920

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

ISSN 0215 - 8250 31

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR DIVERGEN


MELALUI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA-SAINS
TERPADU OPEN-ENDED ARGUMENTATIF

oleh
Ketut Suma, I Gusti Putu Sudiarta,
Ida Bagus Putu Arnyana, I Nengah Martha
Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAKS

Tujuan pembelajaran Matematika di SMP adalah meningkatkan


keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dan menerapkan konsep
Matematika dalam konteks tertentu. Berpikir divergen merupakan salah
satu contoh berpikir tingkat tinggi. Dalam praktek pembelajaran
keterampilan berpikir divergen dapat dikembangkan melalui kegiatan-
kegiatan pemecahan masalah. Untuk maksud ini telah dikembangkan
sebuah model pembelajaran Matematka-Sains terpadu berorientasi
pemecahan masalah open-ended argumentatif. Model ini memberikan
kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah terbuka dalam konteks
sains. Hasil uji coba terbatas menunjukkan bahwa model dan sistem
asesmen pembelajaran sains terpadu berorientasi pemecahan masalah
open-ended argumentatif berpotensi untuk mengembangkan keterampilan
berpikir divergen siswa.

Kata kuci : pemecahan masalah, open-ended argumentatif, berpikir


divergen

ABSTRACT

The objective of learning mathematic in junior high school is to


improve students’ high order thinking skill and ability to apply mathematic
concept on certain context. Divergent thinking is one example of high
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 32

order thinking skill. During teaching and learning process, divergent


thinking skill can be developed through problem solving activities. For this
purpose,open-ended argumentative problem-solving in integrated
mathematics and science learning model was developed. This model gives
opportunity for students to solve open-ended argumentative problems on
science context. Preliminary field testing of this model indicated that open-
ended argumentative problem solving has potential to develop students’
divergent thinking skill.

Key word : problem solving, open-ended argumentative, divergent


thinking

1. Pendahuluan
Dalam Kurikulum Matematika 2004 ditekankan pentingnya
kegiatan pemecahan masalah untuk meningkatkan performance
Matematika siswa, terutama dalam berpikir dan memahami secara kritis,
baik dalam konteks Matematika maupun dalam konteks lain. Menyimak
pernyataan ini tampak jelas bahwa pembelajaran Matematika di SMP
membawa cita-cita luhur yakni meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi dan kemampuan menerapkan Matematika dalam konteks yang
tertentu. Tuntutan pengembangan kemampuan berpikir seperti yang
tercantum dalam kurikulum 2004, saat ini dipertegas lagi dengan terbitnya
peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006, tentang Standar
Kompetensi Lulusan. Dalam lampiran peraturan menteri itu, terdapat
rumusan standar kompetensi mata pelajaran Matematika yang berbunyi
(1) memiliki sikap menghargai Matematika dan kegunaannya dalam
kehidupan, dan (2) memiliki kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis serta mempunyai kemampuan bekerjasama.

__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 33

Rumusan kompetensi dalam kurikulum dan standar kompetensi


lulusan merupakan pernyataan yang harus diikuti oleh para penyelenggara
pendidikan khususnya pendidikan Matematika. Konsekwensi logis lainnya
adalah setiap kurikulum, model, dan strategi pembelajaran, serta asesmen
yang dirancang harus mengimplementasikan standar itu dalam tataran
praktis. Kurikulum, model pembelajaran, srategi pembelajaran dan
asesmen harus dirancang untuk memberikan kesempatan pada anak didik
untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan secara
simultan lewat pemecahan masalah itu kemampuan berpikir tingkat tinggi
juga berkembang. Pembelajaran hendaknya juga mampu menunjukkan
kebermaknaan/kegunaan Matematika itu dalam kehidupan, maupun
bidang-bidang ilmu lainnya.
Ideal yang diharapkan ternyata sampai saat ini belum tercapai.
Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama selama ini sangat
teoretik dan mekanistik. Pembelajaran Matematika hanya menekankan
pada teori dan konsep-konsep Matematika tanpa disertai dengan
penerapannya pada berbagai bidang yang lain seperti ekonomi, sains,
teknologi, dan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang demikian
menyebabkan siswa tidak mengetahui untuk apa mereka belajar
Matematika. Dengan kata lain pelajaran Matematika dirasakan kurang
bermakna bagi kehidupannya. Tidak jarang hal ini menyebabkan
kurangnya minat siswa terhadap Matematika.
Dalam praktek, pembelajaran Matematika biasanya dimulai dengan
penjelasan konsep-konsep disertai dengan contoh-contoh, dilanjutkan
dengan latihan soal-soal. Pendekatan pembelajaran ini didominasi oleh
penyajian masalah Matematika dalam bentuk tertutup (closed problem
atau highly structured problem) yaitu permasalahan Matematika yang
dirumuskan sedemikan rupa, sehingga hanya memiliki satu jawaban yang
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 34

