Anda di halaman 1dari 10

ETIKA DAN PEMBENTUKAN KARAKTER

KRISTIANI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4

NAMA : WINTER A M HUTASOIT_5213321024


KARSEDIN TUA SILABAN_5213121027
JULYADY MANALU_5211121008
Herbet perianto sikettang_5212620001

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN


DOSEN PEMBIMBING : Maniur Banjarnahor, S.PAK.,M.PdK

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
PEMBAHASAN

1.I.ETIKA KRISTIANI

“Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik
menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak
baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18)

Dalam hidup, kita sering menemukan adanya masalah yang berkaitan dengan etika. Etika ini
muncul ketika manusia dihadapkan pada sebuah masalah. Saat menghadapi masalah, kita
diwajibkan harus mengambil sebuah keputusan. Namun, keputusan yang diambil sering kali
melanggar etika atau tata cara yang seharusnya. Misalnya, berbohong demi kebaikan. Apakah itu
diperbolehkan?

Kata “Etika Kristen” berasal dari Bahasa Yunani “etos” yang memiliki arti adat istiadat dan kebiasaan.
Ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan Etika dalam Kristen, antara lain:
• Suatu cabang ilmu yang membahas tata cara atau penyelesaian masalah dari sudut pandang
Kristen
• Sebagai suatu ilmu yang membahas tentang moral manusia secara kritis
• Menurut Hukum Taurat, Etika dalam Kristen adalah segala perbuatan yang dikehendaki oleh
Allah untuk selalu melakukan perbuatan baik
• Tanggapan akan kasih setia Allah yang akan menyelamatkan hidup manusia

Selain itu kita dapat melihat pengertian etika di perjanjian lama dan perjanjian baru,dan dapat di
lihat sebagai berikut:

1.2. Pengertian Etika dalam Alkitab

Untuk memahami pengertian etika, perlu diketahui akar kata dari etika itu sendiri. Verkuyl (Etika
Kristen: Bagian 1, Tahun 2000) menyatakan bahwa kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos,
yang artinya kebiasaan, adat. Kata etos dan ethikos lebih berarti kesusilaan, perasaan batin, atau
kecenderungan hati seseorang melaksanakan sesuatu perbuatan.
Etika bukanlah ilmu pengetahuan alam. Karena itu juga Etika bukanlah ilmu yang pengetahuan yang
bersifat deskriptif, yang hanya menerangkan dan menguraikan tindakan dan kelakuan manusia,
seperti halnya dengan ilmu bangsa-bangsa( antropologi kultural), yang menguraikan dan membahas
adat-istiadat dan keadaan bangsa-bangsa.
Etika merupakan Ilmu yang mempelajari norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia. Etika
berbicara tentang keharusan yang di lakukan oleh manusia tentang apa yang baik, benar dan tepat.
Kata ethos yang menjadi etika berarti kebiasaan, baik kebiasaaan individu maupun kebiasaan
masyarakat. Etika tidak hanya berurusan dengan dengan segi lahiriah seperti kelakuan dan tindakan,
tetapi juga berurusan dengan segi batiniah seperti sikap, motif, karakter atau tabiat.
A.Etika Dalam Perjanjian Lama

Etika dan moral Abraham dapat terlihat ketika ia dipanggil Allah dalam usianya yang ke 75.Pada
saat itu, ia bersama dengan istrinya Sarai beserta keponakannya Lot menuju Kanaan melalui Sikhem
dan Betel sekitar tahun 2091 SM (Kej 12:1-5). Abraham yang pada waktu itu bernama Abram pergi
hanya dengan berbekal iman kepada Tuhan dan ia sendiri tidak mengetahui bagaimana sebetulnya
daerah Kanaan tersebut. Ketika ia sampai di Kanaan, ternyata negri itu sedang mengalami bencana
kelaparan, oleh karena itu ia bersama dengan keluarganya pergi ke Mesir melalui Negep. Peristiwa
Abraham yang menuruti perintah Allah memperlihatkan beberapa sikap iman dan moralnya, antara
lain:
• .Berani melangkah mentaati perintah Tuhan untuk menuju ke negeri yang belum
diketahuikeadaannya.
• Bersedia meninggalkan rumahnya dan pergi mengembara yang penuh suka duka serta
ancamanbahaya.
• Ketika Abraham mencapai tempat yang ia tuju, ada bencana kelaparan disana, namun
Abraham tidak meninggalkan tempat itu melainkan tetap percaya dan setia pada Tuhan
• .Percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik dan hal itu terjadi hingga
Abraham menjadi Bapa orang beriman bagi segala bangsa.
Selain dari sikap iman dan moral yang ditunjukkan Abraham, ada juga moral buruk yang ia
tunjukkan ketika menghadapi permasalahan hidupnya, yaitu:
1.Ketika ia berada di Mesir dimana ia kuatir dirinya akan dibunuh supaya orang bisa mengambil
istrinya.
2.Abraham berbohong demi menyelamatkan dirinya dengan mengakui istrinya sebagai adik.
3.Sikap egois dan tidak mengasihi istri dimana Abraham tidak melindungi istrinya dan
membiarkan istrinya rela diambil orang.
4.Abraham tidak menyerahkan perlindungannya pada Allah tetapi ia tenggelam pada perasaan
takutnya yang bisa mengancam nyawanya.

