BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegunaan teknologi saat ini telah mencakup hampir di semua bidang ilmu,
perhatian dunia, terutama disebabkan oleh janji dan peluang bahwa teknologi
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar
yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang penting adalah
kesehatan individu dan masyarakat pada masa depan. Tenaga medis khususnya
pada rumah sakit tempat mereka (Michelle, Natasha, & Sandra, 2014). Pelayanan
2
ungkit yang besar dalam mencapai tujuan layanan kesehatan. Huber (2006)
Perawat merupakan salah satu tenaga kerja di rumah sakit yang memiliki
interaksi dan kontak langsung yang paling tinggi dengan pasien dan keluarganya,
dalam rumah sakit untuk memahami sifat, sikap dan harapan dari pasien agar bisa
merawat pasien dengan baik dan dapat bekerja dengan sungguh-sungguh, karena
yang dilayani adalah manusia dan bukan barang sehingga diperlukan kasih sayang
kualitas rumah sakit (Marsono, 2012). Tingginya tuntutan dari pasien, perubahan
tugas, adanya berbagi kebijakan, pengaturan internal rumah sakit dan kadang
semua orang, baik dalam keadaan sakit ataupun sehat. Untuk itulah pihak rumah
sakit menyediakan jasa perawat yang bekerjasama dengan dokter dan para medis
lainnya untuk merawat dan memulihkan kesehatan pasien (Awases et al, 2013).
bagian dasar dari pengaturan perawatan rumah sakit dan fungsi utama
3
yang mengalami sakit fisik dan mental di rumah sakit (Parveen, 2017).
umum dihadapi oleh perawat adalah moral distress. Permasalahan moral distress
sudah dialami perawat sejak beberapa dekade terakhir. Moral distress di dalam
keperawatan pertama kali diperkenalkan oleh Andrew Jameton pada tahun 1984
(Epstein et al, 2010 dalam Reuvers 2017). Moral distress merupakan suatu
keadaan dimana seorang perawat mengetahui hal yang benar untuk dilakukan,
akan tetapi karena ada kendala maka tidak dapat bertindak sesuai dengan yang
distress sebagai suatu kondisi dimana perawat mengetahui hal yang benar untuk
prosedural ataupun sosial sehingga tidak mungkin untuk melakukan hal yang
benar tersebut karena mengancam nilai inti dan nilai moral integritas. Moral
perawat merasa frustasi, marah, merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri
(Epstein et al. 2009). Dickerson dalam Parveen (2017) menyatakan bahwa moral
keputusan penting di bawah tekanan waktu, membantu pasien yang berada dalam
kondisi darurat dan menghadapi interaksi yang menuntut emosi. Bagi perawat
menuntut karena perawat memiliki otonomi kerja yang lebih sedikit, peluang
pengembangan karir dan jenjang karir yang lebih sedikit (Aiken et al. dalam
Montgomery et al, 2015). Profesi sebagai perawat merupakan salah satu profesi
yang paling sering terpajan pada ketegangan kerja dengan konsekuensi negatif
dari dua dekade dan telah menjadi fokus penelitian dalam bidang keperawatan.
Para ahli berpendapat bahwa moral distress memiliki efek jangka panjang. Moral
layanan kesehatan dan implikasi untuk keamanan dan kualitas perawatan pasien
Menurut Browning (2013), moral distress dapat terjadi ketika seorang perawat
tidak mampu melakukan apa yang mereka yakini benar atau tepat secara etika.
psikologis, emosional dan fisiologis yang mungkin dialami ketika kita bertindak
dengan cara yang tidak sesuai dengan nilai-nilai etika yang dipegang teguh,
menunjukkan hasil yang sama bahwa di negara Thailand terdapat sebanyak 33%-
80% perawat di yang mengalami moral distress. Ohnishi et al, 2010 telah
melakukan survey terhadap 80 orang perawat jiwa di Rumah Sakit Jiwa di Jepang.
Dari survey tersebut diperoleh hasil bahwa banyak perawat kesehatan jiwa yang
2012). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Maluwa et al. 2012, moral distress
Selain moral distress, work engagement juga merupakan salah yang menjadi
isu penting di dalam keperawatan terkait dengan prediksi komitmen dan intensi
untuk tinggal dalam perusahaan maupun profesinya (Tsai, dkk. 2015). Lodha dan
berpartisipasi aktif dan pekerjaan dianggap sebagai bagian yang penting dalam
kehidupannya.
pekerjaan yang dialami karyawan yang mempengaruhi harga diri dan kinerja.
individu yang penting bagi citra individu. Keterlibatan kerja terkait karakteristik
pribadi serta sifat dan tugas yang dapat meningkatkan faktor sosial seperti kerja
kepuasan kerja akan tetapi berpengaruh negatif terhadap niat berpindah pekerjaan.
