinga tengah.14
Reseptor sepeti 5-HT3, dopamin tipe 2 (D2), opioid dan neurokinin-1 (NK-1) dapat
dijumpai di CTZ. Nukleus tractus solitarius mempunyai konsentrasi yang tinggi pada enkepalin,
histaminergik, dan reseptor muskarinik kolinergik. Reseptor-reseptor ini mengirim pesan ke
pusat muntah ketika di rangsang. Sebenarnya reseptor NK-1 juga dapat ditemukan di pusat
muntah. Pusat muntah mengkoordinasi impuls ke vagus, frenik, dan saraf spinal, pernafasan dan
otot- otot perut untuk melakukan refleks muntah.9
1. Faktor pasien :
a. Usia muda
b. Wanita
c. Obesitas
f. Kecemasan
j. Kehamilan
2. Faktor pembedahan :
a. Tipe operasi yang merupakan resiko tinggi untuk terjadinya mual muntah seperti
operasi mata, tht, gigi, payudara, ortopedi soulder, laparoskopi, ginekologi, dan pada
pasien-pasien anak seperti operasi strabismus, adenotonsilektomi, orchidopexy
3. Faktor anestesi :
Faktor anestesi yang berpengaruh pada kejadian PONV termasuk premedikasi, tehnik
anestesi, pilihan obat anestesi (nitrous oksida, volatile anestesi, obat induksi, opioid, dan
9
a. Premedikasi
Opioid yang diberikan sebagai obat premedikasi pada pasien dapat meningkatkan
kejadian PONV karena opioid sendiri mempunyai reseptor di CTZ, namun berbeda
dengan efek obat golongan benzodiazepine sebagai anti cemas, obat ini juga dapat
meningkatkan efek hambatan dari GABA dan menurunkan aktifitas dari
dopaminergik, dan pelepasan 5-HT3 di otak.
Anestesi general dengan obat inhalasi anestesi berhubungan erat dengan muntah
paska operasi. PONV yang berhubungan dengan obat inhalasi anestesi muncul setelah
beberapa jam setelah operasi, walaupun ini sesuai dengan lamanya pasien terpapar
dengan obat tersebut.36 Kejadian PONV paling sering terjadi setelah pemakaian
nitrous oksida. Nitrous oksida ini langsung merangsang pusat muntah dan
berinteraksio dengan reseptor opioid. Nitrous oksida juga masuk ke rongga-rongga
pada operasi telinga dan saluran cerna, yang dapat mengaktifkan sistem vestibular
dan meningkatkan pemasukan ke pusat muntah.
Ada perbedaan antara obat anestesi inhalasi, obat anestesi intra vena (TIVA) dengan
propofol dapat menurunkan kejadian PONV. Mekanisme kerjanya belum pasti,
namun mungkin kerjanya dengan antagonis dopamine D2 reseptor di area postrema.
Obat pelumpuh otot golongan non depolarizing biasa digunakan pada prosedur
anestesi general, dimana terdapat penggunaan obat penghambat kolinesterase sebagai
antagonis obat pelumpuh otot tersebut. Obat penghambat kolinesterase ini dapat
meningkatkan PONV, namun etiologinya belum jelas.
10
Nyeri paska operasi seperti nyeri visceral dan nyeri pelvis dapat menyebabkan
PONV. Nyeri dapat memperpanjang waktu pengosongan lambung yang dapat
menyebabkan mual setelah pembedahan.
Pemberian rutin profilaksis PONV pada semua pasien yang menjalani pembedahan tidak
direkomendasikan, karena tidak semua pasien yang menjalani pembedahan akan timbul PONV.
Dengan pemberian profilaksis PONV tersebut justru kadang-kadang menimbulkan efek samping
dari obat sehingga biaya perobatan bertambah besar. Oleh sebab itu, kita harus selektif dalam
memilih pasien-pasien yang beresiko untuk terjadinya PONV. Telah banyak penelitian dalam
mengidentifikasi faktor-faktor resiko untuk terjadinya PONV dan membuatnya menjadi suatu
formula untuk menghitung faktor resiko PONV.11
Telah banyak penelitian yang telah dibuat untuk mengidentifikasikan faktor resiko untuk
terjadinya PONV dan telah dikembangkan perhitungan untuk terjadinya PONV. Salah satunya
adalah Korean Predictive Model for PONV. Menurut model ini ada 5 faktor besar dalam
menentukan faktor resiko PONV yakni wanita, riwayat PONV sebelumnya atau motion sickness,
lama operasi lebih dari 1 jam, riwayat tidak merokok, dan riwayat penggunaan opioid sebelum
operasi untuk mengatasi nyeri.11,13
11
Biaya efektif dari obat anti mual muntah ditentukan oleh penggunaannya. Hill et al
melaporkan bahwa terapi profilaksis PONV pada resiko tinggi PONV, biayanya lebih efektif dari
pada penggunaan plasebo, karena peningkatan biaya berhubungan dengan PONV. Mereka
menentukan bahwa ada penambahan biaya pada pasien yang menggunakan plasebo untuk PONV
sampai seratus kali dibandingkan dengan penggunaan profilaksis PONV.8
2.4. PENATALAKSANAAN
Telah banyak penelitian tentang penatalaksanaan PONV ini. Dibawah ini akan dijelaskan
tentang penatalaksanaan PONV baik yang bersifat farmakologikal ataupun non farmakologikal.