B. Etika Dalam Perjanjian Baru

Ajaran etik Yesus Kristus di antaranya terdapat dalam Injil-injil sinoptis (Matius, Markus, Lukas),
salah satu ajaran tersebut adalah khotbah di bukit (Mat 5-7; Luk 6:20-49). Dalam khotbah di bukit,
Yesus mempermasalahkan etik orang farisi yang sangat berpegang teguh pada pelaksanaan hukum
taurat tetapi tidak mengarah kepada kegenapan hukum taurat dan kitab para nabi.
Dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa "jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada
hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk
ke dalam kerajaan surga" (Mat 5:20) karena Kerajaan Allah sudah dekat kepadamu (Luk 10:9.
Selain itu, ajaran etik Yesus juga meminta kepada manusia untuk menjadi seorang manusia yang
bersifat ilahi. Kata ilahi ini memiliki arti menjadi seseorang yang lebih baik dari yang lain. Sebagai
contoh, Yesus mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu,
melainkan siapapun menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada
orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan
siapa yang menyuruh engkau berjalan berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh
dua mil. (Matius 5;39-41).

1.3 Fungsi Etika Dalam Kristen


Etika dalam Kristen ini sebagai penuntun arah tujuan hidup kita, ternyata fungsi etika juga
banyak membuat contoh yang besar dalam kehidupan kita. Secara umum, etika dalam Kristen
memiliki 10 fungsi yaitu:
• Untuk mengetahui atau membandingkan mana perilaku yang baik dan perilaku yang buruk
• Menjadikan umat Kristiani hidup dalam kedamaian, kesejahteraan, dan keharmonisan di dalam
cinta kasih
• Etika memberikan gambaran atau orientasi hidup bagi umat Kristiani
• Etika membuat manusia dapat bertanggung jawab atas hidupnya. Baik buruknya perbuatan
yang dilakukan, hasilnya akan dirasakan sendiri oleh orang yang bersangkutan
• Membuat manusia menjadi lebih baik dari yang sebelumnya
• Mengajak umat Kristiani untuk bersikap rasional saat mengambil keputusan di tengah-tengah
kehidupan Kristiani
• Etika dalam Kristen mempengaruhi umat Kristiani untuk selalu menjunjung tinggi moralitas
dalam kehidupan beragama
• Menjadikan umat Kristiani lebih independen alias tidak mudah diombang-ambingkan oleh
bisikan bahasa Roh
• Menjadikan manusia lebih dekat dengan Sang Pencipta dan taat pada aturan-Nya
• Etika Kristen membantu manusia untuk dapat menyelesaikan masalah yang terjadi dalam
kehidupan Kristiani

Di dalam hidup, etika dalam Kristen bertugas untuk menyelidiki, mengoreksi, mengontrol, dan
mengarahkan tentang mana yang harusnya dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Tolak
ukur untuk melakukan perbuatan baik bersumber pada titah Yesus Kristus, dimana landasan untuk
berbuat baik tertuang dalam Hukum Taurat. Apa sajakah pandangan Kristen terhadap etika?
• Etika dalam Kristen bersumber dari Allah Tritunggal.
• Etika dalam Kristen didasarkan pada Wahyu Allah.
• Sifatnya yang mutlak alias tidak dapat duganggu gugat oleh manusia.
• Bersifat menentukan jalan hidup umat Kristiani. (baca juga: Alasan Orang Islam Masuk
Kristen)

