Oleh :
NIM 16612860
2019
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA PENDERITA ASMA
Oleh :
NIM 16612860
2019
ii
iii
iv
v
RINGKASAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA PENDERITA ASMA
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN INTOLERANSI AKTIVITAS (Studi
Kasus di RSUD dr. Hardjono Ponorogo Th. 2019)
Oleh :
Lazio Aldinov Herdiansyah
NIM 16612860
Asma adalah penyakit pada saluran pernapasan yang di tandai dengan
peradangan atau peneyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit
bernapas. Mengacu pada tanda dan gejala yang muncul pada pasien asma yaitu
dispnea, kelelahan setelah aktivitas dan aktivitas sehari-harinya dalam bantuan,
sehingga salah satu masalah yang mungkin muncul pada pasien asma yaitu
intoleransi aktivitas. Tujuan dalam studi kasus ini adalah untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada pasien dewasa penderita asma dengan masalah
keperawatan intoleransi aktivitas meliputi pengkajian (analisa), membuat
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
Asuhan keperawatan pada pasien dewasa penderita asma dengan masalah
keperawatan intoleransi aktivitas dilakukan di RSUD dr. Hardjono Ponorogo
selama 3 hari kegiatan pada bulan Juni 2019. Metode yang digunakan adalah
proses keperawatan.
Hasil pengkajian didapatkan bahwa klien merasa sesak dan kelelahan
setelah aktivitas seperti berjalan, nafas klien terengah-engah, dan klien harus
dibantu oleh keluarga untuk berjalan atau aktivitasnya di rumah sakit. Tindakan
keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini yaitu membantu pasien
dalam aktivitas sehari-hari di rumah sakit.
Hasil evaluasi yang didapatkan pada Ny. W yaitu sesak dan kelelahan
setelah aktivitas berkurang atau masalah teratasi sebagian. Asuhan keperawatan
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan peran keluarga dalam upaya
peningkatan kemampuan aktivitas klien sehari-hari.
Bagi klien asma dengan masalah intoleransi aktivitas diharapkan mau
menghindari faktor yang memungkinkan menyebabkan asma kambuh seperti debu
dan aktivitas berlebihan, mengurangi dan mengontrol aktivitas yang berlebihan,
melakukan aktivitas sesuai batas kemampuan dan latihan secara bertahap.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
mendapatkan bimbingan, masukan serta dorongan dari berbagai pihak, maka dari
Ilmiah.
3. Dr. I Made Jeren Sp.THT selaku Direktur RSUD Dr. Hardjono Ponorogo
yang telah memberi izin saya untuk mendapatkan data-data yang saya
vii
5. Rika Maya Sari, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Kaprodi D3 Keperawatan yang
10. Ayah dan Ibu yang telah memberikan motivasi, dorongan, dan
11. Septiyana Eka Dita Putri, Ety Diah Rahmawati, Aprilia Rina
viii
13. Kakak saya Julian Petra Hernando Ka’aro A.Md yang selalu motivasi
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
Semoga Allah SWT imbalan atas budi baik serta ketulusan yang
telah mereka berikan selama ini kepada penulis. Penulis menyadari bahwa
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya mendukung demi
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.
ix
DAFTAR ISI
Ringkasan ............................................................................................................... iv
Dafar Tabel............................................................................................................. xi
x
2.1.7 Komplikasi .....................................................................................26
3.1 Metode........................................................................................................47
xi
4.7 Pola Kesehatan Sehari-hari ........................................................................57
5.4 Perencanaan................................................................................................82
6.2 Saran...........................................................................................................93
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6 : Permohonan Data Awal Badan Kesatuan Bangsa dan Politik .......102
xv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
rongga dada (Amanda, 2012). Serangan asma yang dialami oleh penderita dapat
disebabkan oleh beberapa faktor pencetus antara lain alergen, infeksi saluran
nafas, lingkungan kerja, stres, dan olahraga yang berlebihan (Hackley et al, 2012).
Kekambuhan asma yang disebabkan oleh alergen terjadi karena sel-sel pada
saluran pernafasan sangat sensitif terhadap zat-zat tertentu seperti bulu kucing,
debu rumah, serbuk sari, dan asap rokok. Berbeda dengan alergen, kekambuhan
yang disebabkan oleh infeksi terjadi karena adanya infeksi pada saluran
(Tamsuri Anas, 2008). Dampak yang timbul pada masalah intoleransi aktivitas
biasanya penderita sering merasa lelah meskipun berjalan hanya sedikit dan
orang yang saat ini mengidap asma dan jumlahnya diperkirakan akan terus
akibat asma pada tahun 2015. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik,
dari 4,2% pada tahun 1995 menjadi 5,4% pada tahun 2003. DKI Jakarta memiliki
prevalensi asma yang lebih besar yaitu 7,5% pada tahun 2007. Penyakit asma
penduduk Indonesia menderita asma. Angka kejadian asma pada anak dan bayi
sekitar 10-85% dan lebih tinggi dibandingkan oleh orang dewasa(10-45%) pada
anak, penyakit asama dapat mempengaruhi masa pertumbuhan, karena anak yang
Jumlah penderita asma pada wanita lebih banyak dari pada pria, prevalensi
asma di indonesia sebesar 4,5% dan prevalensi terbesar pada jenis kelamin
3
perempuan. Jumlah orang dengan penyakit asma menurut kelompok umur paling
banyak pada umur 35-39 tahun sebesar 7.694 (KEMENKES RI, 2017).
