Anda di halaman 1dari 16

DALAM DIAM PERAWAT TERTINDAS

"Kemerdekaan tidak diberikan begitu saja oleh pihak penindas, karena itu sang
tertindaslah yang harus memperjuangkannya."
Martin Luther King Jr

"Visi bisa jadi adalah kekuatan terbesar kita. Ia selalu membangkitkan ~


daya dan kesinambungan hidup; Ia membuat kita memandang masa depan dan memberi
kerangka tentang apa yang belum kita ketahui."
~Li Ka Shing, Miliuner Hong Kong

Berbagai masalah yang mengepung profesi perawat bukan gejala alami


seperti gempa bumi, tetapi hasil relasi timbal balik antara tindakan manusia dan
struktur sosial. Tak ada struktur sosial yang tidak melibatkan pelaku/tindakan,
sebagaimana juga tidak ada tindakan yang dilakukan di luar struktur tertentu.
Contohnya, baru-baru kemarin mahasiswa FK Universitas Indonesia menghina
profesi perawat di acara “UI Art War 2015” jelas melibatkan pelaku yang bisa
kita tunjuk dengan lugas. Akan tetapi, para pelaku itu beroperasi dalam skema
yang luar biasa liciknya, yang sudah lama menjadi pola relasi untuk
menghancurkan citra profesi perawat. Karena masalah profesi perawat disebabkan
oleh tindakan orang-orang konkret yang profesinya hanya beberapa menit di
tengah-tengah pasien dan selalu di puji oleh pemeritahan padahal di balik dari itu
semua 24 jam perawat selalu ada di tengah pasien, jasa perawat yang melayani
pasien selama 24 jam hanya jaminan sosial dan finansial perawat yang rendah di
bandingkat profesi dokter yang hanya beberapa menit di tengah pasien tapi
jaminan dan financial kedokteran yang memuaskan. Dan memang tak bisa
dipungkiri ini adalah kenyataan. Gaji perawat di indonesia sangat rendah dan
jaminan sosial tidak diperhatikan. Sejawat semua harus bekerja 24 jam satu hari
dalam 2 atau 3 shift sedangkan pendapatan tak berimbang. Padahal mayoritas, kita
adalah ujung tombak dan tulang punggung pelayanan sebuah rumah sakit. Berapa
banyak kasus kesejahteraan perawat yang terjadi ditiap rumah sakit dan berapa
banyak kasus gugatan keluarga pasien kepada perawat yang tak terbela. Ini tak
bisa dibiarkan.
Cobalah tengok perbandingan kita dengan anggota DPR disana. Lebih
mulya manakah perawat dengan mereka, sementara mereka sudah berapa kali
berteriak kesetaran gaji dengan Korea dan Jepang atau dengan negara lain dan
mereka sudah melakukan studi banding akan hal itu padahal gaji mereka sudah
sangat besar melebihi kebutuhan hidup. Kenapa kita tidak berteriak hal serupa?,
sebagai perbandingan perawat indonesia yang bekerja di Kwuait mendapat gaji
berkisar Rp. 10 juta s/d Rp. 14 juta perbulan, sedangkan rekan sejawat yang
bekerja diindonesia maksimum hanya akan mendapat gaji Rp. 2 juta perbulan
bahkan mayoritas hanya Rp. 500rb s/d Rp. 1 juta perbulan. Ini sangat jauh dari
kebutuhan. Ini harus ada upaya nyata dari kita. Diantaranya ada upaya yang bisa
dilakukan yaitu: tentukan standarisasi gaji perawat secara nasional dan buka
selebar-lebarnya pintu eksodus besar-besaran keluar negeri bagi perawat. Ini tentu
setelah perawat mengikuti uji kompetensi. Sehingga dengan standarisasi gaji
perawat akan mendapatkan perlindungan gaji secara nasional dan pihak pengguna
jasa tidak akan semena-mena menggaji perawat. Dan dengan eksodus maka
profesi perawat akan dipandang unggul dan dibutuhkan oleh negara. Sebagaimana
telah terjadi di Philipines dimana seorang dokter spesialis, pengacara, arsitek dan
