01 GDL Verawiliss 178 1 Verawil 0 PDF
01 GDL Verawiliss 178 1 Verawil 0 PDF
DISUSUN OLEH :
STUDI KASUS
DISUSUN OLEH :
i
NIM : P. 09110
SURAKARTA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : P. 09110
SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Ditetapkan : Surakarta
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : P. 09110
WALUYO SURAKARTA
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan : Surakarta
Hari / Tanggal : Sabtu / 28 April 2012
DEWAN PENGUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
Husada Surakarta.
5. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji III yang telah membimbing
6. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
B. Pengkajian ................................................................... 6
D. Perencanaan ................................................................. 8
E. Implementasi ............................................................... 8
F. Evaluasi ....................................................................... 11
A. Pembahasan .................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
adalah oksigen. Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital
seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup
oleh perawat sebagai bagian dari tim kesehatan dalam upaya menyelesaikan
Dalam bab ini penulis membahas tentang salah satu penyakit pada
oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yaitu penyakit menahun
terdahulu yang ditandai dengan gejala panas tinggi, gelisah, dispnea, napas
cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif (Hidayat,
ϭ
Ϯ
sekitar 1,6-2,2 juta balita dengan proporsi 19%. Populasi penelitian adalah
seluruh balita yang di rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
dispnea dan sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya lendir didalam
bronkus atau paru. Agar pasien dapat bernapas secara lancar lendir tersebut
dengan memberikan oksigen 2 Liter per menit (Ngastiyah, 2005). Pada An.K
ϯ
kali per ,menit. Pada pemeriksaan foto thorak didapat hasil pada kedua
didapatkan Hemoglobin 9,3 g/dl , Dari data-data tersebut dapat diambil masalah
keperawatan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif. Sehingga penulis tertarik
Surakarta.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
ϰ
C. Manfaat Penulisan
2. Bagi penulis
bronkopneumonia.
3. Bagi masyarakat
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
Dari pengkajian pada tanggal 5 April 2012 jam 10.00 WIB, pada kasus
medis dan catatan perawat. Dari data pengkajian tersebut didapat hasil
identitas klien bahwa klien bernama An.K umur 15 bulan, beragama Kristen,
dengan alamat Jl. Sibela barat no. 10 Mojosongo Surakarta yang dirawat
diruang Bakung Rumah Sakit Panti Waluya Surakarta. An.K dirawat sejak
hari rabu tanggal 4 april 2012 dan didiagnosa dokter bahwa An. K menderita
Kristen, dengan alamat Jl. Sibela Barat no. 10 Mojosongo Surakarta dan
kuliah, beragama Kristen, dengan alamat Jl. Sibela Barat no. 10 Mojosongo
Surakarta.
ϱ
ϲ
B. Pengkajian
Riwayat penyakit sekarang yang diungkapkan ibu klien adalah 1 hari yang lalu
An. K mengalami sesak napas ringan dan setelah beberapa jam sesak semakin
parah hingga timbul suara “ ngrok-ngrok “ pada pernapasan An. K dan disertai
untuk membawa An. K ke praktek dr. E, saat di tempat praktek dr. E An. K
dilakukan pemeriksaan foto thorak dan didapatkan hasil pada kedua paru-paru
lebih lanjut di Rumah Sakit Panti Waluya. Saat di Rumah Sakit Panti Waluya
An. K langsung diberikan terapi oksigen 2 liter per menit. Saat pengkajian ibu
An.K mengatakan anaknya masih sesak napas, didapat foto rongten dengan
hasil pada kedua bronkus terdapat penumpukan sekret. Ibu An. K mengatakan
bahwa pada usia 5 bulan An. K pernah dirawat di RSUD MOEWARDI selama
1 minggu dengan keluhan sesak napas tetapi dokter belum dapat menentukan
imunisasi campak karena berat badan An. K belum mencapai 7 kilogram pada
umum klien buruk, tingkat kesadaran klien Apatis dengan nilai GCS E3V4M5
didapatkan pula data pengukuran respirasi 40 kali per menit, nadi 112 kali per
ϳ
menit, dan suhu 38 derajat celcius, hidung terpasang oksigen 2 liter per menit.