benar dengan satu pemecahannya. Di samping itu permasalahan tertutup


ini biasanya disajikan secara terstruktur dan eksplisit, mulai dengan yang
diketahui, apa yang ditanyakan, dan konsep apa yang digunakan untuk
memecahkan masalah itu. Ide-ide konsep-konsep dan pola hubungan
Matematika serta strategi, teknik dan algoritma pemecahan masalah
diberikan secara eksplisit, sehingga siswa dengan mudah dapat menebak
solusinya. Pendekatan pembelajaran seperti ini cenderung hanya melatih
keterampilan dasar Matematika (mathematical basic skill) secara terbatas
dan terisolasi.
Di samping bersifat tertutup, soal-soal yang disajikan ada
kebanyakan buku juga tidak mengaitkan Matematika dengan konteks
kehidupan siswa sehari-hari, sehingga pengajaran Matematika menjadi
jauh dari kehidupan siswa. Dengan kata lain pelajaran Matematika menjadi
kurang bermakna. Kekurangbermaknaan pelajaran Matematika bagi siswa
dapat diduga sebagai penyebab rendahnya minat dan prestasi belajar
Matematika siswa.
Menyikapi kenyataan ini, perlu dilakukan reorientasi pembelajaran
Matematika dari yang hanya melatih keterampilan dasar Matematika
secara terbatas dan terisolasi menjadi pembelajaran yang memungkinkan
siswa dapat membangun dan mengembangkan ide-ide dan pemahaman
konsep Matematika secara luas dan mendalam , memahami keterkaitan
Matematika dengan bidang ilmu lainnya, serta mampu menerapkan pada
berbagai pesroalan hidup dan kehidupan. Reorientasi ini dilakukan untuk
mengembangkan kompetensi Matematika siswa antara lain (1)
menginvestigasi dan memecahkan masalah (problem possing and problem
slving), (2) berargumentasi dan berkomunikasi secara Matematika
(mathematical reasoning and communication), (3) melakukan penemuan
kembali (reinvention) dan membangun (construction) konsep Matematika
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 35

secara mandiri, (4) berpikir inovatif dan kreatif, yang melibatkan, instuisi,
penemuan (discovery), prediksi (prediction), dan generalisasi
(generalization) melalui pemikiran divergen dan orisinal, (5) memahami
hubungan Matematika dengan bidang-bidang ilmu lainnya, (6) menerapkan
konsep-konsep Matematika dalam persoalan-persolan sains maupun
persoalan sehari-hari.
Matematika secara esensial merupakan proses berpikir yang
melibatkan membangun dan menerapkan abstraksi, secara logika
menghubungkan jaringan ide-ide (Rutherford, 1989). Ide-ide tersebut
seringkali muncul dari kebutuhan dalam memecahkan masalah-masalah
sains, teknologi, dan kehidupan sehari-hari. Kebermaknaan konsep-konsep
Matematika tampak jelas ketika digunakan dalam memecahkan masalah
sains, teknologi dan kehidupan sehari-hari (Rutherford, 1989).
Bertolak dari pemikiran di atas, untuk mewujudkan standar
kompetensi baik yang tercantum dalam kurkulum 2004 maupun yang
dirumuskan dalam lampiran peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 23
tahun 2006, pengembangan model dan sistem asesmen pembelajaran
Matematika-Sains terpadu berorientasi pemecahan masalah open-ended
agumentatif merupakan alternatif pilihan yang tepat. Secara teoretis
pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah open-ended
argumentatif akan memberikan kesempatan pada siswa untuk membangun
kemampuan berpikir divergen melalui pengembangan berbagai alternatif
solusi, dan mengemukakan argumentasi-argumenasi atas pilihannya.
Sementara itu pengintegrasian Matematika dengan sains akan memberikan
wawasan pada siswa akan hubungan dan kegunaan Matematika pada
bidang-bidang kehidupan lain dan juga hubungan Matematika dengan mata
pelajaran lainnya