profesi lainnya berbondong-bondong kuliah keperawatan karena profesi ini
dipandang unggul dan terhormat. Kemudian dari sisi perawat sebagai tenaga kerja
yang bekerja 24 jam apakah sudah terlindungi hak-haknya?. Jawabannya pun
BELUM.
Deretan kasus perawat melakukan aksi demonstrasi menunjukan
perlindungan perawat sebagai tenaga kerja telah diabaikan. Ini tidak boleh
dibiarkan. Kita seharusnya mempunyai bargaining position yang kuat karena
perawat adalah salah satu elemen dari rakyat indonesia yang mempunyai
kebebasan menyuarakan pendapat dan mendapat persamaan kedudukan dimata
hukum. Dan kita juga sah untuk berserikat dan berkumpul sesuai dengan undang
undang. Bukankah dalam kode etik keperawatan dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan dan perawatan kepada masyarakat. Jadi jelas kita sebagai perawat
sepakat untuk aktif bersuara kepada pemerintah untuk menaikan gaji kita. Dan
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan tentu aspek
kesejahteraan perawat dari segi profesi dan tenaga kerja harus terlebih dahulu
diperhatikan. Inilah seharusnya menjadi renungan kita sekarang. Komunitas
perawat tiap tahun terus bertambah. Ribuan perawat setiap tahun akan keluar dari
akademi-akademi keperawatan dan kesarjanaan keperawatan. Kiranya kita perlu
kembali meresapi semangat revolusi Florenz dalam mengibarkan bendera profesi
ini. Semangat itulah yang harus kita kobarkan sekarang. Selama berpuluh tahun
perawat indonesia seolah dilenakan dengan slogan-slogan profesi yang lemah
lembut dan santun. Sehingga kita selalu terdiam ketika terjadi pelecehan profesi.
Padahal semangat revolusi Florenz telah merobohkan stigma biara-biara yang
santun dan lembut yang tergabung dalam barisannya untuk turun kelumpur-
lumpur peperangan dalam peperangan. Kita seolah tidak bisa melakukan gugatan
karena kita merasa profesi kita terhormat padahal Florenz telah menggugat
peperangan dengan gerakan sosial. Kini saatnya kita kembali meresapi semangat
revolusi Florenz agar profesi kita menjadi profesi yang bisa dibanggakan secara
independent. Kini saatnya wahai sejawat sekalian. Kita bangkit membela profesi
kita. Sudah saatnya kita berbenah diri. Singkirkan slogan-slogan yang menidurkan
yang akhirnya menjerumuskan kita. Sekali lagi kita adalah profesi yang diakui
secara hukum kenapa kita mesti minder tak percaya diri.
Heboh mengenai "penindasan profesi perawat" adalah gaduh kita tentang
ketidakberdayaan organisasi profesi yang di sebut PPNI untuk menindaklanjuti
segala problem social yang terjadi terhadap profesi perawat, Oleh karena itu
kompleksitas masalah yang menimpa profesi perawat hari ini menjadi pekerjaan
rumah bagi PPNI untuk kembali merumuskan solusi alternatif yang kontekstual
terhadap problem yang terjadi yakni dengan rumusan rencana strategis maupun
taktis yang efektif dan produktif. Berangkat dari evaluasi sistematis akan
melahirkan konsep kritis,taktis yang sinergis terhadap platform dasar PPNI
sebagai organisasi yang menaungi seluruh perawat di Indonesia menjadi spirit
serta ruh agar organisasi tetap eksis serta progress untuk melakukan perubahan
serta pembaharuan yang signifikan bagi profesi perawat saat ini. sepertinya
perawat harus segera berbenah diri merapihkan rumah sendiri dan segera
menggaungkan nada yang sama dengan zaman yang kini menantang bangsa.
Diantara berbagai gelombang ujian kepada negara dari dulu hingga sekarang
sepertinya perawat belum juga berubah.