1.4 Ciri-ciri Etika Dalam Kristen


Etika dalam Kristen itu sendiri selalu berkaitan dengan iman dan kepercayaan terhadap
Tuhan sang pencipta. Perwujudan etika mungkin terjadi jika kamu memahami betul apa yang
tertuang dalam Hukum Taurat Tuhan. Dari fungsi etika Kristen yang telah dibahas di atas, sudahkah
kamu dapat menggambarkan bagaimana ciri-ciri etika Kristen? Berikut adalah ciri etika Kristen
yang harus kamu ketahui:
1. Etika Dalam Kristen Didasarkan Pada Iman
Iman adalah hal yang terpenting. Iman sendiri bukanlah kekayaan intelektual atau
pengetahuan yang tidak dapat dibuktikan. Namun, iman adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan
Yesus yang membuat manusia lebih dekat dengan-Nya. Jika iman seseorang kuat, maka etika
Kristennya juga akan baik dan tidak akan menyeleweng. Dengan iman, kita dapat menjadi murid
Kristus

2. Etika Dalam Kristen Didasarkan Pada Tabiat


Tabiat merupakan sifat lahiriah yang menyangkut batin manusia untuk memilahmilah mana
yang baik dan buruk. Tabiat ini sendiri tidak dapat disamakan dengan watak. Karena watak dapat
berubah, tergantung lingkungan sosial seseorang dan bagaimana peran Gereja dalam masyarakat.
Namun tabiat lebih kepada sifat asli seseorang yang dapat mempengaruhi etika.

3. Etika Dalam Kristen Bersumber dari Tuhan


Sudah jelas jika etika dalam Kristen bersumber dari Tuhan. Hal ini terbukti dengan adanya
aturan dalam menjalankan kehidupan. Dimana etika itu sendiri harus ditaati, jika tidak, sama saja
kita telah menentang Tuhan. (baca juga: Tanda Tanda Kiamat Menurut Kristen)

4. Etika Dalam Kristen Merupakan Pilihan yang Sukar


Hidup menurut peraturan yang sudah ditetapkan itu sangatlah sulit. Apalagi jika harus hidup
menurut karakter Kristus. Hal ini juga dirasakan oleh umat Kristiani. Contoh kecilnya saat seseorang
rela berbohong kepada orang tua demi kebaikan dirinya sendiri.

1.5 ETIKA MAHASISWA KRISTEN


Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya dalam Rumusan Masalah, bahwa penulisan makalah
ini difokuskan pada bagaimana mahasiswa berperilaku sesuai dengan etika Kristen. Perilaku yang
akan dibahas adalah tingkah laku yang terkait dengan interaksi mahasiswa dengan sesama
mahasiswa, mahasiswa dengan dosen termasuk dengan segenap karyawan kampus, ataupun
perilaku mahasiswa dalam berinteraksi dengan masyarakat dimana dia tinggal.

1. .Mahasiswa Pendidikan Agama Kristen


Sebagai seorang mahasiswa perlu disadari bahwa tugasnya adalah belajar. Untuk mencapai
keberhasilan sebagai seorang mahasiswa perlu mengalokasikan waktu yang lebih untuk belajar,
membaca buku referensi baik dengan memanfaatkan fasilitas perpustakaan ataupun browsing di
internet, berdiskusi dengan teman atau siapapun yang yang dapat memberikan masukan.
2. Mahasiswa dengan Mahasiswa
Sebagai sesama mahasiswa kristen, perlu menerapkan ajaran kasih yang dapat diaplikasikan dengan
kesediaan untuk menolong sesama mahasiswa dalam belajar, mau berbagi pengetahuan, bersikap
ramah satu sama lain, kompak, tidak menyombongkan diri, dan mau memaafkan jika ada kesalahan
teman.

3. Mahasiswa dengan Dosen


Dosen merupakan perwakilan orang tua di lingkungan kampus, dosen juga dapat dianggap sebagai
atasan atau tuan dari mahasiswa kita. Seperti tertulis pada Kolose 3:22 yang berbunyi “Hai hamba-
hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja
untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Ajaran ini jelas
menggambarkan agar mahasiswa mentaati dosen ataupun aturan yang berlaku di Kampus.
Tetapi, bagaimana jika dosen atau pengajar orang yang sangat menjengkelkan? Orang yang galak,
kejam dan “killer”? Bolehkah kita tidak menghormatinya? Jawaban Alkitab sangat tegas, yaitu
TIDAK. Dalam 1 Petrus 2:18 dikatakan, “Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh
ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang
bengis.” Lihat, betapa jelasnya Tuhan meminta untuk taat kepada orang yang mempunyai posisi di
atas kita.