penyakit asma di Jawa Timur sebanyak 1.250 (KEMENKES RI, 2018). Menurut
Riskesdas tahun 2018 angka kejadian asma di Indonesia sebanyak 2,4% dan di
Jawa Timur sebanyak 2,5%. Berdasarkan data tahun 2017 penederita asma di
orang, sedangkan di tahun 2018 di ruang Asoka RSUD Dr. Hardjono pada bulan
Pada asma bila faktor hipersekresi lebih dominan pada keadaan ini
serangan pertama seringkali sangat ringan, hanya berupa batuk dengan dahak, bisa
dengan atau tanpa pilek (bila penyebabnya adalah alergi, sering disertai dengan
pilek) semua ini bersifat hilang timbul. Dampak dari penyakit asma ini apabila
salah satu bronkus, kegagalan nafas dan mengakibatkan komplikasi atau masalah
lain seperti intoleransi aktivitas (Padilla, 2012). Hal ini dikarenakan faktor
bronko-konstriksi dan edema mukosa lebih dominan maka pada keadaan ini sejak
dari serangan pertama sudah akan ada keluhan sesak. Penderita asma konsentrasi
O2 dalam darah juga mengalami penurunan, akibat dari penurunan tersebut klien
dan tekanan darah menurun. Akibatnya penderita asma mengalami kelemahan dan
2015).
4
dalam melakukan aktivitasnya harus di dampingi oleh orang lain disekitar pasien
atau jika pasien di rumah sakit dibantu oleh perawat (Padilla, 2012). Maka peran
aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial,
bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari, dan tentukan jenis banyaknya dan
aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga ketahanan (Nurarif & Kusuma, 2015).
Ponorogo?
Hardjono Ponorogo.
Aktivitas.
1.4 Manfaat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dimana berbagai sel dan elemen seluler berperan, terutama sel mast,
biasanya pada malam hari dan dini hari. Sumbatan saluran nafas ini
2015).
penyakit saluran napas kronik yang melibatkan banyak sel inflamasi dan
bernapas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini
8
seperti mengi, sesak napas, sesak dada dan batuk yang bervariasi dari
Irman, 2009).
(Somantri, 2012)
diperkirakan.
2) Eksaserbi sering.
a. Hidung
b. Faring
untuk jalan udara dan makanan, tetapi tidak pada saat bersamaan.
c. Laring
d. Epiglotis
a. Trakea
atas 16-20 lingkaran tidak lengkap yang berupa cincin. Trakea ini
b. Bronkus
kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus atas, dan lobus bawah.
2014).
c. Paru-paru
yaitu paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat
viseralis, selain itu juga paru dilindungi oleh cairan pleura yang
pada sistem pernafasaan, paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru
kanan dan paru kiri. Bagian tengah dari organ tersebut terdapat
2.1.4 Etiologi
1. Alergen
Halim, 2012).
(Muttaqin, 2012).
3. Tekanan Jiwa
5. Obat-obatan
6. Polusi udara
7. Perubahan Cuaca
8. Jenis Makanan
2014).
9. Binatang Piaraan
spontan atau dengan terapi obat. Gejala tersebut banyak terjadi pada
2012).
3. Keletihan
a. Manifestasi Klinis
1) Tanda mayor
2) Tanda minor
b. Faktor Resiko
yaitu :
intoleransi aktivitas :
2. Kelemahan umum
4. Imobilitas
21
d. Penatalaksanaan
1. Edukasi
3. Terapi
4. Latihan Kekuatan
6. Mengatur Posisi
2008).
23
2012).
2.1.6 Patofisiologi
antara antigen dengan molekul IgE yang berikatan dengan sel mast.
obstruksi jalan nafas pada klien asma, sama halnya dengan klien
nafas akut pada klien yang sensitif. Pajanan biasanya terjadi setelah
Irman, 2009).
26
2.1.7 Komplikasi
a. Pneumothoraks
(Mansjoer, 2008).
b. Pneumomediastinum
c. Atelektasis
(Mansjoer, 2008).
d. Aspergilosis
e. Gagal napas
f. Bronkhitis
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Pengobatan Nonfarmakologi
a. Penyuluhan.
