Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Penyakit


Kasus An.A masuk Rumah Sakit tanggal 30 Juni 2018 dengan
keluhan Muntah, BAB di sertai batuk dan kurangna napsu makan. Keluhan
dialami sejak kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat
penyakit sekarang, pasien mengeluh dengan keseringan BAB cair dan
batuk. Riwayat gizi pasien sebelum sakit memiliki napsu makan yang baik
tetapi pada saat mengalami buang-buang air pasien jadi kurang adanya
napsu makan. Diagnosa pasien menderita Gea Dehidrasi Ringan/Sedang
dan Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA).
GEA/Diare, merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat
perubahan konsistensi feses dan frekuensi buang air besar. Seseorang
dikatakan diare bila Tinja yang dikeluarkan lebih berair (Encer) dan
biasanya terjadi melebihi normal buang air yang seharusnya 3 kali dalam
sehari tetapi penderita diare terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari.

B. Data Dasar Pasien


1. Identitas pasien
Nama : An. A
Umur : 1 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
No. Registrasi RM : 14 45 76
Tanggal MRS : 30 Mei 2018
Tanggal Studi Kasus : 01 Juni 2018
Diagnosa Medis : Gea Dehidrasi Ringan/Sedang + ISPA
Ruang Perawatan : Ruanga Nuri Kelas 1 No. Bed 3
2. Data Subyektif
a. Keluhan Utama
Muntah dan buang-buang air, tidak ada napsu
makan, lemas dan disertai batuk.
b. Sosial Ekonomi
Ayah dari pasien bekerja sebagai seorang
wiraswasta dengan penghasilan tak menentu dan ibu dari
pasien bekerja sebagai seorang perawat yang memiliki 3
orang anak.
c. Kebiasaan makan
sebelum masuk Rumah Sakit, An. A sangat kuat
makan dan sangat aktif tetapi semenjak sakit pasien mulai
kurang napsu makan dan pasien tidak suka makanan yang
tawar atau tidak berasa.

3. Data Obyektif
a. Antropometri
BB : 9,5
TB : 71,7
IMT : Dilihat dari umur pasien yang masih 1 tahun saya
melihat dari Z score : BB/PB < 1 sd, BB/U < 1 sd, PB/U
<0
Status pasien memiliki Gizi Baik.
b. Fisik/Klinis
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil 01 Juni 2018
Keadaan umum Lemas
BAK Lancar
BAB Lebih dari 3x dalam sehari
Suhu 36,5⁰ C
Sumber : Data Primer Terolah 2018
c. Laboratorium
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium 1 juni 2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 8,2 4,00-10,00/ul
RBC 4,99 4,50-5,50/ul
HGB 10,6 14,0-16,0 g/dl
HCT 33,6 40,0-47,0%
PLT 241 150,0-400,0/ul
Sumber : Data Primer Terolah 2018
d. Riwayat Makan Pasien
Tabel 3. Recall Sebelum intervensi
waktu Menu Bahan Berat/gr
Pagi Bubur ayam Beras 25
giling 20
Ayam
Siang Bubur Baras 20
ayam,tahu giling 15
bacem Ayam 35
Tahu
Malam Bubur ayam, Beras 20
sayur bayam giling 20
dan tempe Bayam 25
Ayam 22
tempe
Sumber : Data Primer Terolah 2018
e. Asupan Zat-zat Gizi Sebelum Intervensi
Tabel 4. Asupan Zat Gizi Sebelum Intervensi
Zat Gizi Total Kebutuhan %Asupan
Energi 486,27 629,46 kkal 77,25
Protein 24,94 39,34 gr 63,39
Lemak 19,68 10,49 gr 187,60
Karbhidrat 53,94 94,41 gr 57,13
Sumber : Data Terolah 2018
BAB II

PENENTUAN MASALAH GIZI DAN PROBLEM CLUE

A. Diagnosa Gizi
1. Domain Intake
Tabel 5. Distribusi Diagnosa Gizi Berdasarkan Domain Intake
No Diagnosis Etiologi Sign/Simpton
1 NI- 2.1  Disebabkan oleh  Ditandai dengan
Makanan dan pola makan yang hasil recall 24 jam
minuman yang kurang kurang dan dilihat pada asupan
dari kebutuhan hilangnya napsu energi yang kurang.
makan  Asupan :
E = 486,27
L = 19,68
P = 24,94
KH = 53,94
Dapat disimpulkan pasien kurang mengkonsumsi Asupan Energi, Protein,
Karbohidrat dan tinggi asupan Lemak. Yang ditandai dengan hasil recall yang
tidak memenuhi syarat kebutuhan yaitu : E = 629,46 Kkal, KH = 94,41 gram,
P = 39,34 gram, L = 10,49 gram.