__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 36

Artikel ini dimaksudkan untuk membahas dua isu penting, yaitu


pemecahan masalah Matematika-Sains terpadu open-ended argumentatif,
dan bagaimana pembelajaran yang beroientasi pemecahan masalah open-
ended argumentatif berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir
divergen. Dua pertanyaan penting yang akan dijawab dalam atikel ini
adalah (1) apa yang dimaksud dengan pemecahan masalah Matematika-
Sains terpadu open-ended agumentatif dalam kelas, dan bagaimana
mengembangkan lingkungan belajar yang tepat; (2) Bagaimana potensi
berpikir divergen dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah
Matematika-Sains terpadu open-ended argumentatif. Dan bagaimana
implementasinya di kelas?

2. Pembahasan
2.1. Pemecahan Masalah Matematika-Sains Terpadu Open-Ended
Argumentatif
Gagne (Gagne, Briggs dan Wager, 1992) menempatkan problem
solving sebagai keterampilan intelektual paling tinggi dari hirarki
keterampilan intelektual. Menurutnya dalam pemecahan masalah terjadi
bentuk pengajaran yang lebih kompleks yang membutuhkan aturan-aturan
yang lebih sederhana yang harus diketahui sebelumnya. Secara umum
tujuan pembelajaran pemecahan masalah adalah untuk meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
dicirikan oleh karakteristik berikut: tidak algoritmik, cenderung lebih
kompleks, menghasilkan beragam solusi, melibatkan beragam kriteria dan
proses berpikir, melibatkan regulasi diri dan proses berpikir, melihat
struktur dalam keteraturan, dan melibatkan upaya mental secara
mendalam( Larson, 1991).

__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 37

Dalam Matematika masalah bagi siswa adalah persoalan atau soal.


Suatu persoalan atau soal akan menjadi masalah bagi siswa jika ia (1)
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan ditinjau dari segi
kematangan mentalnya dan ilmunya; (2) belum mempunyai algoritma atau
prosedur untuk menyelesaikannya; dan (3) berkeinginan untuk
menyelesaikannya. Dilihat dari sifatnya dan cara penyelesaiannya masalah
Matematika dapat dibedakan atas masalah tertutup (closed-ended) dan
masalah tebuka (open-ended).
Masalah tertutup (closed problem atau highly structured problem)
adalah masalah yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga hanya
memiliki satu jawaban yang benar dengan satu pemecahannya. Di samping
itu permasalahan tertutup ini biasanya disajikan secara terstruktur dan
eksplisit, mulai dengan yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan konsep
apa yang digunakan untuk memecahkan masalah itu. Ide-ide konsep-
konsep dan pola hubungan Matematika serta strategi, teknik dan algoritma
pemecahan masalah diberikan secara eksplisit, sehingga siswa dengan
mudah dapat menebak solusinya. Pendekatan pembelajaran seperti ini
cenderung hanya melatih keterampilan dasar Matematika (mathematical
basic skill) secara terbatas dan terisolasi. Menurut Simada (1997) siswa
akan gagal menyelesaikan suatu masalah Matematika jika konteksnya
sedikit saja diubah, karena siswa cenderung menghafal algoritma atau
prosedur tertentu yang lepas konteks, dan siswa cenderung belajar hanya
untuk tes.
Menurut Simada (1997) permasalahan terbuka (open-ended) adalah
suatu permasalahan yang mempunyai banyak penyelesaian atau banyak
cara untuk mendapatkan penyelesaian. Masalah open-ended diyakini lebih
mendorong kreativitas dan movasi berpikir Matematika siswa secara lebih
bemakna dan bevariasi. Penyajian masalah-masalah terbuka juga
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 38