(Somantri, 2009).
2009).
c. Fisioterapi
d. Pengobatan Farmakologi
2012).
2012).
29
berikut :
1. Pemeriksaan Radiologi
2012).
3. Pemeriksaan Kulit
4. Pemeriksaan Laboratorium
b. Sputum
c. Sel Eosinofil
(Maylina, 2010).
e. Pemeriksaan Radiologi
2012).
f. Spirometer
2.1.10 Pathway
Penyempitan
jalan nafas
33
Kelemahan
dan keletihan
Peningkatan kerja Hiperventilasi Kebutuhan O2 ↑
otot pernapasan
Intoleransi
Retensi O2 Asidosis
aktivitas
respiratorik
↓ nafsu Ketidakefektifan
makan Gangguan
pola nafas
pertukaran
gas
ketidaseimba
ngan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Gambar 2.3
Pathway Asma
(Nurarif & Kusuma, 2015).
informan atau secara (2) tidak langsung, informan memberi informasi dengan
digunakan, tinjau ulang respons tertulis dari orang tua dan ajukan pertanyaan
pada mereka jika terdapat jawaban-jawaban yang tidak biasa (Wong, 2009).
34
2.2.1 Pengkajian
1. Keluhan Utama
2009).
berikut :
a. Riwayat merokok
1) A (Antropometri)
2012).
2) B (Biochemical)
3) C (Clinical)
4) D (Diet)
e. Pola eliminasi
Wulandari, 2013).
g. Pola aktivitas
1) ADL
(Somantri, 2012).
2012),
(Asmadi, 2008).
2012).
n. Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan telinga
4) Pemeriksaan mata
5) Pemeriksaan hidung
7) Pemeriksaan leher
9) Pemeriksaan thoraks
a) Pemeriksaan paru
b) Pemeriksaan jantung
calcicula sinistra
nyeri tekan.
Perkusi : tympani
potensial.
Diagnosa
Tujuan & Kriteria Intervensi
No keperawatan
Hasil
Intoleransi aktivitas NOC: NIC:
1. 1. Toleransi terhadap 1. Monitor
Definisi: aktivitas intake/asupan
Ketidakcukupan 2. Daya Tahan nutrisi untuk
energi psikologis 3. Energi Psikomotor mengetahui
atau fisiologis untuk Setelah dilakukan sumber energi
mempertahankan tindakan keperawatan yang adekuat
atau menyelesaikan selama 3x24 jam 2. Monitor
aktivitas kehidupan diharapkan toleransi kemampuan
sehari-hari yang aktivitas baik dengan perawatan diri
harus atau yang Indikator: secara mandiri
ingin dilakukan. 3. Berikan bantuan
1. Saturasi O2 saat sampai pasien
beraktivitas baik mampu melakukan
2. Kemudahan perawatan diri
Batasan bernapas saat mandiri
karakteristik: beraktivitas baik 4. Tentukan jenis dan
1) Dispnea setelah 3. Warna kulit baik banyaknya
beraktivitas 4. Kecepatan aktivitas yang
2) Tingkat berjalan baik dibutuhkan untuk
ketidaknyamana menjaga ketahanan
n 5. Buat batasan untuk
3) Konservasi aktivitas hiperaktif
energi klien saat
4) Kelelahan : efek mengganggu yang
yang lain dan dirinya
mengganggu 6. Bantu pasien
tingkat dalam aktivitas
kelelahan sehari-hari
5) Status 7. Mempertahan kan
pernafasan gizi yang cukup
6) Istirahat 8. Identifikasi
7) Status perawatan kemampuan
diri anggota keluarga
8) Perawatan diri : untuk terlibat
aktivitas sehari- dalam perawatan
hari (ADL) pasien
9) Respons tanda 9. Informasikan
vital abnormal faktor-faktor yang
terhadap meningkatkan
aktivitas kondisi pasien
10) Repons pada keluarga
frekuensi 10. Pilih intervensi
jantung untuk mengurangi
abnormal kelelahan baik
44
terhadap secara
aktivitas farmakologis
Faktor berhubungan: maupun non
1) Gaya hidup farmakologis
kurang gerak dengan tepat
2) Imobilitas
3) Ketidakseimban
gan antara suplai
dan kebutuhan
oksigen
4) Tirah baring
2.2.4 Implementasi
klien saat mengganggu yang lain dan dirinya, bantu pasien dalam
2.2.5 Evaluasi
2008). Kriteria hasil adalah tujuan dan sasaran yang realistik dan
(Depdiknas, 2009).
47
BAB 3
Pada bab ini dipaparkan secara lebih rinci dan matang tentang rancangan
3.1 Metode
Rancangan dari suatu studi kasus bergantung pada keadaan kasus namun
sebelumnya biasanya dikaji secara rinci. Keuntungan yang paling besar dari
sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas
(Arikunto,2010).
Harjono Ponorogo.
48
pada pasien asma dengan intoleransi aktivitas di Ruang Asoka RSUD Dr.
ilmiah ini.
1. Waktu penelitian
1. Lokasi
pokok yang dilalui untuk penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini.
Lokasi
tahun 2019
Partisipan
Partisipan dalam penyusunan studi kasus ini adalah satu orang klien dewasa
di diagnosa asma
Metode
Pengambilan Data
Hasil
Gambar 3.1
Alur kerja penyelesain karya tulis ilmiah
3.5 Etika
dengan manusia, segi etika penelitian harus di perhatikan. Masalah etika yang
1. Confidentiality (kerahasiaan)
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan di laporkan pada
2. Anonimity
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
3. Inform consent
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien,
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
asma, maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai 01 Juni
2019 s.d 03 Juni 2019 dengan data pengkajian pada tanggal 01 Juni 2019 pukul
08.00 WIB. Anamnesa di peroleh dari klien, keluarga dan file no registrasi
Nama/inisial : Ny. W
Umur : 31 Tahun
No.Register : xxx657
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Balong
Golongan Darah :O
Pada tanggal 29 Mei 2019 klien mengatakan sesak nafas karena aktivitas
yang berlebih disertai dengan batuk berdahak. Selama 3 hari dirumah klien tidak
ada pengobatan apapun hanya dibiarkan saja. Kemudian pada tanggal 31 Mei
2019 karena sesak nafas semakin berat dan batuk tidak segera sembuh disertai
dahak yang susah keluar akhirnya klien di bawa ke IGD RSUD dr. Hardjono
Ponorogo oleh suaminya tanggal 31 Mei 2019 jam 10.10 WIB langsung ditangani
oleh dokter dan perawat IGD dan diberikan O2 nassal 3 lpm dengan TTV TD :
130/70 mmHg RR : 30x/menit Nadi : 129x/menit Suhu : 36.0ºc oleh dokter klien
di diagnosa asma. Klien terpasang infus sodium chloride 0,9% 20 tpm dan
gram/IV, dan nebulizer ventolin (2.5 mg) + sodium chloride 0.9% (10 ml).
Kemudian klien di rawat di ruang asoka RSUD dr. Hardjono Ponorogo untuk
Saat pengkajian pada tanggal 01 Juni 2019 pukul 08.00 WIB klien masih
mengeluh sesak nafas, batuk disertai dahak yang susah keluar, sesak dan
O2 nassal 3 lpm.
54
Pasien memiliki riwayat asma sejak kecil, pasien juga sering mengeluh sesak
ketika pasien merasa kelelahan dan alergi terhadap debu, serbuk dan bulu
binatang. Pasien juga sering sekali rawat inap di RSUD dr. Hardjono Ponorogo
Pasien mengatakan dari anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita asma
seperti pasien, alergi terhadap debu, serbuk, bulu binatang, penyakit menurun
Klien berpersepsi bahwa penyakitnya adalah ujian dari Allah Swt dan
berharap penyakitnya bisa segera sembuh dan cepat pulang dari rumah sakit
Keluarga klien berpersepsi bahwa penyakit klien adalah ujian dari Allah swt
dan berharap klien cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti sehari-hari, bisa
masyarakat sekitar saat di rumah, dan juga dengan perawat klien bisa
d. Pola Pertahanan
Klien beragam islam, klien selalu berdoa kepada Allah Swt agar sakitnya
segera sembuh.
56
f. Genogram
Gambar 4.1
Genogram keluarga Ny. W
Keterangan :
: laki-laki : pasien
c. Istirahat Klien tidur siang pukul 13.00- Klien tidur siang pukul 13.00-
14.00, tidur malam pukul 14.00, tidur malam mulai
21.00-05.00. tidur kurang pukul 21.00-05.00 tapi
lebih 8 jam /hari kadang klien terbangun
tengah malam karena batuk
dan sesak.
