Ilustrasi Pondasi Ramah Gempa dengan metode Konstruksi Sarang Laba Laba
Rumah Sakit Al-Islam (RSAI) berlokasi di Jalan Soekarno Hatta Bandung Jawa
Barat menggunakan Konstruksi Sarang Laba-Laba untuk perluasan ruang rawat inap
dan rawat jalan Gedung Ibnu Sina 2 demi memberikan kenyamanan kepada pasien.
“Kami menggunakan konstruksi sarang laba-laba karena tidak membutuhkan alat berat
dan ramah lingkungan sehingga tidak mengganggu pasien,” kata Wakil Direktur RSAI
Bandung, DR. H. Dadang Rukanta, SpOT, FICS, MKES saat dihubungi, Kamis.
Peresmian Gedung baru RSAI, Ibnu Sina 2 yang diresmikan Gubernur Jawa
Barat Ahmad Heryawan atau Aher, dibangun di atas lahan tiga hektar, di dalamnya
terdapat berbagai fasilitas, di antaranya ruang rawat inap VVIP sebanyak 28 tempat
tidur, ruang rawat jalan terdiri dari enam poliklinik eksekutif, dan satu unit pelayanan
kemoterapi terdiri dari delapan tempat tidur. Dengan menerapkan konsep “green
hospital”, RS yang bediri sejak tahun 1990 ini memilki ruang terbuka hijau 30 persen,
serta akan dikembangan lagi fasilitas lainnya, seperti akan membangun gedung lima
lantai untuk UGD, poliklinik, dan berbagai fasilitas lainnya.
Dadang menjelaskan, penggunaan Konstruksi Sarang Laba-Laba merupakan inisiatif
Ketua 1 Yayasan Al-Islam, almarhum Ir. Sandi A. Siregar, M. Arch yang berkeinginan
perluasan bangunan jangan sampai menganggu operasional RS Al-Islam. Sandi melihat
konstruksi sarang laba-laba akan mampu menunjang pembangunan Ibnu Sina 2 yang
dirancang memiliki ketinggian empat lantai.
Dengan melihat kondisi tanah yang labil maka dipilih menggunakan konstruksi
sarang laba-laba yang merupakan karya anak bangsa, kata Dadang menjelaskan. Usulan
ini, kata Dadang, langsung disetujui apalagi dari segi biayanya konstruksi sarang laba-
laba yang termasuk dalam kelompok pondasi dangkal ini terbilang jauh lebih efisien
dibandingkan menggunakan konstruksi lainnya. Dadang mengatakan konstruksi
menggunakan padat tenaga kerja disamping penggunaan bahan bangunannya tidak
terlalu sulit, seluruhnya tersedia di kota Bandung.
"Rumah baca ini dibangun atas instruksi langsung dari Presiden. Teknologi yang
digunakan yaitu teknologi apung. Selain itu listrik bersumber dari tenaga surya,
sementara sanitasi menerapkan teknologi biofil. Ini merupakan inovasi baru dan
pertama kali di Indonesia" jelas Basuki dikutip dari Tribun Jateng (Sabtu 26/11). Basuki
melanjutkan, sisi efisien dari bangunan rumah apung ini adalah tidak memakai pondasi
sehingga lebih murah.
"Harganya 40 persen dari bangunan rumah biasa dengan pondasi. Jadi lebih
hemat. Kendalanya pun tidak ada," katanya. Teknologi apung ini pun dikembangkan
dengan Sistem Modular Wahana Apung (Simowa) yang ramah lingkungan. Bangunan
ini berdiri di atas ponton atau wahana apung berukuran 10 meter x 14 meter dengan
bahan styrofoam dan beton (b-foam). Ponton ibarat pondasi dalam rumah. Ia
mengapung di permukaan air sebagai landasan bangunan di atasnya. Ketinggian muka
rumah dapat disesuaikan dengan kondisi air yang ada, demikian Kompas.com (26/11)
menulis. Jika ketinggian air naik, ketinggian rumah juga meningkat. Begitu juga
sebaliknya.
Sementara antara rumah dengan daratan dihubungkan oleh jembatan yang bisa
bergerak fleksibel. Bangunan dalam rumah apung menggunakan energi mandiri, yakni
melalui panel surya berkapasitas 1.000 watt. Oleh sebab itu rumah ini tidak
membutuhkan pasokan listrik karena mampu menghasilkan listrik mandiri. Mengapa
menggunakan teknologi listrik tenaga surya? Basuki mengatakan daerah Tambaklorok
merupakan kawasan dengan intensitas sinar matahari yang tinggi. Artinya sangat cocok
memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber listrik.
Sementara untuk pemenuhan air bersih dan sanitasi dipasang destilator yang
mengubah air laut menjadi air bersih. Sedangkan saluran pembuangan seperti
pengolahan air limbah kamar mandi atau WC menggunakan biofil hasil karya Badan
Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR. Dilansir
dari Republika (26/11), Kepala Balitbang Danis H Sumadilaga mengatakan bahwa biaya
untuk membangun purwarupa rumah apung ini kurang lebih sekitar Rp600 juta.
Bangunan dua lantai ini dikerjakan dalam waktu kurang dari satu tahun. Dindingnya
menggunakan bahan bata ringan sehingga tidak mengurangi kestabilan. Atap
menggunakan bahan bambu pilihan yang sudah diawetkan.
Adapun kusen jendela dan pintu menggunakan bahan aluminium karena lebih
ringan. Rumah apung diklaim dapat bertahan hingga 50 tahun. Pada lantai satu seluas
128 meter persegi, digunakan untuk balai warga. Di lantai ini pula terdapat fasilitas dua
kamar mandi yang masing-masing seluas 6 meter persegi.
Lantai dua seluas 72 meter persegi menjadi rumah baca. Di dalamnya ada sekitar 300
buku untuk anak-anak dan remaja.
Beton memang tak asing di dunia teknik sipil. Beton dikenal sebagai material
bangunan, dan biasanya beton tersusun dari komposisi utama batuan, air, dan semen.
Dikenal luas karena bahan pembuatnya relatif mudah didapat secara lokal, walaupun
harganya lumayan mahal. Akan tetapi beton yang berbahan semen, air dan batuan ini
kerap mendapat kritik karena dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu, banyak pakar
mulai mencari solusi sebagai alternatif bahan - bahan campuran beton.
Para pakar tersebut mengupayakan untuk menemukan bahan - bahan yang dapat
menggantikan posisi semen, air, dan batuan ini. Salah satunya dengan menggantikan
salah satu bahan dasar pembuatan beton dengan polimer. Polimer adalah suatu zat kimia
yang terdiri dari molekul - molekul yang besar, dengan karbon dan hidrogen sebagai
molekul utamanya. Bahan ini berasal dari limbah plastik yang didaur ulang, kemudian
dicampur dengan bahan kimia lainnya.
Bahan dasar beton polimer ini ditemukan lewat hasil penelitian dan uji coba
seorang peneliti bahan dasar bangunan, Djuanda Suraatmadja. Penelitian yang
dilakukan di laboratorium Struktur Bahan serta Institut Teknologi Bandung dan LIPI
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) ini menarik perhatian para ilmuwan serta
industriawan mengingat beberapa keistimewaan dan kebihan beton polimer dibanding
beton semen. Beton polimer ini terdiri dari suatu polimer yang bahan perekatnya
berupa thermosetting polimer dan bahan pengisinya berupa agregat (kumpulan pasir
atau kerikil). Dan beton polimer memiliki sifat kedap air, tidak terpengaruh sinar
ultaraviolet, daya tahan korosi lebih baik, tahan terhadap larutan agresif seperti bahan
kimia serta bisa mengeras di dalam air sehingga bisa digunakan untuk memperbaiki
bangunan - bangunan di dalam air. Satu - satunya kelemahan yang hingga kini belum
teratasi adalah harga beton polimer masih belum bisa lebih rendah dibanding beton
semen, kecuali untuk daerah Irian Jaya, sebab di Irian Jaya harga semen sangat mahal.
Oleh karena itu beton polimer lebih banyak digunakan di Irian Jaya. Dan diluar itu,
beton polimer lebih banyak digunakan untuk rehabilitasi bangunan yang rusak.(Sumber:
http://www.channelpondasi.com/articles/apakah-beton-berbahan-dasar-polimer-ramah-
lingkungan)
2. BAHAN RAMAH LINGKUNGAN UNTUK ATAP
a. Atap Ramah Lingkungan Mulai Diadopsi di Seluruh Dunia
Markas besar British Horse Society yang dikelilingi pohon-pohon oak tua dengan
atap ramah lingkungan. (Sky Garden Ltd/Wikimedia Commons).
Minggu ini, San Francisco menjadi kota AS pertama yang mengharuskan atap
bangunan didesain secara ramah lingkungan. Teknik desain ini dengan menyediakan
area untuk tanaman di atas atap sebuah bangunan. Aksi terbaru ini didasarkan pada tren
yang berkembang dan telah banyak di lakukan di berbagai. Desain ini menawarkan
manfaat yang signifikan bagi planet ini. Undang-undang baru ini mulai berlaku pada
bulan Januari. Konsep desain ini membutuhkan antara 15 - 30 persen atap bangunan
pada proyek-proyek baru, dan konstruksi untuk menggabungkan energi panel surya
dengan atap ramah lingkungan, atau campuran keduanya.
Sedangkan untuk sektor industri seperti pabrik dan pergudangan, produk yang
ditawarkan adalah Tratas Natural. Produk tersebut memiliki ukuran yang lebih besar
sehingga lebih mudah dipasang. Selain itu, dengan ukuran yang besar bisa mengurangi
risiko bocor akibat pemasangan yang tidak sempurna. Manager Pemasaran NS
Bluescope Lysaght Indonesia, Martha Aswini mengatakan, produk yang hanya dibuat di
Semarang ini tidak hanya dipasarkan di Pulau Jawa tetapi juga luar pula seperti
Makassar, Palembang, Pekanbaru hingga Papua. ”Kami menargetkan pertumbuhan
produk ini dapat melebihi pertumbuhan industri yang semakin berkembang. Sementara
berdasarkan segmen, dari 18 produk yang sudah ada, dua produk terbaru ini diprediksi
bisa berkontribusi 40% untuk perumahan dan 30% industri,” tandasnya. (MS-
16).(Sumber:http://metrosemarang.com/bluescope-lysaght-luncurkan-atap-metal-ramah-
lingkungan)
c. Kreatif, Pelajar SMA Ini Membuat Genteng dari Sampah !
Pantai Sanur, Denpasar, Bali, termasuk destinasi wisata paling digemari turis
karena keindahan alamnya. Tak hanya elok, Bali pun menyuguhkan beragam
pengalaman budaya dalam tradisi yang telah melekat erat selama berabad-abad. Namun,
ada sisi lain yang ditangkap I Made Bagus Wisnu Wisnawa dan I Wayan Narayana
Putra saat menyusuri area Sanur. Kedua siswa SMA Negeri 6 Denpasar ini melihat
tumpukan sampah mengancam keindahan lingkungan, termasuk Pantai Sanur yang
letaknya sekitar 2 kilometer dari sekolah mereka.
"Setiap beberapa periode itu kan kami ada upacara adat, sembahyang. Nah,
sampah (dari upacara) ini lama-lama menumpuk. Got-got sering kali penuh sehingga
memicu banjir dan membuat kotor," kata Wisnu saat dihubungi Kompas.com, Rabu
(30/12/2015). Tak berhenti di situ. Permasalahan ini mereka utarakan kepada Guru
Fisika di sekolah, I Ketut Sinah, untuk mencari solusi alternatif.
"Dari tes yang dilakukan, genteng kami baru pecah saat diberi beban lebih dari
30 kilogram. Kalau dari tanah liat, 20 kilogram saja sudah pecah," ucap Ketut, guru
Fisika yang juga membimbing penelitian Wisnu dan Narayana. Bahkan, karya mereka
terbukti mampu menjuarai kompetisi Toyota Eco Youth (TEY) 2015 untuk kategori
sains. TEY merupakan kompetisi yang dirancang khusus bagi pelajar sekolah menengah
untuk membangun cara berpikir dan berkontribusi nyata terhadap perbaikan lingkungan
di sekitar sekolah.
"Kalau kami amati dari beberapa kali penyelenggaraan program TEY ini,
partisipasinya semakin meningkat. Artinya, mereka semakin terlibat. Kemudian, tiap
sekolah juga melibatkan siswanya, termasuk guru-gurunya untuk semakin peduli dan
sadar untuk mencari solusi permasalahan lingkungan sekitar," kata Direktur Corporate
and External Affair Directorate PT TMMIN I Made Tangkas kepada Kompas.com,
Rabu (2/9/2015).
Saat ini, pengujian tahap akhir sedang dilakukan untuk menguji ketahanan
genteng biokomposit terhadap cuaca. Periode pengujian dilakukan bertahap dengan
jangka waktu 6 bulan hingga 5 tahun. "Kami lihat, tahan atau enggak. Rencananya,
setelah itu baru akan kami patenkan. Nah, karena nanti kami sudah lulus, yang akan
meneruskan adik-adik kelas kami," ucap Wisnu.
Semakin peka
Dari penelitian tersebut, dua ilmuwan muda itu meraih grand awards dalam
ajang Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) 2015 yang digelar di
Pittsburgh, AS. Sementara itu, dari Pontianak, Kalimantan Barat, Hansen Hartono dan
Shinta Dewi mengembangkan penelitian untuk menyaring air di Sungai Mandor yang
mengandung kadar merkuri tinggi. Padahal, air sungai tersebut merupakan sumber air
penopang kehidupan masyarakat sekitar. "Kami mencari cara paling efektif dan murah
untuk menyaring logam besi dan merkuri di sungai yang tercemar," tutur Hansen.
Penemu yang berbasis di Selandia Baru Peter Lewis bisa mengubah sampah
plastik menjadi dinding. Temuan ini dinamakan RePlast. Sistem modular ini berada di
pusat ByFusion, sebuah perusahaan dari Amerika Serikat yang mengubah 100 persen
sampah plastik menjadi bahan bangunan alternatif. Mesin RePlast mengubah jenis
sampah plastik menjadi blok RePlast. Tidak seperti beton biasa, blok ini tidak
memerlukan lem atau perekat lainnya.
Sementara beton tradisional dibuat dalam bentuk tertentu, RePlast cukup fleksibel yang
dapat disesuaikan dengan beberapa bentuk dan kepadatan. Karena sistemnya modular,
RePlast adalah produk yang portabel. Mesin ini dirancang untuk beroperasi
menggunakan gas atau listrik dan tidak memerlukan plastik yang diratakan atau dicuci.
Blok konstruksi yang dibuat dari sampah plastik ini merupakan salah satu peningkatan
level dari proyek ramah lingkungan. Proyek ramah lingkungan lainnya termasuk batu
bata tanah liat terbuat dari puntung rokok yang dibuang oleh Universitas
RMIT Australia, yaitu EcoBricks. Selain itu, ada pula botol plastik ukuran dua liter
yang diisi dengan bahan non-daur ulang dan batu bata Eco-BLAC, yang biayanya
rendah dan alternatif ramah lingkungan terbuat dari limbah industri.
(Sumber:http://properti.kompas.com/read/2016/08/12/070000121/Inovasi.Baru.Sampah.
Plastik.Bisa.Jadi.Dinding.Rumah)
RumahCom – Kayu maupun bambu sudah biasa kita dapati sebagai material
untuk membuat bangunan. Begitu pula batu bata atau bahkanbeton. Namun, apak
ah Anda pernah membayangkan untuk membangun rumah dari botol plastik.
Mereka mengisi botol-botol plastik dengan tanah kering atau serpihan material
bangunan lama. Botol-botol itu kemudian ditata layaknya batu bata dan direkatkan satu
sama lain dengan adonan lumpur. Untuk membangun sebuah rumah dengan tiga kamar,
dibutuhkan kurang lebih 7.800 buah botol. Dengan teknik yang sederhana ini, rumah
yang didirikan memiliki beberapa kelebihan. Misalnya, anti-gempa. Selain itu,
mengingat Nigeria merupakan negara rawan konflik, rumah botol juga menguntungkan
karena anti-peluru.
Untuk kita di Indonesia, kualitas anti-peluru seperti itu barangkali tidak begitu
dibutuhkan. Tapi botol bekas untuk membangun rumah tetaplah ide yang menarik dan
patut dicoba. Bukan hanya material alternatif ini lebih hemat biaya, tapi juga lebih
ramah lingkungan. Semakin banyak upaya yang kita lakukan untuk menggunakan atau
mendaur ulang sampah-sampah plastik, tentunya akan semakin baik untuk mengatasi
masalah-masalah akibat sampah yang menggunung. Kampanye lingkungan ini pula
yang coba digaungkan lewat pendirian bangunan berbahan botol plastik di tempat lain,
yakni di Taipei. Setahun sebelum proyek di Nigeria dimulai, arsitek Arthur Huang
merancang sebuah bangunan pusat kegiatan bernama EcoARK. Bangunan tiga lantai ini
bahkan memiliki ampiteater dan aula pameran.
(Sumber: http://www.rumah.com/berita-properti/2016/4/122622/rumah-botol-bekas-
ramah-lingkungan-dan-anti-peluru)
Bagi mereka yang ingin membangun rumah dengan material sejenis, Christian
Wetjen menyarankan untuk membangun sendiri. “Bersiaplah untuk membuat proyek
tersebut sendiri, karena belum ada pekerja bangunan lokal yang menggunakan jerami
untuk material bangunannya, selain itu lakukan riset yang mendalam,” ia menyarankan.
Tumbuh besar di Jerman, dimana pelestarian lingkungan menjadi norma yang wajib
diterapkan, Wetjen terkejut mengetahui perumahan di Perth tidak lagi memanfaatkan
desain tenaga surya dan layout fleksibel untuk pembangunan rumah. Dengan tujuh
orang yang tinggal dirumah ini, penggunaan tenaga surya dapat memenuhi kebutuhan
energi mereka yang tinggi. Fitur ramah lingkungan lain yang ada di rumah ini adalah
disediakannya sistem pemanas air bertenaga surya, tanki air yang menampung air hujan
untuk membilas kloset dan menyiram tanaman, efisiensi energi pada pencahayaan, serta
desain tenaga surya pasif seperti jendela yang menghadap utara serta jendela yang
bergulir untuk memaksimalkan ventilasi. (Sumber:http://properti.liputan6.com/read/240
5623/rumah-ramah-lingkungan-ini-terbuat-dari-jerami).
4. BAHAN BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN UNTUK
PLAFON
Gipsum yang diproduksi Jayaboard juga tidak mengandung asbestos yang dapat
menyebabkan kanker, dan juga mempunyai kandungan volatile organic
compound (VOC) yang jauh di bawah ambang batas yang ditentukan. Gipsum juga
lebih hemat energi. Jika di ruangan ber-AC, gipsum lebih cepat beraklimatisasi untuk
membuat ruangan lebih cepat dingin dibandingkan dengan pemakaian material
konvensional lain. Yang jelas, gipsum ramah terhadap lingkungan sehingga cocok
dengan konsep green property. Karena, begitu material ini tidak terpakai lagi atau
menjadi sampah, gipsum tidak akan mencemari tanah sebab akan langsung melebur
sendiri dalam tanah. Bahkan, kalau mau, kita bisa mengolahnya lagi menjadi material
gipsum yang baru.
Produk Placker memiliki peluang komersil yang cukup tinggi dikarenakan biaya
produksi yang murah, ramah lingkungan dan bahan baku mudah didapatkan. Selain bisa
mengurangi penggunaan asbes dan semen, produk ini diharapkan mampu memberikan
potensi bagi masyarakat daerah pesisir dengan dimanfaatkannya limbah cangkang
kerang ini. (Sumber: http://manunggal.undip.ac.id/placker-plafon-cangkang-kerang-
inovasi-plafon-terbaru-ramah-lingkungan/)
Kelebihannya
Linoleum merupakan bahan pelapis lantai yang terbuat dari campuran minyak
biji rami (linseed oil) dengan tepung kayu, serbuk gabus, dan kain berserat kuat.