mendorong siswa untuk berpikir lebih kritis, terbuka, dan mampu bekerja
sama dan berkompeten dalam pemecahan masalah dan dalam
berkomunikasi secara logis dan argumentatif (Sudiarta dkk, 2005).
Masalah Matemaika-Sains terpadu merupakan masalah yang
mengkombinasikan konsep-konsep Matematika dan sains dalam bentuk
tematik. Keterkaitan dan keterpaduan antara Matematika dan sains di
sekolah menengah pertama, serta dukungan penyajian naskah pelajaran
dengan menggunakan ragam wacana bahasa yang tepat adalah sangat
penting, terutama agar siswa dapat mengkonstruksi konsep-konsep
Matematika dan sains secara utuh, di samping untuk meningkatkan
kekontekstualan pembelajaran. Pendekatan pemecahan masalah open
ended argumentatif akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencapai kompetensi-kompetensi kunci, seperti kompentensi memecahkan
masalah (problem posing and problem solving), beragumentasi dan
berkomunikasi (reasoning and communication), bernalar dan berfikir
divergen dalam mengkonstruksi (construction), mencoba-salah (trial and
error), memprediksi (prediction), dan menggeneralisasi (generalization).
Pembelajaran sains dengan pendekatan terpadu dengan mata
pelajaran lainnya (integrated approach) mempunyai beberapa keuntungan.
Pertama, sains akan menjadi body of knowledge yang lebih koheren,
bukan merupakan kumpulan fakta yang tak saling berhubungan (Keig,
dalam Peters & Gega, 2002). Kedua, pendekatan ini secara intrinsik
bersifat kooperatif (Post, et al, dalam Peter & Gega, 2002). Siswa yang
terlibat dalam pembelajaran dengan pendekatan terpadu akan bekerja
dalam kelompok kooperatif yang dapat meningkatkan interaksi antar
siswa. Interaksi ini berpotensi untuk melibatkan siswa dalam
mengklarifikasi, mempertahankan, mengelaborasi, dan mengevaluasi
argumen (Tobin, Trippin, & Gallard, 1994). Ketiga, metode ini merupakan
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 39

aplikasi langsung teori multiple intelegensi. Karena kharakteristik peserta


didik (kognitif, afektif dan psikomotorik) pada umumnya berbeda-beda,
maka penerapan kurikulum yang terintegrasi adalah sangat penting
terutama dalam mengembangkan berbagai pendekatan belajar yang
memperhatikan perbedaan karakteristik individual tersebut. Keempat,
pendekatan terpadu akan mendorong siswa untuk menggunakan berbagai
gaya,dan sumber belajar.
Untuk mencipakan lingkungan belajar yang tepat, pembelajaran
pemecahan masalah Matematika-Sains terpadu open-ended argumentatif
diseting dalam belajar kelompok kooperatif. Hal ini dilakukan untuk
mendorong siswa bekerjasama, berkomunkasi, berargumentasi namun
semuanya untuk mencapai sukses bersama (Slavin, 1990). Dengan setting
kooperatif akan terjadi sharing pengetahuan antara siswa. Sebab disadari
terdapat siswa yang lebih berpengetahuan dalam sains dan satu pihak
mungkin lebih berpengetahuan dalam Matematika. Dengan belajar
kooperatif proses melahirkan beragam solusi dari pemasalahan yang relatif
kompleks akan lebih mudah dicapai. Karena dalam pemecahan masalah
open-ended argumentatif siswa bebas mengembangkan solusi menurut cara
mereka masing-masing, maka dalam kelompok akan terdapat beberapa
ragam solusi yang mereka debatkan, untuk sampai kepada altenatif-
alternatif yan benar dan masuk akal. Belajar dalam kelompok akan sangat
menungkinkan tiap anggota belajar dari temannya.

