Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TAKIKARDI SUPRAVENTRIKULAR

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD JUNDI RAMADHANIF (1607101010104)

DOSEN PENGAJAR

dr. Novita, SP.JP, FIHA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat mengerjakan tugas makalah tentang Takikardi Supraventrikular
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolonganNya mungkin penulis tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik, meskipun penulis juga menyadari segala
kekurangan yang ada di dalam makalah ini.

Makalah ini disusun berdasarkan beberapa sumber buku yang telah penulis peroleh.
Penulis berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah di
mengerti. Selain penulis memperoleh sumber dari beberapa buku pilihan, penulis juga
memperoleh informasi tambahan baik dari jurnal dan artikel di internet.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar yang telah
memberikan sumbang sarannya untuk penyelesaian makalah ini. Saya menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang
positif dan membangun dari pembaca untuk penyempurnaan pada tugas makalah-makalah
berikutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Banda Aceh, 01 Agutus 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI. ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5

2.1 Defenisi ........................................................................................ 5

2.2 Epidemiologi ................................................................................ 5

2.3 Etiologi ......................................................................................... 6

2.4 Klasifikasi .................................................................................... 7

2.5 Patofisiologi ................................................................................. 7

2.6 Manifestasi Klinis ........................................................................ 9

2.7 Diagnosis...................................................................................... 9

2.7 Diagnosis banding ........................................................................ 9

2.8 Penatalaksanaan .......................................................................... 12

2.9 Prognosis ..................................................................................... 15

2.10 Pencegahan ................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. .. 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
Aritmia merupakan kelainan irama jantung yang sering dijumpai. Aritmia adalah
irama jantung di luar irama sinus normal. Istilah aritmia sebenarnya tidak tepat karena
aritmia berarti tidak ada irama. Oleh karena itu sekarang lebih sering dipakai istilah disritmia
atau irama tidak normal.
Takikardi supraventrikular (TSV) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai
dengan perubahan frekuensi jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar
antara 150 sampai 280 per menit. TSV merupakan jenis disritmia yang paling sering
ditemukan pada usia bayi dan anak. Prevalensi TSV kurang lebih 1 di antara 25.000 anak
lebih. Serangan pertama sering terjadi sebelum usia 4 bulan dan lebih sering terjadi pada
anak laki-laki daripada perempuan sedangkan pada anak yang lebih besar prevalensi di
antara kedua jenis kelamin tidak berbeda.
Pengenalan secara dini jenis takidisritmia ini sangat penting, terutama pada bayi
karena sifatnya yang gawat darurat. Diagnosis awal dan tatalaksana SVT memberikan hasil
yang memuaskan. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis dan memberikan terapi akan
memperburuk prognosis, mengingat kemungkinan terjadinya gagal jantung bila TSV
berlangsung lebih dari 24-36 jam, baik dengan kelainan struktural maupun tidak.1,2

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFENISI
Takikardi supraventricular adalah salah satu jenis gangguan irama jantung :
 Tachycardia adalah irama gangguan di mana jantung berdetak lebih cepat dari biasanya.
 Supraventricular berarti "di atas ventrikel" dengan kata lain, berasal dari atrium, ruang
atas jantung.
 Takikardia supraventricular, kemudian, adalah detak jantung yang cepat yang berasal dari
atrium.
 Ini kadang-kadang disebut sebagai tachycardias atrium. Namun, node (AV)
atrioventrikular mungkin terlibat langsung atau tidak langsung, sehingga tachycardias AV
nodal juga termasuk dalam kategori ini.
Takikardi supraventrikular (TSV) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai
dengan perubahan frekuensi jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara
140 sampai 250 kali per menit. Kelainan pada TSV mencakup komponen sistem konduksi
dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan TSV mempunyai kompleks QRS
normal. Kelainan ini sering terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan gagal jantung.
Kelainan pada TSV mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas
bundel HIS. Pada kebanyakan TSV mempunyai kompleks QRS normal. Kelainan ini sering
terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan gagal jantung.
Pengenalan secara dini jenis takidisritmia ini sangat penting, terutama pada bayi
karena sifatnya yang gawat darurat. Diagnosis awal dan tatalaksana SVT memberikan hasil
yang memuaskan.

