1.metoda Pelaksanaan Dan Pra Rk3k
1.metoda Pelaksanaan Dan Pra Rk3k
6.2.1. Pasir
Pasir yang digunakan harus berbutir tajam dan keras, bersih dari campuran
kotoran kadar lumpur maksimum 5%, pasir harus tidak mengandung zat-zat
organik dan angka kehalusan lolos ayakan 0,3 mm sehingga dapat memenuhi
persyaratan PUBI 1982
6.2.2. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan pondasi batu kali harus memenuhi
persyaratan yang sama digunakan untuk pembuatan beton sekualitas Semen
type I 50 kg.
6.2.3. Batu Pecah
Batu pecah putih belah keras yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan, dengan ukuran 150 - 200 mm untuk pasang batu aanstumping,dan
untuk pondasi 250-300 mm
6.2.4. Batu candi
Batu candi adalah batu alam yang dibentuk dengan memenuhi persyaratan yang
ditentukan dengan ukuran 30x30 (flat)
6.2.5. Batu sikat
Batu sikat adalah patu alam yang berbetuk buturan kecil bersih dan harus
memenuhi persaratan yaitu dengan ukuran 1 cm.
6.2.6. Roster
Roster dipasang sesuai dengan gambar rencana pada bangunan dan pagar
halaman,usahakan pamesangan serapi munkin nat-nat yang rapat dan difinising.
6.2.7. Kaligrafi tembaga
Kaligrafi tembaga dipasang pada dinding Mushola,yaitu lempengan tembaga
yang diornamen kaligrafi lebar 15cm.
Proporsi Adukan
Perbandingan Campuran
NO PEKERJAAN PC PASIR
1 Pasangan pondasi batu putih belah keras 1 5
Adukan yang tumpah kebawah pada waktu pemasangan batu bekas dan yang sudah
ditinggalkan lebih dari 2 (dua) jam tidak boleh dipakai atau dicampurkan dengan yang
baru.
6.3. Pelaksanaan Pekerjaan
6.4. Pekerjaan pasangan dinding batu belah
Pelaksanaan dari pasangan pondasi adalah sebagai berikut:
6.4.1. Sebelum digunakan, batu belah harus disiram dengan air dan bersih adri kotoran
terutama tanah.
6.4.2. Adukan harus dilaksanakan dengan mixer. Adukan yang mulai mengeras tidak
boleh digunakan lagi.
6.4.3. Bagian pasangan batu belah yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan
beton (kolom) harus diberi penguat stek besi beton diameter 8 mm, jarak 40 cm
yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian beton dan bagian yang
ditanam pada pondasi sekurang-kurangnya 30 cm.
6.4.4. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
6.4.5. Pemsangan batu candi harus cermat,pada permukaan luar tidak boleh terkena
semen atau campuran dan nat harus rapi dan rapat.
6.4.6. Pemasangan roster dipasang dengan menjaga kerapian dan keselaran pada
bangunan dan pagar halaman sesuai dengan gambar rencana dan petunjuk
Konsultan Pengawas.
6.4.7. Pemasangan batu candi sebelum dicoating harus dibersihkan dahulu.
6.4.8. Pemasanagan batu sikat harus rapi dengan ukuran batu yang telah ditentukan
yaitu dengan besaran 1 cm.
yang sesuai dengan gambar rencana untuk beton struktur menggunakan mutu
beton 27,5 Mpa. Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar
rencana, termasuk di dalamnya pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan-
bantu yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut. Pengadaan, detail, fabrikasi
dan pemasangan semua penulangan (reinforcement) dan bagian-bagian dari
pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton. Perancangan, pelaksanaan dan
pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan perawatan beton dan semua jenis
pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan beton.
7.4. Bahan-bahan
7.4.1. Semen
Semen yang digunakan adalah Semen Portland (portland cement) Tipe I
dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
7.4.1.1. Peraturan Semen Portland Indonesia (SNI-8) tahun 1972 atau
British Standard No. 12 th 1965.
7.4.1.2. SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur
Baja Untuk Bangunan Gedung.
Semen yang digunakan adalah Portland Cement (PC) Type I
dan merupakan hasil produksi dalam negeri satu merk (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/merk)
dan semen memakai kemasan 50 Kg. Semen harus disimpan
sedemikian rupa hingga mencegah terjadinya kerusakan
bahan atau pengotoran oleh bahan lain. Penyimpanan semen
harus dilakukan di dalam gudang tertutup, sedemikian rupa
sehingga semen terhindar dari basah atau kemungkinan
lembab, terjamin tidak tercampur dengan bahan lain.
Pozolan Portland Cement (PPC) tidak boleh digunakan
Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan kedatangan
semen tersebut di lokasi pekerjaan.
7.4.2. Agregat Kasar
Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini:
Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-
80 tentang ”Mutu dan Cara Uji Agregat Beton”. Bila tidak tercakup di
dalam SII 0052-80, maka agregat tersebut harus memenuhi ketentuan
ASTM C23 ”Specification for Concrete Aggregates”.
7.4.2.1. Agregat kasar yang digunakan untuk beton struktur adalah
batu pecah dengan persyaratan sebagai berikut:
7.4.2.2. Batu pecah adalah butiran mineral hasil pecahan batu alam
yang dapat melalui ayakan berlubang persegi 76 mm dan
tertinggal di atas ayakan berlubang persegi 2 mm
7.4.2.3. Kerikil dan batu pecah harus keras, bersih serta besar
butirannya dan gradasinya tergantung pada penggunaannya
7.4.2.4. Kerikil dan batu pecah tidak boleh mengandung lumpur lebih
dari 1%
7.4.3. Agregat Harus
7.4.3.1. Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam PBI-1971/NI-3 diantaranya yang
paling penting:
7.4.3.2. Butir-butir harus tajam, keras tidak dapat dihancurkan dengan
jari dan pengaruh cuaca.
