2. PURANA
– Tentang berbagai macam cerita dan keterangan kebiasaan-2 yg berlaku pd jaman
dahulu kala (kuno)
3. ARTHA SASTRA
– Tentang pokok-2 pemikiran bidang ilmu politik
– Nitisastra / Rajadharma (dandaniti)
– Ditulis B. Brhaspati Ú MR. Kautilya
4. AYUR WEDA
– Tentang ilmu kedokteran atau kesehatan baik rohani maupun jasmani
5. GANDHARWA WEDA
– Tentang berbagai aspek ilmu seni
6. KAMASASTRA
– Tentang segala sesuatu yg berhubungan dengan asmara, seni atau rasa indah
7. AGAMA
– Ritual upacara agama dan tatacara keagamaan.
Bhuta Yadnya :
1. Mebanten saiban sehabis memasak berisi nasi, saur, dan makanan yang
dimasak, ditaruh di atas daun, dihaturkan di sanggah, lebuh, penunggun
karang, kompor, tempat nasi dan di halaman
2. Menyiram tanaman di sore hari
3. Memberi makan hewan peliharaan
4. Membersihkan pekarangan
Pitra Yadnya
1. Mematuhi nasihat serta perintahnya.
2. Meringankan beban orang tua dan secara sadar membantu pekerjaannya
3. Hormat dan bhakti kepada orang tua.
4. Berperilaku hati orang tua.
Manusa Yadnya
1. Melaksanakan tugas dan kewajiban sehari-hari dengan tulus ikhlas,
semangat dan penuh kesadaran.
2. Mensyukuri keberadaan diri sendiri, keluarga dan orang lain.
3. Rela berkorban dan suka mengalah untuk kebaikan bersama.
4. Hidup hemat dan sederhana tidak banyak menuntut.
5. Sopan dalam tingkah laku dan santun dalam bertutur kata.
6. Suka menolong orang yang memerlukan pertolongan.
Rsi Yadnya :
1. Menaati dan mengamalkan ajarannya.
2. Mempelajari ilmu pengetahuan.
3. Hormat dan patuh kepada Catur Guru.
4. Meneruskan dan melaksanakan ajaran Catur Guru.
Naimitika Karma
Dewa Yadnya :
1. Pada hari raya Galungan dan Kuningan dengan cara mendirikan penjor,
menghaturkan sodan dan banten, dan metirta yatra bersama keluarga.
2. Tilem dengan cara menghaturkan canang dan rarapan di sanggah, di
rumah, dan sekitar rumah.
3. Kajeng Kliwon dengan cara menghaturkan tipat dampul, canang dan
rarapan di pelangkiran rumah, kompor, sanggah, dan sekitar rumah.
Pitra Yadnya :
1. Upacara Penguburan jenasah
2. Melakukan upacara ngaben
Rsi Yadnya :
1. Menghaturkan dana punia dan pejati kepada para sulinggih
2. Ikut menyaksikan proses upacara mediksa.
Bhuta Yadnya :
1. Tawur agung yaitu sehari menjelang Hari Raya Nyepi atai Tileming
kesanga.
2. Panca Wali Krama yaitu dilakukan sepuluh tahun sekali,
pelaksanaannya di Pura Besakih.
3. Eka Dasa Ludra yaitu dilakukan setiap 100 tahun sekali,
pelaksanaannya di Pura Besakih.
4. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan
makhluk lainnya seperti binatang atau hewan peliharaan dan tumbuh-
tumbuhan, misalnya :
Pada hari Tumpek Kandang mengadakan otonan bagi binatang
peliharaan. Pada hari Sabtu Kliwon Wuku Wariga yang disebut Tumpek Uduh
atau Tumpek Pengatag yaitu upacara untuk tumbuh-tumbuhan, seperti
mangga, dan lain sebagainya.
Manusa Yadnya :
1. Upacara Ngotonin yang menggunakan sarana banten oton.
2. ngeraja sewala yaitu upacara orang perempuan yang telah menginjak
dewasa.
Dewi Drupadi tidak bisa ditelanjangi oleh Dursasana, karena dibantu oleh
Krisna dengan memberikan kain secara ajaib yang tidak bisa habis sampai
adiknya Duryadana kelelahan lalu jatuh pingsan. Krisna membantu Drupadi
karena Drupadi pernah berkarma baik dengan cara membalut jari Krisna yang
terkena Panah Cakra setelah membunuh Supala. Pesan moral dari cerita ini
adalah, kalau melaksanakan Yajna harus tulus ikhlas, tidak boleh mencela
dan tidak boleh ragu-ragu.