1. Keadaan Umum
Tanda Vital
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 110x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 35.9ºc
SpO2 : 92%
kirinya 20 tpm
a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan,
warna rambut hitam, terdapat ketombe,
Palpasi : penyebaran merata.
tidak ada nyeri tekan.
b. Muka
Inspeksi : bentuk muka simetris kanan dan kiri, tidak
ada oedem, bekas luka, warna kulit muka
sawo matang, muka tampak pucat.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
59
c. Mata
Inspeksi : simetris, konjungtiva merah muda, seklera
putih, tidak ada penurunan penglihatan, bulu
mata merata.
d. Telinga
Inspeksi : telinga simetris kanan dan kiri, tidak ada
odema, tidak ada benjolan, tidak ada
Palpasi : serumen.
tidak ada nyeri tekan.
e. Hidung
Inspeksi : fungsi penciuman baik, ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada benjolan, bagian
Palpasi : dalam hidung lembab.
tidak ada nyeri tekan.
f. Mulut dan Faring
Inspeksi : bibir mulut simetris, mukosa bibir kering,
tidak ada lesi, tidak ada bau mulut, tidak
terdapat karang gigi, gigi lengkap.
g. Leher
Inspeksi : tidak terdapat luka, penyebaran warna kulit
Palpasi : merata.
tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
vena jugularis, kelenjar tyroid dan limfe.
j. Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada normal chest, simetris,
pola/irama nafas tidak teratur, respirasi
Palpasi : 24x/menit, dyspnea.
Perkusi : focal fremitus kanan dan kiri bergetar sama-
Auskultasi : sama.
suara perkusi sonor.
terdengar suara tambahan wheezing dan
ronchi.
k. Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus codis terlihat di ICS V
midclavicula sisnistra.
Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V
midclavicula sinistra.
Perkusi : suara perkusi jantung redup.
Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 terdengar tunggal, tidak
terdapat suara tambahan.
l. Abdomen
Inspeksi : warna kulit merata, tidak ada luka bekas
operasi, bentuk datar.
Auskultasi : bising usus terdengar 10x/menit.
Perkusi : terdengar tymphani di seluruh abdomen.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
benjolan abnormal dan massa, tidak ada
pembesaran lien.
m. Integumen
Inspeksi : warna kulit coklat, tidak ada lesi, turgor kulit
baik CRT < 2 detik.
61
n. Ekstermitas
Inspeksi : tangan kiri terpasang infus sodium chloride
0,9% aminophylin 360 mg 20 tpm.
KO : odema : fraktur :
4 4
4 4
dengan jelas
i. Nervus glosofaringeus : pasien dapat membedakan antara susu dan air
putih
j. Nervus vagus : pasien dapat menelan dengan baik
k. Nervus asesorius : pasien mamapu menggerakan bahu keatas
dan kebawah.
l. Nervus Hipoglasus : pasien dapat menggerakan lidah
Laboratorium :
4.10 Penatalaksaan
Mahasiswa
Kemungkinan
Tanggal/ Masalah
No Kelompok Data
Jam Penyebab
TGL. TGL.
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TT
MUNCUL TERATASI
9) Respons 9. Informasikan
tanda vital abnormal faktor-faktor yang
terhadap aktivitas meningkatkan kondisi
10) Repons pasien pada keluarga
frekuensi jantung
abnormal terhadap 10. Pilih intervensi
aktivitas untuk mengurangi
Faktor berhubungan: kelelahan baik secara
1) Gaya hidup farmakologis maupun
kurang gerak non farmakologis dengan
2) Imobilitas tepat
3) Ketidakseim
bangan antara suplai
dan kebutuhan
oksigen
4) Tirah baring
70
NO. TANGGAL/
TINDAKAN KEPERAWATAN TT
DX JAM
1. 01-06-2019
02/06/2019
03/06/2019
NO. TANGGAL/
PERKEMBANGAN TT
DX JAM
P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi
75
P : hentikan intervensi
76
76
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas kesenjangan antara tinjauan teori dengan
tinjauan kasus yang telah dilakukan di wilayah kerja RSUD dr. Hardjono
Ponorogo pada tanggal 01-03 Juni 2019. Setelah dilakukan asuhan keperawatan
pada Ny. W dengan masalah Asma selama 3 hari maka penulis dapat
menganalisis beberapa kesenjangan antara teori dan kasus yang akan dibahas
5.1 Pengkajian
Semua fase prsoes keperawatan bergantung pada pengumpulan data yang akurat
1. Identitas Klien
di dalam teori dikatakan bahwa jumlah penderita asma pada wanita lebih banyak
dari pada pria, prevalensi asma di indonesia sebesar 4,5% dan prevalensi terbesar
pada jenis kelamin perempuan. Jumlah orang dengan penyakit asma menurut
77
kelompok umur paling banyak pada umur 35-39 tahun sebesar 7.694
(KEMENKES RI, 2017). Dari hasil pengkajian dan tinjaun teori terdapat
kesenjangan pada umur, di dalam tinjauan teori dikatakan bahwa asma paling
banyak terdapat pada umur sekitar 35-39 tahun tetapi dari hasil pengkajian
tersebut klien berumur 31 tahun, hal ini membuktikan ada kesenjangan antara
hasil pengkajian dan tinjauan teori. Menurut peneliti klien memiliki penyakit
asma bukan karena adanya faktor umur dan jenis kelamin, tetapi dikarenakan
klien memiliki penyakit asma sejak kecil dan kambuh ketika klien merasa
kelelahan, berkativitas berat dan alergi terhadap debu, serbuk, dan lainya.
2. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian keluhan utama yang dirasakan oleh Ny. W yaitu
sesak nafas. Hal ini sesuai dengan teori (Somantri, 2009) bahwa keluhan utama
yang biasanya dialami oleh penderita asma yaitu batuk, peningkatan sputum,
Berdasarkan dari hasil pengkajian dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan.
Menurut penyusun klien mengeluh sesak dan adanya suara tambahan wheezing
bernafas klien. Apabila terjadi hal seperti ini biasanya pihak rumah sakit atau
tenaga medis melakukan tindakan ke klien dengan cara penguapan atau yang
mengatakan sesak nafas karena aktivitas yang berlebih disertai dengan batuk
berdahak. Kemudian karena sesak nafas semakin berat dan batuk tidak segera
sembuh disertai dahak yang susah keluar akhirnya klien di bawa ke IGD RSUD
dr. Hardjono Ponorogo oleh suaminya langsung ditangani oleh dokter dan perawat
30x/menit Nadi : 129x/menit Suhu : 36.0ºc oleh dokter klien di diagnosa asma.
Pada saat pengkajian klien masih mengeluh sesak nafas, batuk disertai dahak yang
susah keluar, sesak dan kelelahan setelah aktivitas berjalan ke kamar mandi. TTV
: 35.9ºc, SpO2 : 92%, terpasang O2 nassal 3 lpm. Hal ini sesuai dengan teori
(Ghofur A, 2008) bahwa pada riwayat penyakit sekarang yang biasa timbul pada
pasien asma yaitu pasien mengalami sesak nafas, batuk berdahak. Berdasarkan
dari hasil tersebut antara hasil pengkajian dan tinjauan teori tidak ada kesenjangan
diantaranya yaitu dari pasien yang dikeluhkan adalah sesak nafas dan batuk
berdahak.
aktivitasnya, karena apabila klien tidak dapat mengontol aktivitas hingga klien
merasa kelelahan maka akan menimbulkan asma kambuh kembali. Klien juga
pasien memiliki riwayat asma sejak kecil, pasien juga sering mengeluh sesak
ketika pasien merasa kelelahan dan alergi terhadap debu, serbuk dsb. Pasien juga
sering sekali rawat inap di RSUD dr. Hardjono Ponorogo dengan keluhan sesak
nafas. Hal ini sesuai dengan teori (Somantri, 2009) bahwa di dalam riwayat
penyakit ini, diantaranya yaitu riwayat alergi dan penyakit saluran napas bawah.
Berdasarkan hasil pengkajian dari Ny. W dan tinjauan teori tidak terdapat
seharusnya klien lebih menjaga diri lagi dari faktor-faktor yang menimbulkan
asma kambuh sehingga klien tidak sampai harus kembali masuk ke rumah sakit
Dari hasil pengkajian pasien mengatakan dari anggota keluarga klien tidak
ada yang menderita asma seperti pasien. Pada teori (Somantri, 2009) klien dengan
asma sering kali ditemukan didapatkan adanya riwayat penyakit genetik atau
keturunan, tetapi pada beberapa klien lainya tidak ditemukan adanya penyakit
yang sama dengan anggota keluarganya. Berdasarkan dari hasil pengkajian dan
riwayat penyakit asma tidak di karenakan oleh faktor genetik atau keturunan tetapi
disebabkan karena alergi debu, serbuk dll dan aktivitas yang berlebih.
Pemeriksaan fisik adalah proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna
menentukan ada atau tidaknya penyakit yang di dasarkan pada hasil pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Cara pendekatan sistematis yang dapat dilakukan oleh
ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe) dan pendekatan sistem tubuh
Saat pemeriksaan fisik pada Ny. W thorax paru di dapatkan sesak nafas,
batuk berdahak, pernafasan cuping hidung, suara tambahan wheezing dan ronchi.
Pernyataan tersebut sesui dengan teori (Somantri, 2009) yaitu pada pemeriksaan
fisik thorax paru inspeksi pada klien penderita asma yaitu batuk produktif,
terdapat sputum yang kental dan sulit dikeluarkan dan pernafasan cuping hidung.