2.2. Pengembangan Potensi Berpikir Divergen Melalui Pemecahan


Masalah Open-Ended Argumentatif
Sternberg & Lubart (1991) menunjukkan bahwa pengukuran
kemampuan siswa dengan tes standar (pencil and paper tes) hanya dapat
mengungkap kemampuan siswa menghasilkan satu jawaban yang benar,
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 40

namun gagal dalam mengukur kreativitas dan berpikir divergen. Berpikir


divergen merupakan kemampuan untuk mengkosntruksi atau menghasilkan
berbagai respon yang mungkin, ide-ide, opsi-opsi atau alternatif alternatif
untuk suatu permasalahan (Isaksen, Dorval, & Treffinger, 1994).
Karakteristik berpikir divergen ditunjukkan oleh: (a) adanya proses
interpretasi dan evaluasi terhadap ide-ide. (b) proses motivasi untk
memikirkan bebagai kemungkinan ide yang masuk akal, dan (c) pencarian
tehadap kemungkinan-kemungkinan yang tak biasanya (non rutin) dalam
mengkonstruksi ide-ide.
Definisi yang dikemukakan oleh Isaksen, Droval, dan Treffenger
ini tampaknya sangat sesuai untuk konteks Matematika terutama dalam
pengembangan kemampuan berpikir divergen. Oleh karena itu definisi
operasional berpikir divergen dalam tulisan ini dibatasi sebagai
kemampuan untuk melahirkan berbagai macam solusi terhadap masalah
Matematika dengan prosedur dan alasan yang tepat.
Untuk menunjukkan bagaimana potensi kemampuan bepikir
divergen ini dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah
Matematika-Sains terpadu open-ended argumenataif, pada tabel 1 disajikan
contoh alternatif solusi siswa yang merupakan hasil uji coba terbatas
penerapan model dan sistem asesmen pembelajaran Matematika-Sains
terpadu open-ended argumentatif. Permasalahan open-ended yang
dipecahkan siswa adalah sebagai berikut.
Ali dan Anton mengendarai sepeda motor masing-masing dengan
percepatan (laju perubahan kecepatan persatuan waktu) 2m/s2 dan
4 m/s2. Selidikilah pernahkah Ali dan Anton akan memiliki
kecepatan yang sama? jika ya dalam situasi bagaimana?
Gunakanlah cara yang menurut kamu paling mudah.

Keterangan :

__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 41

Soal ini merupakan soal gerak lurus berubah beraturan (sains). Untuk
menjawabnya siswa perlu memahami konsep gradien dalam Matematika
dan Percepatan dalam Fisika serta memahami hubungan keduanya, yakni :
Percepatan = gradient kurva V(t) terhadap t
Kemampuan yang lain yang dibutuhkan adalah kemampuan menggambar
grafik bila kemiringan/gradien kurva diketahui (dalam soal ini percepatan
Ali dan Anon adalah gradeint kurva kecepatan Ali dan Anton). Tabel 01
menunjukkan jawaban siswa dan alternatif solusi yang dapat
dikembangkan, argumentasi yang diberikan, dan kemungkinan
memperluas dan mengembangkan jawaban siswa dalam praktik
pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan
berpikir divergen.
Tabel 01 menunjukkan bahwa terdapat berbagai alternatif solusi
yang muncul walaupun bukan dari seorang siswa (siswa yang sama).
Namun dengan memberi kesempatan pada siswa-sswa menyajikan solusi
mereka di depan kelas, pada akhirnya masing-masing siswa akan melihat
bahwa suatu masalah dapat memiliki lebih dari satu solusi.

__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 42

Tabel 01 : Jawaban Siswa yang Berpotensi Dikembangkan Menjadi


Beberapa Alternatif Solusi (Berpikir Divegen)
Siswa Bentuk solusi Komentar dan Kemungkinan
Pengembangan
Siswa 1 Alternatif 1 1. Anak ini menggunakan cara
kecepatan awal Ali lebih besar dari grafik untuk menyelesaikan
Anton masalah dan jawabannya
benar bahwa Ali dan Abton
V Anton akan memiliki kecepatan
pada suatu saat bila kecepatan
awal Ali lebih besar dari
Ali Anton.

2. Kemampuan anak ini bisa


digali dengan mengajaknya
bemain dengan titik potong
0 t kurva Ali dan Anton pada
Kecepatan Ali = Anton di titik potong sumbu V untuk menghasilkan
kurva berbagi solusi yang mungkin,
kemudian mereka diajak
Alternatif pengembangan untuk meyimpulkan jawaban
yang benar (contoh alternaif
V Anton pengembagngan)

3. Terlihat bahwa dari satu


solusi yang diekmbangkan
Ali siswa guru dapat
membimbing siswa
mengembangkan 3-5
alternatif lainnya.