2. Domain Klinis
Tabel 6. Distribusi Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain Klinik
No Diagnosis Etiologi Sign/Simpton
1 NC- 1.4  Disebabkan  Ditandai dengan
Adanya gangguan oleh rasa mual pasien yang
gastro intestinal dan munta serta mengalami
batuk. kembung pada
perut.
Adanya gangguan gastro intestinal yang di sebabkan oleh rasa
mual, muntah, serta batuk dan di tandai dengan kembungnya perut
pasien.
3. Domain Behaviour/Kebiasaan
Tabel 7. Distribusi Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain Behaviour
No Diagnosis Etiologi Sign/Simpton
1 NB- 1.5  Disebabkan  Ditandai dengan
pola makan yang oleh pemberian asupan yang di
salah makan yang konsumsi pasien
salah serta di lihat dari
dipengaruhi recall 24 jam
oleh sanitasi sangatlah
yang kurang kurang.
Gangguan pola makan pasien di sebabkan oleh pemberian makan
yang salah serta dipengaruhi oleh sanitasi yang kurang dan ditandai
dengan asupan pasien pada recall 24 jam sangatlah kurang atau
tidak memenuhi syarat standar kebutuhan.

B. Diagnosa Medis
Diagnosa medis yaitu Gea dehidrasi ringan/sedang dan ISPA
BAB III
RENCANA TERAPI DIET
A. Rencana Asuhan Diet
1. Tujuan Diet
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)
a. Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memperberat kerja
saluran cerna dan mencegah atau mengurangi resiko
dehidrasi dan malnutrisi
b. Memenuhi kebutuhan energi, protein untuk mengganti dan
mengurangi kerusakkan pada jaringan – jaringan tubuh.
2. Prinsip/ Syarat Diet
a. Energi diberikan sesuai kebutuhan yaitu 629,46 Kkal.
b. Protein diberikan tinggi 2g/kg atau 25% sesuai dengan
kebutuhan pasien yaitu sebesar 39,34 gram.
c. Lemak diberikan cukup 10% sesuai dengan kebutuhan
pasien yaitu sebesar 10,49 gram.
d. Karbohidrat di berikan yaitu 65% dari total kalori dan
diberikan rendah laktosa serta mengandung glukosa poliner
sesuai dengan kebutuhan total pasien 94,41 gram.
e. Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai kebutuhan.
f. Makanan di berikan dalam bentuk mudah cerna, tidak
meransang rendah serat dan tidak bergas.
g. Diberikan suplementasi dan berkrdinasi dengan dokter
h. Makanan di berikan dengan porsi kecil tapi sering dan ASI
masih tetap diberikaan
3. Perencanaan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Perhitungan yang di pakai untuk menghitung kebutuhan anak ialah
Rumus WHO/FAO : 60,9 x BB Aktual – 54
BEE = 60,9 x 9,5 -54
= 578,55 – 54
= 524,55
TEE = BEE x Fs x Fa / 524,55 x 1,2 1,3
E = 818,33 Kkal (Ket : Fs = faktor stres dan
Fa = faktor aktifitas)
Kebutuhan Nutrisi :
Energi = 818,33 Kkal
25% 𝑥 818,33
Protein = 4
204,58
= 4
= 51,14 gram.

