Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN ENERGI

IMPLEMENTASI MANAJEMEN ENERGI

PADA DUNIA INDUSTRI

Oleh :
Kharis Akbar Baharizky
I0715016

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
2

Energi
Energi merupakan suatu kebutuhan pokok yang tak terpisahkan dari
manusia. Hampir semua sektor dalam kehidupan ini membutuhkan energi untuk
mencukupi kebutuhan – kebutuhan manusia. Sedangkan seiring berjalanya waktu
sumber energi konvensional seperti minyak bumi dan batubara semakin menipis,
seperti yang kita tahu bahwa sumber - sumber energi konvensional tersebut
merupakan sumber energi yang tidak dapat terbarukan. Artinya sumber energi
seperti ini suatu saat akan habis. Dengan kondisi seperti itu kita harus bisa
menggunakan energi dengan bijaksana, produktif, dan efisien. Selain itu kita juga
dituntut untuk dapat menciptakan dan menggunakan sumber energi yang dapat
diperbarui. Namun permasalahan saat ini adalah sumber energi pengganti masih
belum membuahkan hasil optimal untuk digunakan secara komersial. Dilain sisi
harga untuk sumber energi dalam negeri menunjukan trend yang terus meningkat,
hal tersebut dikarenakan kenaikan harga minyak dunia yang semakin meningkat
dan berimbas pada kenaikan harga energi dalam negeri, ditambah menipisnya
cadangan minyak nasional.

Konversi Energi
Konservasi energi merupakan upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna
melestarikan sumber daya energi serta meningkatkan efisiensi pemanfaatanya. Seperti
yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah No.70 tahun 2009 pasal 10, bahwa
perseorangan, badan usaha, dan bentuk usaha tetap dalam kegiatan persediaan energi
wajib melaksanakan konservasi energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit
energi, yaitu suatu metode untuk menghitung tingkat konsumsi energi suatu gedung
atau bangunan, yang mana hasil yang diperoleh dari audit nanti akan dibandingkan
dengan standar yang ada, untuk dicari solusi penghematan konsumsi energi jika
tingkat konsumsi energinya melebihi standar baku yang ada. Industri sebagai salah
satu komponen pembangunan di Indonesia sangat memerlukan SDM yang
berkualitas dari lulusan teknik elektro sehingga mampu menjadi tulang
punggung untuk menghadapi era globalisasi industri. Suatu sistem tenaga
listrikpada dasarnya untuk membangkitkan, mentransmisikan dan
mendistribusikan tenaga listrik untuk dapat dimanfaatkan oleh para konsumen.

Manajemen Energi – Implementasi Menejemen Energi Pada Dunia Industri


3

Karena manfaat dan fungsi suatu sistem tenaga listrik yang sangat vital
dalam kehidupan sehari-hari terutama pada bidang industri, maka pengembangan
sistem harus dilakukan melalui perancangan yang matang dengan
mempertimbangkan semua aspek terkait secara menyeluruh sehingga sistem
kelistrikan tersebut dapat dikelola secara optimum, handal, aman, dan ekonomis.
Suatu sistem tenaga listrik harus memiliki keandalan kerja yang baik dan itu
sangat bergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Suatu sistem proteksi
harus mampu bekerja sesuai dengan fungsinya yang ditentukan oleh jenis
gangguan yang terjadi.

Kelistrikan Industri
Dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang pesat, Indonesia
berkepentingan untuk mengelola dan menggunakan energi se-efektif dan se-
efisien mungkin. Menurut data Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia
meningkat dari 5,7% pada tahun 2005 menjadi 5,9% pada tahun 2010, dan
diproyeksikan mencapai 6,2% pada tahun 2011. Sementara populasi Indonesia
yang kini mencapai 229 juta penduduk diperkirakan akan meningkat menjadi
lebih dari 230 juta pada tahun 2012.
Semua pertumbuhan ini tentunya disertai dengan meningkatnya kebutuhan
energi akibat bertambahnya jumlah rumah, beragam bangunan komersial serta
industri. Jika diasumsikan rata-rata pertumbuhan kebutuhan listrik adalah sebesar
7% per tahun selama kurun waktu 30 tahun, maka konsumsi listrik akan
meningkat dengan tajam, contohnya pada sektor rumah tangga, konsumsi akan
meningkat dari 21,52 GWh di tahun 2000 menjadi sekitar 444,53 GWh pada
tahun 2030.
Terdapat empat sektor utama pengguna energi, yaitu sektor rumah tangga,
komersial, industri dan transportasi. Saat ini pengguna energi terbesar
adalah sektor industri dengan pangsa 44,2%. Konsumsi terbesar berikutnya adalah
sektor transportasi dengan pangsa 40,6%, diikuti dengan sektor rumah tangga
sebesar 11,4% dan sektor komersial sebesar 3,7%.
Sampai saat ini, sumber energi yang digunakan sebagian besar masih
berasal dari fosil, yaitu minyak bumi sebesar 46,9%, batu bara sebanyak 26,4%