EPIDEMIOLOGI
Takikardi supraventrikular merupakan kegawatdaruratan kardiovaskular yang sering
ditemukan pada bayi dan anak. Angka kejadian TSV diperkirakan 1 per 250.000 sampai 1
per 250. Angka kekerapan masing-masing bentuk TSV pada anak berbeda dengan TSV
pada dewasa. Menurut Emily dkk bahwa angka kejadian TSV pada anak berkisar 1 dari
250 anak tapi sering gejalanya samar-samar dan sering disalahartikan dengan gejala dari
penyakit umum lainnya pada anak.
5
TSV pada bayi biasanya terjadi pada hari pertama kehidupan sampai usia 1
tahun,tapi sering terjadi sebelum umur 4 bulan. Sebagian besar TSV pada bayi dengan
struktur jantung yang normal dan hanya 15% bayi TSV yang disertai dengan penyakit
jantung, karena obat-obatan atau karena demam.

ETIOLOGI
Episode SVT biasanya terjadi secara tiba-tiba dan dengan penyebab yang kurang
jelas, dapat berlangsung selama beberapa menit atau bahkan beberapa jam, dapat pula
berhenti secara tiba-tiba. Jarang ditemukan episode yang berlangsung lebih dari beberapa
jam. Waktu episode SVT sangat bervariasi. Pada beberapa kasus, serangan SVT dapat
muncul beberapa kali sehari. Pada kejadian yang ekstrim dapat muncul sekali atau dua kali
dalam setahun pada kebanyakan kasus.

Pada kebanyakan kasus, episode serangan pertama SVT dimulai saat kanak-kanak atau
dewasa muda. Tetapi, pada kondisi yang tidak umum dapat muncul saat usia kapan saja.

Etiologi SVT juga dapat berkaitan dengan:


a. Pengerasan arteri (atherosklerosis)
b. Gagal jantung
c. Penyakit tiroid
d. Penyakit paru kronis
e. Pneumonia
f. Emboli paru, atau bekuan darah yang bermigrasi ke arteri paru dari tempat lain
di tubuh.
g. Perikarditis
h. Obat-obatan dan gaya hidup/ kebiasaan
i. Narkoba, alkohol, rokok, kafein, minuman bersoda/ soft drink
j. Idiopatik, ditemukan pada hampir setengah jumlah pasien. Tipe idiopatik ini
biasanya terjadi lebih sering pada bayi daripada anak.
k. Sindrom Wolf Parkinson White (WPW) terdapat pada 10-20% kasus dan terjadi
hanya setelah konversi menjadi sinus aritmia. Sindrom WPW adalah suatu
sindrom dengan interval PR yang pendek dan interval QRS yang lebar; yang
disebabkan oleh hubungan langsung antara atrium dan ventrikel melalui jaras
tambahan.

6
KLASIFIKASI
Terdapat 3 jenis TSV yang sering ditemukan yaitu:
 Takikardi atrium primer (takikardi atrial ektopik)
Terdapat sekitar 10% dari semua kasus TSV, namun TSV ini sukar diobati.
Takikardi ini jarang menimbulkan gejala akut. Penemuannya biasanya karena pemeriksaan
rutin atau karena ada gagal jantung akibat aritmia yang lama. Pada takikardi atrium primer,
tampak adanya gelombang “p” yang agak berbeda dengan gelombang p pada waktu irama
sinus, tanpa disertai pemanjangan interval PR. Pada pemeriksaan elektrofisiologi
intrakardiak tidak didapatkan jaras abnormal (jaras tambahan).
 Atrioventricular re-entry tachycardia (AVRT)
Tipe yang terjadi karena konduksi elektrikal via ekstra fiber antara atrium dengan
ventrikel. Impuls elektrik berjalan turun ke ventrikel dari nodus AV dan kembali ke atrium
via ekstra fiber, menghasilkan SVT yang disebut Reentrant Takikardi atau AVRT.
 Atrioventricular nodal reentry tachycardia (AVNRT)
Tipe pertama SVT adalah AVNRT / AV Nodal Reentrant Takikardia yang terjadi
karena impuls elektrik berjalan pada lingkaran ekstra fiber pada dan sekeliling AV nodal.
Pada jenis AVNRT, reentry terjadi di dalam nodus AV, dan jenis ini merupakan mekanisme
yang paling sering menimbulkan TSV pada bayi dan anak. Sirkuit tertutup pada jenis ini
merupakan sirkuit fungsional. Jika konduksi antegrad terjadi pada sisi lambat (slow limb)
dan konduksi retrograd terjadi pada sisi cepat (fast limb), jenis ini disebut juga jenis typical
(slow-fast) atau orthodromic. Kelainan pada EKG yang tampak adalah takikardi dengan
kompleks QRS sempit dengan gelombang p yang timbul segera setelah kompleks QRS
tersebut dan terbalik atau kadang-kadang tidak tampak karena gelombang p tersebut
terbenam di dalam kompleks QRS. Jika konduksi antegrad terjadi pada sisi cepat dan
konduksi retrograd terjadi pada sisi lambat, jenis ini disebut jenis atypical (fast-slow) atau
antidromic. Kelainan yang tampak pada EKG adalah takikardi dengan kompleks QRS
sempit dan gelombang p terbalik dan timbul pada jarak yang cukup jauh setelah komplek
QRS.