7.4.3.3. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5%
7.4.3.4. Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam
besarnya, apabila diayak dengan ayakan 150, maka sisa
butiran di atas 4 mm, minimal 2 % dari berat sisa butiran-
butiran diatas ayakan 1 mm minimal 10 % dari berat sisa
butiran-butiran diatas ayakan 0,25 mm, berkisar antara 80 %
sampai 90 % dari berat.
7.4.3.5. Pasir laut tidak boleh digunakan
7.4.3.6. Syarat-syarat tersebut harus dibuktikan dengan pengujian di
laboratorium
7.4.4. Air
7.4.4.1. Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi
ketentuan-ketentuan berikut ini:
7.4.4.2. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda
terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual.
7.4.4.3. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2
gram/liter.
Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat
merusak beton (asam-asam, zat organic, dan sebagainya)
lebih dari 15 gram/ liter. Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari
500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3) tidak lebih dari 100
ppm.
7.4.5. Baja Tulangan
7.4.5.1. Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan berikut ini:
7.4.5.2. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-
retak, gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau
berlapis-lapis.
6.3.5.2. Untuk tulangan utama (tarik / tekan lentur) harus digunakan
baja tulangan deform (BJTD), dengan jarak antara dua sirip
melintang tidak boleh lebih dari 70 % diameter nominalnya,
dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5 % diameter
nominalnya.
6.3.5.3. Tulangan dengan ≤ 12 mm dipakai BJTP 240 Mpa
(polos),dan tulangan > 12 mm dipakai BJTP 320 Mpa
(ulir/deform) . Kualitas dan diameter nominal dari baja
tulangan yang digunakan harus dibuktikan dengan sertifikat
pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya menyatakan
nilai kuat - leleh dan berat per meter panjang dan bahan
tulangan dimaksud. Penyedia Barang / Jasa Pemborongan
harus mengajukan brosur atau hasil tes tulangan pada proyek
sebelumnya yang memenuhi syarat dan dapat digunakan
pada pekerjaan ini dan dimasukkan dalam usulan penawaran
data teknis.
Untuk pekerjaan ini dilokasi proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus
menyediakan alat slump test minimal 1 unit untuk uji workability dan cetakan
silinder beton/kubus beton sebanyak 10 unit Untuk pembuatan benda uji beton.
Alat ini juga dimasukkan dalam dokumen teknis usulan penawaran.
Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini,
Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5,
Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).
Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
BagianKonstruksi Mutu beton (f’c)
Kolom 27,5 Mpa (K-275)
8. PEKERJAAN ATAP
13.1. Bahan
13.1.1. Pasang Keramik lantai
13.1.1.1. Keramik Lantai 50x50 Roman
13.1.1.2. Keramik Lantai 50x50 Roman
13.1.1.3. Keramik Lantai 40x40 Roman motif jeruk(kantin)
13.1.1.4. Keramik lantai 40x40 Roman untuk Ruang Baca
13.1.1.5. Granit lantai hitam 60x60 untuk Mushola
13.1.1.6. Granit dinding hitam 60x60 untuk Mushola
13.1.1.7. Keramik 40x40 Roman Untuk Mushola
13.1.1.8. Keramik dinding 33,3x33,3 untuk Mushola dan
Rumah ganset
13.1.1.9. Keramik list 2x20 untuk Mushola
13.1.1.10. Keramik KM 20x20 Roman.
13.1.1.11. Keramik dinding toilet 20x40 Roman
13.1.1.12. Keramik dinding toilet 20x25 Roman(kantin)
13.1.1.13. List Keramik dinding 5x40 Roman.
13.1.1.14. Keramik Stapnosing granito 5x50.
13.1.1.15. Pasang keramik plint 10x50 Roman
Keramik lantai menggunakan kualitasi KW I yang ukurannya sesuai
dalam Lampiran Syarat-syarat teknis dengan warna menyesuaikan
dengan gambar.
13.1.2. Penyedia Barang / Jasa diharuskan mengajukan contoh
bahan-bahan tersebut di atas secukupnya untuk mendapatkan
persetujuan Pengawas/ Perencana dan Direksi / “user”. Hal ini
harus dilakukan sebelum Penyedia Barang / Jasa
mendatangkan bahan-bahan tersebut dalam jumlah besar.
14.2. Standar :
14.2.1. SNI 03-2407-1991 (Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan
Gedung).
14.2.2. Tata Cara Pengecatan dinding untuk Rumah dan Gedung
15.1.3.Teknis Instalasi
15.1.3.1. Instalasi Kabel/Wiring
15.1.3.1.1. Umum
Semua kabel yang dipergunakan untuk instalsi
listrik harus memenuhi persyaratan PUIL/LMK.
Semua kabel/kawat harus baru dan harus jelas
ditandai mengenai ukurannya, jenis kabelnya,
nomor dan jenis pintalannya. Semua kawat
dengan penampang 6 mm2 ke atas harus
terbuat secara dipilin (tranded). Instalasi ini tidak
boleh memakai kabel dengan penampang lebih
kecil 2,5 mm2 kecuali untu pemakaian remote
kontrol.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang
dipakai ilalah dari type:
Untuk nstalasi penerangan adalah NYM
Untuk kabel distribusi dan penerangan taman
dengan menggunakan kabel NYY.
15.1.3.1.2. ”Splice” / Pencabangan
Tidak diperkenankan adanya ”splice” ataupun
sambungan-sambungan baik dalam feeder
maupun cabang-cabang kecuali pada outlet
atau kotak-kotak penghubung yang bisa dicapai
(accessible).
Sambungan pada kabel circuit cabang harus
dibuat secara mekanis dan harus teguh secara
electris dengan cara-cara ”Solderless
connector”. Jenis kabel tekanan, jenis
”Compression atau soldered”
Dalam membuat ”splice” konektor harus
dihubungkan pada konduktor-konduktor dengan
baik, sedemikian rupa sehingga semua
konduktor tersambung tidak ada kabel-kabel
telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas
oleh getaran.