4. Mahasiswa dengan Lingkungannya


Kehidupan di luar kampus juga merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai keberhasilan
seorang mahasiswa. Jika kehidupan di luar kampus dapat berjalan dengan baik, tentu akan
menghindari gangguan fisik ataupun gangguan mental sehingga dapat lebih fokus untuk
mencurahkan waktu dan pikiran pada pelajaran.
Kehidupan yang baik di luar kampus dapat dilakukan melalui hal-hal berikut:
a. Menjadi contoh yang baik di lingkungan dimana mahasiswa tersebut berada;
b. Berperilaku dan bertutur kata yang baik yang mencerminkan sebagai mahasiswa;
c. Berupaya mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya di masyarakat sebagai
wujud pengabdian (misalnya aktif di organisasi gereja);
d. Mengembangkan ilmu pengetahuan di luar kampus.
2. PEMBENTUKAN KARAKTER KRISTEN

2.1. Pengertian Karakter Kristen

Karakter sebagai, “tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dari yang lainnya” (Kamus Umum Bahasa Indonesia). Karakter adalah istilah psikologis yang
menunjuk kepada “sifat khas yang dimiliki oleh individu yang membedakannya dari individu
lainnya”. Jadi, pada dasarnya karakter adalah sifat-sifat yang melekat pada kepribadian seseorang.
Sedangkan Kristen adalah sebutan bagi seseorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, karakter Kristen disebut juga sifat-sifat Kristen, yaitu
kualitas rohani yang dimiliki seorang Kristen.

2.2. Pembentukan Karakter

Setiap pribadi dikenali melalui sifat-sifat (karakter) yang khas baginya. Pembentukan pribadi
mencakup kombinasi dari beberapa unsur yang tidak mungkin dapat dihindari, yaitu unsur
Pembawaan dari lahir, unsur lingkungan, dan kebiasaan.

(1) Unsur Pembawaan dari lahir adalah unsur-unsur yang dibawa (diwariskan) dari orang tua
melalui proses kelahiran, seperti keadaan fisik, intelektual, emosional, temperamen dan spiritual;

(2) Unsur lingkungan mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam membentuk karakter
dari pribadi seseorang. Unsur lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan tradisi
dan budaya, serta lingkungan alamiah (tempat tinggal);

(3) Unsur kebiasaan adalah suatu tindakan atau tingkah laku yang terus menerus dilakukan menjadi
suatu keyakinan atau keharusan. Kebiasaan-kebiasan ini akan turut membetuk karakter seseorang.

Karakter seseorang bisa berubah perlahan-lahan dari waktu ke waktu ketika dari dalam
dirinya sendiri ingin mengubah karakter tersebut serta satu hal yang pasti bahwa ada campur
tangan Tuhan untuk itu. Hati merupakan cerminan dari karakter manusia dalam menjalani
kehidupan sehari-hari, seperti yang dikatakan dalam Amsal 4:23 “Jagalah hatimu dengan segala
kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”. Maka dengan begitu sebagai orang
Kristen kita perlu menjaga hati kita agar senantiasa hidup sesuai kehendak Tuhan. Kebijakan-
kebijakan pokok akan membangun sebuah karakter yang disebut karakter Kristiani yang bersifat
Ilahi. Karakter-karakter yang ada pada manusia dapat berkembang di saat ada keinginan dan
kemauan serta hati dan pikiran yang mau menerima kuasa kebajikan yang dapat menghasilkan
nilai-nilai, tingkah laku atau karakter Kristiani. Firman Tuhan mengingatkan dalam Roma 12:2
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan
kepada Allah dan yang sempurna,” jadi, agar kita dapat mengerti kehendak Allah dan dapat
menampakkan Karakter Kristiani kita dalam kehidupan maka kita harus mau di ubah oleh
pembaharuan budi kita.
Dalam surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus, khususnya dalam Efesus 4:1-16, Paulus
menasihati jemaat untuk senantiasa bersatu dalam berbagai perbedaan yang ada. Sangat jelas
nasihat Paulus tentang perbedaan karakter itu, ia menasihatkan jemaat di Efesus untuk senantiasa
hidup dengan rendah hati, lemah lembut, sabar, dan menunjukkan kasih dalam hal saling
membantu. Jemaat harus berusaha memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera yaitu
satu tubuh dan satu Roh sebagaimana jemaat telah dipanggil kedalam satu pengharapan yang
terdapat dalam panggilan setiap orang percaya. Hal mengenai perbedaan-perbedaan pada setiap
orang, hal ini dinyatakan dalam Efesus 4:7 “Tetapi kepada kita masing-masing telah
dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus”.