PATOFISIOLOGI
Berdasarkan pemeriksaan elektrofisiologi intrakardiak, terdapat dua mekanisme terjadinya
takikardi supr aventrikular yaitu:
(1). Otomatisasi (automaticity)
Irama ektopik yang terjadi akibat otomatisasi sebagai akibat adanya sel yang
mengalami percepatan (akselerasi) dan sel ini dapat terjadi di atrium, A-V junction, bundel
7
HIS, dan ventrikel. Struktur lain yang dapat menjadi sumber/fokus otomatisasi adalah vena
pulmonalis dan vena kava superior. Contoh takikardi otomatis adalah sinus takikardi. Ciri
peningkatan laju nadi secara perlahan sebelum akhirnya takiaritmia berhenti. Takiaritmia
karena otomatisasi sering berkaitan dengan gangguan metabolik seperti hipoksia,
hipokalemia, hipomagnesemia, dan asidosis.
(2). Reentry
Ini adalah mekanisme yang terbanyak sebagai penyebab takiaritmia dan paling
mudah dibuktikan pada pemeriksaan elektrofisiologi. Syarat mutlak untuk timbulnya reentry
adalah:
a. Adanya dua jalur konduksi yang saling berhubungan baik pada bagian distal maupun
proksimal hingga membentuk suatu rangkaian konduksi tertutup.
b. Salah satu jalur tersebut harus memiliki blok searah.
c. Aliran listrik antegrad secara lambat pada jalur konduksi yang tidak mengalami blok
memungkinkan terangsangnya bagian distal jalur konduksi yang mengalami blok searah
untuk kemudian menimbulkan aliran listrik secara retrograd secara cepat pada jalur
konduksi tersebut.
Dalam takikardia supraventricular, detak jantung dipercepat oleh impuls listrik yang
abnormal dimulai pada atrium. Jantung berdetak begitu cepat sehingga otot jantung tidak
bisa relaks antara kontraksi. Ketika otot tidak bisa relaks, otot tidak dapat berkontraksi kuat
atau mengisi dengan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Karena kontraksi jantung tidak efektif, otak tidak menerima cukup darah dan
oksigen. Pasien menjadi sakit kepala, pusing, atau merasa seperti pingsan (syncope ).
Supraventricular takikardia dapat ditemukan pada anak-anak muda yang sehat, pada remaja,
dan pada orang dengan underlying penyakit jantung . Kebanyakan orang yang
mengalaminya hidup normal tanpa pembatasan.
Supraventricular takikardia sering terjadi pada episode dengan ruas irama normal di
antaranya. Hal ini biasanya disebut sebagai paroksismal takikardia supraventricular (sering
disingkat PSVT). takikardia supraventricular juga mungkin kronis (berlangsung, jangka
panjang).