Daksina dan Pemimpin Yajna
Mendengar kata daksina, dalam benak orang Hindu “Bali” yang awam akan
terbayang dengan salah satu jejahitan yang berbentuk cerobong (silinder)
terbuat dari daun kelapa yang sudah tua, dan isinya berupa beras, uang,
kelapa, telur itik dan perlengkapan lainnya. Daksina adalah sesajen yang
dibuat untuk tujuan kesaksian spiritual. Daksina adalah lambang Hyang.Guru
(Dewa Siwa) dan karena itu digunakan sebagai saksi Dewata. Makna kata
daksina secara umum adalah suatu penghormatan dalam bentuk upacara
dan harta benda atau uang kepada pendeta/pemimpin upacara.
Nasihat Awatara Wisnu itu selalu dituruti oleh Pandawa. Dharmawangsa lalu
memohon sang permaisuri untuk mengemban tugas menghadap pendeta di
tengah hutan. Tanpa mengenakan busana mewah, Dewi Drupadi dengan
beberapa iringan menghadap sang pendeta. Dengan penuh hormat memakai
bahasa yang lemah lembut Drupadi menyampaikan maksudnya kepada
pendeta. Di luar dugaan, pendeta kemudian bersedia memimpin upacara
yang agung tersebut.
Pendeta pun dijemput sebagaimana tata krama yang berlaku. Drupadi
menyuguhkan makanan dan minuman dengan tata krama di kota kepada
pendeta. Karena tidak pernah hidup dan bergaul di kota, sang Pendeta
menikmati hidangan tersebut menurut kebiasaan di hutan yang jauh dengan
etika di kota. Pendeta kemudian segera memimpin upacara. Ciri-ciri upacara
itu sukses menurut Sri Krishna adalah apabila turun hujan bunga dan
terdengar suara genta dari langit.
Nah, ternyata setelah upacara dilangsungkan tidak ada suara genta maupun
hujan bunga dari langit. Terhadap pertanyaan Darmawangsa, Sri Krishna
menjelaskan bahwa tampaknya tidak ada “daksina” untuk dipersembahkan
kepada pendeta. Kalau upacara agama tidak disertai dengan daksina untuk
pendeta, berarti upacara itu menjadi milik pendeta. Dengan demikian yang
menyelenggarakan upacara berarti gagal melangsungkan Yajna. Gagal atau
suksesnya Yajna ditentukan pula oleh sikap yang berYajna. Kalau sikapnya
tidak baik atau tidak tulus menerima pendeta sebagai pemimpin upacara
maka gagallah upacara itu. Sikap dan perlakuan kepada pendeta yang penuh
hormat dan bhakti merupakan salah satu syarat yang menyebabkan upacara
sukses.
1. Dharma
2. Artha
Artha dalam bahasa sanskerta diartikan tujuan. Segala sesuatu yang menjadi alat
untuk mencapai tujua juga disebut artha. Mendapatkan dan memiliki harta mutlak
adanya, tetapi yang perlu diingat agar jangan sampai diperbudak oleh nafsu
keserakahan yang berakibat mengaburnya wiweka ( pertimbangan rasional) sehingga
tidak mampu membedakan mana yang benar dan salah. Artha perlu diamalkan (Dana
Punia) bagi kemanusiaan seperti fakir miskin, orang cacat, yatim piatu dan
sebagainya.
3. Kama
Moksa adalah kelepasan atau kebebasan yaitu menyatunya atman dengan Brahman.
Sebagai tujuan yang tertinggi.
Dharma Kriya yaitu melaksanakan swadharma dengan tekun dan penuh rasa
tanggung jawab. Karena mencintai pekerjaan sama halnya dengan mencintai
Hyang Widhi. Seperti pelaksanaan ngayah yang menjadi kewajiban sosial bagi
masyarakat Bali yang dilaksanakan secara gotong royong hendaknya
disebutkan dilaksanakan dengan hati yang tulus iklas karena merupakan
bagian dari ajaran karma marga untuk mencapai Jagadhita dan moksa.