10% 𝑥 818,33
Lemak = 9
81,83
= 9
= 9,09 gram

65% 𝑥 818,33
Karbihidrat = 4
531,91
= 4
= 132,97 gram

4. Rencana Motivasi dengan Penyuluhan Konsultasi


a. Judul : Diet TKTP
b. Tujuan
1) Agar pasien dan keluarga mengerti tentang makanan
yang baik untuk di konsumsi dan tidak boleh
dikonsumsi.
2) Dapat menjalani diet yang di berikan dengan baik.
c. Sasaran : Keluarga pasien dan ibu/mama
d. Waktu : ± 10 menit
e. Tempat : Ruang Nuri Kamar Kelas 1 No 3.2
f. Metode : penyuluhan dan tanya jawab
g. Materi
1) Penjelasan tentang penyakit
2) Gejala dan tanda terkena penyakit
3) Dampak penyakit
4) Makanan yang di anjurkan dan tidak di anjurkan
untuk di konsumsi
5) Memberikan motivasi
5. Rencana Monitoring
a. Asupan
Peningkatan Energi, Protein, Karbohidrat dan cairan.
b. Antropometri
Penambahan berat badan
c. Biokimia
Perubahan data pemeriksaan
 WBC
 HGB
 RBC
 HCT
 PLT
d. Fisik/ Klinis
Perubahan pada pemeriksaan fisik
 KU (keadaan umum)
 BAB
 BAK
 Suhu
e. Edukasi
 Menanyakan kembali tentang materi ang diberikan
 Kepatuhan diet
B. Implementasi Asuhan Gizi
1. Diet Pasien
Hasil intervensi menunjukkan pasien mengalami diare dan
ispa. Oleh sebab itu pasien diberikan Diet Tinggi Kalori Tinggi
Protein ( TKTP ). Tujuan pemberian diet ini adalah untuk
Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa mempererat kerja saluran
cerna dan mencegah atau mengurangi resiko dehidrasi.
Jenis diet ini mengandung energi sebesar 818,33 Kkal,
protein sebanyak 51,14 gr, lemak 10 % dari total energi sebesar
9,09 gr, karbhidrat 65% dari total energi sebesar 132,97 gr, vitamin
dan mineral cukup. Diet pasien ini diberikan dalam bentuk
makanan lunak, pertimbangan pemberian diet ini dikarenakan
pasien masih dalam kondisi kesadaran penuh ( composmentis ) dan
tidak mengalami gangguan mengunyah dan menelan pada daerah
mulut dan esofagus.
2. Susunan Menu
Dari hasil perhitungan, maka didapatkan standar kebutuhan
energi dan zat gizi harian pasien yang disesuaikan dengan menu
Rumah Sakit sebagai berikut :
Energi : 629,46 Kkal
Protein : 39,34 gr
Lemak : 10,49 gr
KH : 94,41 gr
3. Distribusi Makanan
Adapun menu yang didistribusikan adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Distribusi makanan pasien
Bahan Jumlah
Menu
Makanan URT Gram
Pagi 06.00  Beras giling 1½ gls 75
 Bubur ayam  Ayam ½ ptng 25
sedang
Selingan Pagi,  Tepung terigu 3 Sdm 30
10.00  Margarin ½ Sdm 15
 Kue donat  Telur ayam ¼ butir 10
 Gula pasir 1 Sdm 10
 Minyak ½ Sdm 5
Siang 12.00  Beras giling 1 gls 50
 Bubur,  Ayam 1 ptng sdng 64
ayam BB  Wortel 3 sdm 30
bali,  Labusiam 3 sdm 30
capcay,  Tauge 3 sdm 30
perkedel  Tempe ½ ptng sdng 19
Perkedel ikan 1 buah
ikan, tempe  66
dan buah ¼ ptng 72
 Semangka
semangka
Selingan sore - - -
Malam 18.00  Beras giling 1 gelas 50
 Bubur, sup  Ayam 1 ptong sdng 63
kacang ijo,  Kacang ijo 3 Sdm 30
ayam BB  Wortel 3Sdm 30
sate dan  Kentang 3Sdm 30
tahu  Tahu ½ ptong sdng 29
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Gea Dehidrasi Ringan/Sedang dan Infeksi
Saluran Pernapasan ( ISPA )
1. Gea/Diare
a. Definisi
Gea/diare adalah kondisi di mana terjadi frekuensi defekasi
yang abnormal (lebih dari 3 kali per hari) serta perubahan
dalam isi (lebih dari 200 gram per hari) dan konsistensi (feses
cair). Pada definisi ini jelas menyebutkan frekuensi diare
terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari.
Diare juga merupakan keadaan frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak
dengan konsistensi feses encer dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (WHO,1980).
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita
mencret-mencret, tinjanya encer,dapat bercampur darah dan
lendir kadang disertai muntah-muntah. Sehingga diare dapat
menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila
penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka
hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan
anak-anak usia di bawah lima tahun.
b. Etiologi
1. Penyebab lansung terjadinya diare di karenakan adanya :
1) Infeksi virus ( rotavirus adenovirus )
2) Bakteri ( Shigella, Salmonella, E.coli, Vibrio )
3) Parasit ( protozoa, E. Histolytica, Balantidium coli )
4) Cacing perut ( Ascariasis, Tichuris, Stongyloides
dan jamur Candida )
5) Malabsorbsi : karbohidrat ( intoleransi laktosa),
lemak atau protein
6) Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan
7) Immunodefisiensi
8) Psikologis, rasa takut dan cemas
2. Penyabab secara tidak lansung terjadinya diare :
1) Hygiene dan sanitasi
2) Perilaku masyarakat
3) Lingkugan hidup, rumah, iklim
4) Kasus infeksi yang tinggi
5) Kekurangan enzim
6) Pendidikan dan sosio ekonomi
7) Pengaruh psikis, terkejut, ketakutan
c. Manifestasi klinis
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami
neurea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan
diare. Terjadinya renjatan hipovolemik terus dihindari.
Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus,
lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta
suara menjadi serak.
Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan
menyebabkan frekuensi pernapasan lebih cepat dan dalam (
pernapasan kusmaul ). Bila terjadi renjatan hipovolemik barat
maka denyut nadi cepat ( lebih dari 120x/ menit ). Tekanan
darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat,
ujung – ujung ekstrimitas dingin, kadang sianosis.
Kekurangan kalium menebabkan aritmia jantung perfusi ginjal
menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan
cairan tidak segera diatasi dapat timbul penyakit berupa
nekrosis tubulasi akut.
Secara klinis diare karena infeksi akut terbagi menjadi 2
golongan :
a) Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas
ceairan saja
b) Disentriform, pada diare didapatkan lensir kental dan
kadang – kadang berdarah.
 Akibat diare
Ialah terjadinya dehidrasi, asidosis metabolik,
gangguan gizi akibat muntah dan BAB,
hipoglekemi dan gangguan sirkulasi darah.
 Derajat dehidrasi
1) Tidak adanya dehidrasi jika terjadi
penurunan BB 2,5%.
2) Dehidrasi ringan karena adanya
penurunan berat badan 2,5 – 5%.
3) Dehidrasi sedang karena adannya
penurunan berat badan 5 – 10%.
4) Dehidrasi berat karena adanya
penurunan berat badan lebih dari 10%.
d. Penatalaksanaan
Pada anak – anak, penatalaksaan diare akut akibat
infeksi terdiri dari :
1) Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, ada 4
hal penting yang perlu di perhatikan yaitu :
a) Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan dapat
diberikan oralit. Diberikan cairan ringel
laktat bila tidak terjadi dapat diberikan
cairan NaCl Isotonik ditambah satu ampul
Na bicarbonat 7,5 % 50 m.
b) Jumah cairan
Jumah cairan yang diberikan pada
penderita diare akut disesuaikan dengan
cairan yang keluarkan.
c) Jalan masuk pemberian cairan
Rute pemberian pada orang dewasa
bisa lewat oral dan pemberian pada bayi
atau balita melalui infus.
d) Jadwal pemberian cairan
Dehidrasi dengan perhitungan
kebutuhan cairan berdasarkan metode
Daldiyono diberikan pada 2 jam pertama .
selanjutnya kebutuhan cairan Rehidrasi
diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir
jam ke – 3.
2) Identifikasi penyebab diare karena infeksi
Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform
atau disentriform. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan penunjang yang terarah.
3) Terapi simtomatik
Obat anti diare bersifat simtomatik dan
diberikan sangat hati – hati atas pertimbangan yang
rasional. Antimotalitas dan sekresi usus seperti :
loperamid, sebaiknya jangan dipakai pada infeksi
salmonella, shigela dan koletis pseudomembran,
karena akan memperburuk diare yang diakibatkan
bakteri entroinvasif akibat perpanjangan waktu
kontak antara bakteri dengan epithel usus.
Pemberian antiemetik pada anak dan remaja, seperti
metoklopopomid dapat menimbulkan kejang akibat
ransangan ekstrapiramidal.
2. Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)
a. Definisi ISPA
ISPA Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah
infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang
tenggorokan, hidung dan paruparu yang berlangsung
kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di
atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan
(Muttaqin, 2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari
hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003).
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda
dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian
saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan
pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
b. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri,
virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain
adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan
Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain
(Suhandayani, 2007).
c. Klasifikasi penyakit
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk
golongan umur di bawah 2 bulan dan untuk golongan umur
2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
1) Golongan Umur Kurang 2 Bulan
a. Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di
dinding pada bagian bawah atau napas cepat.
Batas napas cepat untuk golongan umur kurang
2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih.
b. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2
bulan, yaitu:
a) Kurang bisa minum (kemampuan
minumnya menurun sampai kurang dari
½ volume yang biasa diminum)
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Wheezing
f) Demam / dingin.
2) Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
a. Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya
tarikan di dinding dada bagian bawah ke dalam
pada waktu anak menarik nafas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang,
tidak menangis atau meronta).
b. Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat
ialah:
a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per
menit atau lebih
b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit
atau lebih.
c. Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat. Tanda
bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun
yaitu :
a) Tidak bisa minum
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Gizi buruk
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan
apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak.
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak
nafas, suhu tubuh lebih dari dan bila bernafas
mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi
cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir
dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.
d. Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan
penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi
untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya
kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan
antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
pengobatan penyakit ISPA).
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan
memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA
yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik
untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi
penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari
tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA .
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau
tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002) :
1) Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi
tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada ibunya, melihat dan
mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama
pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis
akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini
diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya.
Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka
baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu
membuka sedikit untuk melihat gerakan dada.
Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak
harus dibuka sedikit.
2) Pengobatan
a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit,
diberikan antibiotik parenteral, oksigendan
sebagainya.
b. Pneumonia : diberi obat antibiotik
kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata
dengan pemberian kontrmoksasol keadaan
penderita menetap, dapat dipakai obat
antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat
antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas
yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek
bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat
adanya bercak nanah (eksudat) disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher,
dianggap sebagai radang tenggorokan oleh
kuman streptococcuss dan harus diberi
antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda
bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda
bahaya harus diberikan perawatan khusus
untuk pemeriksaan selanjutnya.
d. Perawatan di rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang
ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita
ISPA.
a) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan
sampai 5 tahun demam diatasi
dengan memberikan parasetamol
atau dengan kompres, bayi dibawah
2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali
tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai
dengan dosisnya, kemudian digerus
dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu
air es).
b) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat
batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok
teh dicampur dengan kecap atau
madu ½ sendok teh , diberikan tiga
kali sehari.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Monitoring
1. Monitoring Diet Pasien
Tabel 9. Distribusi Hasil Monitoring Asupan Makanan Pasien
Asupan Zat Gizi
Intervensi Uraian Energi Protein Lemak KH
I Total Asupan 386,8 23,82 10,14 50,58
01-06-2018 Kebutuhan 818,33 51,14 9,09 132,27
% Asupan 47,26% 46,57% 111,5% 38,23%
II Total Asupan 836,3 44,3 20,6 137,6
02-06-2018 Kebutuhan 818,33 51,14 9,09 132,27
% Asupan 102,19% 86,62% 226,6% 104,0%
III Total Asupan 1082,1 64,7 24,3 154,3
03-06-2018 Kebutuhan 818,33 51,14 9,09 132,27
% Asupan 132,23% 126,5% 267,3% 116,6%
Sumber: Data Primer Terolah, 2018
Diatas menunjukan bahwa Recall 24 jam sebelum intervensi
memperlihatkan bahwa asupan energi dan zat gizi pasien masih kurang
dari standar kebutuhan yang seharusnya.. Maka untuk memperbaiki
asupan energi dan zat giz pasien tersebut diperlukan perencanaan diet yang
tepat disesuaikan dengan kondisi.
Agar pasien dapat menjalani anjuran makan yang telah
direncanakan dengan baik juga memberikan motivasi kepada keluarga
An.A berupa terapi edukasi gizi mengenai diet yang diberikan dalam
hubungan dengan penyakit yang diderita dan kondisi pasien saat ini.
Monitoring diet pasien dilakukan dengan merecall makanan pasien selama
tiga hari.
Berdasarkan tabel 9 selama intervensi tiga hari yang dilakukan,
dapat diketahui bahwa pasien sudah sepenuhnya bisa mematuhi diet yang
telah diberikan. Rata-rata asupan energi dan zat gizi pasien selama tiga
hari intervensi. Normalnya asupan energi dan zat gizi untuk mencukupi
kebutuhan yaitu 90-119 %.

