Petroganik
Petroganik
id/2008/03/proses-pembuatan-pupuk-
organik.html
Latar belakang:
TANAH
Adalah salah satu tempat atau media untuk kehidupan tanaman. Tanah terdiri dari lapisan
bumi paling luar yang berasal dari pelapukan batuan induk yang mempunyai kedalaman dan
karakter yang berbeda beda.
BAHAN ORGANIK TANAH
Bahan organic tanah merupakan hasil dari pelapukan sisa sisa tanaman dan atau binatang yang
bercampur dengan bahan mineral lain didalam tanah pada lapisan atas tanah, yang
mempunyai fungsi yaitu:
keunggulan
pupuk petroganik
penggunaan Pupuk Petroganik seluruhnya pada pemupukan dasar, sedangkan untuk tanaman
keras diberikan pada awal dan akhir musim hujan.
http://petroganik.blogspot.co.id/
pEDOMAN
JENIS CONTOH
bahan baku halus adalah bahan baku setelah melalui proses crusher misalnya menggunakan
jenis bahan baku sebagai berikut:
PENGAMBILAN CONTOH
Pengelompokan (lot)
- setiap lot petroganik sebanyak 120 ton dibutuhkan bahan bakusesuai consumption rate dengan
contoh perhitungan sebagai berikut:
Satu lot kotoran sapi sebanyak 48.26 ton dan satu lot kotoran kambing sebanyak 48.26
Pengambilan contoh
- setiap lot bahan baku diambil secara acak pada titik yang mewakili masing masing
bahan baku kotoran sapi dan blotong
- setiap titik dari masing masing lot kotoran sapi dan blotong diambil contohnya sebanyak 0.5 kg ,
setelah terkumpul10 titik berarti terkumpul 5 kg contoh kotoran sapi dan dan 5 kg contoh
blotong.
- Contoh kotoran sapi diaduk rata hingga homogen, demikian juga contoh blotong diaduk rata
hingga homogen, kemudian diambil sebanyak 2 kg dan dimasukkan kedalam 2 kantung plastik
yang berisi 1 kg sehingga tersedia 2 kantung plastik contoh kot sapi dan 2 kantung plastik contoh
blotong, sedangkan sisa contoh kotoran sapi dan blotong @ 3 kg lainnya dikembalikan sebagai
bahan baku.
- Satu kantong plastik kotoran sapi dan satu kantong plastik blotong dikirim ke lab biro pusat riset
PT. petrokimia gresik untuk dianalisa. Seangkan sisa contoh dari kontong plastik lainnya disimpan
oleh pabrik petroganik
Produk jadi
Pengelompokan (lot)
Pengambilan contoh
- dilakukan setiap hari produksi (20ton) sehari, yaitu dengan mengambil 1 kg produk jadi siap kemas.
- Setelah produk jadi terkumpul 120 ton (6 hari operasi) berarti contoh yang terkumpul sebanyak 6
kg kemudian dicampur rata dan diambil sebanyak 2 kg untuk dianalisa di laboratorium.
Sedangkan sisanya dikembalikan sebagai produk jadi.
- Contoh produk jadi sebanyak 2kg dimasukkan kedalam 2 kantong plastik masing masing berisi 1 kg.
selanjutnya satu kantong contoh produk jadi dikirim ke lab biro pusat riset PT petrokimia atau
lab yang ditunjuk oleh PT petrokimia, sedangkan satu kantong lainnya disimpan oleh pabrik
petroganik.
Pengiriman contoh bahan baku dan produk jadi
Contoh bahan baku yang sudah disiapkan dalam kantong plastik berisi 1 kg untuk dianalisa mutunya
segera dikirim ke lab PT petrokimia gresik dengan alamat sbb:
Kepada :
PT petrokimia gresik
Tanda terima contoh produk jadi dari lab yang ditunjuk petrokimia segera dikirim ke biro pusat riset
– PT petrokimia gresik untuk kepentingan proses administrasi.
Hasil analisa
Hasil analisa contoh bahan baku yang dilakukan oleh laboratorium PT petrokimia gresik akan dikirim
ke masing masing pabrik petroganik
Hasil analisa produk jadi dari lab PT. petrokimia akan dikirim ke biro pusat riset petrokimia gresik
Tulisan ini disusun dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam menciptakan program “Air
Bersih” dan “Langit Biru”. Tulisan ini mengacu pada hasil dari International Oil Palm Conference tgl. 8 s/d 12 Juli
2002 yang dilakukan di Hotel Sheraton Nusa Indah – Bali dan Percobaan Pusat Penelitian Kelapa Sawit tentang
Pembuatan Kompos dari Tandan Kosong di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Mini Aek Pancur milik PPKS di Sumatera
Utara maka tidak diragukan lagi untuk menerapkan pembuatan kompos dalam skala besar di Pabrik Kelapa Sawit
(PKS) sekaligus mengatasi problema pengendalian limbah padat dan cair yang meresahkan penduduk yang berada
disekitar pabrik.
Rencana tersebut diatas diperkenalkan menjadi PKS “Tanpa Limbah” dimana limbah padat dan limbah cair dapat
diolah menjadi komoditi yang menarik berupa kompos organik dan pelaksanaannya memerlukan peralatan / mesin-mesin
yang mendukung kemudahan pembuatan kompos antara lain ialah Mesin Pencacah Janjangan Kosong, MesinPembalik
Kompos (Turning Machine) dan Mesin Pemisah Minyak dengan limbah modelmutakhir (Decanter) yang bekerja
memisahkan minyak dari hasil pemerasan buah sawit yang sudah direbus tanpa penambahan air pengencer.
Luas lahan yang diperlukan untuk pemeraman kompos kurang lebih 3 - 4 Ha dan apabila tidak ada lahan kosong
disekitar pabrik dapat dilakukan dibawah pohon sawit dewasa ialah gawang - mati yang mempunyai ketinggian lewat
3 m.
Tulisan ini menyajikan uraian singkat tentang kapasitas produksi kompos, biaya investasi dan perkiraan nilai tambah
yang dihasilkan dari PKS dan telah berhasil dilaksanakan pertama kali dalam skala besar di PKS Kuamang PT.
Tasmapuja Riau April 2005.
Munculnya pabrik – pabrik kelapa sawit diiringi dengan hasil limbah yang jumlahnya besar dimana limbah dari PKS
pada garis besarnya berupa limbah padat dan limbah cair.
Penanganan limbah padat dari PKS selama ini beragam, antara lain :
- Tan Kos dibakar di tungku Pembakaran / Incinerator tetapi sekarang tidak populer lagi karena menimbulkan polusi udara.
- Tan Kos untuk Mulching (serasah) ke tanaman sawit tetapi dalam pelaksanaanya dilapangan ternyata tidak berjalan dengan baik,
dimana janjang kosong hanya pindah tempat dari pabrik ke tepi jalan dan apabila terbakar tidak dapat dipadamkan dan
menimbulkan permasalahan baru berupa asap.
- Tan Kos dicincang, dipres dan dijadikan bahan bakar ketel tetapi kebutuhan bahan bakar Ketel Uap di pabrik sawit sudah
mencukupi menggunakan serabut / fibre dan cangkang sehingga tidak perlu adanya tambahan Tan Kos terkecuali untuk PKS
terpadu dengan industri lain misalnya pabrik minyak makan dan lain-lain yang memerlukan tambahan tenaga listrik.
Limbah Cair PKS (berasal dari Kondensat Rebusan dan Limbah Cair dari Stasiun pengutipan Minyak)
Pengendalian limbah cair yang dilakukan di PKS antara lain sebagai berikut :
- Limbah Cair diperam dalam kolam – kolam pemeraman Anaerobic (pemeraman tanpa adanya peranan O2) sampai kadar ambang
batas BOD (Biological Oxigen Demand) menurun untuk selanjutnya dilepas ke alam bebas tetapi masih mengundang
permasalahan dengan penduduk yang ada disekitar pabrik karena bau yang tidak sedap oleh timbulnya gas Methan (CH 4)
dan H2S atau ada kalanya kolam bocor.
- Limbah Cair untuk pemupukan tanaman sawit (Land Application), dimana limbah cair diperam sampai ambang batas BOD
menurun pada kadar tertentu (5000 – 3000) kemudian dipompa ke tanaman sawit. Berarti diperlukan jaringan pipa tetapi di
musim hujan limbahnya melimpah kemana-mana.
Pengendalian limbah padat dan cair yang menarik ialah untuk pembuatan kompos organik dengan bahan baku janjang kosong
yang dicincang dan dicampur dengan limbah cair.
Jumlah limbah cair menurut pengamatan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS Medan / RISPA) jumlahnya berkisar 0,7 x TBS yang
diolah. Limbah padat PKS berupa janjangan kosong dengan jumlah berkisar 23 – 25% dari Tandan Buah Segar.
Akhir-akhir ini telah berkembang peralatan - peralatan baru yang bertujuan untuk mengurangi sebanyak mungkin
hasil limbah cair PKS dan mengarahkan sebagian besar limbahnya menjadi kompos dalam skala besar dengan nilai
komersil yang menarik, peralatan tersebut sebagai berikut :
- Mesin / peralatan pemisah minyak yang mampu beroperasi dengan tanpa penambahan air pengencer sehingga limbah cair
menjadi sangat berkurang menghasilkan minyak sawit dan bubur limbah (slurry).
PRINSIP PENGOMPOSAN.
Teknologi pembuatan Kompos Organik sebenarnya sudah dikenal sejak dahulu kala tetapi dalam skala kecil. Dalam
skala besar dimana Tan Kos ditumpuk dan dibiarkan sampai membusuk tidak akan menjadi kompos organik yang
bermutu karena nilai C/N masih tinggi. Pengomposan adalah penurunan rasio atau perbandingan antara karbohidrat
dan nitrogen dengan singkatan nilai C/N. Bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan / kotoran hewan
yang masih segar mempunyai nilai C/N yang tinggi antara 50 – 400 (kayu yang tua).
Bahan oprganik dapat diserap tanah adalah mempunyai C/N yang sama dengan tanah ialah sekitar 10 – 12 oleh
karena itu limbah sawit (cair dan padat) yang mempunyai nilai C/N tinggi harus diturunkan.
Proses pengomposan yang akan diterapkan ialah proses Aerobic dalam keadaan adanya O 2 bukan proses
Anaerobic dalam keadaan tanpa O2 seperti halnya dikolam limbah yang banyak diterapkan di PKS.
Dalam pembuatan kompos organik proses Aerobic akan menghasilkan CO 2, air dan panas, maka yang perlu dijaga
ialah kelembaban sekitar 40 – 60% agar micro organisme dapat bekerja secara optimal dengan suhu optimal 30 –
50°C (hangat), oleh karena itu tumpukan kompos perlu dibalik (1 sampai 5 kali seminggu).
Dalam proses pengomposan bekerja bakteri, fungi, actinomycetes dan protozoa dan dapat dipercepat dengan
aktivator antara lain EM4, Orga Dec, Stardec, Fix Up Plus, Harmony dan Mikrorganisme.
Mikroorganisme akan lebih aktif apabila PH berada antara 6,5 – 7,5 oleh karena itu dalam proses pengomposan
sering ditambahkan kapur atau abu maka perlu tumpukan kompos dibalik.
Kompos adalah bahan organik yang mengalami degradasi / penguraian sehingga berubah bentuk secara biologi
dalam suhu tinggi dan setelah selesai terjadilah nilai C/N yang sama dengan tanah 10 – 12, sehingga dapat diserap
oleh tanaman.
Bahan kompos organik berupa cacahan Tan Kos ditambah limbah cair dari PKS.
PKS kapasitas 30 T. TBS/Jam akan menghasilkan tandan kosong sebanyak 23% x 30 T. TBS/Jam x 20 Jam operasi
sehari = 23% x 30 x 20 = 138 Ton Janjangan Kosong.
Slurry / bubur Limbah dari minyak mentah Non Deluted Decanter menghasilkan Raw Oil dan bubur limbah / slurry
bukan solid sebanyak 6,9 T/Jam x 20 Jam sehari = 6,9 x 20 = 138 Ton slurry / hari dan slurry tersebut yang akan
dicampur kecacahan Tandan Kosong untuk diperam menjadi Kompos Organik.
Cacahan Janjangan Kosong yang keluar dari Mesin Pencacah disalurkan ke saluran (Conveyor) dimana slurry yang
keluar dari Decanter jatuh ke saluran / Conveyor yang sama sehingga teraduk bercampur menjadi satu secara
merata. Campuran cacahan Janjangan Kosong dan slurry yang terkumpul di lantai beton selanjutnya disekop dengan
Loader dimuat ke Dump Truck diangkut ke lapangan pemeraman kompos.
Proses Pemeraman.
Campuran Cacahan Janjangan Kosong dan Bubur Limbah (Slurry) digelar dilapangan terbuka dalam barisan
berukuran 2,5 tinggi 1,5m panjang 50 m. barisan kompos ditutup dengan plastik oleh mesin Pembalik (Turning
Machine) yang dilengkapi dengan rol penggulung plastik.
Apabila suhu kompos naik sampai lewat 60°C maka diaduk oleh mesin pembalik sambil disemprot dengan limbah
Condensat Rebusan. Kegiatan membuka plastik, mengaduk, menyemprot, menutup kembali dengan plastik
dilakukan 1 – 2 kali seminggu. Kompos akan matang setelah diproses selama 50 hari tanpa tambahan additive
(Aktivator untuk mempercepat pembusukan yang banyak beredar dipasaran yaitu : Stardex, EM4 dan lain - lain).
Kompos yang sudah masak di muat ke Dump Truck oleh Loader dan digudangkan dalam bangunan berlantai beton,
beratap seng, dinding setengah terbuka berukuran lebar 8 m panjang 80 m.
Di dalam gudang tersebut dilakukan pengayakkan dengan saringan pasir dan digonikan untuk selanjutnya
dipasarkan.
Lapangan pemeraman kompos akan memerlukan luas 3 – 4 Ha. Berisi 115 jalur kompos ukuran lebar 2,5 tinggi 1,5
m panjang 80 m. Apabila disekitar pabrik tidak ada lapangan kosong, maka pemeraman dapat dilakukan dibawah
pohon sawit dewasa tanpa penumbangan. Penimbunan kompos tersebut ditempatkan pada gawangan mati. Satu
hektar (Ha) tanaman sawit dewasa dapat diisi 9 jalur kompos di gawangan mati. Luas tanaman sawit dewasa untuk
ditempati jalur kompos dengan siklus pemeraman 50 Hari = 22 - 25 Ha.
Hasil bahan kompos dari cincangan janjangan kosong + slurry diletakkan pada areal pengomposan yang terbagi
dalam beberapa Blok A s/d S dan setiap blok mempunyai jalur bervariasi dan rata-rata ada 5 Jalur.
Setelah salah satu jalur sudah terisi oleh bahan kompos, maka dilaksanakan penutupan dengan plastik (mulai
pemeraman) dan sebelum ditutup plastik bahan kompos terlebih dahulu disiram dengan air limbah kondensat
rebusan untuk mempertahankan bahan kompos tetap basah selama masa pemeraman dan suhu bahan kompos
lebih terjaga dalam keadaan stabil ialah 40 – 50°C, (pencatatan suhu bahan kompos tetap dilakukan).
Minggu ke 2 (mulai hari ke 7) bahan kompos yang sudah diperam selama 6 hari dan suhu naik sampai 60°C maka
dilaksanakan pembalikan dan penyiraman dengan air limbah kondensat rebusan dan ditutup kembali (pencatatan
tetap dilakukan).
Kegiatan yang sama seperti tersebut diatas dilakukan berdasarkan pencatatan suhu bahan kompos setiap harinya
dan yang sudah lebih 60°C dilaksanakan pembalikan (setiap pembalikan dilakukan juga penyiraman dengan
kondensat rebusan) dan dilaksanakan selama 5 minggu (Minggu ke 2 s/d Minggu ke 6).
Sebelum dilaksanakan pembalikan terlebih dahulu jalur jalur yang akan dibalik dibuka plastiknya dengan
menggunakan mesin pembalik (Turning Machine), penyiraman disesuaikan dengan kondisi kelembaban bahan
kompos.
Catatan : Pada masa pengeringan dan pembentukan bahan kompos akan terjadi penyesuaian PH dari 8 – 9 menjadi
PH 6 – 7,5 pembentukan warna menjadi hitam kecoklat-coklatan.
Jumlah kompos yang dihasilkan ± 20% dari bahan = 20% x 278 T = 55,2 T. Kompos / hari. Satu tahun hasil kompos
= 55,2 x 25 x 12 = 16560 T. Kompos Organik / tahun.
bahan baku terdiri dari kotoran sapi dan kotoran ayam atau kambing.
bahan baku yang terlalu kasar di crusher hingga menjadi halus seperti tepung. bahan baku harus sesuai
dengan ketentuan yang berlalu baik itu c - organik C/N Dll..gambar adalah bahan baku kotoran kambing
yang sudah kering dan tidak berbau. karena berbentuk bulatan kecil seperti kelereng maka kotoran
kambing harus di crusher hingga halus.
setelah hasil granule terlihat lebih kering karena kadar air menurun
proses selanjutnya adalah di panaskan. dalam proses tersebut materi yang dimasukkan jangan terlalu
banyak atau terlalu sedikit. karena jika terlalu banyak hasilnya akan basah. jika basah maka gulma atau
penyakit yang mengganggu tanaman tidak akan mati. jika terlalu sedikit maka hasilnya akan terlalu
panas dan bisa terjadi kebakaran pada koveyor outletnya.
kunci dari pembakaran dalam proses dryer adalah keadaan tungku
batu bara. kondisi batu bara harus benar benar kering dan tidak terlalu besar, jika terlalu besar akan
menyumbat screw. jika tersumbat aliran batu bara jadi tersendat yang mengakibatkan tungku tidak ada
bara, sehingga tungku akan mati.jika tungku mati hasil tidak akan tercapai maximal atau hasil jadi akan
basah dan proses harus diulang.
Agar diperoleh hasil pengomposan yang optimal perlu memperhatikan beberapa factor
lingkungan yang berpengaruh karena proses ini merupakan proses biologi. Factor yang
mempengaruhi laju pengomposan diantaranya ukuran bahan,rasio C/N, kelembabab dan aerasi,
temperature, dearajat keasaman, serta mikroorganisme yang terlibat.
1. ukuran bahan
proses pengomposan akan lebih baik dan cepat bila bahan mentahnya memiliki ukuran yang
lebih kecil. Karen aitu, bahan yang ukurannya besar perlu dicacah atau digiling terlebih dulu
sehingga ukurannya menjadi lebih kecil.bahan yang lebih kecil akan mudah didekomposisi
karena luas permukaannya meningkat dan mempermudah aktivitas mikroorganisme perombak.
Namun, ukurannya bahan tersebut jangan terlalu kecil. Ukuran bahan mentah yang terlalu kecil
akan menyebabkan rongga udara berkurang sehingga timbunan menjadi lebih mampat dan
pasokan oksigen kedalam timbunan akan semakin berkurang. Jika pasokan oksigen berkurang
mikroorganisme yang ada didalamnya tidak bisa bekerja secara optimal
2. Rasio C/N
Rasio C/N merupakan factor paling penting dalam proses pengomposan. Hal ini disebabkan
proses pengomposan terantung dari kegiatan mikroorganisme yang membutuhkan karbon
sebagai sumber energi dan pembentuk sel, dan nitrogen untuk membentuk sel.
Besarnya nilai C/N tergantung dari jenis sampah. Proses pengomposan yang baik akan
menghasilkan rsio C/N yang ideal sebesar 20 – 40, tetapi rasio paling baik adalah 30.
Jika rasio C/n tinggi, aktivitas mikroorganisme akan berkurang. Selain itu diperlukan beberapa
siklus mikroorganisme untuk menyelesaikan degradasi bahan kompos sehingga waktu
pengomposan akan lebih lama dan kompos yang dihasilkan akan bermutu rendah.
Jika rasio C/N terlalu rendah (kurang dari 30) kelebihan nitrogen (N) yang tidak dipakai oleh
mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan hilang memlaui volatisasi sebagai ammonia
atau terdenitrifikasi.
Table komposisi karbon © dan nitrogen (N) pada beberapa bahan Organik.
Jenis bahan Rasio C/N (g/g) Kadar air (%) Jumlah C (%) Jumlah N (%)
Gulma 19 85 6 0,3
Daun 60 40 24 0,4
Urin manusia
Campuran dari beberapa bahan yang disebutkan pada table diatas dapat dihitung nilai rasio C/N –nya dengan contoh perhitungan
sebagai berikut.
_______________________________
contoh;
1. potongan kertas yang dicampur dengan serbuk gergaji dengan perbandingan 12:1
memiliki rasio C/N sebagai berikut:
_______________
(12x0,3)+(1x0,08
Secara umum, kelembaban yang baik untuk berlangsungnya proses dekomposisi secara
aerobic adalah 50 -60 % dengan tingkat terbaik 50 %. Namun sebenarnya kelembaban
yang baik pada pengomposan tergantung dari jenis bahan organic yang digunakan dalam
campuran bahan kompos. Nilai kelembaban bahan kompos yang ideal untuk beberapa
bahan dapat dilihat pada table
Jerami 75 – 85
Kayu 75 -90
Kertas 55 – 65
Limbah basah 50 – 60
Sampah kota 55 – 65
kelebihan kandungan air akan menutupi rongga udara dalam tumpukan bahan kompos
sehingga kadar oksigen yang ada didalam tumpukan bahan kompos akan berkurang
(kadar oksigen yang baik 10 – 80% namun jika tumpukan terlalu kering proses proses
pengoposan akan terganggu karena mikroorganisme perombak sangat membutuhkan air
sebagai tempat hidupnya. Mikroorganisme yang berperan dalam pengomposan
memerlukan oksigen. Bahan organic yang ditimbun akan mengalami dekomposisi dengan
cepat jika berada dalam keadaan aerob. Aerasi yang tidak seimbang akan menyebabkan
bau busuk dari gas yang banyak mengandung belerang.
4. temperature pengomposan
proses pengomposan akan berjalan dengan baik jika bahan berada dalam temperature
yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme perombak. Tempertur optimum yang
dibutuhkan mikroorganisme untuk merombak bahan adalah 35-55 derajat Celsius.
Namun setiap kelompok mikroorganisme memiliki temperature optimum pengomposan
merupakan integrasi dari berbagai jenis microorganisme yang terlibat.
Pada pengomposan secara aerobic akan terjadi kenaikan temperature yang cukup cepat
selama 3 -5 hari pertama dan temperature tersebut merupakan yang terbaik bagi
pertumbuhan microorganisme.pada kisaran temperature ini mikroorganisme dapat
tumbuh tiga kali lipat dibandingkan dengan temperature yang kurang dari 55 derajat
selsius.selain itu pada temperature tersebut enzim yang dihasilkan juga paling efektif
mengurai bahan organic. Penurunan rasio C/N juga dapat berjalan dengan sempurna.
Ketinggian tumpukan yang baik adalah 1 – 1,2 dan tinggi maximum adalah 1,5 – 1,8 m.
tumpukan bahan yang terlalu rendah akan membuat bahan lebih cepat kehilangan panas
sehingga temperature yang tinggi tidak akan tercapai. Selain itu,microorganisme
pathogen tidak akan mati dan proses dekomposisi oleh mikroorganisme termofilik tidak
akan tercapai. Jika timbunan yang dibuat terlalu tinggi akan menyebabkan pemadatan
pada bahan dan temperature pengomposan menjadi terlalu tinggi.
