AGAMA
Dampak negatif dari sifat materialisme ini sungguh sangat signifikan. Seseorang yang
bersifat materialisme ini tentu saja selalu memandang segala hal dari segi materi saja. Mereka
tidak pernah menyadari segala yang diberikan Allah itu indah pada waktunya. Mereka hanya
memikirkan bagaimana mendapatkan sebuah keuntungan tanpa harus memikirkan kerugian
yang akan didapatinya maupun orang lain.
Amsal menekankan bahwa sifat materialisme itu merupakan sifat menentang jalan yang
diberikan Allah bagi manusia. “Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan Tuhan dari
pada banyak harta dengan disertai kecemasan.” (Amsal 15:16).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa, kebahagian hidup seseorang bukan tergantung dari
apa yang didapatinya dengan mudah melainkan kebahagian itu didapatinya atas apa yang baik
di jalan Allah.
Tuhan Yesus berfirman: Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan
kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa
kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Mat 6:31-33)
Tujuan utama Tuhan memberkati hidup kita bukan untuk kenikmatan pribadi kita sendiri
melainkan agar kita bisa memberkati orang lain. Hidup kita ini bukan milik kita lagi sebab kita
telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar (I Kor 6:20).
Yesus ingin kita menghargai bahwa hidup ini lebih daripada sekadar pemenuhan kebutuhan
hidup (Mat 6:25b). Kita perlu belajar mengingatkan diri bahwa hidup ini jauh lebih luas, dalam,
panjang–yaitu berdimensi kekal. Ketajaman iman yang ingin dihancurkan materialisme harus
kita lawan dengan iman aktif.
Tuhan Yesus menganjurkan kita belajar tentang kebaikan dan kesetiaan kebapaan Allah (Mat
6:32b), salah satunya dengan jalan melihat itu melalui alam. Alam selain bisa menjadi kitab
kedua sesudah kitab suci melalui mana kita mendengar sabda Allah, juga bisa memberi kita
teladan tentang kesahajaan ketergantungan pada kasih Allah.
Dahulukan takhtakan Allah di atas segala yang hanya tambahan, pelengkap, penunjang, alat
(Mat 6:33). Kita perlu menjalani dan mempraktikkan disiplin2 rohani seperti meditasi, berdoa,
puasa dalam rangka memupuk perasaan cukup, bergantung; kepekaan: discernment dan
detachment.
Apabila kita berespons aktif terus terhadap anugerah Allah, kita akan bertumbuh dewasa, iman
kita makin kuat dan makin real. Materialisme akan dapat dipatahkan kekuatannya.
X. Saran
Kita boleh saja mengikuti perkembangan zaman modern sekarang ini, tetapi sebagai
pemuda Kristen kita harus teliti dalam memilah-milah mana hal yang baik bagi kehidupan kita
dimasa sekarang serta masa yang akan mendatang, agar nantinya kita tidak salah langkah dan
terjerumus ke hal-hal yang tidak baik dan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.