JAWABAN
1. Paulus menyimpulkan
bahwa Tuhan itu bukanlah
Tuhan hanya untuk yahudi
melainkan untuk semua
umat manusia. Keselamatan
tidaklah diperoleh
karena melaksanakan hukum
Taurat seperti yang
dijalankan oleh kaum
Yahudi, tetapi karena iman
kepada Yesus Kristus. Dari
pengajaran Rasul
Paulus dalam memandang
hukun Taurat sebagai :
a.
Tuhan menurunkan hukum
taurat untuk menunjukkan
bahwa manusia
tidak terlepas dari dosa
karena tidak satu orang pun
yang bisa
melaksanakan hukum
tersebut dengan sempurna;
B. JAWABAN
1. Paulus menyimpulkan
bahwa Tuhan itu bukanlah
Tuhan hanya untuk yahudi
melainkan untuk semua
umat manusia. Keselamatan
tidaklah diperoleh
karena melaksanakan hukum
Taurat seperti yang
dijalankan oleh kaum
Yahudi, tetapi karena iman
kepada Yesus Kristus. Dari
pengajaran Rasul
Paulus dalam memandang
hukun Taurat sebagai :
a.
Tuhan menurunkan hukum
taurat untuk menunjukkan
bahwa manusia
tidak terlepas dari dosa
karena tidak satu orang pun
yang bisa
melaksanakan hukum
tersebut dengan sempurna;
JAWABAN
1. Paulus menyimpulkan
bahwa Tuhan itu bukanlah
Tuhan hanya untuk yahudi
melainkan untuk semua
umat manusia. Keselamatan
tidaklah diperoleh
karena melaksanakan hukum
Taurat seperti yang
dijalankan oleh kaum
Yahudi, tetapi karena iman
kepada Yesus Kristus. Dari
pengajaran Rasul
Paulus dalam memandang
hukun Taurat sebagai
Nama : Ajarniat Mendrofa
NIM : 048105077
Jurusan : S1 Akuntans
JAWABAN
1. Paulus menyimpulkan bahwa Tuhan itu bukanlah Tuhan hanya untuk yahudi melainkan untuk
semua umat manusia. Keselamatan tidaklah diperoleh karena melaksanakan hukum Taurat
seperti yang dijalankan oleh kaum Yahudi, tetapi karena iman kepada Yesus Kristus. Dari
pengajaran Rasul Paulus dalam memandang hukun Taurat sebagai:
a. Tuhan menurunkan hukum taurat untuk menunjukkan bahwa manusia tidak terlepas
dari dosa karena tidak satu orang pun yang bisa melaksanakan hukum tersebut
dengan sempurna;
b. Diturunkannya hukum taurat adalah membuka kesempatan bagi Tuhan untuk
menyatakan kasih-Nya dengan pengorbanan Yesus Kristus. Kalau sebelumnya tidak ada
hukum Taurat maka pengorbanan Yesus di tiang salib tentu tidak perlu terjadi;
c. Hukum Taurat dan pengorbanan Yesus dikatakan sebagai bentuk keadilan Tuhan bagi
manusia, karena membiarkan dosa-dosa sebelumnya dan menghapusnya pada saat
penyaliban Yesus. Dikatakan apa yang dilakukan Tuhan adalah benar dan orang yang
beriman kepada Yesus juga akan dibenarkan.
2. Lima faktor penyebab penegakan hukum di Indonesia belum berjalan dengan baik, antara
lain:
a. Menolong kita untuk berpegang teguh kepada firman Tuhan dalam menentukan norma-
norma etis yang harus berlaku mutlak dalam situasi dan kondisi apapun karena etika
berbicara tentang apa yang benar dana apa yang salah. Misalnya, perintah <jangan
membunuh!= yang berarti dalam kondisi dan situasi apapun membunuh itu salah. Itulah
yang disebut etika kewajiban atau deontologis.