Perawat untuk gerakan berani "jujur"


Kejujuran itu penting meskipun terkadang pahit untuk mengatakannya,
karena jika kita tidak memulainya, maka orang lain susah untuk melihat kondisi
kita secara utuh. Tidak perlu semuanya tentang kejujran kita ungkapkan saat ini
secara fulgar, tapi marilah kita mencoba untuk berani mengungkapkan sesuatu
yang penting untuk diungkapkan saat ini. Hmm, pahit memang tapi sepertinya
dari sinilah kita harus memulai kejujuran itu.
Sahabat perawat, jika ditanya berapa biaya kuliah untuk menjadi seorang
perawat, kalian bisa mengatakannya dengan simpulan "mahal" karena kini rata-
rata anggarannya di atas 4 jt per semester, belum termasuk biaya profesi, biaya
pelatihan, seminar, praktek dan uji kompetensi, dll.
Apakah kalian yang sudah lulus dan bekerja sebagai seorang perawat
memiliki kekuatan untuk "jujur" mengatakan berapa besaran gaji yang kalian
terima, di kota atau negara mana kalian bekerja, apa bentuk institusi tempat kalian
bekerja, berapa lama kalian bekerja dan apa jabatan terakhir kalian jika telah
memiliki jabatan. Mungkin ada sebagian perawat yang merasa miris untuk
mengungkapkan jumlahnya, meskipun tentu tidak sedikit yang tidak punya
masalah dengan ini karena dirinya telah mendapatkan penghargaan yang layak
untuk semua itu.
Percayalah, ini harus diungkapkan, sehingga kita bisa menekan segala
bentuk kepalsuan akan masa depan atau harapan yang terjadi dalam profesi kita.
Biarkanlah adik-adik kita berfikir secara objektif sebelum mereka memutuskan
untuk memilih menjadi seorang perawat, Izinkanlah adik2 mahasiswa kita yang
telah memilih menjadi perawat mempersiapkan dirinya dengan kreatifitas yang
dia persiapkan sejak dini untuk menjadi perawat yang luar biasa. Jangan takut
profesi perawat menjadi miskin peminat, karena banyak peminatpun jika pada
akhirnya mereka kecewa karena harapannya tidak sesuai dengan kenyataan, justru
kekecewaannya akan lebih menurunkan value dari profesi kita.
Kebanyakan orang mengira gaji perawat lebih besar dari guru atau
mungkin buruh pabrik yang saat ini berani jujur mengatakan berapa
penghasilannya, seperti beritanya sering kita dengar dan lihat di media cetak dan
elektronik. Mereka mengira demikian karena saat guru dan buruh pabrik dengan
jujur berani berdemonstrasi meminta kenaikan gaji, perawat tidak pernah
memintanya. Perawat bahkan dengan gagah berdemonstrasi untuk meminta
disahkannya Undang-Undang Keperawatan yang tidak secara eksplisit meminta
kenaikan gaji tetapi meminta aturan yang tegas agar perawat lebih professional
dalam bekerja. Perawat berani meminta itu meskipun mereka tahu bahwa pada
beberapa pasal dalam UUK ada konsekuensi perdata dan pidana dengan jumlah
denda dan konsekuensi hukum yang begitu mahalnya harus dia bayar jika dia
tidak profesional mengikuti aturan main yang telah dimintanya kemudian
ditetapkannya.
Perawat dengan buruh mungkin banyak yang tidak ingin disamakan, tetapi
jika kita lihat perbandingannya dengan guru, salahkah jika kita mengatakan bahwa
"Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa" dan "Perawat adalah pahlawan
sepanjang masa" keduanya adalah profesi yang sangat layak untuk ditempatkan
pada posisi tersendiri tentu juga dengan tidak mengesampingkan profesi lainnya.
Pebedaan nasib dan kondisi Perawat dengan Guru saat ini sebenarnya tipis
sekali. bedanya saat ini adalah guru sudah berani mengatakan dengan jujur berapa
besaran gajinya sehingga publik tahu betapa mirisnya melihat gaji mereka
dibanding dengan pengabdiannya yang luar biasa mereka lakukan, hasilnya
kemendikbud kini mulai menghitung gaji yang lebih layak untuk mereka dan
perawat beranikah untuk jujur agar kemenkes mulai melakukan hal yang sama
dengan kemendikbud.
Yuk kita bangun gerakan berani jujur dengan berani mengatakan gaji kita
apa adanya kepada adik2 kita jika mereka bertanya, biar mereka merasa adem dan
tidak merasa di PHP (Pemberi Harapan Palsu) saat dirinya memilih profesi
sebagai perawat. Izinkanlah mereka (adik2 kita) memilih profesi ini dengan
persiapan yang baik secara psikologis dari awal saat mereka membuat keputusan.
Semoga dengan ini mereka bisa menerima profesi kita dengan gagah dan kepala
tegak untuk tidak mengeluhkan gaji atau penghasilannya lagi.
Jangan pernah takut untuk berkata jujur tentang gaji dan penghasilan kita,
khususnya kepada adik2 kita yang ingin menjadi perawat (calon mahasiswa) atau
sedang berjuang untuk belajar menjadi perawat (mahasiswa). Jangan jadikan
seragam yang kita pakai atau senyuman manis yang selalu kita berikan sebagai
obat derita pada pasien, menjadikan kita canggung dan malu untuk
mengatakannya kepada mereka (adik2 kita). Tak perlu malu karena mengatakan
besaran gaji yang kita dapatkan, karena itu tidak akan mengurangi kemuliaan
seorang perawat. Semoga kita diberikan kekuatan untuk itu. Tak perlu anda
ungkapkan atau tuliskan besaran gaji atau penghasilan anda di media massa ini
secara terbuka jika takut memiliki makna yang bersayap atara kejujuran dan
kesombongan.
Sukseskanlah gerakan ini dengan menjawab private massage adik-adik
anda jika mereka ingin tahu dan bertanya langsung kepada anda tentang berapa
gaji dan penghasilan anda saat ini dengan jawaban yang jujur dan terbuka tanpa
harus takut kemuliaan kita sebagai perawat akan berkurang karenanya.
Jadi banggalah jadi perawat, buktikanlah kebanggaanmu itu dengan
prestasi, ide dan kreativitas yang membuat anda pantas bangga karenanya. Satu
hal yang harus kita yakini, bahwa langit bumi beserta isinya akan dibukakan-Nya
bagi siapa saja yang mampu membuat dirinya berharga dan pantas dihargai. Dan
nilai berharga dan pantas dihargai itu objektivnya bukanlah dari pemikiran kita
sendiri, melainkan dari orang lain yang melihat dan merasakan betapa kita
memang patut untuk dihargai.