dan suara mengi (wheezing) pada fase respirasi semakin menonjol. Wheezing
adalah suara yang dapat terdengar melalui stetoskop. Bunyi yang terdengar seperti
ngik-ngik di mana sering terjadi di pagi hari menjelang subuh. Hal ini akibat
adanya ketidakseimbangan hormon kortisol yang rendah saat pagi serta faktor lain
yang mengikutinya (Nyoman, 2012). Dan dari hasil pengkajian terdapat kesamaan
pengkajian thorax paru, perawat perlu mengkaji keluhan yang dirasakan oleh
klien seperti sesak nafas. Pada pemeriksaan ini perawat dapat menggunakan
81
pemeriksaan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk melihat
atau memeriksa ada atau tidaknya ke abnormalan pada thorax klien seperti adanya
keluarga, dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan
aktual maupun potensial. Hasil pemeriksaan dari laboratorium sangat penting dan
kesenjangan antara tinjauan teori dengan hasil pengkajian. Dalam tinjauan teori
dan jumlah sel leukosit yang tinggi lebih dari 15.000/mm 3 terjadi karena adanya
infeksi, hal ini berhubungan dengan kondisi dan penyakit tertentu seperti infeksi,
leukemia, respon alergi dan asma. SGOT dan SGPT meningkat disebabkan
interprestasi normal.
82
Menurut penyusun kesamaan anatara hasil pengkajian dan teori ini yaitu
dapat dilihat dari kondisi sesak nafas dan lemas pada klien yang di periksa oleh
2010). Apabila ini tidak segera di tangani atau pengobatan yang tepat akan
menimbulkan masalah lain seperti sesak nafas dan masalah keperawatan yang
muncul adalah intoleransi aktivitas. Disisi lain leukosit pada klien juga mengalami
peningkatan, hal ini kemungkinan terjadi karena adanya infeksi lain di dalam
tubuh klien yang dapat memperberat sesak nafas dan lemas pada klien.
kesenjangan di karenakan acuan satuan tinjauan teori dengan hasil di rumah sakit
berbeda, kendala yang dialami penulis dalam pemeriksaan penunjang ini yaitu
sakit tidak melakukan semua pemeriksaan penunjang yang ada pada tinjauan
teori.
5.4 Perencanaan
(Asmadi, 2008).
Setelah dilakukan pengkajian pada pasien dengan kasus asma pada Ny. W
adalah intoleransi aktivitas hal tersebut dapat dilihat dari ciri yang sesuai dan
83
tanda gejala yang muncul pada klien seperti sesak nafas dan kelelahan setelah
berkativitas ke kamar mandi, klien dibantu oleh keluarga dan perawat dalam
karakteristik yang muncul pada tanda gejala klien tersebut, dan sesuai dengan
teori (Tamsuri, 2009) bahwa tanda minor yang mungkin ditemui adalah
diri secara mandiri, berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan perawatan
diri mandiri, tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan untuk
menjaga ketahanan, buat batasan untuk aktivitas hiperaktif klien saat mengganggu
yang lain dan dirinya, bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari, identifikasi
5.5 Implementasi
hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau hilangnya masalah. Pada tahap
penulis mulai hari Sabtu tanggal 01 Juni 2019 sampai Senin 03 Juni 2019.
2019. Penulis melakukan pengkajian pada klien, berkolaborasi dengan tim dokter
terapi injeksi IV ranitidine (1x50 mg), dexamethasone (1x5 mg), ceftriaxone (1x1
sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Implementasi yang dilakukan sama
SpO2 : 86%. pasien juga sudah tidak merasa sesak dan kelelahan setelah aktivitas
ke kamar mandi dari sebelumnya tanpa di bantu oleh keluarga dan perawat.
pasien teratasi.
Pada studi kasus yang sudah dilakukan oleh peneliti ini sesuai dengan
setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapakan. Oleh karena itu rencana
apabila klien mampu kooperatif dalam tindakan yang akan dilakukan oleh petugas
medis. Pada kasus ini klien mampu mengikuti atau kooperatif dalam tindakan
86
5.6 Evaluasi
didasarkan pada kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada
Pada tanggal 01 Juni 2019 pukul 13.00 WIB penulis melakukan evaluasi
mendapatkan sata subjektif dari pasien yaitu klien mengatakan sesak nafas dan
kelelahan setelah aktivitas berjalan ke kamar mandi. Dengan data objektif klien
tampak sesak setelah aktivitas berjalan ke kamar mandi, klien tampak kelelahan
terdapat pernafaan cuping hidung, warna kulit muka tampak pucat, kecepatan
berjalan pasien belum stabil masih secara pelan dan harus dibantu, terdapat suara
tambahan wheezing dan ronchi, terpasang O2 nassal 2 lpm, TTV sebelum aktivitas
kamar mandi, pasien sering terbangun di tengah malam karena batuk dan sesak,
pasien perlu bantuan keluarga atau perawat untuk sibin dang ganti baju, pasien
