1. Fungsi Vestibuler
Dix-Hallpike manoeuvre
Test hiperventilasi
2. Fungsi Pendengaran
Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach.
Untuk membedakan tuli konduktif dan tuli
perseptif
Audiometri : Loudness Balance Test, SISI,
Bekesy Audiometry, Tone Decay.
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Sekitar 20 sampai 40% pasien dapat didiagnosis segera
setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis juga
dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat
pada pasien
Benign paroxysmal
Beberapa menit sampai positional vertigo;
satu jam perilymphatic fistula
Psychogenic
5. Diagnosis Kerja VERTIGO
6. Diagnosis Banding Vertigo Vertigo Vertigo dengan
dengan tuli tanpa tuli tanda intracranial
Ménière’s Tumor
Vestibular
disease Cerebellopontine
neuritis
angle
Labyrinthitis Vertebrobasilar
Benign insufficiency dan
positional thromboembolis
vertigo m
1. Pengertian (Definisi) suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi,
alergi, eosinofilia, perubahan hormonal (kehamilan, hipertiroid),
dan pajanan obat (kontrapsepsi oral, antihipertensi, B-bloker,
aspirin, klorpromazin dan obat topikal hidung dekongestan) .
Kelainan ini disebut juga vasomotor catarrh, vasomotor rinorhea,
nasal vasomotor instability, atau juga non-allergic perennial
rhinitis.
2. Anamnesis Beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor :
1. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf
simpatis, seperti ergotamin, chlorpromazin, obat anti
hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.
2. Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin,
kelembaban udara yang tinggi dan bau yang merangsang.
3. Faktor endokrin, sepeti keadaan kehamilan, pubertas,
pemakaian pil anti hamil dan hipotiroidisme.
4. Faktor psikis, seperti stress, ansietas dan fatigue
3. Pemeriksaan Fisik Gejala yang dijumpai pada rinitis vasomotor kadang-kadang sulit
dibedakan dengan rinitis alergi seperti :
Hidung tersumbat
Rinore bersifat mukus atau serous
Bersin-bersin gejala dapat memburuk pada pagi hari
waktu bangun tidur oleh karena adanya perubahan suhu
yang ekstrim, udara lembab, dan juga oleh karena asap
rokok dan sebagainya.
Adanya ingus yang jatuh ke tenggorok (post nasal drip ).
Berdasarkan gejala yang menonjol, rinitis vasomotor dibedakan
dalam 2 golongan, yaitu
1. Golongan obstruksi ( blockers)
2. Golongan rinore (runners / sneezers )
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis umumnya ditegakkan dengan cara eksklusi, yaitu
1. Menyingkirkan adanya rinitis infeksi,
2. Alergei,
3. Okupasi,
4. Hormonal dan
5. Akibat obat.
Dalam anamnesis dicari faktor yang mempengaruhi timbulnya
gejala.
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran yang khas
berupa
1. Edema mukosa hidun,
2. Konka berwarna merah gelap atau merah tua, tetapi dapat
pula pucat.
3. Bedakan dengan rinitis alergi.
Permukaan konka dapat licin atau berbenjol-benjol
(hipertrofi).
Rongga hidung terdapat sekret mukoid,
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan rinitis alergi.
1. Ditemukan eosinfil pada sekret hidung, akan tetapi dalam
jumlah sedikit.
2. Tes cukit kulit biasanya negatif.
3. Kadar IgE spesifik tidak meningkat.
1. Pengertian (Definisi) Suatu kista epithelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
2. Anamnesis a. Biasanya mengenai satu sisi telinga
b. Usia tua
c. Tidak ada penyakit yang mendasari
d. Nyeri dirasakan kronis dan nyeri tumpul
e. Tidak terdapat gangguan pendengaran/ringan
f. Sering mengalami otorea
3. PemeriksaanFisik a. Tidak terdapat gangguan pendengaran
b. Erosi tulang hanya terjadi di daerah posteroinferior
c. Otorea
4. Kriteria Diagnosis Sesuai anamnesa, gejala klinik dan pemeriksaan fisik yang di
dapat
5. DiagnosisKerja Kolesteatoma
6. Diagnosis Banding a. Keratosis Obturans
7. PemeriksaanPenunjang a. Laboratorium
b. Foto Rontgen Mastoid
c. Kutur dan resistensi test dari sekret telinga yang sakit
d. Pemeriksaan fungsi pendengaran
8. Terapi a. Debridement tulang
b. Operasi (kanalplasty dan timpanomastoidektomi)
untuk cegah berlanjutnya erosi tulang.
9. Edukasi a. Menjelaskan tentang mekanisme penyakit yang
(Hospital Health Promotion) dialami pasien serta rencana tatalaksana hingga
prognosa pasien tersebut.
b. Edukasi kebersihan dari telinga
c. Makan makanan bergizi
10. Prognosis Ad vitam : ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis a. Dokter umum
b. Dokter Spesialis
14. Indikator Pelayanan Pratama
Pelayanan Utama (lanjut)
15. Kepustakaan 11. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan
telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisikelima.
Jakarta: FKUI, 2001.
12. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit
telinga tengah dan mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K,
Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta:
EGC, 1997
OTITIS EKSTERNA DIFUS