Farmokologikal :
a) Antagonist reseptor Serotonin: bahwa tidak ada perbedaan efek dan keamanannya
diantara golongan –golongan Antagonist reseptor Serotonin tersebut, seperti Ondansetron
, Dolasetron, Granisetron, dan Tropisetron untuk profilaksis PONV. Obat ini efektif bila
diberikan pada saat akhir pembedahan. Banyak penelitian dari golongan obat ini seperti
Ondansetron dimana mempunyai efek anti muntah yang lebih besar dari pada anti
mual.8,35,36
b) Antagonist Dopamin: Reseptor Dopamin ini mempunyai reseptor di CTZ, bila reseptor
ini dirangsang akan terjadi muntah, antagonist Dopamin tersebut seperti:Benzamida
(Metoklopramide dan Domperidon),Phenotiazine (Clorpromazine dan
Proclorpromazine), dan Butirophenon( Haloperidol dan Droperidol).14,35,36
e) E. Steroid : Dalam hal ini obat yang sering digunakan adalah deksametason.
Deksametason berguna sebagai profilaksis PONV dengan cara menghambat pelepasan
prostaglandin. Efek samping pemakaian berulang deksametason adalah peningkatan
infeksi, supressi adrenal, tetapi tidak pernah dilaporkan efek samping timbul pada
pemakaian dosis tunggal.8,35,36 Obat ini juga menurunkan motilitas lambung dan
rangsangan aferen di pusat muntah, efek samping yang sering terjadi pada obat ini adalah
pandangan kabur, retensi urine, mulut kering, drowsiness.14,35,36
Non Farmakologikal
Ada bebagai macam tehnik non farmakologikal termasuk akupuntur, rangsangan saraf
melalui transkutaneus, acupoint stimulation, acupressure.14
Ondansetron
13
1. Blokade sentral di CTZ pada area postrema dan nukleus traktus solitaries sebagai
kompetitif selektif reseptor 5-HT3
2. Memblok reseptor 5-HT3 di perifer pada ujung saraf vagus di sel enterokromafin
di traktus gastrointestinal
Efek samping yang sering timbul pada dosis terapi adalah sakit kepala dan konstipasi,
lemas, peningkatan enzim hati.34,38,41 Aritmia jantung dan AV blok telah dilaporkan setelah
pemakaian Ondansetron dan Metoklopramid. Iskemia jantung akut yang berat telah dilaporkan
pada pasien tanpa kelainan jantung. Ondansetron dan obat golongan antagonis reseptor 5-HT3
lainnya dapat menyebabkan peninggian QT interval di elektrokardiografi tetapi hal ini tidak
dijumpai pada pemakaian droperidol.38,41 Belum diketahui adanya interaksi dengan obat SSP
lainnya seperti diazepam, alkohol, morfin dan lain-lain.34
14
Reseptor glukokortikoid juga ditemukan pada nukleus traktus solitaries, nucleus raphe,
dan area postrema, dimana inti-inti tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas
mual muntah. Efek antiemetik Deksametason juga dihubungkan dengan supresi dari
adrenokortikotropin yang telah diteliti responnya terhadap stimuli pergerakan sehingga
deksametason sangat efektif dalam penanganan motion sickness.40
Deksametason memiliki waktu kerja yang lama sekitar dua jam dan sangat baik diberikan
sebagai profilaksis saat sesudah induksi dibandingkan saat selesai anestesi untuk mencegah
PONV.1 Deksametasone mempunyai waktu paruh 36-72 jam.6 Deksametason mempunyai efek
yang sama pada anak-anak dan dewasa.34
15
Kombinasi obat ini telah banyak dilaporkan sangat baik sebagai profilaksis PONV
khususnya pada pasien-pasien resiko tinggi untuk terjadinya PONV. Cara kerjanya ada 3 yakni :
b. Efek anti inflamasi dari deksametason dapat mencegah pelepasan serotonin di usus.
c. Deksametason dapat meningkatkan efek umum dari anti emetic dengan meningkatkan
sensibilitas dari reseptor.17
16
Vagus Tingkat
Pusat Mual Muntah Ketenangan
Opiat 5‐HT3
di usus
N2O
KERANGKA KONSEP
PEMBEDAHAN
ONDANSETRON ONDANSETRON
2mg dan 4mg dan
DEKSAMETASON DEKSAMETASON
4mg 4mg
PONV 17