hanya berbaring di bed saat perawatan di rumah sakit. Upaya yang harus
2019 pukul 13.00 WIB, data subjektif yang didapat dari pasien adalah klien
mengatakan sesak nafas dan lelah setelah aktivitas berkurang. Sedangkan data
objektifnya yaitu sesak berkurang setelah aktivitas, klien masih tampak kelelahan
setelah aktivitas, nafas klien masih terlihat terengah-engah setelah aktivitas, warna
kulit muka masih tampak pucat, kecepatan berjalan pasien belum stabil masih
secara pelan dan harus dibantu, terdapat suara tambahan wheezing dan ronchi,
terbangun di tengah malam karena batuk dan sesak, pasien perlu bantuan keluarga
atau perawat untuk sibin dang ganti baju, pasien hanya berbaring di bed saat
Evaluasi yang terakhir dilakukan pada 03 Juni 2019 pukul 10.00 WIB,
dengan data subjektif klien mengatakan sesak dan lelah setelah aktivitas
mandi, klien tampak lebih tenang, klien mampu melakukan aktivitas secara
mandiri, kulit muka klien sudah tidak tampak pucat, klien sudah tidak
klien mampu berjalan dengan satbil tanpa bantuan, TTV sebelum aktivitas TD :
86%. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah masalah intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria hasil pada klien asma dengan masalah intoleransi aktivitas yaitu saturasi
O2 saat beraktivitas baik, kemudahan bernapas saat aktivitas baik, warna kulit
Menurut peneliti pada kasus Ny. W didapatkan hasil pada hari pertama
sampai hari ketiga mengalami peningkatan setiap harinya. Kondisi klien sudah
mulai membaik sesak dan kelelahan yang dirasakan setelah aktivitas sudah mulai
berkurang, hal ini di karenakan klien patuh atau kooperatif dalam segala tindakan
yang dilakukan oleh petugas medis sehingga tujuan yang dicapai hampir teratasi.
meningkatkan kondisi pasien. Hal ini sesuai dengan teori (Bulechek, 2013).
Apabila ditinjau dari kriteria hasil yang ada pada teori, hampir keseluruhan
kriteria hasil tercapai sesuai dengan yang ada pada teori. Hal ini dapat dilihat pada
hasil evaluasi pada klien yaitu saturasi O2 klien saat beraktivitas dari hari pertama
sampai hari terkahir dilakukan nya penelitian menunjukan presentase yang baik,
perkembangan yang cukup baik hal ini di buktikan pada hasil evaluasi yaitu klien
merasakan sesak berkurang setelah aktivitas dan klien sudah tidak menggunakan
oksigen lagi, kemudian warna kulit klien tidak tampak pucat lagi pada hasil
evaluasi hari ketiga, dan kecepatan berjalan klien juga menunjukan perkembangan
89
yang baik di buktikan pada hasil evaluasi hari ketiga yaitu klien dapat berjalan
dengan kecepatan yang stabil tanpa dibantu oleh keluarga atau perawat.
90
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus diperoleh suatu
kesimpulan yaitu:
ditemukan beberapa data subyektif dan data obyektif antara lain data
kamar mandi, pasien sering terbangun di tengah malam karena batuk dan
sesak, pasien perlu bantuan keluarga/perawat untuk sibin dang ganti baju.
2. Diagnosis yang di ambil pada klien asma ini yaitu masalah keperawatan
intoleransi aktivias. Diagnosis ini di ambil karena pada penderita asma ini
tangani klien tidak dapat bebas melakukan aktivitas dan sulit melakukan
secara mandiri harus di dampingi oleh orang lain disekitar pasien atau jika
karena klien asma dengan masalah intoleransi aktivitas tidak bisa sembuh
dengan cepat apabila pasien dan keluarga tidak kooperatif dengan proses
perawatan.
92
Hal ini disesuaikan dengan sarana dan prasarana serta kondisi klien. Akan
tetapi bagaimana pun tinjauan pustaka tetaplah penting dan harus dikuasai
jauh.
hasil mengenai perubahan nyata yang terjadi pada klien, baik melihat
yang di perlukan pasien dan keluarga harus kooperatif dan patuh dengan
6.2 Saran
1. Klien
Seperti debu, asap rokok, bulu binatang, serbuk, aktivitas dan olahraga
yang berlebihan.
klien.
2. Keluarga klien
3. Institusi Pendidikan
4. Profesi Keperawatan
5. Peneliti Selanjutnya
Studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar dalam
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Febrina, S, dkk. 2018. Hubungan Tingkat Kontrol Dengan Arus Puncak Ekspirasi
Dada Pasien Asma. Jurnal Biomedika dan Kesehatan, 1 (2): 35-36.
Francis, C. 2008. Perawatan Respirasi. Jakarta : Erlangga..
Hackley, J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku Untuk Brunner dan
Suddart Terjemahan oleh Yasmin Asih. 2009. Jakarta : EGC.
Herdman, T.H. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta : EGC.