Semua sambungan kabel baik di dalam junction
box, panel maupun tempat lainnya harus
mempergunakan connector yang terbuat dari
tembaga yang diisolasi dengan porselen atau
bekelite ataupun PVC, yang diameternya
diseusiakan dengan diameter kabel.
15.1.3.1.3. Bahan Isolasi
Semua bahan isolasi untuk Splice, conection
dan lain-lain seperti karet, PVC, asbes, Gelas,
tape sintesis, resin, Splice case, Compotion,
dan lain-lain tertentu harus dipasang secara
baik dan benar.
15.1.3.1.4. Penyambungan Kabel
Semua penyambungan kabel harus dilakukan
dalam kotak-kotak penyambungan yang khusus
untuk itu (misalnya Junction box dan lain-lain).
15.1.3.1.5. Kontraktor harus memberikan brosur-brosur
mengenai cara-cara penyambungan yang
dinyatakan oleh pabrik, kepada Konsultan
Perencana/konsulten Pengawas.
15.1.3.1.6. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan
warna-warna atau nama-namanya masing-
,masing, dan harus diadakan pengetesan
tahanan isolasi sebelum dan sesudah
penyambungabn dilakukan. Hasil pengetesan
harus tertulis dan disaksikan oleh konsuktan
pengawas.
15.1.3.1.7. Penyambungan kabel tembaga
mempergunakan penyambungan-
penyambungan harus dari ukuran-ukuan yang
sesuai.
15.1.3.1.8. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC
harus diisolasi dengan pita PVC/protolen yang
khusus untuk listrik.
15.1.3.1.9. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan
bila perlu untuk menjaga nilai isolasi tertentu.
15.1.3.1.10. Bila Kabel dipasang tegak lurus dipermukaan
yang terbuka, maka harus dilindungi dengan
pipa setinggi minimum 2,5 m.
15.1.3.1.11. Saluran Penghantar Dalam banguan
Untuk instalasi penerangan di daerah parkir,
salruan penghantar (conduit) dklem dengan
rapih pada beton
Untuk instalasi penerangan di daerah yang
menggunakan ceiling gantung, saluran
penghantar 9conduit) dipasang diatas rak
kabel dan diltakkan di atas ceiling.
Untuk saluran penghantar di luar bangunan
dipergunakan pipa galvanized diameter 2”.
Setiap saluran kabel dalam bangunan
dipergunakan pipa conduit PVC doubel-H
minimum ¾ ” diameternya. Setiap
pencabangan ataupun pengambilan saluran
keluar harus menggunakan juction box yang
sesuai dan sambungan yang lebih dari satu
harus menggunakan terminal strip di dalam
juction box.
Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel
dan juction box harus dilengkapi dengan
”socket/lock nut”, sehingga pipa tidak mudah
tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan lain,
maka setiap kabel yang berada pada
ketinggian muka lantai sampai 2 m harus
dimasukkan dalam pipa. Dan pipa harus
diklem ke bangunan pada setiap jarak 50 cm.
15.1.3.2. Instalasi Sakelar dan Stop kontak (Outlet)
15.1.3.2.1. Sakelar-sakelar
Sakelar-sakelar harus dari jenis rocker mekanisme
dengan rating 5A – 10 A 250 V, sakelar pada umumnya
dipasang inbow kecuali disebutkan lain pada gambar.
Jika tidak ditenukan lain, sakelar-sakelar tersebut
bingkainya harus dipasang rata pada tembok pada
ketinggian 150 cm di atas lantai yang sudah selesai
kecuali ditentukan lain oleh konsultan
Perencana/Konsultan Pengawas.
Sakelar-sakelar tersebut harus dipasang dalam kotak-
kotak dan ring, (standard). Sambungan-sambungan
hanya diperbolehkan antar kotak-kotak yang bedekatan.
15.1.3.2.2. Stop kontak
Stop kontak haruslah dengan tipe yang memakai
earthing contact dengan rating 10 A 250 V AC. Semua
pasangan stop kontak dengan tegangan kerja 220 V
harus diberi saluran ke tanah (grounding).
Stop kontak harus dipasang rata dengan permuykaan
dinding dengan ketinggian 30 cm dari atas lantai yang
sudah selesai atau wall duct outlet sesuai dengan
rencana atau petunjuk Konsultan Perencana dan
Konsultan Pengawas.
15.1.3.1.4. Instalasi Fixtures Penerangan
a. umum
Fixture penerangan harus dari jenis yang tertera
dalam gambar. Harus dibuat dari bahan yang sesuai
dan bentuknya harus menarik dan pekerjaannya
harus rapih an baik,tebal plat baja yang dipakai untuk
fixture minimum 0,7 mm. Kontraktor harus
menyediakan contoh-contoh dari semua fixture yang
akan dipasang kepada konsultan
Perencana/KonsultanPengawas untuk disetujui.
Kabel-kabel Untuk Fixture
Kecuali ditunjuk atau dipersyaratkan lain, kabel-
kabel untuk fixture harus dituup asbestos dan
tahan panas. Tidak boleh ada kabel yang lebih
kecil dari 2,5 mm2, kawat-kawat harsus dilindungi
dengan tapeatau tubing di semua tempat dimana
mungkin ada abrasi.
Semua kabel-kebel harus disembunyikan dalam
konstruksi armature kecuali dimana diperlukan
penggantungan rantai atau kalu
pemasangan/perencanaan fixture menunjuk lain.
Tidak boleh ada sambungan kabel dalam suatu
armature dan penggantungan, dan harus terus-
menerus mulai kotak sambung ke terminal-
terminal khusus pada armature-armaure lampu.
Saluran saluran kabel harus tidak tajam dan
dilindungi sehingga tidak merusak kabel.
Lampu-lampu
Semua fixture harus dilengkapi dengan lampu-
lampu dan dipasang sesuai dengan persyaratan
dan gambar.untuk lampu pijar memakai lamp
holder dan base type Edison screw, untuk lamp
holder type Edison screw kabel netral tidak boleh
dihubungkan ke center control, kecuali
dipersyaratkan lain. Lampu fluorescent haruslah
dari jenis cool white.