Pada pemeriksaan dada (paru-paru): inspeksi simetris kanan dan kiri, palpasi
pengembangan dada kanan dan kiri tidak sama, perkusi pekak, auskultasi
data An.K sesak napas, terdapat stridor, gelisah, batuk kering, suhu 38 derajat
celcius, pernapasan 40 kali per menit, HB: 9,3 g/dl, terpasang oksigen 2 liter
per menit dan pemeriksaan foto thorak pada tanggal 4 April 2012 didapat hasil
pada kedua bronkus terdapat penumpukan sekret. Pada depan aksila An. K
terdapat benjolan berisi pus panjang kurang lebih 0,7 cm dan kedalaman 0,4
¼
cm. Terapi yang diberikan oleh dokter adalah infus mikro D5 NS 15 tetes
dalam jumlah yang berlebih, ditandai dengan data subyektif ibu klien
mengatakan An.K sesak napas dan batuk, data obyektif adalah An.K terlihat
sesak, terpasang oksigen 2 liter per menit, respirasi 40 kali per menit, terdapat
suara stridor, pada pemeriksaan laboratoriun didapat Hb: 9,3 g/dl dan pada
ϴ
penumpukan sekret.
D. Perencanaan
diharapkan jalan napas paten dengan kriteria hasil menurut Nic dan Noc:
klien tidak sesak napas, irama napas teratur, frekuensi pernapasan normal
20 – 30 kali per menit, tidak ada sianosis, dan tidak ada sekret. Intervensi atau
rencana tindakan yang akan dilakukan adalah observasi keadaan umum dan
posisi nyaman semi fowler untuk menurunkan kerja otot pernapasan dengan
E. Implementasi
berikut :
ϵ
April 2012 jam 10.00 yaitu mengobservasi keadaan umum dan sistem
sesak napas dan respon obyektif suhu 38 derajat celcius, respirasi 40 kali per
menit, nadi 112 kali per menit, An. K tampak sesak napas, terpasang oksigen 2
liter per menit. Jam 10.30 memberikan posisi nyaman semi fowler dan
diberikan posisi semi fowler dan data obyektif An. K tidak rewel dengan
posisi yang telah diberikan. Jam 10.45 melakukan pengisapan sekret secara
pengisapan sesuai yang telah diajarkan dan sesuai kebutuhan dan didapatkan
perawat dan bersedia untuk mengulangi pengisapan sesuai yang diajarkan dan
sesuai kebutuhan data obyektif didapatkan sekret kurang lebih 5 cc. Jam 12.30
didapatkan respon subyektif ibu An. K mengatakan anaknya sesak napas dan
sekret keluar saat selesai di nebulizer. Respon objektif sekret keluar melalui
April 2012 jam 08.00 yaitu mengobservasi keadaan umum dan sistem
masih sesak napas dan respon obyektif suhu 38,6 derajat celcius, respirasi 36
kali per menit, nadi 112 kali per menit, An. K tampak sesak napas, An. K
ϭϬ
tampak gelisah dan terpasang oksigen 2 liter per menit. Jam 08.10
memberikan posisi nyaman semi fowler dan didapatkan respon subyektif Ibu
An. K memperbolehkan saat An. K akan diberikan posisi semi fowler dan
respon obyektif An.K tidak rewel saat diposisikan semi fowler. Jam 10.35
keluarga untuk melakukan pengisapan sesuai yang telah diajarkan dan sesuai
yang diajarkan perawat, data obyektif didapat sekret kurang lebih 3 cc. Jam
dan didapatkan respon subyektif ibu An. K mengatakan anaknya sesak napas
dan sekret keluar saat selesai di nebulizer, respon objektif sekret keluar kurang
lebih 3 cc.
April 2012 jam 08.00 yaitu mengobservasi keadaan umum dan sistem
masih tetap sesak napas dan respon obyektif suhu 37,6 derajat celcius,
respirasi 38 kali per menit, nadi 104 kali per menit, An. K tampak sesak napas,
An. K tampak gelisah terpasang oksigen 2 liter per menit. Jam 08.15
memberikan posisi nyaman semi fowler dan didapatkan respon subyektif Ibu
An. K memperbolehkan saat An. K akan diberikan posisi semi fowler dan
respon obyektif An. K tidak rewel saat diposisikan semi fowler. Jam 13.30
ϭϭ
keluarga untuk melakukan pengisapan sesuai yang telah diajarkan dan sesuai
kebutuhan dan didapatkan data obyektif didapat sekret 6 cc. Jam 12.30
didapatkan respon subyektif ibu An. K mengatakan anaknya sesak napas dan
sekret keluar saat selesai di nebulizer respon objektif sekret keluar kurang
lebih 4 cc.
F. Evaluasi
yang dilakukan pada hari kamis, 5 April 2012 jam 13.15 wib dengan
menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah ibu An. K mengatakan An.
K sesak napas, dari hasil observasi An. K tampak sesak, terpasang oksigen 2
liter per menit, suhu 38 derajat celcius, respirasi 40 kali per menit, nadi 112
kali per menit, terdapat sekret keluar saat pengisapan secara manual dan
nebulizer kurang lebih 7cc dari semua tindakan keperawatan yang telah
umum dan sistem pernapasan klien, berikan posisi nyaman semi fowler,
ϭϮ
yang dilakukan pada hari jumat, 6 April 2012 jam 13.30 WIB dengan
An.K masih sesak napas, dari hasil observasi An.K tampak sesak, terpasang
oksigen 2 liter per menit, suhu 38,6 derajat celcius, respirasi 36 kali per menit,
nadi 112 kali permenit, terdapat sekret keluar saat pengisapan secara manual
dan nebulizer kurang lebih 6 cc dari semua tindakan keperawatan yang telah
umum dan sistem pernapasan klien, berikan posisi nyaman semi fowler,
yang dilakukan pada hari sabtu, 7 April 2012 jam 13.55 WIB dengan
menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah ibu An. K mengatakan An.
K masih tetap sesak napas, dari hasil observasi An. K tampak sesak, terpasang
oksigen 2 liter per menit, suhu 37,5 derajat celcius, respirasi 38 kali per menit,
nadi 104 kali per menit, terdapat sekret keluar saat pengisapan secara manual
dan nebulizer kurang lebih 10 cc dari semua tindakan keperawatan yang telah
ϭϯ
sistem pernapasan klien, berikan posisi nyaman semi fowler, anjurkan pada
per 8 jam, nebulizer berisi ventolin 1, 25 mg dan pulmicort 1 ml per 8 jam dan
berikan gamimune (kekebalan tubuh) jam 16.30 WIB apabila panas tidak
turun.
BAB III
Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Prinsip dari pembahasan ini dengan
A. Pembahasan
(2009), Pneumonia merupakan salah satu dari lima penyebab kematian pada
kematian terbesar pada balita adalah pneumonia 23,6%. Menurut Retno, dkk
Pneumonia pada anak merupakan infeksi yang serius dan banyak diderita
30-45 kasus per 1000 anak pada umur kurang dari 5 tahun, 16-20 kasus per
1000 pada umur 5-9 tahun, 6-12 kasus per 1000 pada umur 9 tahun dan
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 dirawat sebanyak 190
pasien. Tahun 2004 dirawat sebanyak 231 pasien, dengan jumlah terbanyak
ϭϰ
ϭϱ
pada anak usia kurang dari 1 tahun (69%). Pada tahun 2005, anak umur
kurang dari 5 tahun yang dirawat sebanyak 547 kasus dengan jumlah
pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi (Hidayat, 2008).
juga menurut lokasi dan luas paru yang terkena yaitu, pneumonia lobaris
menyerang segmen luas pada satu lobus atau lebih, bronkopneumonia dimulai
pneumonia lobularis terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat oleh
peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas tinggi, gelisah,
dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, serta batuk kering dan produktif.
celcius, respirasi 40 kali per menit, An. K tampak gelisah, dispnea, terpasang
ϭϲ
oksigen 2 liter per menit, muntah 2 kali dalam sehari, serta terdapat batuk
badan yang turun karena kurang kalori protein. Pada anak-anak usia lebih dari
komplikasi infeksi saluran napas akut. Tanda dan gejala yang muncul adalah
oleh infeksi saluran napas bagian atas, pertukaran udara di paru- paru tidak
lancar dimana pernapasan agak cepat dan dangkal (bahkan sampai pernapasan
cuping hidung), dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga
kadang- kadang terjadi kejang, anak merasa nyeri didaerah dada sewaktu
batuk kering dan bernapas (rasa nyeri tersebut akibat gesekan pleura
meradang), batuk disertai sputum yang kental, dan napsu makan yang
menurun. Berdasarkan hal tersebut sesuai dengan kasus An. K, dimana An. K
mengatakan 1 hari yang lalu An. K mengalami sesak napas ringan dan setelah
beberapa jam sesak semakin parah hingga timbul suara “ngrok- ngrok “ pada
sebelumnya An. K pernah mengalami penyakit sesak napas pada usia 5 bulan
yaitu flek paru. Pada saat pengkajian didapatkan respirasi 40 kali per menit,
suhu 38 derajat celcius dan pada An. K didapatkan pula penurunan napsu
makan dan didapatkan data berat badan 6,5 dan apabila dikategorikan ke
ϭϳ
dalam status Z- SCORE hasil yang didapatkan WAZ – 3,36 dan digolongkan
pada gizi buruk, HAZ -2,6 dan digolongkan pada tinggi badan pendek, WHZ
campak diberikan pada anak usia 9 bulan (Rahayu, 2009). Pada An. K saat
pengkajian ibu An. K mengatakan bahwa sampai saat ini An. K belum
mengalami masukan makanan yang kurang, Suhu tubuh yang tinggi selama
beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi.