Perawat Dalam Kenyataan


Apapun profesi yang dijalani, selalu ada hal-hal unik, menarik, bahkan
“menyedihkan” yang selalu menyertai profesi tersebut. Profesi yang akhir-akhir
ini digadang-gadang sebagai high-demanding profession all over the world ini
juga mempunyai fakta-fakta unik menarik dan bahkan melankolis klasik dalam
perjalanan karir profesi perawat.
1. Kami mengerjakan pekerjaan yang tidak menyenangkan
Walaupun kami memakai seragam putih-putih, tidak berarti bahwa kami
tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak menyenangkan bagi sebagian
besar orang. Sebagai seorang perawat, seperti halnya kami memberikan terapi
obat melalui infusan, melakukan ECG, defibrilasi dan lain sebagainya, maka
kami juga mengumpulkan dahak pasien untuk tes dahak, membersihkan pup
mereka, melakukan genital care dan lain sebaginya.
Namun hal tersebut dilakukan bukan tanpa tujuan. Kami telah memilih
profesi ini, membantu orang-orang, meningkatkan status kesehatan mereka,
menyelamatkan kehidupan, dan salah satu jalan untuk melakukannya adalah
dengan melakukan hal yang sebagian besar orang tidak mau melakukannya
dimana hal tersebut akan membuat mereka merasa lebih baik.
2. Penuh tekanan dari senior
Tidak dipungkiri bahwa dalam setiap institusi selalu ada yang namanya
senioritas. Anda tidak akan selamanya enjoy dan berjalan tanpa hambatan
dalam menjalani pekerjaan apapun termasuk menjadi seorang perawat.
Terutama ketika posisi Anda adalah seorang pemula atau newbie. Anda
mungkin akan di buli, diperintah kesana kemari, dan menerima tekanan dari
berbagai sudut.
Seringkali, perawat pemula justru menyerah dalam situasi ini. Ingatlah
bahwa apa yang Anda dapatkan saat ini adalah keinginan Anda di masa lalu.
Anda telah masuk menjadi seorang perawat baik merupakan keinginan sendiri
ataupun tercebur secara tidak sengaja, yang pasti jangan pernah terpengaruh
oleh tekanan apapun. Lakukanlah pekerjaan Anda sebaik mungkin. Jadikanlah
tekanan dan kritikan mereka sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik dan
lebih baik lagi dalam segala hal. Sehingga celaan, kritikan apapun akan
berbuah pujian suatu hari nanti. Karena sebagai seorang perawat, Anda harus
tahan banting.
3. Gaji yang rendah
Ini adalah salah satu hal yang tidak dapat dibantah. Dalam beberapa tahun
ini, profesi perawat merangkak naik menempati puncak profesi yang paling
dibutuhkan, bergaji besar dengan peluang kerja di luar negeri yang tinggi.
Meskipun begitu, setiap perawat haruslah memulai semuanya dari bawah
secara bertahap sampai akhirnya bisa sampai di puncak dengan gaji yang
besar. Di Filipina, dan di beberapa Negara asia lain, gaji perawat pemula atau
fresh graduate terkadang tidak masuk akal dan tidak seimbang antara beban
kerja dan jasa yang diterima. Namun seiring berjalannya waktu, seiring
bertambahnya skill dan pengalaman, perlahan namun pasti harga jasa pun
akan naik.
4. Beban kerja yang berat
Ya, kami selalu diberikan pekerjaan dengan beban yang begitu “wow”.
Kami harus membagi waktu dengan cermat, efektif dan efisien untuk
memberikan terapi medikasi, mengecek tanda vital, memberikan tindakan
keperawatan mandiri, menemani dokter, mengumpulkan order, mengkaji
klien, dan tugas-tugas lainnya.
Dalam hal ini, seorang perawat haruslah bijaksana dalam mengatur
waktunya sesuai prioritas. Sehingga sebanyak apapun tugas yang diberikan
bisa diselesaikan.
5. Lingkungan kerja yang penuh tekanan
Menjadi seorang perawat berarti Anda harus selalu siap dan waspada
terhadap keadaan klien. Anda dihadapkan pada persoalan hidup dan mati
klien, dengan berbagai latar belakang, pendidikan dan sosial ekonomi.
Menghadapai berbagai keluhan klien, tekanan keluarga, bahkan terkadang
harus siap menghadapi segala kemungkinan terburuk baik terkaitan dengan
keadaan klien, emosional keluarga bahkan dari rekan sejawat sendiri.
Namun semua itu bisa menjadi sebuah pelajaran dan hadiah yang amat
sangat indah dan berharga ketika semua yang telah dilakukan menghasilkan
sesuatu yang positif. Klien yang kritis telah kembali normal, bayi dan ibu
selamat, operasi sukses dilakukan, senyum terkembang dari keluarga klien. Itu
semua merupakan suatu hal yang bahkan tidak bisa dinilai oleh pundi-pundi
rupiah berapapun itu. Sebuah kepuasan hati yang amat sangat berkesan,
membekas dan akan terkenang sampai kapanpun.
6. Hanya seorang perawat?
Ya. Kami hanyalah seorang perawat namun kami melakukan pekerjaan
kami tidak hanya sebagai perawat, tetapi sebagai teman ketika klien
membutuhkan teman curhat tentang keadaannya, sebagai seorang guru ketika
klien membutuhkan informasi terkait penyakitnya, seorang konsultan ketika
klien membutuhkan konsultasi, menjadi seorang fasilitator dalam rangka
meningkatkan kesehatan klien, seorang assessor ketika menggali riwayat
kesehatan klien, dan bahkan menjadi apapun ketika menjalankan fungsi
kolaborator, peneliti serta menjadi seorang perawat itu sendiri.
Walaupun seringkali kami dipanggil dan dianggap sebagai asisten dokter
ataupun orang kedua setelah dokter, namun kami merupakan sebuah profesi
yang berdiri sendiri, mempunyai tugas dan kewenangan sendiri. Dan kami
mempunyai Asuhan Keperawatan yang selama 24 jam dalam sehari, 7 hari
dalam satu minggu yang akan membantu klien kami mencapai
kesembuhannya dengan cepat disamping dibantu dengan terapi obat dari
dokter dan lain sebagainya. Tetapi kamilah yang berada pada garis depan
pelayanan. Kamilah yang menerima dan mendengarkan keluhan klien untuk
pertama kalinya. Dan kami pula lah orang terkahir yang akan mengurus surat-
surat kepulangan klien kami. Ya, kami hanyalah seorang perawat. Tidak lebih
dan tidak kurang.