2. Monitoring Pemeriksaan Fisik/Klinis


Hasi monitoring perkembangan pemeriksaan fisik dan klinis pasien
dapat dilihat pada berikut ini:
Tabel 10. Distribusi Perkembangan Pemeriksaan Fisik/Klinis

Jenis Hasil Pemeriksaan


Pemeriksaan 28/05/18 29/05/18 30/05/18
Keadaan Umum Tenang, lemas Tenang, lemas Tenang, lemas
BAB Lancar (4-5 kali) Lancar (4-5 kali) Lancar (3-4 )
BAK Lancar Lancar Lancar
Suhu 37 oC 36,5 oC 36 oC
Nadi 92x/menit 82x/menit 80x/menit
Respirasi 20x/menit 22x/menit 20x/menit
Sumber: Data Primer Terolah, 2018
Dari tabel 10 dapat diketahui perkembangan pemeriksaan
fisik/klinis pasien. Pada hari ketiga intervensi, keadaan umum pasien
masih lemas. Hal ini dikarenakan pasien kurang mengkonsumsi
makanan terhadap penyakit yang dideritannya.
Selama pengamatan, pada hari ketiga pasien masih mengalami
BAB. Tetapi sudah membaik dari hari pertama dan kedua.
Suhu tubuh pasien yang pada intervensi hari ketiga mangalami
penurunan sudah normal yaitu 36,5 oC menjadi 36 oC dan denyut nadi
pasien berkisar 80-100 kali/menit/ denyut nadi tersebut masih dalam
range normal yaitu 60-100 kali/menit dan respirasi normal yaitu
20x/menit.
B. Hasil Motivasi Diet Pasien
1. Perkembangan Pengetahuan Gizi
Selama intervensi, pasien dan keluarga diberikan informasi
tentang diet yang diberikan yaitu diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
(TKTP). Daya terima pasien dan keluarga terhadap informasi cukup
baik.
Perkembangan pengetahuan gizi dapat dilihat dari intake
makanan oral pasien. Selama tiga hari intervensi asupan pasien masih
kurang pada hari pertama. Pasien memiliki keinginan untuk makan
namun karena mengalami ganggu muntah dan kurang sukanya pasien
dengan makanan yang tidak berasa (tawar).
2. Sikap Dan Prilaku Pasien Terhadap Diet
Selama intervensi dilakukan, pasien dapat menjalani diet dengan
cukup baik, intake energi dan zat gizi menurun dihari pertama. Hal ini
pasien tidak mampu menghabiskan makanan karena pasien
mengalami muntah dan hilangnya napsu makan. Kemudian terjadi
peningkatan intake energi dan zat gizi pada intervensi hari kedua dan
ketiga.
Pasien mematuhi diet yang diberikan dengan mengurangi
asupan dari luar rumah sakit walaupun asupannya masih kurang dari
standar kebutuhan yang dianjurkan.
C. Evaluasi Asuhan Gizi Pasien
1. Perekembangan Pengobatan Yang Berhubungan Dengan Gizi
Selama tiga hari intervensi dilakukan, pasien tidak mendapatkan
pengobatan yang berhubungan dengan gizi. Dimana makanan yang
pasien terima dalam bentuk lauk dan sayurnya adalah biasa sedangkan
pasien berumur 1 tahun yang masih belum kuat mengunyah, jadi saya
berikan makanan yang sudah di suwir atau di haluskan seperti pada
gambar yang saya cantumkan dilampiran.
2. Perkembangan Terapi Diet
Diet diberikan pada pasien adalah diet TKTP dalam bentuk
makanan lunak. Pemberian jenis diet ini disarkan pada hasil diagnosa
medis, diagnosa gizi serta anamnesis yang menunjukan bahwa pasien
mengalami Gea Dehidrasi Ringa/Sedang dan ISPA dalam kondisi gizi
