KELAS : MTH I B
1
KATA PENGANTAR
Akhir kata, semoga isi dan penjelasan makalah ini dapat bermamfaat
bagi yang membaca nya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................. 3
PENDAHULUAN.......................................................................... 4
E. KESIMPULAN......................................................................... 13
3
PENDAHULUAN
Tentunya hal ini sudah menyimpang dari moral yang selama ini sudah
mengikat masyarakat. Aliktab menjelaskan kepada kita bahwa hubungan
intim/badan hanya diperbolehkan jika hanya kita telah menikah. Dan hal itu
terbukti nyata setelah banyaknya kejadian yang sudah terjadi belakangan ini.
Moralitas baru ini berkembang bagaikan jamur, smua mudah untuk
menyerapnya. Dan di dinilah tugas Gereja dalam membentuk moral
masyarakat dalam iman.
New Morality pada dasarnya adalah sesuatu yang tidak boleh ada. Hal –
hal ini baru terjadi padazaman modern ini, sesuatu yang tabu yang
menjadisesuatu yang biasa.
4
A. Apakah New Morality diterima sebagai perilaku Kristen saat ini?
Moralitas baru mulai dianut secara luas di tahun 1960'an sebagai sistem
nilai baru menggantikan moralitas lama yang dianggap sudah kuno/ kolot.
Moralitas baru sesungguhnya bukanlah hal baru karena merupakan hasil
pembenaran atas perilaku menyimpang dan ketidakpercayaan manusia
selama berabad-abad. Para pembela moralitas baru atau 'etika situasi',
umumnya berpandangan bahwa alasan-alasan manusialah yang harus
dijadikan dasar penentuan moralitas itu sendiri. Mereka menerima
pewahyuan sebagai sumber nilai-nilai etika namun pada saat yang sama
menolak norma/ hukum tersebut, kecuali pada bagian perintah mengasihi
Allah dan sesama. Etika situasi tidak didasarkan pada apa yang dianggap
benar atau salah, tapi pada apa yang dirasa cocok.
Atas dasar apakah seseorang bisa menerima pewahyuan tapi hanya pada
satu bagiannya saja? Ketika akal manusia mulai membuat penilaian pada wahyu
Allah, orang kehilangan hak untuk mengklaim bagian manapun dari wahyu
sebagai hal yang mengikat.
Ajaran utama metode situasional adalah kasih yang tidak bersandar pada
kebaikan hakiki, yakni dasar penentuan salah dan benar, kasih dalam metode
situasional dapat 'berpikir', lemah, dan tak berdaya. Ia dengan jelas
membedakan kasih dan kepatuhan, kebenaran dan kebijaksanaan.
5
jauh Ia juga memperingatkan untuk tidak membatalkan perintah yang paling
kecil sekalipun namun agar mematuhinya (Matius 5 : 19). Dalam menggenapi
hukum itu, Kristus sangat menekankan pada ketaatan/ kepatuhan hati, bukan
pada bentuk ibadah yang terlihat dari luar.
Mengasihi Allah dan sesama adalah dua perintah terutama, bukan karena
Allah tidak mengharapkan manusia mentaati perintah lainnya, namun karena
perintah yang lain tidak mungkin bisa dipenuhi jika hati manusia masih
memberontak terhadap penciptaNya.
B. REVOLUSI MORAL
a. Alasan Vital
b. Alasan janin
7
Aborsi yang dilakukan karena janin dalam keadaan tidak
memungkinkan untuk dilahirkan, ada kemungkinan janintidak hanya
dapat menjalankan kehidupan secara normal.