Keterlibatan kerja memiliki tiga dimensi, yaitu daya tarik, motivasi dan
pengabdian. Dalam dimensi daya tarik, seorang individu terlibat dalam kerja
menyenangkan dan merujuk pada satu konsentrasi ke dalam karyanya. Hal ini
Seorang perawat yang memiliki kertelibatan kerja yang tinggi akan berusaha
memberikan yang terbaik, bekerja dengan maksimal dan dengan senang hati
mengikuti kode etik profesi dan kebijakan rumah sakit. Hal ini di dukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Lee, dkk dalam Rizki (2016) terhadap 76 sampel
dukungan sosial dari rekan kerja, umpan balik pengawasan, umpan balik kinerja
dan kontrol terhadap pekerjaan. Keterlibatan kerja merupakan hal yang menular.
Kinerja karyawan akan meningkat apabila ada keterlibatan rekan kerja di dalam
bekerja.
Kinerja perawat merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu rumah
ditampilkan sebagai prestasi kerja sesuai dengan peranannya dalam sebuah rumah
sakit. Hai ini disebabkan karena kinerja perawat sebagai penentu keberhasilan
organisasi tersebut. Hal ini harus sejalan dengan kinerja yang baik pula, karena
(Mangkunegara, 2013).
keandalan dalam bekerja. Karyawan dapat bekerja dengan baik bila memiliki
kinerja yang tinggi sehingga dapat menghasilkan kerja yang baik pula.
provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan
Kalimantan Timur menemukan bahwa sebanyak kurang dari 50% perawat belum
memiliki uraian tugas secara tertulis, lebih dari 50% perawat tidak pernah
mengikuti pelatihan dalam 3 tahun terakhir, kurang dari 50% perawat masih
monitoring dan evaluasi kinerja perawat (Hasanbasri, 2007). Pada tahun 2005
ditemukan kinerja perawat dengan kategori baik 50%, kinerja perawat dengan
kategori sedang 34,37% dan kinerja perawat dengan kategori kurang 15,63%.
Kinerja keperawatan di rumah sakit dikatakan baik bila kinerja perawat > 75%
(Maryadi, 2006).
perawat pada tingkat unit dan rumah sakit sangat berpengaruh terhadap penilaian
di rumah sakit tentang adanya perawat yang tidak sabar, suka marah, berbicara
ketus dengan pasien dan keluarga pasien, bahkan terjadi kelelaian dalam bekerja
injeksi. Hal ini tentu sangat berlawanan dengan tugas dan kewajiban sebagai
manajemen staf adalah tentang hal membantu orang lain untuk bekerja lebih
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang merupakan salah satu Rumah
Sakit milik pemerintah yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Rumah sakit ini
bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang senantiasa berperan aktif dalam
dapat mempertahankan eksistensi pelayanan yang bermutu maka saat ini rimah
Berdasarkan data yang diperoleh pada saat survey awal yang dilakukan oleh
peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang maka di dapat data bahwa
nilai Bed Occupancy Ratio (BOR) untuk tahun 2017 adalah sebesar 86,98%.
Average Length Of stay (ALOS) untuk tahun 2017 adalah sebesar 4,29 hari. Bed
Turn Over (BTO) untuk tahun 2017 adalah sebesar 60,69 kali. Turn Over Internal
awal di Rumah Sakit Umum daerah Deli Serdang, dari 20 perawat yang telah
Distress sewaktu bekerja dan sebanyak 6 orang perawat tidak mengalami Moral
pekerjaan tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, menghindar dari pasien ataupun
keluarga pasien, memarahi pasien, dan memiliki emosi yang tidak stabil. Moral
distress yang dialami perawat disebabkan karena perawat mampu melakukan hal
mengetahui yang dia lakukan adalah salah. hal ini mengakibatkan terjadinya
hal yang biasa, tidak memiliki daya tarik, tidak antusisa dalam melaksanakan
pekerjaa, merasa tidak berenergi saat memulai pekerjaanya dan pekerjaanya tidak
dikerjakan setap harinya dan bukan merupakan suatu tantangan. Perawat yang
Deli Serdang Lubuk Pakam masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari belum
yang terbaik selama dirawat di rumah sakit dan secara tidak langsung mendukung
terhadap Kineja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk
Pakam.
Perumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Moral Distress dan Work
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Moral Distress dan
Work Engagement terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Deli
Tujuan Khusus
Hipotesis
terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk
Pakam.