Manajemen Energi – Implementasi Menejemen Energi Pada Dunia Industri


4

dan gas alam sebesar 21,9%. Sementara tenaga air (hidro) dan energi terbarukan
lainnya hanya sekitar 4,8% dari total sumber daya energi yang termanfaatkan
.
Manajemen Energi
International Organization for Standardization (ISO) tahun 2011 merilis ISO
50001, yaitu sebuah standar untuk sistem manajemen energi. Standar tersebut
bertujuan membantu organisasi dalam membangun sistem dan proses untuk
meningkatkan kinerja, efisiensi, dan konsumsi energi. Standar tersebut berlaku
bagi semua jenis dan ukuran organisasi.
Pada awalnya, ISO 50001 berasal dari permintaan sebuah lembaga di bawah
PBB, yaitu United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), akan
adanya standar manajemen energi yang berlaku secara internasional. Kemudian
pada tahun 2008 ISO membentuk sebuah komite proyek, bernama ISO/PC 242 –
Energy Management, untuk mengembangkan standar tersebut. Setelah melalui
proses yang panjang dan melibatkan seluruh pakar – pakar yang ada di forum
internasional, akhirnya pada tanggal 17 Juni 2011 International Organization for
Standardization (ISO) meluncurkan standar baru ISO 50001: 2011 “Energy
management systems – Requirements with guidance for use” di Geneve
International Conference Centre (CICG), Switzerland. Acara peluncuran ini
dihadiri 200 peserta dari berbagai negara dimana diantaranya adalah 100 pakar
dari 45 negara yang berpartisipasi dalam pengembangan standar ISO 50001.
ISO 50001 dirancang untuk membantu perusahaan agar lebih baik dalam
menggunakan aset energinya, untuk mengevaluasi dan memprioritaskan
penggunaan teknologi hemat energi, serta untuk mendorong efisiensi pada seluruh
rantai suplai. ISO 50001 juga dirancang agar dapat terintegrasi dengan standar
manajemen lain, terutama ISO 14001 (sistem manajemen lingkungan) dan ISO
9001 (sistem manajemen mutu).
Standar baru tersebut menetapkan persyaratan untuk pengukuran,
dokumentasi dan pelaporan, desain dan praktek pengadaan untuk peralatan,
sistem, proses dan personel yang berkontribusi terhadap kinerja energi. ISO 50001
tidak menetapkan kriteria kinerja khusus sehubungan dengan energi, meskipun

Manajemen Energi – Implementasi Menejemen Energi Pada Dunia Industri


5

demikian tetap diperlukan partisipasi perusahaan untuk melakukan perbaikan


kinerja energi secara berkelanjutan.
ISO 50001 menekankan keterlibatan kepemimpinan eksekutif, yaitu
manajemen puncak harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara kebijakan
energi. Mereka harus mengidentifikasi ruang lingkup sistem, mengkomunikasikan
pentingnya penerapan sistem tersebut, memastikan target yang tepat dan indikator
kinerja telah ditetapkan, dan memastikan hasilnya telah diukur.
Keberhasilan implementasi ISO 50001 tergantung pada komitmen dari
semua tingkatan dan fungsi organisasi, terutama manajemen puncak. Manajemen
puncak harus menunjuk wakil manajemen (management representative), yang
akan memastikan sistem manajemen telah mematuhi persyaratan ISO 50001,
menentukan metode untuk memastikan operasi dan pengendalian sistem dapat
berjalan efektif, serta melaporkan kepada manajemen puncak mengenai kinerja
dan efektivitas dari sistem manajemen energi.
Organisasi juga harus melakukan, mendokumentasikan, dan
mengembangkan proses perencanaan energi, serta mencatat dan memelihara hasil
dari tinjauan energi.

