1. Sate Asem, terbuat dari lemak, usus halus atau jeroan lainnya. Ia merupakan simbol Cakra,
senjata Dewa Wisnu.
2. Sate Suduk Ro, terbuat dari daging. Ia melambangkan Angkus, senjata Sang Hyang Sankara.
3. Sate Jepit atau sate lembat merupakan simbol Bajra, senjata Dewa Iswara.
4. Sate Jepit Balung melambangkan Naga Pasa, sebagai senjata Sang Hyang Mahadewa.
5. Sate Kuung dibuat dari lemak yang menempel pada kulit atau daging. Sate ini juga disebut
sate cempaka karena bentuknya menyerupai bunga cempaka. Sate ini simbol Padma, senjata
Sang Hyang Siwa.
6. Sate Srapah terbuat dari lambung babi atau jeroan lainnya. Sate ini melambangkan Dupa,
senjata Sang Hyang Mahesora.
7. Sate Sepit Gunting terbuat dari lemak yang menempel pada kulit babi dan hati. Setelah
direbus matang kemudian digoreng hingga kering. Sate ini merupakan simbol Trisula, senjata
Dewa Sambu.
8. Bahan sate letlet adalah daging yang digiling lumat, dicampur dengan santan kental dan diisi
bumbu. Sate ini melambangkan Moksala, senjata Dewa Rudra.
9. Sate lembat dibuat dari serat daging paha, ditumbuk atau digilas halus, dicampur bumbu ulig
(bumbu yang digilas), diisi kelapa yang telah diparut. Sate ini simbol Gada, senjata Dewa
Brahma.
10.Sate panyegjeg sebagai panebasan dalam yama purwa tattwa disebutkan sate tersebut berisi
nasi setengah matang.
Pengertian dan makna Upacara
Wayang Sapuh Leger
Istilah sapuh leger berasal dari kata dasar “sapuh” dan
“leger”. Dalam kamus Bali-Indonesia, terdapat kata
sapuh yang artinya membersihkan, dan kata leger
sinonim dengan kata leget (bahasa jawa) yang artinya
tercemar atau kotor. Sehingga secara etimologi sapuh
leger diartikan pembersihan atau penyucian dari
keadaan tercemar atau kotor. Secara keseluruhan,
wayang sapuh leger adalah suatu drama ritual dengan
sarana pertunjukkan wayang kulit yang bertujuan
untuk pembersihan atau penyucian diri seseorang
akibat tercemar atau kotor secara rohani.
OM SHANTI, SHANTI,
SHANTI, OM