Dharma Santosa yaitu berusaha mencari kedamaian lahir dan bathin pada diri
sendiri. Misalnya pelaksanaan Dharma Tula dalam kelompok remaja dapat
diketengahkan materi ajaran agama Hindu yang berkaitan dengan kehidupan
dan permasalahan remaja (kepemudaan).
Dharma Jati yaitu tugas yang harus dilaksanakan untuk menjamin
kesejahteraan dan ketenangan keluarga dan juga untuk umum. Misalnya kita
sebagai orang tua yang menjadi guru rupaka bagi anak-anak disebutkan bahwa
: Kita sejatinya sebagai guru bagi anak-anak dan menjadi role model dalam
kehidupan mereka sehari-hari sehingga kita hendaknya menjadi panutan yang
baik.
Dharma Putus yaitu melaksanakan kewajiban dengan penuh keikhlasan
berkorban serta rasa tanggung jawab demi terwujudnya keadilan sosial bagi
umat manusia seperti halnya pelaksanaan Ahimsa Parama Dharma
dilaksanakan oleh para kesatria dan pejuang demi membela bangsa dan negara
untuk menjaga kedamaian tanah airnya.
4. candi cetho
B. Karya sastra
5. Pararaton
2. Wedanam
Artinya membaca kitab-kitab suci agama yang diyakinni, membiasakan diri untuk
membaca hal-hal yang dapat menuntun kejalan yang baik, dalam agama hindu bisa
seperti sloka-sloka bhagawadgita.
3. Kirthanam
Artinya melantunkan tembang-tembang suci/kidung, contoh dalam kehidupan sehari-
hari adalah mekidung saat selesai melaksanakaan persembahyangan/upacara.
4. Smaranam
Artinya secara berulang-ulang menyebutkan nama Tuhan, contohnya seperti
mengucapkan OM Nama Siwa, maupun mantra dimana tujuannya agar diberikan
keselamatan jiwa maupun raga.
5. Padasewanam
Artinya sujud bhakti di kaki nabe. Contoh sederhananya kita menghormati atau
melaksanaakan ajaran Pendeta (Ratu Pedanda), Pemangku.
6. Sukhyanam
Artinya menjalin persahabatan, dimana kita sebagai mahluk social tidak bisa hidup
sendiri, maka kita perlu menjalin persahabatan agar memiliki hidup yang tenang dan
damai.
7. Dhasyam
Artinya berpasrah diri memuja kehadapan para dewa. Berpasrah diri merupakan sikap
penuh bertanggung jawab kehadapan tuhan dengan segala kemungkinan yang akan
terjadi.
8. Arcanam
Artinya Bhakti kepada Hayng Widhi melalui symbol-simbol suci keagamaan,
contohnya menjaga kesucian pura.
9. Sevanam
Artinya memberikan pelayanan yang baik, contohnya membantu orang atau
memberikan pelayanan terbaik terhadap sesama.
37. Bagian Dasa Yama Bratha dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari
1. Anresangsya
artinya tidak mementingkan diri sendiri. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran
Anresangsya:
membatalkan janji pribadi untuk melaksanakan kepentingan warga masyarakat.
mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
Memberi kesempatan kepada penyebrang jalan dengan memperlambat kecepatan
sepeda motor/mobil.
Memberikan tempat duduk kita di dalam bus/angkutan kepada orang tua atau orang
hamil.
Membiasakan antre atau menunggu giliran di SPBU, Puskesmas, rumah sakit atau
kantor.
2. Ksama
artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan
. Contoh-contoh pelaksanaa ajaran Ksama, seperti:
memaafkan kesalahan teman.
tidak marah atau tersinggung bila dijelek-jelekkan teman.
tetap melanjutkan sekolah walaupun tidak naik kelas.
tidak merasa minder/berkecil hati walaupun merasa diri ada kekurangan,dll.
3. Satya
berarti setia dengan ucapan sehingga menyenangkan hidup. Satya berarti juga
kejujuran atau kebenaran. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Satya, seperti:
Mengatakan dengan sebenarnya apa yang dilihat, di dengar.
Bertanggung jawab terhadap yang telah diperbuat.
Menepati janji.
Jujur terhadap kata hati.
Melaksanakan Panca Satya, yaitu:
a. Satya Wacana: setia terhadap ucapan.
b. Satya Laksana: setia terhadap perbuatan.
c. Satya Mitra setia terhadap teman, berteman dalam keadaan senang maupun
susah.
d. Satya Semaya: selalu menepati janji yang diucapkan.
e. Satya Hredaya: jujur terhadap kata hati
4. Ahimsa
artinya tidak membunuh, tidak menyiksa atau menyakiti makhluk. Contoh
pelaksanaan ajaran Ahimsa, seperti:
Tidak membunuh binatang sembarangan.