2.3. Pentingnya karakteristik kristen

Alasan penting mengapa kita perlu mengajarkan dan menampilkan karakter Kristen adalah:
Kemerosotan moral. Karena saat ini sudah begitu luas kalangan yang merasakan terjadinya
kemerosotan moral. Pengajaran karakter adalah suatu perlawanan terhadap kemerosotan moral dan
terhadap modernisasi. Dalam zaman globalisasi dari modern saat ini kita semakin menyadari
berbagai aturan moral yang berbeda dari berbagai budaya yang berbeda. Saat ini kita hidup disuatu
zaman perjumpaan global dan keragaman budaya, dan itu membutuhkan kemampuan untuk
beradaptasi. Karakter dibentuk oleh orang-orang lain yang menjadi model yang kita ikuti. Orang
tua, guru, pembina, pelatih yang menjadi model atau teladan bagi kita turut membentuk karakter
kita. Dengan dituntun atau mengikuti dan meneladani para model atau sosok lain yang layak
diteladani kita belajar mengenali dan mewujudkan berbagai kebiasaan, dan keterampilan emosional
dan intelektual yang dinyatakan oleh berbagai kebajikan.

Kita mengetahui bahwa identitas orang Kristen dikenal lewat dua kualitas yang secara jelas
dinyatakan sebagai “garam” dan “terang” dunia (Matius 5:13,14). Kedua hal ini mengacu kepada
“perbedaan” dan “pengaruh” hal ini dapat diartikan yaitu bahwa orang Kristen secara harus memikul
beban moral secara konsisten dan konsekuen. Lebih jauh ini bukan sekedar penegasan, tetapi
merupakan sebuah panggilan bagi orang Kristen untuk melibatkan diri dan memberi solusi dalam
masalah-masalah dunia ini tanpa harus menjadi duniawi.

Jika garam menjadi tawar maka ia tidak berguna (Matius 5:13). Dan jika terang disembunyikan di
bawah gantang maka ia tidak dapat menerangi semua orang (Matius 5:15). Karena itu, “Demikianlah
hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan
memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16). Oleh karenanya “perbuatan yang baik”
menunjuk kepada perbuatan baik dalam pengertian moral, kualitas dan manfaat. Dengan demikian,
perbuatan baik adalah cermin dari kualitas karakter seseorang.
, “Hal ini merupakan tugas dan fungsi akhir dari pendidikan Kristen”. Selanjutnya “Kita sebagai
orang Kristen, selain memberikan hidup kepada orang-orang yang kita didik, kita juga membentuk
karakter diluar Hidup ini merupakan pekerjaan Roh Kudus melalui firman yang kita kabarkan,
melalui Injil yang kita tegaskan sebagai pusat iman.
Karena itu, Pemazmur mengingatkan kita “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian,
hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mamur 90:12). Pada saat seseorang menjadi cukup
dewasa untuk menyadari betapa singkatnya hidup ini, maka ia mulai sadar betapa berharganya
seandainya ia telah belajar lebih awal untuk menjadi bijaksana dalam kehidupan. Paulus menasihati,
“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal,
tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab
itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Efesus
5:15-17). Jika kita berusaha sungguh-sungguh untuk memiliki hikmat dari Allah, kita akan lebih
mampu meningkatkan kualitas diri, mengembangkan karakter dan nilai-nilai yang mengalir dari
hidup baru yang telah ditanamkan Allah dalam kita. Karakter kita akan menjadi karakter yang saleh
sehingga orang lain senang melihatnya, dan memuliakan Allah (Matius 5:16).
3.PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai seorang mahasiswa kristen, perlu disadari bahwa perilaku dan segala tindak tanduk tidak
terlepas dari pengamatan orang lain. Untuk itu, mahasiswa kristen harus dapat memberikan contoh
yang baik atau panutan. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi “garam” atau “pelita” bagi
masyarakat disekitarnya.
Menjadi garam artinya seorang mahasiswa dapat membuat kehidupan sosial masyarakat menjadi
damai dan sejahtera atau dengan kata lain dapat memberikan cita rasa yang lebih baik. Menjadi
pelita artinya sebagai seorang mahasiswa dapat memberikan contoh atau menjadi terang sehingga
dapat menjadi panutan bagi orang lain agar tidak tersandung dalam permasalahan-permasalahan
yang akan merugikan diri sendiri atau orang lain.
Menjadi terang ataupun garam tersebut perlu didasari oleh ajaran kristen, yaitu melakukan perbuatan
untuk menjadi contoh yang baik bagi orang lain dengan didasarkan pada kasih kepada Tuhan dan
kasih kepada sesama.

3.2Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembaca yang budiman pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai