( PLTMH )
PRAKARYA
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO ( PLTMH )
Kata Pengantar
Puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT, karena atas pertolongan Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktu yang telah
direncanakan sebelumnya. Tak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun Penulis pada
ruang dan waktu yang lain.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas Prakarya, dengan judul
“PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (HIDROMINI)”
Untuk menyelesaikan karya tulis ini adalah suatu hal yang mustahil apabila kami
tidak mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Dwi Wahyu Hadi Santoso, S.Pd M.M selaku Kepala SMAN 1 Srengat
2. Bapak Nur Cahyo H. selaku guru pengajar Prakarya
3. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian Tugas Prakarya sehingga tugas ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Kami berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak dan bila
terdapat kekurangan dalam pembuatan laporan ini kami mohon maaf, karena kami menyadari
karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Srengat, 2014
Penulis
Daftar Isi
Sampul
……………………………………………………………………………………....... i
Kata Pengantar
…….………………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ..………………… …
……………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………………...
1
1.2. Identifikasi Masalah …….………………………………………………………….
1
1.3. Tujuan Pembuatan Minihidro …………………………………………………………
1
1.4. Manfaat Minihidro ……………………………………………………………………
2
1.5. Metode Penulisan ……………………………………………………………………..
2
1.6. Metode Pengumpulan Data …………………………………………………………..
2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Hidromini …………………………………………………………………..
3
2.2. Prospek PLTMH ….........................................................................................................
4
2.3. Keuntungan dan Manfaat PLTMH …………………….………………………………
6
2.4. Kekurangan PLTMH ………………………………….………………………………..
7
2.5. Alat dan Bahan …............................................................................................................
7
BAB III Pembahasan
3.1.Perencanan ( Planning ) ……………………………………………………………………
9
3.2. Pengujian Alat
……………………………………………………………………………. 12
3.3. Proses Pengujian Alat ……………………………………………………………………..
13
3.4. Analisis Sistem
…………………………………………………………………………… 13
3.5. Pembuatan Miniature
…………………………………………………………………….. 17
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………………….
23
4.2. Saran ………………………………………………………………………………………
23
Daftar Pustaka …......................................................................................................................
24
BAB I
PENDAHULUAN
Bagaimana cara membuat hidromini agar bisa menjadi energi alternatif yang
bermanfaat di zaman sekarang, yang mana saat ini sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui sudah hampir habis ?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pembangkit listrik tenaga minihidro pada dasarnya dibangun dalam rangka program Listrik
Masuk Desa (LISDES) dengan pemanfaatan sumber tenaga air. Proyek pembangunan ini
terutama diarahkan untuk daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau jaringan PLN.
Pembangkitan dilakukan dengan memanfaatkan aliran air dari anak-anak sungai yang kecil
atau dari saluran irigasi. Salah satu faktor yang menarik dari pembangkit listrik tenaga
minihidro adalah teknologinya yang relatif sederhana. Namun demikian, apabila studi
kelayakan sebelum dilaksanakannya proyek pembangunan ini tidak memadai maka akibatnya
operasi pembangkitannya menjadi kurang efisien bahkan tidak dapat beroperasi sama sekali.
Minihidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang mengunakan
energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources) penghasil
listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketiggian tertentu dad instalasi. Semakin besar
kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari instalasi maka semakin besar energi yang bisa
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Biasanya minihidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang mengalir di
suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai. Istilah kapasitas mengacu
kepada jumlah volume aliran air persatuan waktu (flow capacity) sedangkan beda ketinggian
daerah aliran sampai ke instalasi dikenal dengan istilah head.
Minihidro juga dikenal sebagai white resources atau bisa dikatakan “energi putih“. Dikatakan
demikian karena instalasi pembangkit listrik seperti ini mengunakan sumber daya yang telah
disediakan oleh alam dan ramah lingkungan. Suatu kenyataan bahwa alam memiliki air terjun
atau jenis lainnya yang menjadi tempat air mengalir. Dengan teknologi sekarang maka energi
aliran air beserta energi perbedaan ketinggiannya dengan daerah tertentu (tempat instalasi
akan dibangun) dapat diubah menjadi energi listrik,
Seperti dikatakan di atas, minihidro hanyalah sebuah istilah. Mini artinya kecil sedangkan
hidro artinya air. Dalam prakteknya istilah ini tidak merupakan sesuatu yang baku namun
bisa dibayangkan bahwa minihidro, pasti mengunakan air sebagai sumber energinya. Yang
membedakan antara istilah minihidro dengan mikrohidro adalah output daya yang dihasilkan.