Tidak meracuni hewan.
Tidak mengganggu hewan yang sedang tidur.
Tidak memfitnah.
Tidak menghina teman yang memiliki kekurangan.
Agama Hindu juga membenarkan melakukan pembunuhan/Himsa Karma tetapi
hendaknya dilandasi cinta kasih dan dharma, seperti:
a. untuk Dewa Puja yaitu untuk persembahan kepada para Dewa dan manifestasi
Ida Sang Hyang Widhi.
b. Pitra Puja yaitu membunuh untuk persembahan kepada leluhur.
c. Athiti Puja yaitu membunuh untuk dipersembahkan atau dihaturkan kepada
tamu.
d. Dharma Wigata yaitu membunuh di dalam peperangan/pertempuran.
5. Dama
artinya sabar dan dapat menasehati diri sendiri. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran
Dama, seperti:
Menyadari perbuatan, perkataan dan perbuatan kita yang keliru.
Memikirkan terlebih dahulu akan perkataan yang akan diucapkan.
Sebelum tidur renungkanlah perbuatan yang telah kita lakukan sebagai evaluasi
harian untuk meningkatkan kwalitas diri.
Biasakan tidak terlalu repot membicarakan kelemahan orang, masih lebih baik jika
rajin melihat kelemahan diri sendiri.
Untuk menghindari adanya penyesalan yang datangnya selalu di belakang, sebelum
berkata dan berbuat pikirkan secara matang akibatnya.
Orang yang penyabar tidak mudah tersinggung, orang sabar disayang Tuhan. Orang
sabar dapat menasehati dirinya sendiri.
6. Arjawa
artinya jujur mempertahankan kebenaran bersifat terbuka dan berterus terang. Sifat
terbuka dan berterus terang menghindarkan kita dari kesalahpahaman.
Kesalahpahaman dapat menimbulkan masalah. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran
Arjawa, seperti:
Jangan mengaku dan merasa diri selalu paling benar.
Katakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah.
Berpijaklah pada kebenaran walaupun banyak godaan.
Orang yang mempertahankan kebenaran akhirnya akan menang.
Jadilah ksatria pembela kebenaran seperti peribahasa Berani karena benar Takut
karena Salah.
7. Priti
artinya cinta kasih sayang terhadap sesama Makhluk .Contoh-contoh pelaksanaan
ajaran Priti, seperti:
Hiduplah rukun saling mengasihi sesama teman di sekolah, bersama keluarga,
begitu juga dengan tetangga sekitar.
Memelihara hewan peliharaan dengan baik.
Rajin merawat dan memupuk tanaman, dll
8. Prasada
artinya bertpikir dan berhati suci tanpa pamerih. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran
Prasada, misalnya:
Jujur dan tulus pada setiap tindakan untuk memupuk dan menumbuhkan kesucian
hati.
Berpikir jernih, cermat dan masuk akal jangan mengembangkan pikiran buruk atau
berburuk sangka (negatif thinking) kepada orang lain.
Rajin sembahyang.
Jujur dan setia terhadap setiap tindakan.
Berbuat yang iklas tanpa pamerih,
Jagalah pikiran kita agar tetap jernih dan suci. Hindarikan pikiran dari hal-kal kotor
dan bodoh, karena pikiran yang diliputi oleh niat yang kotor dan bodoh menyebabkan
manusia lebih rendah dari binatang, dll
9. Madurya
artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun. Contoh-contoh pelaksanaan
ajaran Madurya, seperti:
Bersikap ramah tamah terhadap semua orang, menghindari sikap judes dan cuek.
Bersikap lemah lembut terhadap semua orang, menghindari sikap kasar, emosional
dan mudah tersinggung.
Bersikap sopan santun terhadap siapa saja dan di manapun berada.
Selalu menjaga sikap santun ketika berhadapan dengan orang lain baik dengan
teman sejawat, orang yang lebih tua, guru ataupun siapa saja.
Selalu berbicara yang sopan kepada lawan bicara.
Menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai terhadap orang lain.