Manfaat Penelitian
Pelayanan Keperawatan
Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam berupa informasi – informasi
tentang upaya yang tepat dalam melihat Moral Distress dan Work Engagement
Pendidikan Keperawatan
ilmu sumber daya manusia dan hasil penelitian ini dapat memberi informasi baru
Kinerja Perawat sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam bidang
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Perawat
Defenisi Perawat
Perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang
(Nisya, 2013).
pendidikan tinggi keperawatan baik di dalam maupun luar negeri yang diakui oleh
2014).
Peran Perawat
Menurut Doheny, Cook dan Stopper (1982) yang dikutip oleh Nisya (2013)
menyatakan peran pokok dari seorang perawat antara lain sebagai berikut :
15
keperawatan dilakukan mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling
3. Counselor (Konselor)
4. Educator (Pendidik)
yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
5. Coordinator (Koordinator)
6. Collaborator (Kolaborator)
Peran perawat bekerja bersama dan/atau melalui tim kesehatan yang terdiri
dari tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat dan lain sebagainya. Bersama-sama
7. Consultan (Konsultan)
Fungsi Perawat
Fungsi perawat adalah membantu pasien baik dalam kondisi sakit maupun
antaranya :
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
2. Fungsi Dependen
3. Fungsi Interdependen
Merupakan fungsi yang dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
pasien sampai taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk
1. Pengkajian
data data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien
saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan asfek
untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Metode utama
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan
2. Diagnosa keperawatan
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin
didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan
medis klien masa lalu, dan konsultasi dengan profesional lain, yang kesemuanya
3. Perencanaan
awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan,
klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal (Asmadi,
2012).
4. Implementasi
mencapai tujuan dan hasil yang dipekirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
5. Evaluasi
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
umum, evaluasi ditujukan untuk: 1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam
(Asmadi, 2012).
Moral Distress
ketika sesorang tahu hal yang benar untuk dilakukan, tetapi kendala institusional
membuat hampir mustahil untyk melakukan tindakan yang benar (Jameton, 1984
merasa bertindak tidak sesuai dengan nilai- nilai dan kewajiban, atau upaya yang
menantang seperti kendala moral atau konflik moral atau bahkan keduanya
(Fouri, 2015). Chen, (2016) menyatakan bahwa Moral Distress dalah bagian yang
tidak dapat dihindari dari proses pengembangan etika dalam praktik keperawatan
Menurut McCarthy (2015) Study tentang tekana moral hingga saat ini
sebagaian besar berfokus pada pengalaman perawat selama bekerja. Studi ini
melibatkan :
c. Kurangnya perawatan,
f. Penipuaan,
Work Engagement
21
positif atau negatif terhadap organisasi dan pemimpinnya, sedangkan aspek fisik
perannya.
dirinya serta untuk organisasi. Pekerja dengan work engagement yang tinggi
dengan kuat memihak pada jenis pekerjaan yang dilakukan dan benar-benar
pemenuhan kerja dari pusat pikiran yang memiliki dimensi yaitu vigor, dedication
dan absorption. Vigor adalah level energi yang tinggi, adanya kemauan untuk
yang kuat ditandai oleh antusiasme, rasa bangga dan inspirasi. Absorption adalah
22
keadaan terjun total (total immersion) pada pekerja yang dikarakteristikkan oleh
work engagement sebagai suatu sikap positif dari pekerja terhadap bisnis
1) Vigor
Merupakan curahan energi dan mental yang kuat selama bekerja, keberanian
untuk berusaha sekuat tenaga dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan tekun
2) Dedication
Merasa terlibat sangat kuat dalam suatu pekerjaan dan mengalami rasa
3) Absorption
Dalam bekerja, pekerja selalu penuh konsentrasi dan serius terhadap suatu
pekerjaan. Dalam bekerja waktu terasa berlalu begitu cepat dan menemukan
juga didukung oleh Lockwood (2007), yang menyatakan bahwa work engagement
memiliki tiga dimensi yang merupakan perilaku utama, aspek tersebut mencakup :
bahwa karyawan yang memiliki work engagement yang tinggi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Fokus dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan juga pada pekerjaan yang
berikut.
24
2) Merasakan diri adalah bagian dari sebuah tim dan sesuatu yang lebih besar
yang dewasa.
dan penghargaan serta kepemimpinan yang dianut dan reputasi perusahaan itu
reputasi untuk integritas, komunikasi internal yang baik dan inovasi budaya.
1. Perasaan berarti
2. Rasa aman
atau bekerja tanpa rasa takut atau memiliki konsekuensi negatif terhadap
25
citra diri, status, dan atau karier. Perasaan aman dan percaya dibangun
3. Perasaan ketersediaan
6. Reputasi perusahaan
keputusan.