Dengan bahan-bahan tersebut, linoleum menjadi pelapis yang ramah lingkungan karena
bisa didaur ulang dan mudah diuraikan. Pelapis lantai yang marak digunakan di Eropa
dan AS ini selain mudah didaur ulang, juga tidak merusak alam karena tidak menambah
penggunaan kayu. Linoleum memiliki sifat elastis, sehingga mudah pemasangannya,
sangat mudah dibersihkan dan tidak mudah terbakar. Bahannya yang elastis ini ternyata
juga anti rayap, sehingga lebih awet dari lantai parket yang berpori. Linoleum telah
banyak digunakan di berbagai negara, bahkan diandalkan untuk melapisi lantai rumah
sakit. Hal ini disebabkan lapiran linoleum secara permanen memiliki sifat anti bakteri
(tentunya selama lantai dalam keadaan bersih), tidak mengandung bakteri atau kuman
yang membahayakan kesehatan, dan higienis.
Jenis-jenis linoleum
Secara umum ada tiga jenis linoleum, yakni marmoleum, artoleum, dan walton.
Jenis tersebut sebenarnya bukan klasifikasi yang tepat, karena lebih berdasarkan merk.
Marmoleum, salah satu merk yang cukup menguasai pasar linoleum dunia,
menghadirkan linoleum dengan corak natural seperti kayu, marmer, dan batu alam.
Sejak berdiri tahun 1860, Marmoleum telah menghasilkan banyak motif dan baru-baru
ini mengeluarkan koleksi terbaru dengan motif linear, solid, dan andalannya : marmer.
Sementara itu, Artoleum yang awalnya fokus pada corak kayu, kini mulai emrambah
corak batu alam dengan berbagai warna. Sedangkan Walton lebih mengandalkan tekstur
seperti kulit binatang dan motif-motif modern.
Cara pasang
Kelemahan
Seawet dan sebaik apapun suatu bahan, tetap memiliki sisi kelemahan. Linoleum
rentan pada gesekan benda-benda tajam. Usahakan ujung kaki meja, kursi, dan
perabotan lain yang langsung menyentuh lantai tidak tajam. Gesekan benda tajam
membuat linoleum mudah rusak dan mengelupas. Untuk membersihkan permukaan
lantai linoleum, Anda cukup mengelapnya dengan kain pel lembab, seperti Anda
membersihkan lantai keramik. Jangan diberi air yang berlebihan, jangan disikat, dan
jangan menggunakan zat kimia untuk membersihkannya. Maksimal, Anda boleh
menggunakan cairan karbol. Sejauh ini, harga linoleum masih cukup mahal bila
dibandingkan lantai keramik biasa. Tetapi, harga sekitar RP 150.000/meter persegi
sudah cukup murah bila dibandingkan dengan lantai kayu asli. Anda pun memiliki
banyak kelebihan dari pelapis lantai ramah lingkungan ini. Bagaimana? Berminat
mencobanya? (Sumber: http://media.rooang.com/2014/08/linoleum-bahan-pelapis-
lantai-ramah-lingkungan/)
Selain lantai kayu, lantai dengan material bambu juga sudah mulai banyak
digunakan. Apalagi harga kayu yang sekarang ini semakin melejit. Selain itu
penggunaan material kayu tidaklah ramah lingkungan karena berpotensi untuk
menimbulkan semakin banyaknya pohon yang ditebang hanya untuk diambil kayunya.
Berbeda halnya dengan material bambu yang merupakan salah satu jenis tumbuhan
yang dapat tumbuh dengan mudah sehingga materialnya juga lebih mudah didapatkan.
Material bambu juga tidak kalah kuat dibandingkan dengan material dari kayu. Bambu
yang dapat dipakai untuk dijadikan lantai rumah haruslah yang sudah berusia 4 hingga 6
tahun. Pada saat inilah, bambu sedang berada dalam masa terbaiknya, tidak terlalu
muda, dan juga tidak terlalu tua. Bambu hadir dengan berbagai variasi, ukuran dan
warna. Warna dari material bambu juga hampir serupa dengan warna kayu yaitu terdiri
dari warna seperti cokelat muda, cokelat kekuningan dan berwarna cokelat gelap.
Pengaplikasian bambu untuk dijadikan sebagai lantai rumah sangat mudah dipasang.
Lantai bambu dapat dipasang dengan cara menempelkannya langsung ke cor beton atau
memasukannya pada celah lantai dengan gaya mengambang. Lantai bambu biasanya
ditemukan untuk area rumah makan yang bernuansa tradisional dan juga pedesaan.
Namun jika diterapkan kini, lantai bambu ternyata juga dapat menampilkan kesan yang
modern dengan penataan furnitur yang tepat. Jika lantai bambu dirawat dengan baik,
fungsi dan ketahanannya sama dengan ketahanan sebuah lantai kayu. Sudah saatnya
menggunakan material yang ramah akan lingkungan kan? Tertarik untuk
mengaplikasikan lantai ini di rumah Anda? (Sumber:http://www.rumahku.com/artikel/r
ead/lantai-bambu-solusi-material-ramah-lingkungan-untuk-rumah-409065)
c. Lantai Gabus
Lantai gabus yang berasal dari kulit pohon oak (ek) gabus yang bisa dipanen
setiap 10 tahun tanpa merusak pohonnya. Untuk alasan itu tentu lantai gabus menjadi
pilihan material bangunan yang ramah lingkungan. Lantai gabus membuat telapak kaki
Anda terasa nyaman karena hangat dan teksturnya yang lembut. Lantai jenis ini
memiliki keunggulan, sebab tahan terhadap kelembaban, jamur, bakteri, dan tidak
menimbulkan sensi dingin pada telapak kaki. Untuk itu lantai ini sangat cocok
digunakan untuk area dapur dan ruang bermain atau ruang bawah tanah yang dingin.