Mikrohidro menghasilkan daya lebih rendah dari 100 W, sedangkan untuk minihidro daya
keluarannya berkisar antara 100 sampai 5000 W. Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga
komponen utama yaitu air (sumber energi), turbin dan generator.
Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dari ketinggian tertentu menuju
rumah instalasi (rumah turbin). Di rumah instalasi air tersebut akan menumbuk turbin dimana
turbin sendiri, dipastikan akan menerima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi
mekanik berupa berputarnya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian
ditransmisikan ke generator dengan mengunakan kopling. Dari generator akan dihaslikan
energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-
rumah atau keperluan lainnya (beban). Begitulah secara ringkas proses minihidro merubah
energi aliran dan ketinggian air menjadi energi listrik.
Kondisi tersebut akan berdampak terhadap tingginya biaya operasional dan tidak seimbang
dengan penerimaan yang diperoleh dari pembelian listrik oleh pelanggan. Hal ini akan
mengakibatkan PLN sulit berorientasi pada propit, tetapi lebih bersifat pelayanan, sementara
persediaan keuangan negara untuk subsidi pun terbatas, sehingga dari segi kualitas,
pemadaman bergilir hampir setiap saat dialami pelanggan/masyarakat, demikian pula dari
segi kuantitas, masih banyak daerah yang belum dapat dijangkau oleh jaringan listrik PLN.
Publikasi BPS melalui data PODES (Potensi Desa), 2003 tercatat sebanyak 3.287 Kampung
di Papua, termasuk Papua Barat yang mendapat jaringan listrik hanya sekitar 29 %, sisanya
71 % entah sampai kapan bisa meperoleh pula kesempatan untuk menikmati listrik sebagai
barang publik
Dengan perkembangan inovasi PLTA yang terus berproses, baik dari inovasi teknologi
maupun inovasi sistemnya, dan melihat secara umum geografi daerah Papua di wilayah
Propinsi Papua Barat, dimana tersedia sumberdaya air yang cukup memadai, maka
dimungkinkan Pembangkit Lisrtrik Tenaga Minihidro (PLTMH) dapat menjadi solusi
terhadap keterbatasan suplai listrik di Pulau Papua, termasuk Papua Barat., baik untuk masa
sekarang bahkan masa mendatang. Dari sisi pengelolaan PLTMH, dengan item-item
pengoperasian serta pemeliharaannya yang relatif sederhana, maka dimungkinkan pula
masyarakat dapat membentuk suatu wadah untuk menangani langsung pengelolaannya. Ini
pun setidaknya menjadi akses menciptakan rasa memiliki dari masyarakat dan membangun
modal sosial masyarakat.
Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2006 telah menetapkan Kebijakan
Energi Nasional (KEN). Kebijakan ini bertujuan untuk mengarahkan upaya-upaya dalam
mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri (security of supply). Salah satu
kebijakan tersebut adalah meningkatkan peran energi baru dan terbarukan lainnya,
termasuk di dalamnya tenaga air menjadi lebih dari 5 persen pada tahun 2025. Meskipun
potensi PLTM dan PLTMH tidak begitu besar bila dibandingkan dengan potensi PLTA skala
besar, namun untuk wilayah terpencil yang belum terjangkau jaringan listrik maupun wilayah
yang tidak mempunyai sumber bahan bakar lain, potensi yang ada mempunyai
prospek untuk dikembangkan.
Apabila dibandingkan dengan negara-negara lain, angka rasio elektrifikasi di Indonesia masih
jauh ketinggalan, misalnya dengan Armenia, Azerbaijan, Brunai Darussalam, Iran, China dan
Singapura, yang sudah mencapai 100%. Untuk meningkatkan rasio ini dibutuhkan
penambahan pembangkit dalam jumlah yang besar sehingga dibutuhkan dana untuk
investasi yang besar. Oleh karena itu dibutuhkan terobosan baru guna merangsang investor
untuk mengembangkan PLTM maupun PLTMH sebagai opsi alternatif dalam meningkatkan
rasio elektrifikasi.
Tabel 2.1
Nama Ukuran Jumlah Harga
Besi beton ( d = 0,75 cm ) 1.5 m 20 Rp. 210.000,00
Poros ( d = 20 cm ) 2 Rp. 20.000,00
Besi ( d = 20 cm ) 1 Rp. 15.000.00
Besi beton ( d = 0.5 cm ) 4m 2 Rp. 20.000,00
Seng Anti Karat 0.5 x 0.5 m 20 Rp. 300.000,00
Las
2.5.2. Puli
Tabel 2.2
Nama Ukuran Jumlah Harga
Puli baja
(d = 30 cm ) 1m 1 Rp. 420.000,00
(d = 10 cm ) 1m 3 Rp. 420.000,00
Generator - 1 Rp. 200.000,00
Karet Puli Pelipat 1 = 6 2 Rp. 40.000,00
Pelipat 2 = 30 1 Rp. 35.000,00
Jasa Las ……. ……… ………..
2.5.3. Pelampung *
Tabel 2.3
Nama Ukuran Jumlah Harga
Pelampung besi ( d = 25 ) 1.2 m 2 Rp. 380.000,00
Lempeng besi ( tebal = 0.35 cm) 1.8 m 8 Rp. 180.000,00
*Bila diperlukan
2.5.4. Penyimpan Listrik
Tabel 2.4
Nama Ukuran Jumlah Harga
Accu - 1 Rp. 1.000.000,00
Kabel 5m 1 Rp. 25.000,00
BAB III
Pembahasan
3.1.Perencanan ( Planning )
Proses perencaan sangat bermanfaat untuk memulai suatu pekerjaan dengan tujuan :
a. Agar alat yang dihasilkan nantinya sesuai dengan yang dihararapkan.
b. Untuk memilih komponen-komponen elektronika yang paling tepat yang akan
digunakan.
c. Untuk menekan kesalahan (error ) dalam proses pembuatan alat.
d. Untuk menekan biaya, dalam memperoleh sesuatu alat yang baik dengan
harga/biaya yang seminimal mungkin.
3.1.1. Saluran Air
Dalam pemilihan saluran air (penstock) untuk PLTMH adalah diameter dimana semakin kecil
diameter maka kecepatan air dalam penstock akan semakin naik untuk debit yang sama, rugi-
rugi pada penstock disebabkan debit air dan tingi jatuh yang relative kecil dan ketersediaan
material didaerah lokal.
Dalam perencanaan pembangkit ini, direncanakan memanfaatkan saluran irigasi, karena
sesuai dengan ide awal pembuatan PLTHM ini ialah membuat suatu alat PLTHM yang tidak
terlalu bermasalah terhadap bangunan air. Maksudnya adalah alat yang akan dibuat ini sangat
praktis / mudah digunakan. Dalam pengoperasiannya alat ini diletakkan secara terapung
ditengah-tengah saluran irigasi.
Berikut ini adalah data – data tentang kondisi saluran irigasi yang akan digunakan :
Tinggi minimal 1 meter dari dasar sungai / saluran irigasi
Debit (Q) ± 2,205 m3 / detik
Lebar saluran irigasi / sungai minimal ± 1,5 m
3.1.2. Mesin Turbin
Guna mengoptimalkan potensi energi yang ada, maka turbin yang akan digunakan adalah
jenis Implus aliran radial yaitu turbinClossflow. Dalam meletakkan turbin, dengan
mempertimbangkan posisi turbin pada cangkupan yang efektif dan tidak terhalang oleh suatu
apapun.
Turbin ini diletakkan ditengah – tengah pengapung, dengan poros inti besi 65 cm dimana
pada kedua ujung inti besi dikaitkan dengan laker, sebagai rangka jari – jari dari turbin
digunakan besi beton yang jumlahnya 18 batang
3.1.2.1. Kerangka Turbin
Kerangka turbin disusun secara melingkar pada sebuah lempeng besi, setelah disusun secara
tepat dengan jarak antara sudut yang sama 17,5 cm maka pada kedua ujung tersebut dilas
dengan menggunkan las listrik agar tidak lepas.
Diantara data yang harus diukur untuk menghitung besarnya daya yang dihasilkan PLTM,
debitlah yang paling sukar diteliti. Di beberapa negara telah dipakai berbagai cara
pengukuran debit, tetaapi tidak satupun dari cara-cara ini yang hasilnya memuaskan. Dalam
analisis debit ini kami menggunakan cara yang sudah umum dipakai yaitu cara menghitung
kecepatan aliran rata-rata dari penstock. Setelah dilakukan pengukuran maka diperoleh data
sebagai berikut :
- Panjang aliran (penstok) = 3 meter
- Lebar aliran (penstock) = 1,5 meter
Untuk menghitung kecepatan aliran air (v) dilakukan percobaan pelepasan bola pimpong, dari
percobaan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
- Peluang percobaan
1. P1 = 6 detik
2. P2 = 6,1 detik
3. P3 = 5,9 detik
4. P4 = 6,2 detik
5. P5 = 6,1 detik
P = 30,5 detik
= 30,5/ 5 = 6,1 detik
- Menghitung luas penampang aliran air, karena aliran yang digunakan adalah aliran
irigasi yang dasarnya rata maka luasnya adalah :
A = panjang saluran x lebar saluran
= (3 x 1,5) m2 = 4,5 m2
- Setelah kecepatan dan luas diketahui maka debit (Q) airnya adalah
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui arus dan tegangan yang dihasilkan dengan cara
mengamati arus dan tegangan masukan dan arus dan tegangan keluaran dari rangkaian
Inverter. Adapun pengujian dilakukan dengan menggunakan amperemeter dan voltmeter,
kemudian hasil pengukuran dimasukkan tabel 3.2, tabel 3.3, tabel 3.4.
