920
920
920
oleh
Ketut Suma, I Gusti Putu Sudiarta,
Ida Bagus Putu Arnyana, I Nengah Martha
Universitas Pendidikan Ganesha
ABSTRAKS
ABSTRACT
1. Pendahuluan
Dalam Kurikulum Matematika 2004 ditekankan pentingnya
kegiatan pemecahan masalah untuk meningkatkan performance
Matematika siswa, terutama dalam berpikir dan memahami secara kritis,
baik dalam konteks Matematika maupun dalam konteks lain. Menyimak
pernyataan ini tampak jelas bahwa pembelajaran Matematika di SMP
membawa cita-cita luhur yakni meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi dan kemampuan menerapkan Matematika dalam konteks yang
tertentu. Tuntutan pengembangan kemampuan berpikir seperti yang
tercantum dalam kurikulum 2004, saat ini dipertegas lagi dengan terbitnya
peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006, tentang Standar
Kompetensi Lulusan. Dalam lampiran peraturan menteri itu, terdapat
rumusan standar kompetensi mata pelajaran Matematika yang berbunyi
(1) memiliki sikap menghargai Matematika dan kegunaannya dalam
kehidupan, dan (2) memiliki kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis serta mempunyai kemampuan bekerjasama.
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 33
secara mandiri, (4) berpikir inovatif dan kreatif, yang melibatkan, instuisi,
penemuan (discovery), prediksi (prediction), dan generalisasi
(generalization) melalui pemikiran divergen dan orisinal, (5) memahami
hubungan Matematika dengan bidang-bidang ilmu lainnya, (6) menerapkan
konsep-konsep Matematika dalam persoalan-persolan sains maupun
persoalan sehari-hari.
Matematika secara esensial merupakan proses berpikir yang
melibatkan membangun dan menerapkan abstraksi, secara logika
menghubungkan jaringan ide-ide (Rutherford, 1989). Ide-ide tersebut
seringkali muncul dari kebutuhan dalam memecahkan masalah-masalah
sains, teknologi, dan kehidupan sehari-hari. Kebermaknaan konsep-konsep
Matematika tampak jelas ketika digunakan dalam memecahkan masalah
sains, teknologi dan kehidupan sehari-hari (Rutherford, 1989).
Bertolak dari pemikiran di atas, untuk mewujudkan standar
kompetensi baik yang tercantum dalam kurkulum 2004 maupun yang
dirumuskan dalam lampiran peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 23
tahun 2006, pengembangan model dan sistem asesmen pembelajaran
Matematika-Sains terpadu berorientasi pemecahan masalah open-ended
agumentatif merupakan alternatif pilihan yang tepat. Secara teoretis
pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah open-ended
argumentatif akan memberikan kesempatan pada siswa untuk membangun
kemampuan berpikir divergen melalui pengembangan berbagai alternatif
solusi, dan mengemukakan argumentasi-argumenasi atas pilihannya.
Sementara itu pengintegrasian Matematika dengan sains akan memberikan
wawasan pada siswa akan hubungan dan kegunaan Matematika pada
bidang-bidang kehidupan lain dan juga hubungan Matematika dengan mata
pelajaran lainnya
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 36
2. Pembahasan
2.1. Pemecahan Masalah Matematika-Sains Terpadu Open-Ended
Argumentatif
Gagne (Gagne, Briggs dan Wager, 1992) menempatkan problem
solving sebagai keterampilan intelektual paling tinggi dari hirarki
keterampilan intelektual. Menurutnya dalam pemecahan masalah terjadi
bentuk pengajaran yang lebih kompleks yang membutuhkan aturan-aturan
yang lebih sederhana yang harus diketahui sebelumnya. Secara umum
tujuan pembelajaran pemecahan masalah adalah untuk meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
dicirikan oleh karakteristik berikut: tidak algoritmik, cenderung lebih
kompleks, menghasilkan beragam solusi, melibatkan beragam kriteria dan
proses berpikir, melibatkan regulasi diri dan proses berpikir, melihat
struktur dalam keteraturan, dan melibatkan upaya mental secara
mendalam( Larson, 1991).
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 37
mendorong siswa untuk berpikir lebih kritis, terbuka, dan mampu bekerja
sama dan berkompeten dalam pemecahan masalah dan dalam
berkomunikasi secara logis dan argumentatif (Sudiarta dkk, 2005).
Masalah Matemaika-Sains terpadu merupakan masalah yang
mengkombinasikan konsep-konsep Matematika dan sains dalam bentuk
tematik. Keterkaitan dan keterpaduan antara Matematika dan sains di
sekolah menengah pertama, serta dukungan penyajian naskah pelajaran
dengan menggunakan ragam wacana bahasa yang tepat adalah sangat
penting, terutama agar siswa dapat mengkonstruksi konsep-konsep
Matematika dan sains secara utuh, di samping untuk meningkatkan
kekontekstualan pembelajaran. Pendekatan pemecahan masalah open
ended argumentatif akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencapai kompetensi-kompetensi kunci, seperti kompentensi memecahkan
masalah (problem posing and problem solving), beragumentasi dan
berkomunikasi (reasoning and communication), bernalar dan berfikir
divergen dalam mengkonstruksi (construction), mencoba-salah (trial and
error), memprediksi (prediction), dan menggeneralisasi (generalization).