Manajemen Energi – Implementasi Menejemen Energi Pada Dunia Industri


6

Kualitas Daya

Kualitas daya listrik menjadi sangat penting untuk diperhatikan, ketika


semakin sensitifnya suatu peralatan baik di industri maupun di rumah tangga,
kualitas daya listrik menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan. Hal ini untuk
mengurangi kemungkinan kerusakan-kerusakan peralatan sensitif tersebut. Beban-
beban non-linier juga menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi
kualitas daya listrik. Beban tersebut merupakan sumber harmonik yang dapat
menurunkan kualitas daya listrik. Beban non-linier adalah beban dimana bentuk
gelombang keluarannya tidak sebanding dalam setiap setengah siklus, sehingga
gelombang keluaran arus dan tegangannya tidak sama dengan gelombang
masukannya (mengalami distorsi). Beberapa beban non linier adalah inti magnet
pada trafo dan mesin berputar, mesin-mesin sinkron, pengelasan, photovoltaic
inverter, dan peralatan elektronik kantor. Kualitas daya listrik pada industri sangat
penting, karena sangat mempengaruhi proses dan hasil akhir produksi. Selain itu,
masih banyak akibat yang dihasilkan jika kualitas daya listrik dalam industri
buruk
Identifikasi kualitas daya listrik perlu dilakukan untuk melakukan perbaikan
atau peningkatan kualitas daya. Beberapa permasalahan pada kualitas daya listrik
antara lain :
Tegangan Turun (Voltage Dip)
Penurunan nilai tegangan RMS pada kisaran 10-90% dalam kurun waktu antara
0,5 siklus hingga kurang dari satu menit. Penyebab kejadian ini antara lain adanya
kenaikan beban atau pengasutan motor kapasitas besar. Gejala ini berakibat pada
terganggunya rangkaian sensing pada komputer dan kontrol, serta terdapat
beberapa peralatan yang tidak dapat bekerja.
Tegangan Swell
Peningkatan nilai tegangan RMS pada kisaran 110- 180% dalam kurun waktu
antara 0,5 siklus hingga kurang dari satu menit. Penyebab kejadian ini antara
lain kegagalan sistem, switching loads dan switching kapasitor. Akibat dari gejala
swell adalah rusaknya peralatan karena kegagalan isolasi.

Manajemen Energi – Implementasi Menejemen Energi Pada Dunia Industri


7

Transien
Penyimpangan sesaat yang tidak diinginkan dari tegangan supplya atau arus
beban.
Harmonik
Merupakan distorsi sinusoidal periodik tegangan suplai atau arus beban yang
disebabkan oleh beban non linier. Akibat dari distorsi harmonik adalah
overheating pada motor berbeban, gangguan pada relai, dan rusaknya isolasi.
Distorsi Tegangan
Bentuk gelombang arus mengandung distorsi periodik yang bersifat sinusoidal,
yang tidak merupakan kelipatan bilangan bulat dari frekuensi pasokan mendasar.
Flicker
Istilah yng digunakan untuk menggambarkan efek visual variasi tegangan kecil
pada peralatan pecahayaan tegangan listrik.Rentang frekuensi gangguan yang
mempengaruhi perlatan pencahayaan, yang terdeteksi mata manusia adalah 1-30
Hz.
Ketidakseimbangan Tegangan
Adanya perbedaan tegangan pada masing-masing phasa pada sisem tiga phasa,
dimana sudut normal antar phase adalah 120o. Akibat dari ketidakseimbangan
tegangan adalah timbul overheating pada perlatan tiga phasa.
Deviasi frekuensi
Variasi frekuensi dari frekuensi pasokan nominal, di atas atau di bawah tingkat
yang telah ditentukan, biasanya ± 0,1 %.
Gangguan Transien
Didefinisikan sebagai penurunan tegangan suplai atau arus beban, ke tingkat yang
kurang dari 10 % dalam waktu yang tidak lebih dari 1 menit. Kegagalan dapat
disebabkan oleh kesalahan sistem, kegagalan peralatan sistem atau kerusakan
control dan proteksi.
Outage
Gangguan yang memiliki durasi lebih dari satu menit. Akibat dari gejala outage
adalah peralatan shutdown atau tidak bekerja.

Manajemen Energi – Implementasi Menejemen Energi Pada Dunia Industri

Anda mungkin juga menyukai