Semua lampu fluorescent atau lampu lainnya yang
memerlukan perbaikan factor daya haruslah
dilengkapi dengan capacitor. Dalam spesifikasi ni
besarnya microfarad dari kapasitor untuk setiap
lampu tidak terlalu ditekankan karena yang
dibuthkan adalah hasil akhir dari power factor
menjadi sekurang-kurangnya 0,95.
Finishing
Semua kabinet harus dicat dengan warna yang
ditentukan oleh Konsultan Perencana/Konsultan
Pengawas. Semua kabinet dari pintu-pintu untuk
panel board listrik, harus dibuat tahan karat
dengan cara ”galvanized cadmium plating” atau
dengan ”zinc chromate primer”. Selain yang
tersebut di atas, harus dilapisi dengan lapisan
anti karat yaitu sebagi berikut :
Bagian dalam dari box dan pintu.
Bagian luar dari box yang digavlvanisir atau
cadmium plating tak perlu dicat kalau seluruhnya
terpendam, kalau dipakai zinc chromate primer
harus dicat dengan cat bakar.
Pemasangan Panel.
Pemasangan panel sedemikian rupa sehingga
setiap peralatan dalam panel dengan mudah
masih dapat dijangkau tergantung dari pada
macam/tipe panel. Maka bila dibutuhkan
alas/pondasi/penumpu/penggantung maka
kontraktor harus menyediakannya dan
memasangnya sekalipun tidak tertera pada
gambar.
Panel Distribusi Utama
Panel distribusi utama harus seperti ditunjuk
pada gambar, kecuali ditunjuk lain. Seluruh
assembly termasuk housing, bus-bar, alat – alat
pelindung harus dirancanakan, dibuat, dicoba
dan dimana perlu diperbaiki sesuai dengan
persyaratan. Panel distribusi utama harus dari
jenis indoor type terbuat dari plat baja tebal
minimum 3 mm. Kontruksi harus terbuat dari
rangka baja struktur yang kaku, yang bisa
mempertahankan strukturnya oleh strees
mekanis pada waktu hubungan singkat. Rangka
ini secara lengkap dibungkus pada bagian
bawah, atas dan sisi dengan plat – plat penutup
(metal clad) harus cukup louvers untuk ventilasi
dimana perlu untuk mengatasi kenaikan suhu
dari bagian – bagian yang mengalirkan
arus dan bagian – bagian yang bertegangan
sesuai dengan persyaratan PUIL/LMK/VDE untuk
peralatan yang tertutup. Material – material yang
bertegangan harus dicegah dengan sempurna
terhadap kemungkinan percikan air. Semua
meteran dan tombol tranfer yang dipersyaratkan
harus dikelompokkan pada satu papan panel
yang berengsel yang bersembunyi.
Papan Nama
Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus
dilengkapi dengan papan nama, pada pintu atau
panel dekat pada pemutusan dan dapat dilihat
dengan mudah. Cara – cara pemberian nama
harus menunjukkan dengan jelas rangkaian dari
pemutus daya atau alat – alat yang tersambung
padanya. Keterangan mengenai ini harus
diajukan dalam shop drawings.
Bus – bar/Rwel
Busbar minimal harus dari bahan tembaga yang
lapisan luarnya dilapis dengan lapisan perak
dengan ukuran sesuai dengan kemampuan arus
150% dari arus beban terpasang yang ukurannya
disesuaikan dengan aturan PUIL. Semua bar/rel
harus dicat dan dipegang oleh bahan isolator
dengan kuat dan baik kerangka panel. Semua
bus bar/rel harus dicat dengan warna yang
sesuai dengan yang disebutkan pada PUIL. Cat –
cat tersebut harus tahan sampai temperatur
75°C. Bus bar disusun dan dipegang oleh
isolator dengan baik untuk sistem 3 phase 4
kawat seperti ditunjuk dalam gambar. Setiap
panel harus mempunyai bus netral yang di isolir
terhadap tanah, dan sebuah bus pentanahan
yang telanjang diklem dengan kaut pada frame
dan panel dan dilengkapi dengan klem untuk
pertahanan dari peralatan perlu diketanahkan (5
bar). Ukuran dari bus harus ukuran sepanjang
panel dan harus disediakan cara – cara
untuk penyambungan dikemudian hari.
Terminal dan Mur-baut
Semua terminal cabang harus diber diberi lapisan
tembaga (ver-tin) dan disekrup dengan
menggunakan mu-baut-ring dari bahan tembaga
atau mur-baut yang diberi nikel (atau stainles)
dengan ring tembaga.
Cadangan/Penyambungan Dikemudian Hari
Bila dalam ganbar dinyatakan adanya cadangan
maka ruangan – ruangan tersebut harus
dilengkapi dengan bus, klem – klem
pemasangan, pendukung dan sebagainya, untuk
peralatan yang dipasang dikemudian hari dapat
berupa equipment bus bar, panel baru, switch,
circuit breaker dan lain – lain.
Alat – alat Ukur
Setiap panel harus dilengkapi dengan alat – alat
ukur seperti pada gambar. Meter – meter adalah
dar type ”Moving Iron Vane Type” khusus untuk
panel, dengan scale sirkular, flush atau semi
flush, dalam kotak tahan getaran, dengan ukuran
144 x 144 mm atau 96 x 96 mm, dengan sekala
linier dan ketelitian 1,5%. Posisi dari saklar putar
untuk voltmeter (voltmeter selector swith) harus
ditandai dengan jelas.
Pilot Lamp
Semua tutup muka panel harus dilengkapi
dengan:
a. Pilot lamp untuk menyatakan adanya
tegangan R, S dan T.
b. Penyediaan dari pilot lamp yang disebutkan
di atas merupakan keharusan, biarpun
pada gambar – gambar tidak tertera.