0 t

kecepatan Anton tak pernah sama


dengan kecepatan Ali kecuali pada
awal pengukuran

__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 43

Lanjutan tabel 01
2 Alternatif 2

V Anton

Ali

0 T

Kecepatan awal Ali = Anton, setelah itu


kecepatan Ali tak pernah sama dengan
Anton.
kecepatan awal Anton dan Ali sama, Ali
dan Anton tak akan pernah mencapai
kecepatan yang sama.
Gradien kurva Anton = 2 kali gradien
kurva Ali
3 Alternatif 3 Kecepatan awal Ali > dari
Anton, tapi Ali megalami
V Anton perlambatan., perpotongan kurva
Ali dan Anton menunjukkan
kecepatan yang sama saat itu

Masih banyak solusi yang bisa


didapatkan misalnya dengan
Ali pendekatan persamaan.

0 t Dengan mempresentasikan hasil-


hasil ini setiap siswa akan
Kecepatan awal Ali= Anton, Ali mengetahui berbagai alternatif
bergerak diperlambat. solusi yang mungkin.

__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 44

Lanjutan tabel 01
4 Alternatif 4
V Anton

Ali

0 t
Ali dan Anton sama-sama bergerak
mulai dari keadaan diam

5 Alternatif 5

V Anton

Ali

0 t

Pengandaian yang diambil adalah


kecepatan awal ali > Anton, gerak ali
diperlambat kecepatan Anton dan Ali
akan sama di titik potong kurva Ali dan
Anton

__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 45

Lanjutan tabel 01
6
V Jawaban ini mengindikasikan
bahwa siswa sudah bisa
Ali menujukkan kemungkinan
kecepatan Ali= Anton dalam
waktu tertentu bila Vo Anton >
Anton Ali.

0 t

Kecepatan awal Anton lebih


besar dari Ali, Anton mengalami
perlambatan. Titik potong kurva
Ali dan Anton menunjukkan
kecepatan kedua orang itu sama
pada saat t yang bersesuaian
7 Rumus keceatan Jawaban ini dimulai dengan
Vt = Vo + at, rumus. Dari jawaban ini dapat
Ambil Vo =0, karena tak ditentukan dikembangkan pertanyaan, bila
boleh diambil berapa saja. mana kecepatan Ali= Anton.
Ali : a = 2, maka Diharapkan siswa menjawab
V Ali = 2t dengan membuat
Anton: a= 4 maka V Anton = 4t, VAli = V Anton, dengan
Jadi V Ali dan Anton tak pernah sama mengambil nilai Vo sembarang.

Untuk menggali kemampuan berpikir divergen siswa dapat


dilakukan dengan memanfaatkan solusi yang mereka hasilkan dengn
menanyakan alternatif-alternatif yang mungkin lagi dari solusi itu. Dalam
hal ini guru tidak boleh memberi tahu, guru hanya memberikan
pertanyaan-pertanyaan pancingan, sampai anak sendiri yang
menyelesaikan dan mencari alternatif yang lain. Tampak pula bahwa soal
Matematika-Sains terpadu open-ended argumentatif dapat mendorong
siswa untuk mentransfer pengetahuan Matematika, misalnya dari yang
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 46

biasa diketahui kurva y(x) tehadap x ke kurva hubungan satu variabel


dengan variabel lain selain y dan x yang dikenal. Pada kenyataannya
sangat sulit untuk membawa pikiran anak dari kebiasaan hanya mengenal
variabel y dan x ke variabel lain yang realistik (misalnya perubahan
tekanan terhadap ketinggian dalam fisika). Seolah-olah hanya variabel x
dan y saja yang ada dan mereka kenal.

