"Kemerdekaan tidak diberikan begitu saja oleh pihak penindas, karena itu sang
tertindaslah yang harus memperjuangkannya."
Martin Luther King Jr
Perawat Menggugah
Kompleksitas masalah perawat membutuhkan penguatan kelembagaan,
konsolidasi internal yang komprehensif dan dilandasi semangat kekeluargaan
toleransi dan persaudaraan dalam upaya menampilkan figur perawat yang cerdas,
berahlak mulia dan profesional dalam memberikan pelayanan kepada seluruh
komponen masyarakat. Kebijakan pemerintah yang telah buru-buru membuka
keran globalisasi masuk ke Indonesia namun belum mempersiapkan Sumber
Dayanya dengan baik, hal ini akan memicu keresahan dikalangan profesi
perawat. Mengapa? Karena perawat hingga kini belum mendapatkan
kesejahteraan dalam segala aspek tindakannya, perawat hingga kini masih
dipandang sebagai profesi yang termaginalkan dengan berbagai perspektif warisan
“ala kolonial”.selain alasan tersebut perawat Indonesia hingga kini masih eksis
dan konsent dalam mempertahankan rasa nasionalismenya dalam wujud
Bhaktinya kepada Pertiwi dan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Hal ini
telah terjadi sebelum Negara ini merdeka dan hingga kini kemerdekaan Perawat
terenggut kembali..!!
Kini bangsa Indonesia diantara derasnya Reformasi, profesi perawat masih
harus segera membeli seperangkat “alat material” untuk membenahi tatanan
kehidupan baru dengan suara yang satu semangat solidaritas. Profesi Perawat
sedang diuji dari jaman kejaman terus saja menimpa profesi kita, kini puncak
akumulasi permasalahan telah tiba mari kita rubah, tengoklah beberapa fakta yang
terjadi dulu hingga kini: Pertama, Perawat masih dijadikan warga kelas dua
dinegeri sendiri dengan bukti masih banyaknya tenaga perawat yang menjalani
tenaga Honorer bahkan tenaga sukarela yang sesuka mereka menggaji. Silahkan
Check fakta ini di Sarana pelayanan kesehatan. Masih saja menjalani praktek –
praktek berbentuk perbudakan modern ( modern slavery ) ini jelas melanggar
konstitusi, amanat UU No.13 tahun 2003 dan KepMenakerTrans No.100 tahun
2004 melarang untuk melakukan tindakan kontrak/honor atau bahkan PHL (
Pekerja Harian Lepas ). Praktek-praktek ini masih banyak menimpa para perawat
Indonesia karena lemahnya posisi tawar (bargaining position) Kedua, Harga diri
perawat kian hari kian terabaikan tanpa pengakuan, perawat bekerja secara terus-
menerus 24 Jam dengan 2-3 Shift dengan segala resiko yang mengancam tertular
penyakit bahkan ancaman kematian, norma-norma kesehatan dan keselamatan
kerja ( UU 13/2003 pasal 85/86 ) harusnya dijalankan oleh pemerintah melalui
instansi-instansi yang mempekerjakan perawat hal ini diperparah lagi dengan
system jaminan social yang tidak pernah merata, antara resiko kerja dan
pendapatan tidak berimbang. Berapa banyak kasus-kasus yan menyangkut
kesejahteraan perawat di Rumah Sakit, ibarat fenomena gunung es, yang
menyoalkan masalah kesejahteraan, Perbandingan perawat Indonesia dengan
perawat Kuwait yang mendapat gaji berkisar antara Rp.15 juta s/d 20 juta
perbulan, sedangkan rekan sejawat yang bekerja di Indonesia maksimum hanya
Rp.500.000 s/d 1,3 juta / bulan bahkan ada tenaga pengabdi yg dibayar 500.000/ 3
bulan berarti perhari perawat digaji 500 rupiah saja, mengapa kita para perawat
Indonesia diam ?? ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut harus ada upaya kuat
dan sama-sama kita perjuangkan dengan beberapa cara diantaranya dengan
menggulirkan Upah Minimum sector Provinsi ( UMSP ) dibidang keperawatan,
UU Ketenangakerjaan nomor 13 tahun 2003 telah mengamanatkan bahwa upah
minimum harus didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
jika kita ingat kembali memori lama kita tentang peristiwa bencana alam / korban
masal yang silih berganti menimpa bangsa kita justru tenaga Perawatlah yang
dijadikan ujung tombak dalam garda medis bencana alam, berapa juta kasus yang
sudah perawat tangani hinggi kini tak pernah dilihat oleh pemerintah namun
mereka rasakan.
Dan anehnya DPR dan pemerintah seolah menutup mata, menulikan
telinganya tentang hal ini, atau karena DPR yang sebentar lagi berakhir masa
bhaktinya memang berpura-pura melakukan pembiaran dan cenderung
menjadikan menjadikan issue tenaga kerja khususnya perawat menjadi barang
dagangan politik untuk memperpanjang jabatan mereka 2014-2019?
Oleh karena itu Perubahan dari internal perawat dan mahasiswa
Keperawatan harus dimulai dari sekarang dan dari diri kita sendiri, tidak boleh
lagi ada perawat yang hanya mengutuk keadaan, hanya bangga menjadi pembantu
bagi profesi lain, tegakkan kepala kalian jangan menunduk, sesungguhnya kita
sejajar sebagai mitra, paradigma kesejajaran profesi haruslah kita hujamkan dalam
kerangka berfikir kita. Karena peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah
tanggung jawab semua elemen profesi kesehatan. Laksanakan tupoksi anda
dengan baik Tegakan diagnosis keperawatan dengan bangga. Berikan pelayanan
yang prima bagi seluruh komponen masyarakat. Kuatkan komitmen tingkatkan
kepedulian karena sesama perawat adalah saudara. Jangan biarkan kita terpecah
hanya karena oknum yang mengejar kepentingan pribadi dan tidak berfikir positif
serta kurang menganalisis masalah secara komprehensif. Libatkan diri anda
karena bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.
Wahai para mahasiswa keperawatan kalian adalah agent of change akan
kelangsungan perubahan ini. Dalam transisi pergerakan keperawatan gejolak
social tidak bisa dihindari, oleh karenanya para pejuang keperawatan tidak boleh
hanya bisa mengutuk keadaan, tetapi harus aktif membuat rekayasa social (social
engineering),dengan kekuatan lebih dari 1.500.000 tenaga perawat dan 400.000
mahasiswa perawat se-indonesia mungkin belumlah cukup untuk mengguncang
penjuru negeri. oleh karenanya perawat Indonesia menggugat pemerintah
beberapa hal : Naikkan Upah dan Berlakukan Upah Layak Nasional bagi perawat,
Hentikan dikotomi antara perawat dengan profesi lain, persetaraan profesi,
Lindungi tenaga profesi keperawatan dari segala macam bentuk intervensi.
Untuk itu mari bersama bergerak merebut kedaulatan yang telah terkoyak
dari tangan Kekuatan Politik Elit yang tidak berani membela kepentingan perawat.
Mari bangkit membela profesi kita, Hak asasi kebebasan kita kebebasan dalam
menyuarakan gerakan STOP DISKRIMINASI PERAWAT