Warna – warna untuk pilot lamp:
- Untuk phasa R : warna
merah
- Untuk phasa S : warna
kuning
- Untuk phasa T : warna
biru
Fixtures dan Lampu
a) Lampu/Tube/bulb flourescent
1. Lampu Flourescent /TL 2x40 Watt Standard
- Lampu Flourescent gas discharge tube
type, standard, warna putih type TLD
54/58
- Ballast dengan maximum losses ± 9,5
watt, 220 volt.
- Kapasitor, yang menghasilkan minimum
P.F.0,95 (kapasitor 3,25 micro F).
- Starter switch, terminal dengan tube
fitting, rotary lock.
- Lumen output minimum ± 3100 lumen
(setelah 100 jam nyala)
- Merk : Philips, atau setaraf.
2. Lampu TL 18 watt
- Lampu type standard, warna putih type
TLD 54.
- Ballast dengan maximum losses ± 9
watt, 220 volt.
- Kapasitas yang menghasilkan minimum
P.F. 0,95 (Kapasitas 450 micro F)
- Starter switch, terminal dan tube fitting,
rotary lock.
- Lumen output minimunm 1200 lumen
(setelah 100 jam nyala
- Merk : Philips, atau setaraf
b) Armature Lampu / Fixtures TL
1. Armature TL 2 x 36 watt Recessed
Mounting (light trooffer/integrated lamp)
- Housing : Bahan plat besi galvanized
tebal 0,7 mm pembuatan harus
dengan mesin, peralatan lampu built
in, lengkap dengan mirror optic.
- Reflector : Bahan alumunium
anodized/mirror optic - M.5.
- Semua komponen listrik berada
didalam rumahan/housing (built in),
bahan galvanized sheet steel
dilengkapi parabolic mirror/ref-lector
dengan light polish anodized louvre
yang mempunyai ”Dark Light
Distribution”, comport dan non glare.
- Memakai lamp holder yang
merupakan kesatuan dari 2 buah
lampu TL.
Kontruksi rumahan harus kuat dan kokoh
serta dibuat sedemikian rupa agar mudah
dapat dibuka/dilepas untuk
perbaikan/penggantian komponen yang
berada didalamnya. Rumahan dan
reflactor harus dilengkapi dengan sekrup,
agar dapat dilepas pada waktu
memerlukan perbaikan.
Seluruh rumahan dan reflactor harus
dilapisi dengan cat dasar, serta diberi
lapisan cat akhir berwarna putih.
Pengecatan dengan cara ”stove
enamelled/bake enamelled” (cat bakar).
Seluruh armature harus lengkap dengan
rangka dudukan/ penggantung.
2. Armature TL 1 x 36 watt dan TL 2 x 36
watt balk
- Armature merupakan jenis open type4,
dengan reflactor
- Pemasangan terbenam dalam ceiling
(recessed)
- Seluruh perlengkapan dan pengerjaan
armature seperti butir a di atas.
3. Armature TL 2 x 18/36 watt Recessed
Mounted
- Armature merupakan jenis open type4,
dengan reflactor
- Pemasangan terbenam dalam ceiling
(recessed)
- Seluruh perlengkapan dan pengerjaan
armature seperti butir a di atas.
4. Seluruh perlengkapan dan pengerjaan
armature seperti butir a di atas.
a) Ballast
Ballast harus leak proof, mempunyai
temperature kerja rendah, noise-
less,ballast dengan rumahan dari
bahan polyster. Untuk lampu TL
dengan dua lampu
disusun/digunakan ”twin lamp
ballast”/duo ballast (anti
stroboscopic).
Last tidak lebih besar dari :
- TL 15 watt, losses max. 7,5 watt
- TL 20 watt, losses max. 9.0 watt
- TL 40 watt, losses max. 9.5 watt
Ballast harus dilengkapi dengan
connection terminal.
Merk : Philips, ATCO, atau setaraf.
b) Fitting Lampu
Fitting lampu menggunakan
Merk : Nasional, atau
setaraf
c) Starter
Starter untuk lamp fluorescent
mempunyai reliability. Terbuat dari
high quality white polycarbonate.
Rating starter disesuaikan dengan
rating lampu TL.
Merk : Philips, atau setaraf.
16.2. Material :
16.2.3. Pipa distribusi air bersih Ø 3/4” waving AW
16.2.4. Pipa Air bersih Ø 1” wavin
16.2.5. Pipa PVC distribusi air kotor Ø 3” wavin D
16.2.6. Pipa PVC distribusi air kotor Closet dan air hujan Ø 4” wavin D
16.2.7. Kran air sekualitas San Ei Ø 1/2”
16.2.8. Kran Wastafel Ø 1/2”Remo
16.2.9. Stop kran Ø 1”
16.2.10. Kloset jongkok TOTO
16.2.11. Floor drain steinless
16.2.12. Bak kontrol 45x45x50 cm
16.2.13. Saumur resapan+tutup H=300cm dan H= 200cm untuk kantin
16.2.14. Seticktank 200x150x200 cm
16.2.15. Sumur resapan air hujan H=3m
16.2.16. Wastafel TOTO
16.2.17. Pompa Air terpasang Groundfos
16.2.18. Tempat sabun.
16.2.19. Sumur air bersih
16.2.20. Grill tutup saluran
16.2.21. Saluran air hujan
16.2.22. Kichen Zing
16.3. Pelaksanaan dan Pemasangan
16.3.3. Sebelum melakukan pekerjaan instalasi plumbing,kontraktor diwajibkan
membuat gambar kerja yang diperlukan dan disetujui oleh konsultan
pengawas.Gambar-gambar itu mencakup antara lain:
16.3.3.1. Pertemuan pipa/sleeves pada kolom beton,dan lain-lain
16.3.3.2. Detail pemasangan setiap sanitary fixtures
16.3.3.3. Penggambaran jalur-jalur pipa air bersih dan pipa air kotor
dilengkapi dengan hanger/support.
16.3.3.4. Untuk pipa air kotor,perubahan arah aliran harus 45 drajat.
16.3.4. Pemasangan Floor Drain
Pemasangan floor drain harus lebih rendah 0,5 cm dari lantai finish.
16.3.5. Pemasngan Sanitary Fixtures dan kelengkapanya
Pemasangan secara lengkap sesuai dengan bestek harus dilakukan
menurut petunjuk dari pabrik.Penambahan peralatan yang dibutuh kan
untuk kesempurnaan pemasangan sanitary Fixtures menjadi tanggung
jawab kontraktor.
16.3.6. Support untuk Fixtures dan alat-alat
16.3.6.1. Semua fixtures dan alat-alat sanitair harus ditumpu dan
ditempatkan ditempatnya dengan baik dan kuat.
16.3.6.2. Insert ( tempat penyekrupan)harus tertanam dalam dinding
atau lantai dan rata dengan permukaan akhir ( finish ) dari
dinding atau lantai tersebut.
16.3.6.3. Semua baut,mur dan sekrup yang kelihatan harus dibuat
dengan lapisan cromium atau nikel demikian pula cincin/waster
untuk pemasanganya.
17.3. Pengujian
a. Pengujian/pengetesan digunakan untuk mengetahui baik tidaknya
sistem pentanahan agar dapat dipakai sebagai jaminan.
Pengujian dilakukan dengan metode yang dikeluarkan oleh PLN, LMK
atau PUIL.
b. Pengetesan dilakukan dengan cara:
- Grounding resistent test tahanan pentanahannya diukur melalui
metode standard.
- Continity test.
e. Contoh Bahan
1) Untuk bahan yang disebutkan dibawah ini, penyedia jasa wajib
memperlihatkan contoh bahannnya sebelum pemasangan pada pemberi
Tugas / Konsultan Perencana / Konsultan pengawas untuk disetujui.
2) Apabila contoh – contoh tersebut ditolak maka kontraktor harus mengganti
dan memperlihatkan yang sesuai dengan spesifikasi untuk disetujui.
3) Kwalitas teknis/listrik, merk/pabrik, karakteristik kerja, besar fisik dan
kwalitas estetika dari contoh material/bahan maupun instalasi yang telah
disetujui adalah mengikat.
4) Biaya pengadaan contoh material adalah menjadi tanggungan dan biaya
kontraktor, contoh bahan harus diserahkan kepada pemberi
Tugas/Perencana/pengawas tidak lebih dari 20 (dua puluh) hari kalender
setelah diberikannya SPK.
Contoh – contoh bahan harus diserahkan adalah : semua jenis fire
detector, bell,signal lamp, kabel, pipa conduit, junction box, terminal dan
lain – lain yang diminta.
g. Koordinasi
Pada waktu pengadaan material dan pemasangan, Kontraktor fire alarm
kontraktor wajib mengadakan koordinasi dengan bagian – bagian
pekerjaan/kontraktor lain atas petunjuk Konsultan Perencana/konsultan
Pengawas. Apabila ada item pekerjaan oleh kontraktor lain, maka kontraktor
wajib menyiapkan/menyerahkan bahan – bahan tersebut dan penjelasan untuk
pemasangan. Selama pemasangan oleh kontraktor lain, maka menjadi
kewajiban kontraktor fire alarm untuk hadir dan memberi petunjuk bersama
Konsultan Pengawas, sehingga hasilnya akan sesuai dengan kebutuhan
instalasi (misalnya pemasangan conduit dalam beton dan lain – lain).
h. Gambar Kerja/Shop Drawing
Setiap sebelum pemasangan instalasi atau pengadaan material, kontraktor wajib
mengajukan gambar kerja/shop drawing pada Konsultan Perencana/ Konsultan
pengawas untuk disetujui gambar kerja/shop drawing.
i. Instruksi Pemakaian dan Operator Serta Training
Menjadi kewajiban kontraktor untuk menyerahkan 4 (empat) set instruksi
pemakaian/ operasi serta cara – cara maintenance kepada pemberi tugas, 1
(satu) bulan sebelum serah terima pertama. Termasuk disini mendidik operator
atau orang – orang yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk menjalankan,
menggunakan/mengoperasikan, pengujian dan maintenance seperlunya
terhadap instansi fire alarm. Segala biaya – biaya tersebut adalah menjadi
tanggungan Kontraktor.
18.2. Pekerjaan Instalasi
a. Lingkup Pekerjaan
Yang dicakup dalam lingkup pekerjaan instalasi fire alarm dan fire fighting unit ini
adalah menyediakan, memasang, mencoba/trial run dan mengisi dari semua
instalasi fire alarm maupun fire fighting, yang diperinci dalam uraianpekerjaan di
bawah ini serta yang tertera dalam gambar.
Lingkup pekerjaan disini adalah dalam pengertian bahwa unit dapat bekerja baik
tiap – tiap bagiannnya maupun seluruh instalasi yang terpasang sebagai unit
keseluruhan.
1) Pengadaan dan pemasangan semua fire detector, flow switch detector alarm
bell, signal/location lamp,beserta instalasi wiringnya.
2) Pengadaan dan pemasangan master control fire alarm panel beserta
instalasi wiringnya.
3) Pengadaan dan pemasangan power supply untuk melayani system fire
alarm tersebut.
4) Pengadaan dan pemasangan unit – unit fire fighting
5) Mengadakan trial run dan pengujian untuk seluruh instalasi, maupun
demontrasi dari unit – unit fighting yang dipergunakan.
6) Board yang menunjukkan adanya peralatan – peralatan manual push button,
fire fighting unit, menunjukkan tempat/arah pintu bahaya/tangga bahaya (fire
escape).
b. Masa Jaminan
Semua pekerjaan instalasi maupun peralatannya harus dijamin akan bekerja
dengan sempurna. Semua pekerjaan yang masuk dalam lingkup pekerjaan ini
harus diberi pemeliharaan Cuma – Cuma selama masa pemeliharaan.
c. Syarat – syarat Pelaksanaan
1) Kontraktor harus meyakinkan pemberi tugas, bahwa pekerjaan dilaksanakan
oleh tenaga yang berpengalaman dan mengikuti standard yang telah
ditentukan. Selama pemasangan, kontraktor harus menempatkan seorang
ahli yang selalu mengawasi pelaksanaan.