b. Menolong kita menjunjung tinggi norma-norma kesusilaan yang dalam masyarakat,
termasuk di dalam tata karma, sopan santun. Hal tersebut diperlukan dalam membangun
relasi antar manusia demi terpeliharanya kerukunan dan harmoni. Kita melakukannya
agar tidak menjadi batu sandungan, keuali jika bertentangan dengan firman Tuhan.
c. Menolong kita memiliki kesadaran moral. Hidup ditengah-tengah masyarakat melibatkan
kita dengan berbagai aktivitas sosial dan pelbagi hal. Tindakan konkrit dan kepekaan
terhadap situasi sekitar kita mendorong kita untuk berbuat sesuai hati nurani. Firman
Tuhn mengingatkan <Jadi jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia
tidak melakukannya, ia berdosa= (Yak. 4:17).
d. Etika menolong kita mengetahui dan membedakan baik, buruk, benar dan salah. Memberi
keterangan kesusilaan dan moral dalam bermacam-maam budaya. Serta menggunakan
norma-norrma untuk menentukan bagaimana kita hidup dan berkelakuan.
e. Agar hidup kita memuliakan Tuhan. <Demikian hendaknya terangmu bercahaya di depan
orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di
sorga= (Mat. 5:16).
4. Karakter adalah pola perilaku yang ditampilkan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, yang
dinyatakan melalui kepribadiannya. Suatu unsur membangun karakter adalah integritas yang
merupakan pusat batin yang memberikan keselarasan kepada kelakuan dan pikiran kita. Menurut
Alkitab, pusat batin datang dari kepercayaan dan kesetiaan kita kepada Tuhan. (Roma 12:2)
mengingatkan kita untuk tidak menjadi serupa dengan dunia, tidak ikut-ikutan dalam kemerosotan
akhlak atau degradasi moral manusia. Orang yang memiliki integritas memiliki etika yang baik,
bukan berdasarkan norma-norma semata, tetapi lahir dari kebenaran yang terkandung dalam kitab
suci.
Kepedulian kita terhadap sesame dinyatakan dalam keterlibatan dalam masalah-masalah sosial di
sekitar kita. Alkitab menasehati agar kepedulian sosial dinyatakan melalui empati kepada orang
yang menghadapi masalah. <Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah
dengan orang yang menangis= (Rm. 12:15). <Bertolong-tolonglah dalan menanggung bebanmu!
Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus= (Gal 6:3). Bagi umat Kristen pembangunan mental
spiritual komunitas orang peraya merupakan bagian dari kepedulian. Dalam (Yoh. 17:16) manusia
dipangil Allah untuk bekerja dalam masyarakat sambal berusaha menjadikan masyarakat lebih
sesuai kehendak Allah.
Ketangguhan dalam Alkitab menggunakan kata tekun dan sabar berulangkali. Karena Rasul Petrus
mengatakan <justru karena itu kamu harus sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan
kepada imanmu. kebajikan, dan kepada kebaikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan
pengusaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan ketekunan kesalehan= (2 Pet. 1:5-6). Kata
kunci adalah sungguh-sungguh dan tekun. Sungguh-sungguh berarti berusaha dengan sekuat-
kuatnya dengan sepenuh hati dan serius. Sedangkan tekun atau ketekunan artinya rajin, keras hati
dan sungguh- sungguh.
a. Sikap menerima dan menghargai budaya. Menerima budaya sebagai karya cipta manusia
yang digunakan untuk kehidupannya sebagai makhluk sosial, dan juga bagi kemuliaan
Tuhan; b
b. Sikap menolak terutama terhadap budaya sebagai karya cipta yang bertentangan dengan
kehendak Tuhan yang tidak sesuai engan ajaran Alkitab;
c. Sikap sintesis atau integratif, yaitu menerima unsur-unsur positif dalam budaya secara
selektif. Sehubungan dengan itu, para antropolog mendefenisikan budaya sebagai sistem
terintegrasi dengan pola perilaku, ide-ide, dan produk yang akan dipelajari mencirikan
masyarakat
6. . Model-model hubungan Iman Kristen dengan budaya oleh Richard Niebuhr, antara lain :