Namun, perlu diingat bahwa lantai ini rentan terkena goresan, sehingga tidak cocok
untuk area yang memiliki lalu lintas tinggi. Untuk itu sebaiknya aplikasikan pelindung
dari lilin atau polyurethane. (Sumber: https://nikifour.co.id/material-lantai-yang-ramah-
lingkungan/)
REDUCE, REUSE & RECYCLE
1. REDUCE
Pasar tradisional adalah salah satu lokasi yang menjadi sasaran pemerintah
untuk mendirikan fasilitas pembuatan kompos. Hal ini dilakukan karena penyumbang
sampah terbesar di Jakarta berasal dari tempat perdagangan tersebut. Selain itu, 80
persen buangan dari pasar tergolong sampah organik yang bisa diubah menjadi kompos.
Tempat pengelolaan sampah yang juga menjadi sentra composting, salah satunya
berada di Kampung Rambutan. Meski baru beroperasi tiga bulan, fasilitas yang terletak
di Jakarta Timur ini mampu menghasilkan sekitar 800 kilogram kompos setiap bulan.
Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Malaka
Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur juga menangani sampah di wilayahnya dengan
memanfaatkan balai kompos untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos.
Hasilnya dibeli warga setempat dan uang penjualannya dikelola oleh koperasi dan
bendahara RT/RW untuk kepentingan warga. Dengan usaha-usaha tersebut, diharapkan
pengelolaan sampah tidak hanya mengandalkan pengangkutan ke TPST. Karena
pengangkutan sampah ibarat memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat lain.
Bahkan mungkin akan akan menimbulkan masalah baru, baik bagi Jakarta maupun
daerah tujuan pembuangan akhir. (Sumber : http://smartcity.jakarta.go.id/blog/220/cara-
mudah-mengurangi-sampah-ibu-kota-dengan-metode-composting.)
Ia pun menyatakan bahwa dalam 1,5 tahun kedepan, Bekasi diperkirakan sudah
tidak dapat menampung sampah yang ada. “Dalam sehari sampah yang ada di Bekasi
bisa mencapai 1.700 ton, dimana 30% di antaranya adalah sampah non-organik” ujar
Eddy.Maka dari itu, bank sampah hadir untuk mengelola sampah-sampah non-organik
tersebut untuk didaur ulang. Target dari BSIP adalah semua RW di Kota Bekasi
memiliki bank sampah masing-masing. “Sampai saat ini, kita baru memiliki 87 bank
sampah aktif se-Kota Bekasi. Target kami adalah 1.000 bank sampah di Kota Bekasi,”
ujarnya. BSIP berharap nantinya setiap RW memiliki bank sampahnya sendiri.Maka
dari itu, BSIP giat melakukan sosialisasi dan pembinaan. Salah satunya adalah program
Pekan Aksi Peduli Sampah yang sedang berlangsung dari tanggal 20 Maret – 26 Maret
2017. Eddy menjelaskan bahwa acara ini bertujuan untuk mendorong masyarakat untuk
mengelola sampah nonorganik.
Menurut Purnomo, untuk mendukung kegiatan itu, pedagang di kantin pun juga
diingatkan pihaknya untuk tidak menggunakan plastik dan sejenisnya untuk makanan
yang dijajakan. "Imbauan ini juga cukup efektif, dan itu terlihat dengan volume sampah
yang dihasilkan di SMPN 5 Depok juga terus berkurang. Dengan begitu, sampah yang
diserahkan ke Unit Pengolahan Sampah (UPS) juga lebih sedikit," tuturnya.Purnomo
berharap, ke depan siswa dapat terus menerapkan kegiatan itu, agar nantinya sampah
yang dihasilkan di Kota Depok dapat berkurang jumlahnya. Kegiatan ini juga dapat
menjadi contoh bagi sekolah lain untuk turut serta berkontribusi mengurangi volume
sampah di Kota Depok. "Semoga kegiatan yang kami lakukan dapat diterapkan dapat
mengurangi volume sampah di Kota Depok tidak menumpuk," harapnya.
(Sumber:http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/17/03/18/omze4q384-
begini-program-mengurangi-sampah-ala-smpn-5-depok.)
2. REUSE
Deklarasi ini kata Balthasar Kambuaya merupakan hal yang sangat penting,
karena menyatukan komitmen para pemimpin untuk mewujudkan Indonesia bebas dari
sampah. “Sampah di kota-kota besar baru bisa dikelola di bawah 50 persen. Selebihnya
tidak diurus. Ada yang dibuang di pinggir jalan atau ada juga di sungai. Penyelesaian
sampah membutuhkan leadership yang kuat. Anda harus menjadi role model untuk
memimpin masyarakat,” kata Balthazar Kambuaya.
Kunci sukses keberhasilan pengolahan sampah lanjut Risma juga terletak pada
peran serta aktif masyarakat beserta seluruh elemen yang ada. Keterlibatan semua pihak
dalam upaya mengurangi sampah, menjadikan program 3 R dapat berjalan dengan baik.