Pembelajaran sains dengan pendekatan terpadu dengan mata
pelajaran lainnya (integrated approach) mempunyai beberapa keuntungan.
Pertama, sains akan menjadi body of knowledge yang lebih koheren,
bukan merupakan kumpulan fakta yang tak saling berhubungan (Keig,
dalam Peters & Gega, 2002). Kedua, pendekatan ini secara intrinsik
bersifat kooperatif (Post, et al, dalam Peter & Gega, 2002). Siswa yang
terlibat dalam pembelajaran dengan pendekatan terpadu akan bekerja
dalam kelompok kooperatif yang dapat meningkatkan interaksi antar
siswa. Interaksi ini berpotensi untuk melibatkan siswa dalam
mengklarifikasi, mempertahankan, mengelaborasi, dan mengevaluasi
argumen (Tobin, Trippin, & Gallard, 1994). Ketiga, metode ini merupakan
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 39
Keterangan :
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 41
Soal ini merupakan soal gerak lurus berubah beraturan (sains). Untuk
menjawabnya siswa perlu memahami konsep gradien dalam Matematika
dan Percepatan dalam Fisika serta memahami hubungan keduanya, yakni :
Percepatan = gradient kurva V(t) terhadap t
Kemampuan yang lain yang dibutuhkan adalah kemampuan menggambar
grafik bila kemiringan/gradien kurva diketahui (dalam soal ini percepatan
Ali dan Anon adalah gradeint kurva kecepatan Ali dan Anton). Tabel 01
menunjukkan jawaban siswa dan alternatif solusi yang dapat
dikembangkan, argumentasi yang diberikan, dan kemungkinan
memperluas dan mengembangkan jawaban siswa dalam praktik
pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan
berpikir divergen.
Tabel 01 menunjukkan bahwa terdapat berbagai alternatif solusi
yang muncul walaupun bukan dari seorang siswa (siswa yang sama).
Namun dengan memberi kesempatan pada siswa-sswa menyajikan solusi
mereka di depan kelas, pada akhirnya masing-masing siswa akan melihat
bahwa suatu masalah dapat memiliki lebih dari satu solusi.
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 42
0 t
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 43
Lanjutan tabel 01
2 Alternatif 2
V Anton
Ali
0 T
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 44
Lanjutan tabel 01
4 Alternatif 4
V Anton
Ali
0 t
Ali dan Anton sama-sama bergerak
mulai dari keadaan diam
5 Alternatif 5
V Anton
Ali
0 t
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 45
Lanjutan tabel 01
6
V Jawaban ini mengindikasikan
bahwa siswa sudah bisa
Ali menujukkan kemungkinan
kecepatan Ali= Anton dalam
waktu tertentu bila Vo Anton >
Anton Ali.
0 t
4. Penutup
Permasalahan Matematika-Sains terpadu open-ended argumentatif
merupakan kombinasi permasalahan Matematika dan sains dalam bentuk
tematik yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan berbagai
alternatif solusi dengan pengandaian-pengandaian yang masuk akal
(argumentatif). Sifat terbuka dapat berarti mempunyai banyak
penyelesaian atau banyak cara untuk mendapatkan penyelesaian. Dalam
pembelajaran guru dapat mengunakan masalah open-ended ini unuk
menggali potensi berpikir kritis dan berpikir divergen. Seting belajar yang
dipandang cocok untuk maksud ini adalah setting belajar kooperatif.
Melalui belajar kooperatif siswa dapat saling bertukar ide, terutama ide-ide
tentang ragam solusi yang mungkin atau ragam cara penyelesaian serta
argumentasi yang dibawa oleh masing-masing anggota kelompok.
Keterpaduan antara Matematika dan sains dalam bentuk masalah tematik
menyadarkan siswa akan kegunaan Matematika pada bidang-bidang lain
atau kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran Matematika
akan dirasakan lebih bermakna.
Dalam implementasi pembelajaran Matematika-Sains terpadu
berorientasi pemecahan masalah open-ended argumentatif, guru dapat
menggunakan solusi yang dihasilkan siswa sendiri untuk menggali potensi
dan kemampuan berpikir kritis dan divergennya. Guru hendaknya
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 47
DAFTAR PUSTAKA
BNSP. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta : Asa Mandiri.
Blumenfeld, P., Soloway, E., Marx, R., Krajcik, J., Guzdial, M., &
Palincsar, A. 1991. Motivating project-based learning: Sustaining
the doing, supporting the learning. Educational Psychologist, 26 (3
& 4), 369-398.
Falmer,W.A.& Farrel, M.A. 1980. Syatematic Instruction in Science For
The Middle and High School Years. London: Addison Wesley
Publishing Company. Inc.
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007
ISSN 0215 - 8250 48
__________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 4 TH. XXXX Oktober 2007