Tidak memperlihatkan wajah masam, cemberut dan kusam,
10. Mardawa
artinya rendah hati tidak sombong. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mardawa,
misalnya:
Selalu ringan tangan suka membantu orang yang membutuhkan pertolongan.
Menghargai orang lain.
Menghormati orang lain.
Tidak mementingkan diri sendiri.
Peduli terhadap orang lain.
Bersikap empati terhadap penderitaan orang lain sehingga memiliki keinginan
untuk memberi pertolongan.
Menyadari diri memiliki kelebihan dan kekurangan.
Menghindarkan diri dari perbuatan merendahkan harga diri orang lain.
Selalu bersikap sabar dan tidak membalas dendam.
Dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.
38. Gambar ajaran Dasa Yama Bratha
39. Upawasa saat Nyepi
- Amati Geni : tidak menyalakan api
- Amati Karya : tidak bekerja
- Amati Lelungan : tidak boleh keluar rumah
- Amati Lelanguan : tidak bersenang-senang
40. Dasa Nyama Bratha
1. Dana
artinya berderma dan beramal tanpa pamerih. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran
Dana, seperti:
Membiasakan berderma kepada orang yang sedang menderita mengalami
kesusahan dalam hidupnya.
Kekayaan berupa harta benda bersifat tidak kekal dan tidak dibawa mati, maka
sisihkanlah sebagian harta kita untuk berderma/beramal.
Berikanlah sedekah kepada orang yang membutuhkan.
Lakukan sedekah pada waktu yang tepat, misalnya pada waktu orang kesusahan,
pada waktu orang tertimpa bencana.
Berikanlah sedekah kepada orang miskin atau orang sakit.
Berikanlah sedekah kepada pengemis dengan ikhlas. Janganlah marah kepada
pengemis, jangan mengusirnya dan janganlah mencela.
Pemberian sedekah atau dana menurut waktu pemberiannya ada 4 tingkatan menurut
Slokantara 17, sebagai berikut:
Dana yang diberikan di bulan Purnama dan bulan Mati (Tilem) menyebabkan 10
kali kebaikan yang diterima.
Dana yang diberikan pada bulan Gerhana membawa phahala (100) seratus kali.
Dana yang diberikan pada hari suci Sraddha menjadi 1000 kali lipat.
Sedekah/Dana yang diberikan diakhir Yuga phahala kebaikannya akan tidak
terbatas.
Pemberian sedekah atau dana menurut Tingkatannya ada 4 menurut Slokantara 21,
sebagai berikut:
Pemberian berupa makanan itu mutunya kecil, disebut Kanista Dana.
Pemebrian berupa Uang/pakaian mutunya menengah, disebut Madyama Dana.
Pemberian berupa gadis itulah yang dianggap tinggi, disebut Utama Dana.
Pemberian sedekah/dana berupa Ilmu Pengetahuan itu mengatasi semuanya dan
membawakan kebajikan besar, disebut Ananta Dana.
2. Ijya
artinya pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran
Ijya, seperti:
Rajin melakukan Tri Sandya setiap hari ( pagi, siang, sore ).
Rajin berdoa setiap saat.
Rajin melakukan persembahyangan pada hari raya.
Rajin melakukan meditasi dan berjapa, dll
3. Tapa
artinya menggembleng diri untuk menimbulkan daya tahan. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Tapa, seperti:
Berlatih diri mengendalikan pikiran seperti berusaha untuk berpikir jernih, berpikir
yang baik agar tahan uji terhadap masalah yang mengganggu pikiran.
Berlatih mengendalikan keinginan, misalnya memenuhi keinginan sesuai
kebutuhan, memenuhi keinginan sesuai kemampuan, menghindari keinginan yang
menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri maupun orang lain agar tahan uji
terhadap pengaruh buruk keinginan itu.
Berlatih hidup sederhana agar tahan uji terhadap penderitaan.
Berlatih mengendalikan perkataan agar tahan uji untuk tidak berkata yang
menyakitkan misalnya berkata kasar, mengancam, menghardik, dan mengeluarkan
kata-kata ejekan dan hinaan.
Berlatih mengendalikan perbuatan, misalnya tidak melakukan perbuatan curang,
mencuri, suka berkelahi, suka memancing keributan, suka berbuat onar, dll.
4. Dhyana
artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Dhyana, seperti:
Saat belajar di kelas perlu memusatkan pikiran tentang pelajaran yang sedang
diajarkan.