4. Penutup
Permasalahan Matematika-Sains terpadu open-ended argumentatif
merupakan kombinasi permasalahan Matematika dan sains dalam bentuk
tematik yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan berbagai
alternatif solusi dengan pengandaian-pengandaian yang masuk akal
(argumentatif). Sifat terbuka dapat berarti mempunyai banyak
penyelesaian atau banyak cara untuk mendapatkan penyelesaian. Dalam
pembelajaran guru dapat mengunakan masalah open-ended ini unuk
menggali potensi berpikir kritis dan berpikir divergen. Seting belajar yang
dipandang cocok untuk maksud ini adalah setting belajar kooperatif.
Melalui belajar kooperatif siswa dapat saling bertukar ide, terutama ide-ide
tentang ragam solusi yang mungkin atau ragam cara penyelesaian serta
argumentasi yang dibawa oleh masing-masing anggota kelompok.
Keterpaduan antara Matematika dan sains dalam bentuk masalah tematik
menyadarkan siswa akan kegunaan Matematika pada bidang-bidang lain
atau kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran Matematika
akan dirasakan lebih bermakna.
Dalam implementasi pembelajaran Matematika-Sains terpadu
berorientasi pemecahan masalah open-ended argumentatif, guru dapat
menggunakan solusi yang dihasilkan siswa sendiri untuk menggali potensi
dan kemampuan berpikir kritis dan divergennya. Guru hendaknya
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 47

menggali potensi siswa dengan teknik bertanya, bukan memberitahukan


jawaban yang benar.
Untuk membuat pembelajaran Matematika lebih realistik dan
kontekstual, sebaiknya pembelajaran konsep-konsep Matematika dikaitkan
dengan konteks lain baik konteks sehari-hari maupun konteks pelajaran
lain dimana konsep-konsep Matematika banyak digunakan. Pemilihan
konteks hendaknya dilakukan sedemikian sehingga membantu pemahaman
konsep dan tidak justru mengabulkan dan membingungkan. Salah satu
mata pelajaran yang sangat baik digunakan sebagai konteks pembelajaran
Matematika adalah mata pelajaran sains khususnya Fisika. Karena menurut
sejarahnya banyak konsep-konsep Matematika diciptakan untuk
memecahkann masalah-masalah dalam sains (fisika).
Dalam melatih pemecahan masalah Matematika guru hendaknya
memberi porsi yang berimbang antara pemecahan masalah closed-ended
dan open-ended. Dengan porsi yang berimbang pengembangan
kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilakukan, sebaliknya tuntutan
sekolah akan selesainya materi kurikulum tepat waktu juga dapat dipenuhi.

DAFTAR PUSTAKA
BNSP. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta : Asa Mandiri.
Blumenfeld, P., Soloway, E., Marx, R., Krajcik, J., Guzdial, M., &
Palincsar, A. 1991. Motivating project-based learning: Sustaining
the doing, supporting the learning. Educational Psychologist, 26 (3
& 4), 369-398.
Falmer,W.A.& Farrel, M.A. 1980. Syatematic Instruction in Science For
The Middle and High School Years. London: Addison Wesley
Publishing Company. Inc.
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 48

Larson, Gary. 1991. Leraning and Instruction in Pre-College Physical


Science. Physics Today. Special Issue. Pre-College Education
Peters, J.M, & Gega P.C. 2002. Science in Elementary Education. 9th. New
Jersey: Merrill Prentice Hall.
Rutherford , F. dan Andrew Ahlgren. 1990. Sience for All Anericans.
Oxford : Univesity Press.
Simadha.S. & Becker. P. 1997. The Open-Ended Approach. A New
Proposal teaching Mathematics. NY. NCTM.
Thompson, P.W. 1985. Experience, Problem Solving and Learning
Mathematics: Considerations in Developing Mathematics
Curricula. In: E.A. Sliver (Ed). Teaching and Learning
Mathematical Problem Solving. Multiple Research Perspektives
(pp.189-243). Hillsdale, NJ: Erlbaum.
Tobin, K, Tippin, D, & Gallard . 1994. Research on Instructional Strategies
for Teaching Science. In D Gabel (Ed), Hanbook of Research on
Science teaching and Learning (pp 43-93). New York: Macmillan.
Upitis, R.; Phillips,E.; Higginson,W. 1997. Creative Mathematics:
Exploring Children's Understanding, London: Routletge. p.98-185.
Van den Heuvel-Panhuizen, M. 1996. Assessment and Realistic
Mathematics Education. Utrecht: CD-B Press / Feudenthal
Institute, Utrecht University.

__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007

Anda mungkin juga menyukai