makan dan suhu yang tinggi. Dari teori tersebut penulis kemudian
ϭϴ
foto dada didapatkan hasil terdapat bercak-bercak infiltrat yang tersebar atau
yang meliputi satu atau sebagian besar lobus. Menurut Riyadi (2009)
yang masuk keparu melalui saluran napas masuk bronkus dan alveoli
bronkus berserbukan sel radang akut, terisi eksudat (nanah), dan sel epitel
rusak, bronkus dan sekitarnya penuh dengan netrofil (bagiam lekosit yang
banyak pada awal fase peradangan dan bersifat fagositosis) dan sedikit
eksudat fibrinosa. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh
Hal tersebut sesuai dengan kasus pada An. K pada pemeriksaan foto
pada kedua lobus atau bronkus. Pneumonia dapat menyebabkan anak berada
dalam keadaan dispnea dan sianosis karena adanya radang paru dan
banyaknya lendir didalam bronkus atau paru. Agar pasien dapat bernapas
secara lancar lendir yang berada di lobus tersebut harus dikeluarkan serta
ϭϵ
kolaboratif yang dilakukan oleh perawat sebagai bagian dari tim kesehatan
ikhsanuddin, oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital
seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup
oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan. Pada kasus An,
liter per menit melalui nasal kanul untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada
An. K. Menurut potter dan perry (2005) Dispnea merupakan tanda klinis
hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas. Dari tinjauan teori tersebut
ϮϬ
menetap maka sikap baring pasien terutama bayi harus diubah posisinya
setiap 2 jam dan pengisapan lendir harus sering dilakukan. Pada kasus yang
terlihat lendir keluar maka segera diusap. Apabila lendir banyak dapat
Menurut Lubis (2005), Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada
fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi, baik yang
bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan
tidak istimewa tetapi sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan
Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan
indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas
kejang rangsang. Sehingga tujuan dari fisioterapi dada pada penyakit paru
Ϯϭ
pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang bersih. Menurut Nic dan
Noc (2006), batasan karakteristik antara lain dispnea, adanya bunyi napas
perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dari hasil
ϮϮ
jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah berlebih, dengan tujuan
paten dengan kriteria hasil menurut Nic dan Noc adalah sesak nafas
berkurang, irama napas teratur, tidak ada sianosis, tidak ada sekret, frekwensi
tertimbunnya cairan. Hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga oksigen
keempat adalah kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen 2 liter per
Ϯϯ
sebagai anti radang dan efektif untuk pengobatan pada obstruksi jalan napas
berguna untuk mengurangi jumlah sel inflamasi pada saluran napas. Dari
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
penulis
evaluasi yang didapatkan penulis pada hari sabtu, 7 April 2012 jam 13.55 wib
mengatakan An.K masih tetap sesak napas, dari hasil observasi An.K tampak
sesak napas, terpasang oksigen 2 liter per menit, suhu 37,5 derajat celcius,
respirasi 38 kali per menit, nadi 104 kali per menit, terdapat sekret keluar saat
Ϯϰ
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi hal ini
dikarenakan kondisi pasien yang buruk dan tingkat kesadaran yang apatis
sehingga sulit diatasi dalam waktu 3 kali 24 jam. Dari data tersebut intervensi
klien, berikan posisi nyaman semi fowler, anjurkan pada keluarga untuk
lanjutkan terapi sesuai advis dokter : kalmethason 0,3 cc per 8 jam, nebulizer
1. Simpulan
subyektif yaitu ibu klien mengkatakan An. K sesak napas, batuk dan
muntah 2 kali dalam sehari. Data obyektif yang diperoleh penulis yaitu
kali per menit, nadi 112 kali per menit, suhu 38 derajat celcius, An. K
Ϯϱ
tampak gelisah, napas cepat dan dangkal, dispnea, batuk kering dan
nebulizer.
telah direncanakan.
dilanjutkan intervensi.
Ϯϲ
2. Saran
a. Bagi pasien