Pengomposan pada bahan yang memiliki rasio C/N tinggi seperti jerami padi atau jerami
gandum peningkatan temperature tidak dapat melebihi 52 derajat Celsius. Keadaan ini
menunjukkan bahwa peningkatan temperature juga tergantung dari tipe bahan yang
digunakan.
kisaran pH kompos yang optimal adalah 6,0 – 8,0 derajat keasaman bahan pada
permulaan pengomposan umumnya asam sampai dengan netral (pH 6,0 – 7,0) derajat
keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah
mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organic menjadi
asam organic. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme, dari jenis yang lain akan
mengkonversi asam organic yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat
keasaman yang tinggi dan mendekati netral.
Seperti factor lainnya derajat keasaman perlu dikontrol selama proses pengomposan
berlangsung. Jika derajat keasaman terlalu tinggi atau terlalu basa konsumsi oksigen akan
semakin naik dan akan memberikan hasil yang buruk bagilingkungan. Derajat keasaman
yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan unsure nitrogen dalam bahan kompos berubah
menjadi ammonia (NH3) sebaliknya dalam keadaan asam (derajat keasaman rendah)
akan menyebabkan sebagian mikroorganisme mati.
Derajat keasaman yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan menambahkan kotoran
hewan, urea, atau pupuk nitrogen. Jika derajat keasaman terlalu rendah bisa ditingkatkan
dengan menambahkan kapur dan abu dapur kedalam bahan kompos.
Pada proses pengomposan dikenal adanya inokulan (starter atau activator) yaitu bahan
yang terdiri dari enzim, asam humat bahan dan mikroorganisme seperti kultur bakteri.
pH 5,5 – 7,5
Keterangan:
Uji benih yang dapat diterima benih tomat, mentimun, dan lobak.
jenis cacing tanah yang biasa digunakan adalah Lumbricus rubellus (kayak nama temennya
asterix..hehehe) cacing jenis ini dapat hidup dalam populasi yang padat.cacing banyak ditemukan
dibawah timbunan daunan atau timbunan kotoran ternak.cacing ini tidak dapat hidup jauh didalam
tanah seperti cacing lainnya tetapi lebih sering hidup dilapisan atas yang mendekati permukaan tanah.
cacing dewasa pada umur 7 minggu dan bertelur pada umur 8 minggu.seekor cacing dewasa dapat
menghasilkan 2 telur perminggu dan setiap telur dapat menetaskan 2 -3 ekor cacing.
ciri ciri cacing lumbrikus adalah sbb:
1. bagian atas tubuhnya berwarna kecoklatan atau merah ungu,sedangkan permukaan bawah tubuhnya
berwarba pucat
2. menempati tanah lapisan atas, tetapi kawin dan bertelur didalam tanah
3. panjang 60 -150 mm dan diameter 4-6 mm
4.mencapai dewasa pada umur 179 hari dengan masa hidup 682 - 719 hari
5. dapat menghasilkan 79 - 106 kokon pertahun perekor
memasukkan cacing
setelah dimasukkan kedalam plastik, bahan kompos diberi cacing.cacing dipelihara selama 6 minggu
dengan memberikan pakan setiap 3 hari sekali.pakan yang diberikan bisa berupa sayuran yg digiling atau
kotoran ternak.plastik penampung 1000 - 5000 ekor cacing dan 30 -40 kg media dan bahan makanan.
pemanenan
pemanenan dilakukan setelah seluruh bahan habis dimakan cacing dan tampak butiran kotorancacing
pada bahan. pemanenan dapat dilakukan dengan menumpuk bahan spt gundukan.dengan cara ini
cacing akanberpindah ke dasar gundukan untuk menghindari panas matahari. setelah dipanen produk
yang dihasilkan dikeringkan kemudian diayak. pengayakan dilakukan untuk memisahkan bahan yang
terlalu besar serta mengambil cacing dan telur cacing. cacing yang sudah dupakai dapat dimasukan
kedalam media baru atau dijual untuk pakan ternak/ikan.
keunggulan
pupuk petroganik
penggunaan Pupuk Petroganik seluruhnya pada pemupukan dasar, sedangkan untuk tanaman
keras diberikan pada awal dan akhir musim hujan.
bersambung .....