normal. Sedangkan makanan lunak diberikan dengan pertimbangan
pasien yang masih berumur 1 tahun.
Pada penyusunan perencanaan menu untuk pasien dengan Gea
Dehidrasi Ringan/Sedang dan ISPA. Dilakukan dengan pemilihan
makanan yang sesuai dengan jenis penyakit dan kondisi pasien.
Berdasarkan tujuan diet yang direncanakan untuk asuhan gizi
pasien dalam rangka intervensi, ternyata intervensi hanya berhasil
memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan daya terima
pasien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang ada, pasien didiagnosa
menderita Gea Dehidrasi Ringan/Sedang dan Infeksi Saluran Pernapasan
(ISPA) pasien diberikan diet Tinggi Kalri Tinggi Protein (TKTP).
2. Data Klinis pasien tidak banyak mengalami perubahan karena sejak
pertama dirawat di rumah sakit sampai hari terakhir intervensi, pasien
dalam keadaan lemas, dikarenakan muntah dan BAB lebih dari normal
biasanya.
3. Asupan energi dan zat gizi pasien sebelum intervensi masih kurang.
4. Adanya kecukupan asupan lemak. Sedangkan Energi, Protein, Karbohidrat
yang masih kurang.
5. Pada akhir intervensi diagnosa gizi NI-2.1 pada pasien mengalami
kecukupan asupan ang meningkat selama 3 hari intervensi.
6. Pasien memiliki nafsu makan yang kurang oleh karenannya motivasi yang
diberikan pada nenek yang menjaga pasien untuk meningkatkan konsumsi
makanannya. Selain itu juga diberikan motivasi kekeluarga atau nenek
yang menjaga pasien agar mengkonsumsi makanan dari rumah sakit dan
menghabiskan makanannya.
B. Saran
1. Untuk Keluarga Pasien, Instalasi, dan RSUD Kota Sorong
Pasien dan keluarga harus memperhatikan bahan makanan yang dapat
dimakan dan bahan makanan yang tidak dianjurkan dan menerapkan pola
makan yang sehat dan benar agar menjaga kondisi tubuh pasien tetap sehat
dan kondisi tubuh pasien tidak menurun.
Adapun beberapa saran bagi Institusi dan RSUD Kota Sorong :
a. Selalu mematuhi diet yang diberikan agar mempercepat proses
penyembuhan.
b. Memotivasi pasien untuk menghabiskan makanannya.
c. Menyarankan kepada pasien agar sealalu memakan makanan
rumah sakit.
d. Sebaiknya pemeriksaan laboratorium dilakukan setiap hari, agar
satatus perubahan nilai hasil laboratorium dan keadaan pasien
dapat dimonitoring dengan baik.
e. Sebaiknya perlu adanya petugas gizi bagian siang dan malam agar
terkontrol status gizi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan


Akut (ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, Pedoman Interim WHO.
Bahri, Alim M. 2006. Komitmen Bersama sebagai Upaya Pengentasan
Masalah Kesehatan, Peringatan Hari Kesehatan Dunia 7 April 2006.
Kementerian Kesehatan RI. 2000. Keputusan Menteri Kesehatan RI,
No.829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan dan
Pedoman Umum Penyehatan Lingkungan Pemukiman, yang diterbitkan oleh
Depkes RI, Ditjen PPM&PL, Direktorat Penyehatan Lingkungan. Jakarta.
Krieger J. & Higgins DL. 2002. Housing and Health: Time Again for
Public Health Action, Seattle.

Anda mungkin juga menyukai