Perawat: Jangan Merasa Terbaik tapi Bekerjalah yang Terbaik


Bekerja dalam satu tim yang solid memang tidak mudah. Dibutuhkan
kemampuan untuk saling menjaga komitmen bersama, saling menghargai, saling
mempercayai dan kesabaran untuk tidak menyerang yang lain. Apapun yang
terjadi dalam tim tersebut adalah tanggung jawab bersama. Bekerja sama dan
sama-sama bekerja sangat dibutuhkan demi kesuksesan meraih tujuan tim
tersebut. Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan juga dituntut untuk
bisa bekerja sama dengan anggota tim kesehatan yang lain, sehingga kerja sama
dalam tim bisa selaras, serasi dan seimbang. Namun tuntutan terhadap perawat
tersebut belum selaras dengan isu-isu yang masih berkembang saat ini.
Pandangan tentang perawat hanyalah pembantu dokter di Indonesia masih
saja terjadi. Perjuangan profesi perawat yang ingin disejajarkan dengan tim
kesehatan yang lain khususnya dokter masih terus berjalan. Mungkin sekarang
perawat memang belum dianggap sejajar dengan tim medis lain khususnya
dokter,mungkin sekarang perawat masih dipandang sebelah mata.Tetapi apapun
yang terjadi tidak semestinya perawat berkecil hati, tidak semestinya profesi
perawat merasa minder. Justru yang terpenting yang mesti dilakukan sekarang
adalah tunjukkan bahwa perawat itu profesi yang musti diperhitungkan. Tanpa
perawat tim kesehatan tidaak akan berjalan dengan baik, tanpa perawat pelayanan
kesehatan tidak akan berjalan. Bagaimana cara menunjukkan profesi perawat
tersebut adalah dengan menunjukkan kinerja yang sebaik mungkin.
Bekerjalah dengan prinsip kerjakan yang terbaik,tapi jangan merasa yang
terbaik. Kalau kita selalu ingin bekerja dengan memberikan yang terbaik maka
apapun yang kita kerjakan akan mempunyai nilai yang optimal, karena kita sudah
mengerjakan yang sebaik-baiknya. Namun kalau kita merasa menjadi yang
terbaik, sudah muncul sifat sombong maka kita tidak akan mudah untuk belajar
kepada yang lain. Kita akan merasa lebih dari yang lain dan hal tersebut dapat
merugikan diri kita sendiri. Seseorang yang merasa lebih baik dari orang lain
maka dia akan menganggap remeh dan mengecilkan peran yang lain. Akhirnya
pikiran kita akan terkurung, terjebak dalam peran diri kita sendiri, sudah merasa
segala-galanya. Bagaikan katak dalam tempurung dan ternyata ketika tempurung
terbuka, ada dunia lain di sekitar kita yang sudah berkembang sedemikian jauh.
Anggota tim kesehatan umumnya meliputi pasien, perawat, dokter, fisioterapi,
pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker.
Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan juga dituntut untuk bisa
bekerja sama dengan anggota tim kesehatan yang lain, sehingga kerja sama dalam
tim bisa selaras, serasi dan seimbang. Bekerja dalam tim diperlukan rasa saling
membutuhkan dan menghargai dengan anggota yang lain. Jangan pernah merasa
yang paling dibutuhkan karena hal tersebut dapat menimbulkan sifat arogan.
Bekerjalah dengan mengerahkan kemampuan yang terbaik. Jangan pernah merasa
minder karena hal tersebut dapat membuat rasa tidak percaya diri dan terjadi
ketimpangan dalam bekerja. Ketimpangan tersebut bisa terjadi karena kita hanya
bekerja bila disuruh, tidak ada inisiatif dan akhirnya bisa menimbulkan lambannya
penyelesaian suatu masalah. Tingkatkan kreatifitas, inisiatif, hindari rasa minder,
arogan dan mau menang sendiri. Tingkatkan keilmuan, keahlian dan wawasan.
Tampillah percaya diri namun jangan menyombongkan diri, Bekerjalah dengan
kemampuan terbaik tapi jangan merasa yang terbaik.