”Kata kuncinya adalah partisipasi dari masyarakat, artinya bukan masyarakat saja,
termasuk media juga. Karena itu dampaknya kan global warming. Taruhlah kita
mengelola lingkungan bagus, tapi kalau negara lain, atau tetangga kita enggak, ya sama
saja. Kalau kita mengolah baik, kalau samping-sampingnya enggak ya gak ada gunanya,
kuncinya bagaimana kita mendekati masyarakat, itu yang paling penting,” Risma
menjabarkan kepada Mongabay-Indonesia. Selain masyarakat, gerakan pengurangan
sampah juga diterapkan di sekolah melalui program Eco School. Risma
mengungkapkan, edukasi kepada anak-anak usia sekolah menjadi salah satu langkah
penting menanamkan budaya 3 R di masyarakat, sehingga masyarakat semakin banyak
yang sadar akan pentingnya mengurangi sampah pribadi, karena hingga kini sampah
rumah tangga merupakan penyumbang terbesar sampah perkotaan.
“Di sekolah itu anak-anak bukan hanya mengenal lingkungan, tapi mereka juga
mempraktekkannya, contohnya misalkan, kalau sekolah-sekolah yang sudah ikut
program eco school, maka mereka selalu bawa piring dan gelas, jadi tidak ada lagi
plastik makanan, sekarang mereka gak gunakan, bahkan mereka pantang menggunakan
sedotan,” lanjut Tri Rismaharini yang banyak meraih penghargaan dibidang kebersihan
dan lingkungan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Menurut Risma,
kepedulian warga terhadap pengelolaan lingkungan berjalan selaras dengan upaya
Pemerintah Kota Surabaya, untuk mewujudkan Kota Pahlawan menjadi kota yang hijau,
sejuk dan asri. Hingga kini Surabaya telah memiliki luas Ruang Terbuka Hijau (RTH)
sebesar 26 persen dari keseluruhan luas wilayah Kota Surabaya. Angka terus naik dari
tahun-tahun sebelumnya yang masih sebesar 9 persen dan 12 persen.
Di dalam Undang Undang (UU) Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang
mensyaratkan RTH pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota.
RTH terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Proporsi
RTH publik pada wilayah kota paling sedikit 20 persen dari luas wilayah kota. “Kita
inginnya RTH bisa di atas 30 persen sehingga Surabaya bisa lebih sejuk. Selain
pembuatan taman, RTH juga bisa berupa pembuatan waduk. Tahun ini sedang kita
usahakan,” tutur Risma. Pengolahan sampah mulai dari rumah tangga, tempat
pembuangan sementara di kampung-kampung, hingga di tempat-tempat umum menjadi
langkah yang efektif untuk mengurangi volume sampah. Tri Rismaharini mengatakan,
upaya pengurangan sampah dengan model 3 R oleh masyarakat, telah dilakukan sejak
dari rumah sehingga sangat membantu menekan jumlah sampah yang dibawa ke tempat
pembuangan akhir sampah.
“Kita kampanye untuk tidak memakai tas plastik. Kalau belanja, pakai tas
plastik daur ulang,” pungkas Risma seraya menyebut program Green and Clean, serta
Merdeka dari Sampah, telah digagas Pemerintah Kota Surabaya untuk menciptakan
kampung-kampung bersih dan hijau.
(Sumber: http://www.mongabay.co.id/2014/02/27/surabaya-kota-percontohan-
pengolahan-sampah-terbaik-indonesia/)
b. Program Indonesia Bersih Sampah Dimulai Dari Kota Malang
Wali Kota Malang H. Moch. Anton didampingi Kadisdik Kota Malang Dra. Zubaidah,
MM disambut dengan berbagai atraksi dari para siswa saat menghadiri peresmian
Kantin Sehat SMPN 10 Malang, Rabu (4/2)
Begitu diungkapan Wali Kota Malang H. Moch. Anton dalam acara Peresmian
Kantin Sehat di SMPN 10 Kota Malang. Dalam kesempatan itu orang nomor satu di
jajaran pemerintahan Kota Malang ini juga menjanjikan mengajak Presiden RI
mengunjungi sekolah-sekolah di Kota Malang yang sudah menjalankan gaya hidup
cinta lingkungan sejak dini. Pria yang akrab disapa Abah Anton itu mengungkapkan
bahwa pengelolaan sampah di Kota Malang yang akan diadopsi hingga tingkat nasional
adalah suatu pencapaian yang luar biasa. Terlebih Presiden RI pada hari Sabtu (21/02)
mau hadir ke Kota Malang untuk me-launching program Indonesia Bersih Sampah 2020
dari Kota Malang.
“Itu adalah sesuatu yang luar biasa, saya berharap masyarakat Kota Malang
semakin serius dalam menangani dan mengelola sampah,” jelas Abah Anton, Selasa
(4/2). Abah Anton menjelaskan, nantinya di Kota Malang Presiden akan melihat secara
langsung bagaimana pengelolaan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Supit
Urang sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, mulai dari kompos,
kerajinan, hingga gas metan. “Saat ini juga sedang diteliti potensi gas TPA Supit urang
untuk dijadikan tenaga listrik,” terang Abah Anton.