c. Alasan kriminal
d. Alasan social
8
C. Moralitas Baru : oleh Elmer Paul
Konsekuensi positif dari evolusi ini ditulis besar dalam literatur abad
kedelapan belas. Dengan ide dari dewa pembalasan dan tes supranatural
menghilang ada juga rasa tanggung jawab pribadi yang mendalam, gagasan
tentang perbedaan radikal dan mendasar antara yang baik dan yang jahat
hilang. Kejahatan yang jelas dalam karakter datang dianggap hanya sebagai
hasil dari menahan dan menggagalkan lembaga-lembaga masyarakat seperti
ini ada - mengapa, tidak ada yang bisa menjelaskan. Iri dan cemburu dan
keserakahan dan nafsu kekuasaan semata, semua sifat-sifat yang diringkas
dalam satu kata pleonexia Yunani, keinginan untuk memiliki lebih, tidak
melekat dalam hati manusia, tetapi secara artifisial diperkenalkan oleh
properti dan peradaban palsu . Mengubah lembaga atau melepaskan individu
sepenuhnya dari pembatasan, dan sifat-Nya akan mundur secara spontan
9
untuk keadaan aslinya kebajikan. Dia perlu hanya mengikuti dorongan emosi
naluriah untuk menjadi sehat dan baik. Dan sebagai seorang pria merasa
dirinya sendiri, maka ia merasa orang lain. Tidak ada perbedaan nyata antara
yang baik dan yang jahat, tetapi semua secara alami yang baik dan variasi
dangkal kita lihat disebabkan oleh kebebasan yang lebih besar atau kurang
pembangunan. Oleh karena itu kita harus mengutuk tidak ada seorangpun
yang sama seperti kita tidak mengutuk diri kita sendiri. Tidak ada tempat bagi
penghakiman yang tajam, dan undang-undang yang memberikan hukuman
dan pembatasan serta mengatur diskriminasi palsu antara tidak berdosa dan
pidana dikenakan kecurigaan dan harus dijadikan sebagai fleksibel mungkin.
Di tempat penghakiman kita harus menganggap seluruh umat manusia
dengan simpati; semacam solidaritas emosional menjadi suatu nilai besar, di
mana termasuk, atau lebih tepatnya tenggelam, seluruh hukum Taurat dan
kitab para nabi.
10
D. Pandangan Agama Kristen Tentang New Morality
Kita perlu mewaspadai dua pilar utama dalam "new morality", yaitu
etika situasi dan kasih. Penulis memaparkan betapa perkembangan pemikiran
dari berbagai aspek (meliputi humanisme, filsafat, sosiologi, psikologi,
darwinisme, bahkan teologia, khususnya teologia "God is Dead" dari
Friedrich Nietzsche) telah memicu kehadiran "new morality". Dalam etika
situasi, benar atau salah harus dipertimbangkan dalam setiap keadaan
berdasarkan pertimbangan fisik, psikologis, dan materi; bukan "benar" atau
"salah", melainkan apakah tindakah itu bertanggung jawab atau tidak (hal.
48).
Mengenai pilar kedua, yaitu kasih, penulis mengingatkan kita agar tidak
keliru membedakan kasih berdasarkan Alkitab dengan kasih berdasarkan
"new morality". "New morality" lebih berfokus pada kasih eros. Mengenai
ini, penulis menguraikan empat hal berikut (hal. 60 -- 62).
11
1. Eros tidak akan selalu berakhir dengan pernikahan.
Meskipun terkesan ilmiah, buku kecil ini tidaklah rumit untuk dipahami.
Dengan pembahasan yang demikian padat, buku ini jelas menjadi berharga
bagi siapa saja yang ingin mengenal "new morality",latar belakangnya, dan
efek-efek yang ditimbulkannya. Malahan, bisa jadi mata Anda akan terbuka
setelah membaca buku ini, bahwa ada begitu banyak praktik-praktik
moralitas baru yang tersebar di sekitar kita.
12
E. KESIMPULAN
Intinya adalah kita sebagai orang Kristen harus tetap hidup kudus dalam
Kristus walaupun New Morality akan terus berkembang dalam kehidupan
kita. Pada dasarnya New Morality adalah tindakan – tindakan menyimpang
yang jauh dari moral – moral yang berlaku, namun hal itu tidaklah harus
menjadi sebuah kelemahan bagi kita. Kita dapat melakukan upaya agar kita
hidup kudus misalnya; sateduh, persekutuan, pelayanan, dll. Kuncinya adalah
tetap setia dalam Tuhan dan teguh dalam tuntunannya. Yesus adalah teladan
yang dapat kita contoh.
13