10. Penyampaian visi organisasi yang jelas oleh senior management mengenai
Keterikatan kerja juga dapat dipengaruhi oleh sumber daya pekerjaan, yaitu
aspek-aspek fisik, sosial, maupun organisasi yang berfungsi sebagai media untuk
mencapai tujuan pekerjaan, mengurangi tuntutan pekerjaan dan harga, baik secara
adalah usia, kebutuhan yang kuat akan pertumbuhan dan kepercayaan etis
kerja adalah pekerjaan yang kuat: pekerjaan yang memiliki otonomi, kebergaman,
27
identitas tugas, umpan balik dan partisipasi kerja yang tinggi. Selain itu faktor
a. Karakteristik Pribadi
1. Usia
menyelesaikan tugasnya.
b. Faktor Sosial
c. Karakteristik Pekerjaan
1. Kebergaman keterampilan
berarti. Tugas yang dirasakan sebagai bagaian dari pekerjaan yang lebih
yang tinggi.
4. Otonomi
5. Umpan balik
belah pihak.
Bekerja dalam ruangan kera yang sempit, panas, yang cahaya lampunya
seperti ini tidak adanya keterlibatan kerjanya. Namun, jika kondisi kera
e. Karakteristik Organisasi
penuh kepercayaan diri, inisiatif dan memiliki team kerja yang baik dengan
Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata Job performance atau performance yang
berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang
tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis
suatu organisasi.
30
waktu. Dengan kata lain bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh
Rasa puas yang di dapatkan karyawan disaat mereka bekerja, dapat membuat
mereka bekerja secara maksimal dan menunjukkan hasil terbaik. Hal tersebut
Menurut Hasibuan (2013) ada dua variabel yang mempengaruhi kinerja, yaitu:
sifat fisik, minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan
kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada
organisasi.
Penilaian Kinerja
oleh PPNI yang mengacu pada tahapan proses keperawatan yang meliputi ; (1)
Kinerja Perawat
tidak dapat dilakukan secara matematis, artinya hasil ukur tidak bernilai
keperawatannya.
dalam melaksanakan asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2010) yang
33
Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan,
pasien saat ini, status biologis, psikologis, sosial, spiritual, respon terhadap
penyebab masalah.
dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan yang
evaluasi hasil dan intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus
Indikator Kinerja
35
menilai kinerja. Adapun mengenai indikator yang menjadi ukuran kinerja menurut
a. Kuantitas
b. Kualitas
kemampuan karyawan.
c. Ketepatan waktu
d. Kehadiran
karyawan itu.
e. Kemampuan bekerjasama
bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan
pekerjaan yang telah ditetapkan sehingga mencapai daya guna dan hasil
36
hasil yang dicapai oleh seseorang berdasarkan standar atau kriteria yang
DAFTAR PUSTAKA
Rosnaniar., Sangkala Rewa., Noor Bahri Noer. 2013. Pengaruh Iklim Organisasi
Awases, M.H., Bezuidenhout, M.C., and Roos, J.H. 2013. Factors Affecting The
Perveen, K., Afzal, M., Abid, S., Majeed, I., Husain, M. 2017. Impact of Moral
Reuvers, J. A. 2017. Moral Distress and Resilience in Nursing : The Code is the
Cor
American Nurses Association .2015. Code of Ethics for Nurses with Interpretive
Statement
Epstein, E., Hamric, A.B. 2009. Moral distress, moral residue and the crescendo
effect.
Pauly. B.M, Varcoe. C., Storch. J. 2012. Framing the Issues : Moral Distress in
Health Care
Hamaideh et al, 2014. Moral Distress and its correlates among mental health
nurses in Jordan.
Lazzarin. M., Blondi. A., Mauro. S. D. 2012. Moral distress in nurses in oncology
Maluwa. V. M., Andre. J., Ndebele. P., Chilemba. E. 2012. Moral Distress in
Riski. 2016. Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja dan Keterlibatan Kerja Terhadap
Moderating
Ching Sheu FU. 2015. The Effect of Emotional Labor on Job Involvement in
Capital
literature
dari http://www.kinerjaklinik-perawatbidan.or.id/home/index.php
Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sleman
Manahement.
Fourie, C. 2015. Moral Distress and Moral Conflict in Clinical Ethics. Bioethics,
29, 91-97.
Ekary, A.O. 2015. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di Unit
Rawat Inap Rumah sakit sari Mutiara Lubuk Pakam Tahun 2015. FKM
USU.
PROPOSAL TESIS
Oleh
SARI DESI ESTA ULINA SITEPU
167046017 / KEPERAWATAN ADMINISTRASI