Memusatkan pikiran pada saat mengendarai sepeda motor/mobil.
Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan melakukan Pranayama.
Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan sembahyang.
Berlatih melakukan pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan
meakukan yoga, tapa dan semadi, dll
5. Swadhyaya
artinya tekun mempelajari dan memahami ajaran suci. Contoh-contoh pelaksanaan
ajaran Swadhyaya, seperti:
Tekun belajar jangan cepat putus asa.
Berusaha belajar secara mandiri artinya belajar tanpa diperintah dan belajar
menemukan jawaban sendiri.
Jangan malu bertanya kepada orang lain tentang suatu masalah yang tidak
dimengerti atau tidak diketahui
Rajin membaca buku kerohanian dan buku-buku lain yang berguna dalam
kehidupan.
Mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, dll
6. Upasthanigraha
artinya mengendalikan hawa nafsu kelamin. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran
Upasthanigraha, misalnya:
Menghindari berduaan dengan lawan jenis di tempat yang sepi.
Menghindari berpakaian yang ketat atau seksi bahkan berpakaian yang
merangsang.
Mengindarkan diri dari pikiran kosong agar tidak berpeluang menghayal terhadap
hal-hal yang porno.
Tidak menonton tayangan televisi yang menyiarkan film-film Dewasa.
Tidak membuka HP yang berisi film-film porno.
Hindari membaca komik atau menonton VCD Porno.
Sibukkanlah diri dengan kegiatan-kegiatan positif, seperti olahraga, kursus, ekstra
kulikuler, belajar menari, Pramuka, megambel.
Menghindari berprilaku genit terhadap lawan jenis, dll
7. Brata
artinya taat akan sumpah. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Brata, seperti:
Berjanjilah dari lubuk hati yang paling dalam.
Taatilah apa yang menjadi janjimu, seperti; saya ingin menjadi orang yang
berguna, saya ingin menjadi orang yang berbakti kepada orang tua, saya ingin
menjadi orang yang berguna dalam keluarga.
Janji dalam hati bukan untuk diingkari tetapi untuk ditaati, dll
8. Upawasa
artinya berpuasa mengekang nafsu terhadap makanan dan minuman. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Upawasa, misalnya:
Hindari memakan makanan yang berlebihan karena nafsu belaka.
Hindarkan diri untuk memakan makanan yang sudah basi atau kedaluwasa.
Hindari makan makanan yang kotor.
Hindari memakan makanan yang tidak jelas asal usulnya.
Aturlah jadwal makan, misalnya makan teratur yaitu sarapan pagi, makan siang dan
makan sore secara teratus.
Mengendalikan nafsu makan, misalnya makanlah secukupnya sesuai kebutuhan
tubuh, jangan makan yang berlebihan.
Menghindari sikap rakus.
Mencoba untuk berpuasa pada hari Raya Nyepi, Siwaratri atau pada hari Raya
Hindu sesuai kemampuan, dll
9. Mona
artinya membatasi perkataan. Mona juga berarti pantang atau tidak berkata-kata
dalam kurun waktu tertentu atau membatasi perkataan. Contoh-contoh pelaksanaan
ajaran Mona, seperti:
Hindari berkata kasar.
Hindari perkataan mencaci maki.
Hindari perkataan bohong.
Hindari mengeluarkan tata-kata hinaan maupun ejekan.
Jangan mengeluarkan perkataan mengancam.
Hindarkan diri untuk tidak berkata yang kotor dan jorok.
Belajar melakukan mona brata pada hari Raya Nyepi sesuai kemampuan, dll
10. Snana
artinya tekun melakukan penyucian diri dengan jalan mandi atau sembahyang.
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Snana, misalnya:
Rajin mandi 2 kali sehari yaitu pagi hari sebelum sekolah dan sore hari.
Rajin merawat badan, misalnya: memotong rambut yang panjang, memotong kuku,
menyikat gigi, mencuci pakaian sendiri, mandi dengan menggunakan air bersih dan
memakai sabun.
Rajin sembahyang baik di sekolah dengan Tri Sandya dan di rumah di sore hari
melaksanakan Tri Sandya dan Kramaning Sembah.
Rajin melakukan Pranayama untuk menyucikan pikiran.
45. Bagian Nawa Widha Bhakti (soalnya kayak nomor 44 usbn tahun lalu) materinya di
nomor 30 : Swaranam, Wedanam, Krtanam, Smaranam