2) Kontraktor harus mengganti kembali material – material yang rusak, sehingga
syarat – syarat fisik maupun teknis tetap dapat dipenuhi.
3) Kontraktor harus membersihkan kembali sisa-siasa/bekas-bekas pekerjaan
yang berupa potongan-potongan kayu, kabel, metal, bekas bobokan baik
pada tembok/beton maupun pada dinding dan lantai.
4) Kontraktor harus mengadakan testing, start up dan demonstrasi. Segala
keperluan untuk hal ini adalah menjadi tanggung jawab dan biaya Kontraktor.
d. Manual, Spare-part dan Instruksi
Sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelum proyek diserahkan kepada Pemberi
Tugas, Kontraktor wajib menyerahkan manual, keterangan spare-part serta
instruksi-instruksi yang dianggap perlu terhadap semua peralatan yang dipasang.
e. Built-in Insert
Kontraktor harus menyediakan semua Insert serta peralatan-peralatan tambahan
lain yang dibutuhkan yang harus dipendap dalam beton maupun cara
pemasangan yang lain.
f. Pentanahan
Semua peralatan-peralatan harus diketanahkan sesuai dengan peraturan yang
ada. Untuk itu kontraktor harus membuat gambar kerja/shop drawing untuk
persetujuan Konsultan Perencana/Konsultan Pengawas.
g. Finishing
Semua material yang dipasang harus usdah dalam keadaan difinish dengan
baik sesuai yang disyaratkan, finishing setelah terpasang adalah disyaratkan
dan ini mencakup segala perbaikan pada material tersebut maupun pekerjaan
lain sebagai akibat pemasangan instalasi tersebut termasuk didalamnya :
perbaikan, pengecatan kembali, pembersihan dan lainnya.
Semua peralatan dari fire alarm yang dapat terlihat, seperti pipa conduit yang
tidak ditanam, manual call, bell, signal/location lamp, fire fighting unit dan lain-
lain, harus difinished dengan cat merah, atau warna cat lainnya sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
h. Master Control fire Alarm Panel, Auxiliary Monitar panel
Master Control Fire Alarm Panel harus mempunyai kapasitas minimal 10
zones (loop zones).
Harus mempunyai perlengkapan-perlengkapan standard seperti:
Indicator/signal zones sesuai dengan jumlah zone
Buzzer/horn
Fire brigade telephone line
Fire fighting (fire pump) line
Fire box terminal dan material bantu
Monitor line
Heat detector
Smoke detector
Break glass
Signal Otomatis dan manual monitor untuk memberi petunjuk terjadinya
gangguan open circuit maupun short circuit pada jaringan loop ataupun
gangguan instalasi lainnya. Panel dibuat dengan konstruksi rangka besi dan
ditutup dengan plat besi tebal 1,5 mm cat finish berwarna merah dan sebelum
dicat harus diberi lapisan dasar. Master control Fire Alarm diinstalasi di ruang
jaga.
Pada Indicator/signal azones harus ditunjukkan juga lokasi daripada tiap
zone, untuk mempermudah idetifikasinya.
i. Power Supplay
Tegangan yang boleh dipergunakan adalah tegangan DC, tidak lebih dari 100 v,
tegangan diperoleh dari rectifier.
Dalam keadaan emergensi atau supplay daya PLN terputus, maka dipergunakan
supplay dari baterai yang dapat melayani system ini selama 12 (duabelas) jam.
Battery harus battery Nickel Cadmuim (NiCd). Besar kapasitas battery dan
rectifier system harus sesuai dengan performance dan kebutuhan instalasi fire
alarm secara keseluruhan.
j. Fire Alarm Detector
Maximum/fixed temperature detector mempunyai daerah cakup :
+ 40 m2 dengan temperature max. 65 deg C.
+ 30 m2 dengan temperature max. 75 deg C.
Kombinasi rate of rise dan fixed temperature detector dengan maximum
temperature + 65 deg C mempunyai daerah cakup + 40 m2 dengan maximum
temperature + 75 deg C mempunyai daerah cakupan + 30 m2.
k. Alarm Bell
Supplay tidak lebih dari 100 V. DC, tipe indoor. Bell yang dipasang di daerah
kantor mempunyai frekuensi yang cukup, sehingga dapat mengatasi noise level
dengan tingkat sedang.
Pemasangan alarm bell disesuaikan dengan penempatan alarm bell itu sendiri
yang telah mendapat pesetujuan dengan Konsultan Pengawas.
l. Manual Call Box
Indoor Type, dpasang maunted pada dinding atau pada pintu. Supplay tidak lebih
dari 100V DC.
m. Location Lamp
Material :
Globe : Resin, inside of globe : frost finish.
Frame : SyntheticResin
Power supply : 24 V. AC atau DC atau 100 V.AC
Pemasangan : Surface mounted.
n. Instalasi dan Pemipaan (Conduit)
Master control fire alarm diletakkan didalam ruang monitor, dipasang
menempel pada dinding.
Auxiary monitor panel diinstalasi dimeja monitor ruang monitor, dimana
penjagaan ada selama 24 jam. Kabel yang menghubungkan antara Master
Control Panel dan auxiliary monitor panel adalah kabel NYY, panjang ±10
m, dimasukkan dalam pipa conduit GIP dan ditanam dibawah lantai.
Didalam bangunan setiap lantai dilayani oleh sebuah TB yang terletak pada
ruang untuk panel – panel.
Untuk menghubungkan tiap TB di setiap lantai dengan Master Control Fire
Equipment, digunakan kabel NYY yang dimasukkan dalam pipa – pipa
PVC, diklem pada dinding shaft. Semua kabel haruslah solid cable dan
bukan stranded cable.
Dari TB ke fire detector, manual call box ataupun bell dipergunakan
kabelnya ukuran 1,5 mm² diletakkan dalam conduit pipa PVC yang
diinstalasi di atas langit – langit.