1. Pengujian frekuensi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui frekuensi yang dihasilkan dengan cara mengamati
keluaran pada rangkaian inverter. Adapun pengujian dilakukan dengan osiloscope, kemudian
hasil pengukuran dimasukkan dalam tabel 3.5 serta untuk mengetahui bentuk gelombang
keluaran dari rangkaian inverter tersebut.
Pengujian ini adalah untuk mengetahui bentuk gelombang pada sumber baterai (AKI 12 Volt)
b. Pada output inverter
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan proses perancangan alat, analisis data, dan pengamatan yang telah dilakukan,
maka dapatditarik kesimpulan sebagai berikut bahwa :
PLTM yang telah dibuat, cukup sederhana untuk dimengerti dan cukup mudah untuk
dioperasikan. Ketangguhan sistemnya dapat lebih diandalkan dibandingkan sumber-sumber
daya yang lain.
Biaya pengoperasian dan pemeliharaan PLTM sangat rendah jika dibandingkan dengan jenis
lain.
Debit air yang digunakan untuk menggerakkan turbin hanya sebesar 2.205 m3/detik.
Untuk menghasilkan tegangan DC 12 volt yang stabil maka digunakan baterai kering yang
dihubungkan dengan peralatan inverter sebagai penghasil tegangan AC.
Dengan menggunakan generator DC yang dipadukan dengan sistem inverter maka tegangan
DC yang dihasilkan alat ini dapat distabilkan meskipun debit airnya tidak stabil.
Dengan menggunakan air yang digunakan untuk menggerakkan turbin dengan putaran 800
rpm dapat menghasilkan tegangan sebesar 16 volt, dengan tegangan yang dihasilkan tersebut
mampu untuk mensuplay baterai. Apabila dengan debit air yang lebih besar lagi yang dapat
menghasilkan putaran minimum sebesar 1000 rpm, dapar menghasilkan tegangan sebesar 20
volt DC. Tetapi sistem mikrohidro ini tidak membutuhkan tegangan sampai 20 volt meski
kemampuan kerja generator lebih dari 20 volt.
Dengan putaran turbin yang semakin kencang maka tegangan yang dihasilkan oleh
mikrohidro akan semakin besar pula.
Alat ini layak digunakan dimasyarakat karena tegangan dan frekuensi yang dihasilkan sudah
sesuai dengan tegangan dan frekuensi yang digunakan dimasyarakat yaitu 220 volt / 50-60
Hz.
Melalui PLTM ini diharapkan dapat membantu mesyarakat yang belum terjangkau aliran
listrik PLN, khusunya di daerah pedesaan yang memiliki potensi uhtuk dibangun mikrohidro.
4.2. Saran
Penulis berharap dengan adanya prakarya ini pembaca bisa menerapkan PLTMH pada
daerah yang mempunyai potensi dengan tujuan menghemat penggunaan sumber daya yang
tidak dapat diperbaharui.
Penelitian berikutnya dapat menggunakan data yang lebih banyak dengan memperpanjang
periode penelitian.
Daftar pustaka
Sumber Buku :
Djiteng Marsudi, 2005 “Pembangkitan Energi Listrik”, Erlangga, jakarta.
Djiteng Marsudi, 1990 “Operasi Sistem Tenaga Listrik”, Humas ISTN Bhumi Srengseng
Indah, Jakarta Selatan.
P.van Harten, E. Setiawan, 1983 “Instalasi Listrik Arus Kuat 3”, Angkasa Offset, Bandung.
Hanapi Gunawan, 1993 “Mesin dan Rangkaian Listrik Edisi Keenam”, Erlangga, Jakarta.
Bonggas L. Tobing, 2003 “Peralatan Tegangan Tinggi”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
T.S. Hutauruk, “Transmisi Daya Listrik”, Erlangga, Jakarta.
Artono Arismunandar, Susumu Kuwahara, 1982, “Teknik Tenaga Listrik”, Jilid I, Pradnya
Paramita, Jakarta.
Arismunandar, Wiranto, 1997, “Penggerak Mula Turbin”, Edisi kedua cetakan ketiga, ITB
Bandung.
Web-site :
http://www.elektro-indonesia.com/GeneratorDC
http://www.re-energy.ca