Doa Yang Benar
Doa Yang Benar
Bacaan : YAKOBUS 5 : 12 - 20
1
Disusun sebagai bahan Teguh Melangkah edisi 08 tahun 2004.
2
Bandingkan dengan konsep bahwa manusia sering sebagai pelaku dosa, tetapi sering pula sebagai sasaran
dosa.
1
benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya, demikian kata
Yakobus.
Hal kedua yang penting diperhatikan dalam berdoa adalah keyakinan. Mengenai
pokok ini, saya teringat dengan apa yang dikatakan oleh Catherine Marshall,
dalam bukunya : Doa Yang Dikabulkan. Catherine mengkritik dengan tajam
kebiasaan berdoa yang sekedar iseng. Ada orang yang berdoa sekedar iseng
karena ingin patuh pada aturan atau tradisi. Tetapi, ada pula yang berdoa
sekedar iseng karena kurang yakin dengan apa yang didoakan dan kurang yakin
terhadap kesediaan Allah menjawab doanya. Akibatnya, mereka berdoa dan
meminta sesuatu secara samar-samar atau dalam garis-garis besarnya saja.
Hal ini dilakukan untuk menyembunyikan perasaan kuatir, jangan-jangan doa itu
tidak dikabulkan, lalu menimbulkan perasaan malu ataupun marah.
Jemaat yang diberkati Tuhan.
Ketika para murid bertengkar mengenai : "Siapakah yang terbesar dalam
Kerajaan Sorga?", menarik apa yang dilakukan Yesus dengan memanggil
seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, lalu
berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan
menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak
kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga” (Matius 18:3-4).
Bagi seorang anak kecil, meminta merupakan ciri khasnya. Ketika seorang anak
kecil meminta sesuatu kepada orangtuanya, tanpa sadar anak itu
memperlihatkan betapa ia tidak berdaya, sekaligus menggambarkan hubungan
yang akrab yang seharusnya ada antara dia dengan orangtuanya.
Demikian pula dalam hidup beriman kita. Jika Bapa kita di sorga mendesak kita
agar kita meminta atau berdoa, hal itu bukan karena Ia tidak mengetahui
kebutuhan kita. Ia juga mendesak kita untuk berdoa, bukan karena ingin
merepotkan kita. Apa yang diinginkan Bapa kita di sorga, tidak lain adalah
hubungan yang akrab dan spontan, hubungan yang layak bagi Bapa dan anak-
anak-Nya. Tetapi, mungkinkah hubungan seperti itu terjalin, bila kita sebagai
anak-anak-Nya, enggan untuk berdoa, berkomunikasi, bercakap-cakap dengan-
Nya ?
Yakobus mengingatkan : “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan,
sangat besar kuasanya”. Amin ✍