8
MANIFESTASI KLINIS
Simptom dapat muncul pada detik, menit, jam atau lebih lama tetapi jarang. Simptom yang
mungkin terjadi:
a. Nadi rata-rata menjadi 140 - 200 permenit. Kadangkala lebih cepat.
b. Palpitasi (dapat merasa detak jantung sendiri)
c. Sesak nafas.
d. Jika mempunyai angina, gejala angina dapat muncul dipicu oleh episode SVT.
Dapat pula tidak terjadi gejala, kadangkala tekanan darah menjadi rendah dengan nadi
yang sangat cepat, terutama jika hal ini berlangsung dalam beberapa jam. Pada beberapa
kasus hal ini dapat menyebabkan kolaps. Terutama jika pada usia tua dan mempunyai
masalah paru-paru maupun jantung lain.
Gejala bisa datang tiba-tiba dan dapat hilang sendiri tanpa pengobatan. Hal ini
disebabkan karena alasan lain seperti stres, latihan, atau emosi. Serangan dapat berlangsung
beberapa menit atau selama 1 atau 2 hari, kadang-kadang berlanjut hingga diobati. Gejala-
gejala berikut ini yang khas dengan denyut nadi cepat 150-251 atau lebih denyut per menit:
 Jantung berdebar
 Sesak napas
 Nyeri dada
 Bernapas cepat
 Pusing
 Kehilangan kesadaran (dalam kasus-kasus serius)
 Mati rasa dari berbagai bagian tubuh
DIAGNOSIS BANDING
 Sinus Takikardi
 Atrial Takikardi
 Atrial Flutter

DIAGNOSIS
1) Anamnesa
Dalam menganamnesa pasien dengan SVT, klinisi harus mengetahui durasi dan
frekuensi episode SVT, onsetnya, penyakit jantung sebelumnya dan hal – hal yang dapat
memicu terjadinya SVT. Hal – hal yang dapat memicu SVT adalah alkohol, kafein,

9
pergerakan yang tiba – tiba, stress emosional, kelelahan dan obat – obatan. Gambaran ini
dapat membedakan supraventrikular takikardi dengan takiaritmia lainnya. Supraventrikular
takikardi memiliki onset dan terminasi palpitasi yang tiba – tiba, sedangkan sinus takikardi
memiliki onset yang mengalami percepatan ataupun perlambatan secara bertahap. Dengan
adanya gejala yang khas pada anamnese yaitu onset yang tiba – tiba, cepat, palpitasi yang
reguler, dapat ditegakkan diagnosis supraventrikular takikardi tanpa dibutuhkannya
pemeriksaan EKG berulang. Adapun, pasien yang mengalami onset supraventrikular
takikardi yang tidak tiba – tiba sering kali mengalami misdiagnosa dengan gangguan panik.
Karena keparahan gejala supraventrikular takikardi tergantung pada adanya
gangguan pada struktur jantung atau hemodinamik dari pasien, pasien dengan paroksismal
supraventrikular takikardi dapat memiliki gejala kardiopulmoner ringan atau berat. Palpitasi
dan dizziness merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada pasien supraventrikular
takikardi. Nyeri dada dapat dijumpai sekunder terhadap nadi yang cepat dan biasanya
berkurang setelah terminasi dari takikardi.
Gejala supraventrikular takikardi paroksismal yang sering dan frekuensinya :
 Palpitasi – lebih dari 96 %
 Dizziness – 75%
 Nafas pendek – 47 %
 Pingsan- 20%
 Nyeri dada- 35 %
 Fatigue- 23 %
 Diaforesis- 17 %
 Mual- 13 %
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada sistem kardiovaskular dan respirasi. Pasien
sering tampak terganggu dan mungkin takikardi satu satunya yang dijumpai pada pasien
yang sehat dan memiliki hemodinamik yang baik. Sedangkan pada pasien dengan gangguan
hemodinamik dapat dijumpai takipnu dan hipotensi, crackles dapat dijumpai pada auskultasi
sekunder terhadap gagal jantung, S3 dapat djumpai dan pulsasi vena jugularis juga dapat
terlihat. Pada pemeriksaaan fisik pada saat episode dapat menunjukkan frog sign –
penonjolan vena jugularis , gelombang yang timbul akibat kontraksi atrium terhadap katup
trikuspid yang tertutup.

