Anda di halaman 1dari 2

DOA YANG BENAR1

Bacaan : YAKOBUS 5 : 12 - 20

Jemaat Tuhan sekalian !


Bagi orang Kristen, berdoa merupakan sukacita karena pengangkatan sebagai
anak-anak Allah. Melalui karya Kristus, setiap orang percaya dibolehkan Allah
untuk datang mendekat dan bercakap-cakap dengan-Nya. Percakapan tersebut
adalah percakapan yang berlangsung dalam iman. Inilah yang kita sebut dengan
berdoa.
Menurut Dr. William Barclay, seorang Guru Besar di Fakultas Teologi
Universitas Glasgow (Inggris), doa bukanlah suatu seni yang dapat dipelajari
atau diwariskan, karena doa terkait erat dengan naluri. Itu sebabnya, tidak
ada satu sukupun, betapapun primitifnya, yang tidak berdoa kepada sesuatu
dewa atau roh.
Dalam pandangan Alkitab, doa memiliki kuasa yang besar (ayat 16b). Tetapi, ini
harus dipahami dalam hubungannya dengan Allah yang kepada-Nya doa itu
disampaikan. Artinya, Allah sajalah yang memungkinkan doa itu mendatangkan
kuasa atau pengaruh yang besar kepada seseorang.
Agar kuasa yang besar dari doa dapat dirasakan, Yakobus mengingatkan dua
hal. Pertama, pentingnya menjadi orang yang benar. Kedua, pentingnya
keyakinan dalam berdoa.
Mengenai pentingnya menjadi orang yang benar, hal ini terkait dengan
kenyataan hidup manusia yang berdosa. Dalam ayat 16 dikatakan : “hendaklah
kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa
orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” Di sini,
mengaku dosa mendapat penekanan. Kita memang tidak mungkin bebas
sepenuhnya dari dosa karena kita masih hidup dengan daging yang telah
dicemari dosa,2 namun pengakuan dosa menghentar kita kepada pintu
pengampunan. Ketika kita datang pada pintu pengampunan dengan pengakuan
dosa yang tulus, Yesus pun menyambut kita dengan sukacita dan membukakan
pintu tersebut agar kita bisa bertemu dengan Bapa. Perhatikanlah bahwa pintu
pengampunan diperuntukkan bagi semua orang, tetapi hanya dibukakan bagi
orang-orang tertentu saja. Tetapi, siapakah orang-orang tertentu itu ? Mereka
adalah orang-orang yang bersedia mengaku dosa-dosanya. Hanya merekalah
yang menerima pengampunan dan menjadi orang yang benar. Doa orang yang

1
Disusun sebagai bahan Teguh Melangkah edisi 08 tahun 2004.
2
Bandingkan dengan konsep bahwa manusia sering sebagai pelaku dosa, tetapi sering pula sebagai sasaran
dosa.
1
benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya, demikian kata
Yakobus.
Hal kedua yang penting diperhatikan dalam berdoa adalah keyakinan. Mengenai
pokok ini, saya teringat dengan apa yang dikatakan oleh Catherine Marshall,
dalam bukunya : Doa Yang Dikabulkan. Catherine mengkritik dengan tajam
kebiasaan berdoa yang sekedar iseng. Ada orang yang berdoa sekedar iseng
karena ingin patuh pada aturan atau tradisi. Tetapi, ada pula yang berdoa
sekedar iseng karena kurang yakin dengan apa yang didoakan dan kurang yakin
terhadap kesediaan Allah menjawab doanya. Akibatnya, mereka berdoa dan
meminta sesuatu secara samar-samar atau dalam garis-garis besarnya saja.
Hal ini dilakukan untuk menyembunyikan perasaan kuatir, jangan-jangan doa itu
tidak dikabulkan, lalu menimbulkan perasaan malu ataupun marah.
Jemaat yang diberkati Tuhan.
Ketika para murid bertengkar mengenai : "Siapakah yang terbesar dalam
Kerajaan Sorga?", menarik apa yang dilakukan Yesus dengan memanggil
seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, lalu
berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan
menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak
kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga” (Matius 18:3-4).
Bagi seorang anak kecil, meminta merupakan ciri khasnya. Ketika seorang anak
kecil meminta sesuatu kepada orangtuanya, tanpa sadar anak itu
memperlihatkan betapa ia tidak berdaya, sekaligus menggambarkan hubungan
yang akrab yang seharusnya ada antara dia dengan orangtuanya.
Demikian pula dalam hidup beriman kita. Jika Bapa kita di sorga mendesak kita
agar kita meminta atau berdoa, hal itu bukan karena Ia tidak mengetahui
kebutuhan kita. Ia juga mendesak kita untuk berdoa, bukan karena ingin
merepotkan kita. Apa yang diinginkan Bapa kita di sorga, tidak lain adalah
hubungan yang akrab dan spontan, hubungan yang layak bagi Bapa dan anak-
anak-Nya. Tetapi, mungkinkah hubungan seperti itu terjalin, bila kita sebagai
anak-anak-Nya, enggan untuk berdoa, berkomunikasi, bercakap-cakap dengan-
Nya ?
Yakobus mengingatkan : “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan,
sangat besar kuasanya”. Amin ✍

Anda mungkin juga menyukai