Batas Harapan Dibalik "Pengabdian" Perawat


Dalam mengabdi tentu banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang
perawat, dan tentu ketika kita berbicara tentang pengabdian seorang perawat,
seharusnya itu adalah sesuatu yang tidak berbatas.
Dari sekian banyak pengabdian yang dapat dilakukan oleh seorang
perawat di dalam hidupnya, izinkanlah saya mengangkat dua nama pengabdian
terorganisir yang sering kita temui dalam dunia keperawatan. Satu bernama
sukarelawan dan dua bernama magang.
Keduanya saya sebut sebagai pengabdian karena tentu jika ingin
menjalaninya (sukwan atau magang )) seorang perawat "tabu" untuk berbicara
tentang uang di balik pengabdiannya tersebut.
Mengapa saya katakan "tabu" silahkan saja anda berbicara tentang uang di
balik kedua kegiatan tersebut, dan sudah hampir bisa dipastikan bahwa hasil
akhirnya anda akan menemukan kekecewaan. Bagaimana tidak uang yang anda
terima dari kedua kegiatan tersebut (sukwan dan magang) khususnya di Indonesia,
rasanya tak akan pernah cukup untuk membuat anda hidup layak sebagaimana
mestinya sebagai seorang professional. Semakin anda memikirkannya, semakin
anda bertanya mengapa, maka semakin sakit apa yang anda rasakan.
Anehnya banyak yang tetap menjalani kedua kegiatan tersebut karena ada
harapan dibalik keduanya. Dibalik kegiatan menjadi sukwan, ada harapan semoga
suatu saat diangkat menjadi PNS. Bibalik kegiatan magang, ada harapan semoga
suatu saat diangkat menjadi karyawan kontrak atau bahkan pegawai tetap di
tempat magang tersebut. Jika harapan itu ada, cobalah tanyakan pada yang
menerima anda menjadi sukwan atau magang, kapankah harapan itu terwujud,
setahunkah, dua tahunkah, tiga tahunkah, atau tanpa batas sama sekali. Adakah
garansi jika anda telah menjadi sukwan sekian tahun, pasti akan diangkat sebagai
PNS, atau apabila anda magang sekian bulan pasti anda akan diterima di tempat
anda magang sebagai karyawan kontrak atau tetap tanpa seleksi lagi.
Biasanya mereka akan menjawab, kami tidak bisa menjanjikan anda pasti
diangkat sebagai PNS setelah sekian tahun menjadi tenaga sukwan, atau akan
diangkat sebagai karyawan kontrak setelah sekian bulan anda magang, jawaban
yang akan anda temukan biasanya semoga jika anda mau menjadi sukwan atau
magang, itu akan menjadi bahan pertimbangan kami dalam pengajuan PNS atau
penerimaan karyawan kontrak di kemudian hari. Dan ketika saatnya tiba, ternyata
bukan anda yang menjadi PNS, atau diangkat sebagai karyawan kontrak, tanyakan
sakitnya itu dimana ?
Melihat fenomena tersebut, bangunlah wahai perawat, buatlah sebuah
batas penantian pada harapan dibalik kegiatan "pengabdian" anda yang bernama
sukwan dan magang, bergeraklah segera menjadi diri anda dan sandarkanlah
harapan anda tidak lagi pada kebijakan orang lain. Jadikanlah diri anda sendiri
yang menentukan kemana dan mau dibuat seperti apa masa depan anda. 3 tahun!!
itu sudah terlalu lama untuk menjadikan diri anda sebagai sukwan, atau satu tahun
!! itupun terlalu lama bagi anda untuk magang. Jika harapan anda tidak kunjung
terwujud juga, segeralah bergerak untuk melepas dua kegiatan tersebut. Carilah
cara yang lain untuk mengabdi sebagai seorang perawat.
Ikutilah tes CPNS langsung tanpa menjadi sukwan lagi, ikutilah seleksi
menjadi karyawan langsung tanpa magang lagi dan katakan pada diri anda bahwa
jika saya belum juga diterima menjadi PNS atau karyawan di sebuah instansi
swasta, maka saya akan mengabdikan ilmu saya dengan cara saya sendiri.
Tanyakan pada diri sendiri, keterampilan apa yang anda miliki yang mampu anda
abdikan sebagai seorang perawat di atas kaki anda sendiri dengan mengibarkan
bendera anda sendiri.
Bisakah anda merawat luka, memandikan bayi, merawat kecantikan,
memberikan pengobatan dasar, melakukan khitan, memasang feeding tube,
memasang selang urine, home care, melakukan therapy komplementer dll.
Pasarkan keterampilan anda, berikan pengabdian anda, lakukan semuanya
dibawah nama anda sendiri.
Belajarlah mengatur diri kita sendiri, ikutilah pelatihan-pelatihan
keperawatan bukan karena sertificatenya, tapi segera setelah pelatihan anda akan
mengabdikannya langsung pada masyarakat. Carilah mentor keperawatan dari
perawat yang bukti keberhasilannya dapat anda lihat secara langsung karena dia
telah melaksanakannya, ikuti petunjuknya, dan tiru langkah hebatnya. Jadilah diri
anda sendiri atau tetaplah menjadi tenaga sukwan dan karyawan magang yang
tidak lagi berharap yang ujung-ujungnya uang karena dari keduanya (sukwan atau
magang) akan terasa indahnya jika kita mencari keuntungan yang lain selain uang.
Ingat sukarelawan = suka dan rela melakukan sesuatu walaupun tanpa
digaji. Magang = latihan kerja untuk mengisi kekosongan kegiatan dengan
kompensasi uang saku bukan gaji.