10
3) Pemeriksaan Penunjang
 EKG
Persentasi EKG pada pasien dengan supraventrikular takikardi biasanya terdapat
QRS kompleks yang sempit (QRS interval kurang dari 120msec), tetapi beberapa kasus
(kurang dari 10 %), dapat dijumpai QRS kompleks yang lebar jika berhubungan dengan pre
existing or rate related bundle branch block. Pada QRS kompleks yang lebar, lebih baik kita
mengasumsikan takikardi berasal dari ventrikel sampai dapat dibuktikan. Setelah kembali
ke irama sinus rhythm, ke 12 lead EKG harus diperhatikan ada apa tidaknya gelombang
delta (slurred upstroke at the onset of QRS complex), yang mengindikasikan adanya jalur
tambahan (accessory pathway). Adapun bukti adanya preexcitation dapat minimal ataupun
absen jika jalur tambahan terletak jauh dari nodus sinus atau jika jalur tambahan
“concealed”. Pada pasien ambulatori dengan episode SVT sering ( dua atau lebih per bulan),
rekaman EKG dan lanjutan sampai 7 hari dapat berguna untuk dokumentasi aritmia.2

Irama: Teratur
Frekwensi (HR): 150 – 250 x/menit
Gelombang P: Tidak ada atau kecil
Interval PR: Tidak ada atau memendek
Gelombang QRS: Normal (0,06 – 0,12 detik)
Gambaran EKG sesuai dengan tipe SVT
a. Atrioventricular nodal re- entrant tachycardia(AVNRT)
 Bentuk yang paling sering
 Sirkuit re- entrant melibatkan nodus AV
 Gelombang p retrograd dapat terlihat tertanam (buried within) atau hanya
setelah kompleks QRS pada takikardia
b. Atrioventricular re- entrant tachycardia (AVRT)
 Bentuk kedua yang paling sering
 Sirkuit re- entrant melibatkan jalur tambahan

11
 Beberapa jalur disebut concealed pathway, hanya berkonduksi dengan
arah retrograd.
 Jalur yang berkonduksi dengan arah anterograd menunjukkan
preexcitation pada EKG (Wolf-Parkinson-White Syndrome) 3

c. Atrial tachycardia
 Bentuk ketiga yang paling sering
 Takikardi berasal dari fokus pada jaringan atrium
 Fokus muncul dari karakteristik lokasi di atrium

 Ekokardiografi
Dipertimbangkan pada pasien untuk memeriksa adanya gangguan struktural jantung
walaupun hal ini jarang ditemukan. Kebanyakan pasien normal.

PENATALAKSANAAN
Secara garis besar penatalaksanaan TSV dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
a. Penatalaksanaan segera
b. Penatalaksanaan jangka panjang

a. Penatalaksanaan segera
i) Tindakan yang dulu lazim dicoba pada anak yang lebih besar adalah perasat
valsava tidak dianjurkan pada bayi, karena jarang sekali berhasil. Perasat valsava
berupa pemijatan sinus karotis, dan tekanan pada bola mata akan tetapi berisiko
terjadinya luka pada mata dan retina. Apabila tidak jelas terdapat gagal jantung
kongestif atau kegagalan sirkulasi dapat dicoba refleks selam (diving reflex).
Cara lain yang dianjurkan oleh karena sering dilaporkan berhasil (lebih kurang
pada 25% kasus) adalah dengan menutup muka bayi dengan kantong plastik
berisi air es (sekitar 10-20 detik) dan jangan sekali-sekali membenamkan muka
bayi ke`dalam air es. Cara ini efektif pada jenis takikardi yang melibatkan nodus