Potensi yang sedemikian besar di Kota Malang ini diharapkan bisa terus dikembangkan
sehingga lingkungan di Kota Malang semakin sehat. Hanya dengan lingkungan yang
sehat dan terjaga dengan baik kota ini bisa semakin nyaman untuk ditinggali serta
dijadikan tempat tujuan wisata yang selalu ingin dikunjungi.
Kota Malang sudah beberapa kali meraih penghargaan Adipura, Adipura
Kencana, dan Adiwiyata yang tentunya sudah menjadi bukti bahwa kota ini memang
memiliki reputasi yang bagus dalam pengelolaan lingkungan. Keadaan ini harus terus
dijaga dan ditingkatkan dengan baik sehingga lingkungan di Kota Malang ini semakin
hari semakin bagus hingga ke anak cucu kelak. (cah/yon)
(Sumber: http://mediacenter.malangkota.go.id/2015/02/program-indonesia-bersih-
sampah-dimulai-dari-kota-malang/#ixzz4dkH8klLh)
Di tangan-tangan orang kreatif, sampah bisa dirubah menjadi sesuatu yang lebih
berguna dan lebih nyaman dipandang mata. Hal tersebut dilakukan dengan cara
mendaur ulang kembali sampah menjadi sesuatu yang lebih berharga, demi membangun
masyarakat yang paham akan kebersihan serta mengurangi jumlah sampah yang
menumpuk. Dari Solomon Islands, Brasil hingga Pegunungan Everest, para ‘Pahlawan
Sampah’ di wilayah-wilayah ini memberikan solusi kreatif ala pecinta lingkungan agar
dunia tahu bahwa masih ada harapan untuk terus mengedukasi masyarakat cara
menangani sampah dengan baik.
Solomon Islands
Gunung Everest
Tidak hanya di kepulauan atau daerah perkotaan, sampah bisa ditemukan bahkan
di puncak pegunungan. Hal tersebut dilontarkan oleh penulis buku Matt Dickinson yang
menyatakan bahwa sungguh membuat syok jumlah sampah yang ia temukan di atas dan
kaki Gunung Everest, Himalaya. Ia menerangkan bahwa benda-benda seperti silinder
oksigen, tali, kerangka tenda dan botol bir masih banyak berserakan di daerah dimana
turis sering datang. Bahkan rongsokan bekas helikopter yang jatuh pada tahun 1974
sempat didiamkan begitu saja.
Namun, sekelompok seniman tidak hanya diam begitu saja melihat fakta
tersebut. 15 seniman ini berhasil mengubah 8 ton sampah, termasuk yang tersisa dari
helikopter jatuh, menjadi 75 karya seni. 75 karya seni ini dipertunjukkan melalui
pameran ‘Everest 8848 Art Project’ yang di gelar di ibukota Nepal, Kathmandu dan
juga kota Pokhara. “Kami berharap dengan diadakannya proyek transformasi sampah
menjadi karya seni ini para seniman akan mendapatkan popularitas dan apresiasi yang
tinggi dari masyarakat setempat dan dunia. Terlebih agar gunung Everest menjadi lebih
bersih,” kata penyelenggara proyek ‘Everest 8848 Art’, Kripa Rana kepada The
Telegraph. (Sumber: http://global.liputan6.com/read/2480777/unik-warga-di-3-lokasi-
ini-menyulap-sampah-jadi-karya-seni.)
b. Kreatif, Perpustakaan Mini Ini Terbuat dari Tandon Air Bekas
"Proses sederhana, sampah plastik dicacah dan dilebur dalam aspal panas.
Proses menggunakan semua jenis sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang. Proses
ini ekonomis, karena bisa menghemat 6,5 persen dari jalan yang biasa dibuat dengan
aspal murni. Jalan ini memiliki sisi ketahanan yang lebih lama (pemeliharaannya
sederhana) serta memiliki dampak positif terhadap lingkungan untuk teknologi daur
ulang yang terbilang aman," tutur Nani dalam siaran persnya, seperti dilansir Kantor
Berita Antara. Rencananya, Kemenko Kemaritiman akan mengimplementasikan
teknologi tersebut dalam waktu dekat. Mereka akan menggandeng Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Institut Teknologi Bandung dan Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Kemitraan ini diperlukan untuk tindak lanjut implementasi jalan raya plastik,
alih teknologi termasuk pelaksanaan proyek demonstrasi. Sementara terkait regulasi,
data sampah, perjanjian kerja sama dan nota kesepahaman, akan turut serta Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Luar Negeri. Diketahui,
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melalu Inpres Nomor 12 Tahun 2016
tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental, telah ditunjuk oleh Presiden untuk menjadi
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih. Oleh karena itu, Menko Maritim Luhut Binsar
Panjaitan dalam berbagai kesempatan selalu mengingatkan tentang bahaya sampah
plastik.
Terlebih Indonesia memiliki masalah pengelolaan sampah plastik, di mana mayoritas
dimusnahkan dengan cara dibakar. Padahal, dalam proses pemusnahan sampah plastik
dengan cara dibakar akan menimbulkan residu karsinogenik yang berbahaya bagi
kesehatan.(Sumber:http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2017/03/25/indonesia-
pelajari-sistem-daur-ulang-sampah-plastik-india-397200).