Perawat Menggugah
Kompleksitas masalah perawat membutuhkan penguatan kelembagaan,
konsolidasi internal yang komprehensif dan dilandasi semangat kekeluargaan
toleransi dan persaudaraan dalam upaya menampilkan figur perawat yang cerdas,
berahlak mulia dan profesional dalam memberikan pelayanan kepada seluruh
komponen masyarakat. Kebijakan pemerintah yang telah buru-buru membuka
keran globalisasi masuk ke Indonesia namun belum mempersiapkan Sumber
Dayanya dengan baik, hal ini akan memicu keresahan dikalangan profesi
perawat. Mengapa? Karena perawat hingga kini belum mendapatkan
kesejahteraan dalam segala aspek tindakannya, perawat hingga kini masih
dipandang sebagai profesi yang termaginalkan dengan berbagai perspektif warisan
“ala kolonial”.selain alasan tersebut perawat Indonesia hingga kini masih eksis
dan konsent dalam mempertahankan rasa nasionalismenya dalam wujud
Bhaktinya kepada Pertiwi dan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Hal ini
telah terjadi sebelum Negara ini merdeka dan hingga kini kemerdekaan Perawat
terenggut kembali..!!
Kini bangsa Indonesia diantara derasnya Reformasi, profesi perawat masih
harus segera membeli seperangkat “alat material” untuk membenahi tatanan
kehidupan baru dengan suara yang satu semangat solidaritas. Profesi Perawat
sedang diuji dari jaman kejaman terus saja menimpa profesi kita, kini puncak
akumulasi permasalahan telah tiba mari kita rubah, tengoklah beberapa fakta yang
terjadi dulu hingga kini: Pertama, Perawat masih dijadikan warga kelas dua
dinegeri sendiri dengan bukti masih banyaknya tenaga perawat yang menjalani
tenaga Honorer bahkan tenaga sukarela yang sesuka mereka menggaji. Silahkan
Check fakta ini di Sarana pelayanan kesehatan. Masih saja menjalani praktek –
praktek berbentuk perbudakan modern ( modern slavery ) ini jelas melanggar
konstitusi, amanat UU No.13 tahun 2003 dan KepMenakerTrans No.100 tahun
2004 melarang untuk melakukan tindakan kontrak/honor atau bahkan PHL (
Pekerja Harian Lepas ). Praktek-praktek ini masih banyak menimpa para perawat
Indonesia karena lemahnya posisi tawar (bargaining position) Kedua, Harga diri
perawat kian hari kian terabaikan tanpa pengakuan, perawat bekerja secara terus-
menerus 24 Jam dengan 2-3 Shift dengan segala resiko yang mengancam tertular
penyakit bahkan ancaman kematian, norma-norma kesehatan dan keselamatan
kerja ( UU 13/2003 pasal 85/86 ) harusnya dijalankan oleh pemerintah melalui
instansi-instansi yang mempekerjakan perawat hal ini diperparah lagi dengan
system jaminan social yang tidak pernah merata, antara resiko kerja dan
pendapatan tidak berimbang. Berapa banyak kasus-kasus yan menyangkut
kesejahteraan perawat di Rumah Sakit, ibarat fenomena gunung es, yang
menyoalkan masalah kesejahteraan, Perbandingan perawat Indonesia dengan
perawat Kuwait yang mendapat gaji berkisar antara Rp.15 juta s/d 20 juta
perbulan, sedangkan rekan sejawat yang bekerja di Indonesia maksimum hanya
Rp.500.000 s/d 1,3 juta / bulan bahkan ada tenaga pengabdi yg dibayar 500.000/ 3
bulan berarti perhari perawat digaji 500 rupiah saja, mengapa kita para perawat