12
AV tapi responnya kurang baik pada sebagian besar bentuk takikardi atrial
primer.
ii) Pemberian adenosin. Adenosin merupakan nukleotida endogen yang bersifat
kronotropik negatif, dromotropik, dan inotropik. Efeknya sangat cepat dan
berlangsung sangat singkat dengan konsekuensi pada hemodinamik sangat
minimal. Adenosin dengan cepat dibersihkan dari aliran darah (sekitar 10 detik)
dengan cellular uptake oleh sel endotel dan eritrosit. Obat ini akan menyebabkan
blok segera pada nodus AV sehingga akan memutuskan sirkuit pada mekanisme
reentry. Adenosin mempunyai efek yang minimal terhadap kontraktilitas jantung.
Adenosin merupakan obat pilihan dan sebagai lini pertama dalam terapi
TSV karena dapat menghilangkan hampir semua TSV. Efektivitasnya dilaporkan
pada sekitar 90% kasus. Adenosin diberikan secara bolus intravena diikuti
dengan flush saline, mulai dengan dosis 50 µg/kg dan dinaikkan 50 µ/kg setiap 1
sampai 2 menit (maksimal 250 µ/kg). Dosis yang efektif pada anak yaitu 100 –
150 µg/kg. Pada sebagian pasien diberikan digitalisasi untuk mencegah takikardi
berulang.
iii) Verapamil juga tersedia untuk penanganan segera TSV pada anak berusia di atas
12 bulan, akan tetapi saat ini mulai jarang digunakan karena efek sampingnya.
Obat ini mulai bekerja 2 sampai 3 menit, dan bersifat menurunkan cardiac
output. Banyak laporan terjadinya hipotensi berat dan henti jantung pada bayi
berusia di bawah 6 bulan. Oleh karena itu verapamil sebaiknya tidak digunakan
pada pasien yang berusia kurang dari 2 tahun karena risiko kolap kardiovaskular.
Jika diberikan verapamil, persiapan untuk mengantisipasi hipotensi harus
disiapkan seperti kalsium klorida (10 mg/kg), cairan infus, dan obat vasopressor
seperti dopamin. Tidak ada bukti bahwa verapamil efektif mengatasi ventrikular
takikardi pada kasus-kasus yang tidak memberikan respon dengan adenosin.
Tahun 2008, penelitian oleh Leitner dkk, menemukan bahwa verapamil intravena
efektif pada 100% pasien TSV.
iv) Pada pasien AVRT atau AVNRT, prokainamid mungkin juga efektif. Obat ini
bekerja memblok konduksi pada jaras tambahan atau pada konduksi retrograd
pada jalur cepat pada sirkuit reentry di nodus AV. Hipotensi juga sering
dilaporkan pada saat loading dose diberikan.

13
v) Digoksin dilaporkan juga efektif untuk mengobati kebanyakan TSV pada anak.
Digoksin tidak digunakan lagi untuk penghentian segera TSV dan sebaiknya
dihindari pada anak yang lebih besar dengan WPW sindrom karena ada risiko
percepatan konduksi pada jaras tambahan. Digitalisasi dipakai pada bayi tanpa
gagal jantung kongestif. .
vi) Penelitian oleh Etheridge dkk, penggunaan beta bloker efektif pada 55% pasien.
Selain itu juga penggunaan obat amiodarone juga berhasil pada 71% pasien
dimana di antaranya sebagai kombinasi dengan propanolol. Keberhasilan terapi
memerlukan kepatuhan sehingga amiodarone dipakai sebagai pilihan terapi pada
beberapa pasien karena hanya diminum 1x sehari. Semua pasien yang diterapi
dengan amiodarone, harus diperiksa tes fungsi hati dan fungsi tiroid setiap 3
bulan. Propanolol dapat digunakan secara hati-hati, sering efektif dalam
memperlambat fokus atrium pada takikardi atrial ektopik.
a. Penanganan Jangka Panjang
Umur pasien dengan TSV digunakan sebagai penentu terapi jangka panjang TSV. Di
antara bayi-bayi yang menunjukkan tanda dan gejala TSV, kurang lebih sepertiganya akan
membaik sendiri dan paling tidak setengah dari jumlah pasien dengan takikardi atrial
automatic akan mengalami resolusi sendiri. Berat ringan gejala takikardi berlangsung dan
kekerapan serangan merupakan pertimbangan penting untuk pengobatan.
Pada sebagian besar pasien tidak diperlukan terapi jangka panjang karena umumnya
tanda yang menonjol adalah takikardi dengan dengan gejala klinis ringan dan serangan yang
jarang dan tidak dikaitkan dengan preeksitasi. Bayi-bayi dengan serangan yang sering dan
simptomatik akan membutuhkan obat-obatan seperti propanolol, sotalol atau amiodaron,
terutama untuk tahun pertama kehidupan.
Pada pasien TSV dengan sindrom WPW sebaiknya diberikan terapi propanolol
jangka panjang. Sedangkan pada pasien dengan takikardi resisten digunakan procainamid,
quinidin, flecainide, propafenone, sotalol dan amiodarone.
Pada pasien dengan serangan yang sering dan berusia di atas 5 tahun, radiofrequency
ablasi catheter merupakan pengobatan pilihan. Pasien yang menunjukkan takikardi pada
kelompok umur ini umumnya takikardinya tidak mungkin mengalami resolusi sendiri dan
umunya tidak tahan atau kepatuhannya kurang dengan pengobatan medikamentosa. Terapi
ablasi dilakukan pada usia 2 sampai 5 tahun bila TSV refrakter terhadap obat anti aritmia
atau ada potensi efek samping obat pada pemakaian jangka panjang. Pada tahun-tahun

14
sebelumnya, alternatif terhadap pasien dengan aritmia yang refrakter dan mengancam
kehidupan hanyalah dengan anti takikardi pace maker atau ablasi pembedahan.