Setiap pembelokan/pencabangan/penyambungan harus digunakan junction
box, dipasang secara kuat pada tiap dudukan, dengan mengklem pada
rangka kayu atau lainnya.
Untuk pipa conduit, junction box yang tertanam dalam beton, dinding atau
pada lantai, kontraktor harus memasangnya sebelum pengecoran, dengan
koordinasi konsultan pengawas.
o. Kontraktor harus melengkapi peralatan tersebut dengan papan – papan tanda
yang menunjukkan adanya alat – alat seperti manual call box, emergencydoor.
Papan dari plat besi dengan tebal plat 0,8 mm ukuran disesuaikan dengan jumlah
huruf, warna dasar merah, dengan huruf, warna dasar merah, dengan huruf
kuning, terbaca dari jarak minimum 10 m untuk mata normal.
18.3. Persyaratan Bahan / Material
Umum
1) Semua material yang disupply dan dipasang oleh kontaktor harus baru dan
material tersebut khusus untuk pemasangan didaerah tropis, serta sebelum
pemasangan harus mendapat persetujuan tertulis dari konsultan pengawas.
2) Kontraktor harus bersedia mengganti material yang tidak disetujui karena
menyimpang dari spesifikasi atau hal lainnya, dimana penggantian tersebut tanpa
biaya extra.
3) Komponen – komponen dari material, yang mungkin sering diganti, harus dipilih
yang mudah diperoleh dipasaran bebas.
c) Konstruksi
1) Pipa refrigerent harus disangga baik – baik untuk mencegah melentur. Harus
dipasang peredam getaran untuk mencegah penerusan getaran kepada
bangunan. Bilamana perlu dipasang peredam getaran pada pipa.
2) Pipa refrigerant yang direncanakan dan dipasang dilapangan harus
dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi pabrik.
3) Suatu pengering refrigerant dengan kapasitas yang cukup serta ”sight glass
moisture indicator” dipasang pada bagian ”liquid line” setiap pipa yang
terpasang dilapangan.
4) Perbedaan tinggi dan jarak antara condensing unit dengan evaporator blower
unit harus masih memenuhi persyaratan pabrik.
5) Setelah selesai pekerjaan instalasi pipa maka seluruh rangkaian harus diuji
terhadap kebocoran.
d) Pengisian Refrigerent
Sistem yang dipasang dengan precharged dan sistem yang dipasang dilapangan
harus dihampakan. Sama sekali dilarang memakai kompressor dari sistem untuk
mengisi refrigerant.
Penghampaan haruslah dilakukan dilakukan dengan suatu pompa penghampa
tinggi dengan pengukur tekanan mutlak yang baik.
Dianjurkan penghampaan dilakukan sampai tekanan dibawah 300 mikron.
Tekanan sistem setelah pengisian freon tidak boleh dari yang disyaratkan oleh
pabrik-nya.
Persyaratan pabrik tentang jumlah pengisian freon harus dipatuhi dan
dipergunakan suatu Charging Cylinder untuk memastikan jumlah dan jenis
refrigerant yang diisikan adalah sesuai.
e) Isolasi Pipa
Pipa suction line refrigerant harus di isolasi dengan isolasi panas seperti armaflex
atau yang setaraf.
Isolasi harus ditutup dengan lapisan isolasi uap air jenis metal jacket dan cat
putih. Pipa harus disangga pada setiap jarak 2 m dan pada setiap belokan dan
percabangan.
f) Saringan Udara
Saringan udara harus dari bahan yang dapat dibersihkan/dicuci seperti
alumunium, anyaman kawat atau logam. Saringan harus memilki effsiensi
penahan debu (Avarage Synthetic Duct Weight air resistance) minimal 65%,
tahanan mula – mula maksimum 2,5 mm tekanan air pada kecepatan aliran udara
2 mps (500 fpm). Kerangka saringan dari baja galvanis setebal 1.2 mm dan dari
ukuran standard. Tebal filter 25 mm (linch) dan tiap – tiap filter dapat dipasang
dengan rapat satu dengan lainnya.
2. PERENCANAAN
1) Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya
JENIS/TYPE IDENTIFIKASI JENIS PENGENDALIAN
NO
PEKERJAAN BAHAYA & RESIKO K3 RESIKO K3
1 2 3 4
(diisi dengan jenis/type (diisi, JENIS BAHAYA & (diisi jenis-jenis
pekerjaan) RESIKO pada pengendalian resiko K3
pekerjaan/kegiatan berdasarkan hasil
dan/atau jenis alat, jenis identifikasi BAHAYA &
material, proses dan RESIKO K3 yang
lingkungan kerja terkait tersebut pada kolom
pekerjaan tersebut pada no.3)
kolom no. 2)
m
,
T
=
2
m
- Dst. (silahkan diisi)
-
2. Contoh : Contoh : Contoh :
“Pekerjaan Pondasi” Jenis Bahaya & Resiko Pengendalian Resiko
Pondasi Tiang a) Tertimpa crane K3
Pancang : terguling -> Luka c) Pastikan crane
- Pancang Beton Dia berat/mati pancang laik pakai
4 b) Terbentur tiang d) Buat landasan crane
0 pancang yang kuat
c
m
- Dst. (silahkan diisi)
-
3. Dst. (silahkan diisi) Dst. (silahkan diisi) Dst. (silahkan diisi)
- -
CONTOH :
Sasaran K3
a. Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal Accident).
b. Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80%
c. Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan resiko pekerjaannya
masing-masing
d. Dst
Program K3
a. Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD, Rambu-
rambu, Spanduk, Poster, pagar pengaman, jaring pengaman dsb) secara konsisten
b. Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja berbahaya
c. Memastikan semua pekerja untuk memenuhi peraturan yang telah ditetapkan
d. Dst
Organisasi K3 :
Menyediakan petugas K3 sesuai dengan struktur organisasi yang diusulkan
Contoh :
Penanggung Jawab
K3