Indonesia diam ?? ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut harus ada upaya kuat
dan sama-sama kita perjuangkan dengan beberapa cara diantaranya dengan
menggulirkan Upah Minimum sector Provinsi ( UMSP ) dibidang keperawatan,
UU Ketenangakerjaan nomor 13 tahun 2003 telah mengamanatkan bahwa upah
minimum harus didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
jika kita ingat kembali memori lama kita tentang peristiwa bencana alam / korban
masal yang silih berganti menimpa bangsa kita justru tenaga Perawatlah yang
dijadikan ujung tombak dalam garda medis bencana alam, berapa juta kasus yang
sudah perawat tangani hinggi kini tak pernah dilihat oleh pemerintah namun
mereka rasakan.
Dan anehnya DPR dan pemerintah seolah menutup mata, menulikan
telinganya tentang hal ini, atau karena DPR yang sebentar lagi berakhir masa
bhaktinya memang berpura-pura melakukan pembiaran dan cenderung
menjadikan menjadikan issue tenaga kerja khususnya perawat menjadi barang
dagangan politik untuk memperpanjang jabatan mereka 2014-2019?
Oleh karena itu Perubahan dari internal perawat dan mahasiswa
Keperawatan harus dimulai dari sekarang dan dari diri kita sendiri, tidak boleh
lagi ada perawat yang hanya mengutuk keadaan, hanya bangga menjadi pembantu
bagi profesi lain, tegakkan kepala kalian jangan menunduk, sesungguhnya kita
sejajar sebagai mitra, paradigma kesejajaran profesi haruslah kita hujamkan dalam
kerangka berfikir kita. Karena peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah
tanggung jawab semua elemen profesi kesehatan. Laksanakan tupoksi anda
dengan baik Tegakan diagnosis keperawatan dengan bangga. Berikan pelayanan
yang prima bagi seluruh komponen masyarakat. Kuatkan komitmen tingkatkan
kepedulian karena sesama perawat adalah saudara. Jangan biarkan kita terpecah
hanya karena oknum yang mengejar kepentingan pribadi dan tidak berfikir positif
serta kurang menganalisis masalah secara komprehensif. Libatkan diri anda
karena bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.
Wahai para mahasiswa keperawatan kalian adalah agent of change akan
kelangsungan perubahan ini. Dalam transisi pergerakan keperawatan gejolak
social tidak bisa dihindari, oleh karenanya para pejuang keperawatan tidak boleh
hanya bisa mengutuk keadaan, tetapi harus aktif membuat rekayasa social (social
engineering),dengan kekuatan lebih dari 1.500.000 tenaga perawat dan 400.000
mahasiswa perawat se-indonesia mungkin belumlah cukup untuk mengguncang
penjuru negeri. oleh karenanya perawat Indonesia menggugat pemerintah
beberapa hal : Naikkan Upah dan Berlakukan Upah Layak Nasional bagi perawat,
Hentikan dikotomi antara perawat dengan profesi lain, persetaraan profesi,
Lindungi tenaga profesi keperawatan dari segala macam bentuk intervensi.
Untuk itu mari bersama bergerak merebut kedaulatan yang telah terkoyak
dari tangan Kekuatan Politik Elit yang tidak berani membela kepentingan perawat.
Mari bangkit membela profesi kita, Hak asasi kebebasan kita kebebasan dalam
menyuarakan gerakan STOP DISKRIMINASI PERAWAT

Anda mungkin juga menyukai