Pacu jantung dan terapi bedah


Alat pacu jantung akan segera berfungsi bila terjadi bradikardi hebat. Alat pacu
jantung untuk bayi dan anak yang dapat diprogram secara automatik (automatic
multiprogrammable overdrive pacemaker) akan sangat memudahkan penggunaannya pada
pasien yang memerlukan. Pacu jantung juga dapat dipasang di ventrikel setelah pemotongan
bundel HIS, yaitu pada pasien dengan TSV automatik yang tidak dapat diatasi. Tindakan ini
merupakan pilihan terakhir setelah tindakan pembedahan langsung gagal.
Tindakan pembedahan dilakukan pertama kali pada pasien sindrom WPW. Angka
keberhasilannya mencapai 90%. Karena memberikan hasil yang sangat memuaskan, akhir-
akhir ini cara ini lebih disukai daripada pengobatan medikamentosa. Telah dicoba pula
tindakan bedah pada TSV yang disebabkan mekanisme automatik dengan jalan
menghilangkan fokus ektopik secara kriotermik. Gillete tahun 1983 melaporkan satu kasus
dengan fokus ektopik di A-V junction yang berhasil diatasi dengan tehnik kriotermi
dilanjutkan dengan pemasangann pacu jantung permanen di ventrikel.

PROGNOSIS
Secara umum, SVT tidak mengancam kehidupan, tapi episode serangan dapat diobati
atau dicegah. Pengobatan memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana dan
di mana aritmia dimulai dan disebarkan

PENCEGAHAN

Setelah episode akut telah diakhiri, perawatan berkelanjutan dapat diindikasikan untuk
mencegah terulangnya aritmia. Pasien yang memiliki episode terisolasi tunggal, atau episode
jarang dan minimal gejala biasanya dilakukan observasi.

Pasien sebaiknya menghindari stres dan olahraga teratur. Pasien yang memiliki
gejala lebih sering perlu beberapa bentuk terapi pencegahan. Berbagai obat-obatan termasuk
agen AV nodal blocking sederhana seperti beta-blocker dan verapamil , serta anti-
arrhythmics dapat digunakan, biasanya dengan efek yang baik, meskipun risiko terapi ini
harus ditimbang dengan manfaat potensial.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fox DJ, et al. Supraventricular Tachycardia: Diagnosis and Management. Mayo clinic
proc. 2008.12:1400-11
Orejarena LA, Vidaillet H, De Stefeno F, et al. paroxysmal supraventricular takicardia
in the general population. J Am Coll Cardiol. 2005.1:150-157
Link, M. S., 2012. Evaluation and Initial Treatment of Supraventricular
Tachycardia. The New England Journal of Medicine, 367(15), pp. 1438-1448.
Lily. LS. 2011. Pathophysiology of Heart Disease. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins

Rilantono, Lily I, 2012. Penyakit Kardiovaskular. Jakarta:FKUI

ll, et. Al. 2010. Common Types of SVT: diagnosis and management. Am Physician.
pp. 942-952
Delacretaz, E. 2006. Supraventricular Tachycardia.The New England Journal of Medicine.
1039-1051
Medi, Carolin, Kalman JM, Freedman SB. Supreventricular tachycardia. Awebsite
http://www.mja.com.au/public/issue/190_05_020309/med10727fm.html. Accessed 25
November 2014

Davis, P.D. 2012. Supraventricular Tachycardia (SVT, PSVT)


http://www.emedicinehealth.com/supraventricular_tachycardia/article_em.htm#
supraventricular_tachycardia_svt_psvt_overview. Diakses tanggal June 7 201

16

Anda mungkin juga menyukai