BAB I
PENDAHULUAN
1
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
2
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Tabel 1.1 Daftar Kegiatan Kerja Praktek di PT. Chevron Pacific Indonesia
Tanggal Lokasi Pemimbing Kegiatan
Pengarahan awal dan
23 Maret 2015 HR Rumbai Elwin Nasution melengkapi persyaratan
untuk berangkat
HR Duri Ngadio Melaporkan kedatangan
24 Maret 2015
NMO Herru As Syukri Team Introduction
25 Maret 2015 NMO Herru As Syukri PT. CPI Introduction
Heavy Oil Production
26 Maret 2015 NMO Herru As Syukri
Introduction
3
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
4
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang, tujuan kerja praktek, ruang
lingkup, pelaksanaan kerja praktek, metode pelaksanaan dan sistematika penulisan
laporan kerja praktek.
5
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
6
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
DAFTAR PUSTAKA
Semua literatur yang dipergunakan untuk menyusun laporan kerja praktek
dan menyelesaikan tugas khusus akan dituliskan dalam daftar pustaka.
7
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Silt dan lumpur yang melapisi senyawa organik lama kelamaan akan menekan
senyawa-senyawa organik tersebut ke dalam batuan di perut bumi. Sehingga
senyawa organik tersebut akan terperangkap diantara dua lapisan batuan. Lapisan
silt dan lumpur yang semakin tebal akan semakin mempertebal lapisan batuan
diatas lapisan senyawa organik (Gambar 2.2).
9
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Batuan di dalam perut bumi terdiri dari lapisan batuan porous dan non-
porous. Batuan porous adalah batuan yang memiliki pori – pori di dalamnya,
contohnya basalt yang merupakan batuan vulkanik yang terbentuk dari
pendinginan lava yang berlangsung cepat. Batuan yang non-porous tidak memiliki
pori. Minyak yang berasal dari source rock bergerak ke atas melalui lapisan
batuan yang porous karena adanya porositas dan permeabilitas batuan. Minyak ini
terus bergerak ke atas hingga menyentuh lapisan batuan yang non-porous.
Sehingga dihasilkan lapisan batuan porous yang memiliki kandungan minyak
yang terperangkap (Gambar 2.4).
10
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
b. Aromatik
Bentuk aromatik mengacu pada benzene dan derivate strukturalnya. Aromatik
hampir ada di semua petroleum, aromatik sebagian besar terdiri dari rantai alkil
dan cincin sikloalkana dengan tambahan cincin aromatik. Aromatik biasanya
dikelompokkan menjadi mono-, di-, dan tri-aromatik berdasarkan jumlah cincin
aromatik yang terdapat dalam molekul. Aromatik bersifat polar (Aske, 2002)..
c. Resin
Fraksi ini terdiri dari molekul polar yang biasanya memiliki heteroatom
seperti nitrogen, oksigen, atau sulfur. Resin biasa didefinisikan sebagai fraksi
yang larut dalam alkana ringan seperti pentane dan heptana, akan tetapi tidak larut
dalam propana cair. Resin memiliki rasio H/C yang lebih tinggi dari asphaltene
yaitu 1,2–1,7 dibandingkan asphaltene yang hanya mencapai 0,9-1,2. Secara
structural resin mirip dengan asphaltenes akan tetapi berat molekulnya lebih
ringan (< 1000 g/mol) (Aske, 2002).
11
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
d. Asphaltenes
Fraksi asphaltenes terdiri dari heteroatom dengan persentase yang tinggi
seperti O, S, dan N, dan juga konstituen organometalik seperti Ni, V, dan Fe.
Struktur asphaltenes terdiri dari polycyclic aromatic yang tersubtitusi dengan
berbagai rantai samping alkil. Berat molekul dari asphaltenes sulit untuk diukur
dikarenakan kecenderungannya untuk menggumpal, akan tetapi diperkirakan berat
molekulnya berkisar 500-2000 g/mol (Aske, 2002).
12
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
13
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
14
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
15
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
BAB III
OVERVIEW DAN ANALISA PROSES PRODUKSI DAN PENGOLAHAN
HEAVY OIL DURI FIELD
16
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
rendah dan viskositas yang terlalu tinggi, maka heavy oill yang terdapat di Duri
Field diambil dengan menggunakan metode tritary oil recovery yaitu
menggunakan steam flooding.
17
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Pengukuran flow dan water cut yang akurat sangat penting pada well test.
Instrumen yang digunakan dalam well test adalah flow meter, yaitu sebuah
instrumen yang dirancang untuk mengukur laju alir (flow rate) liquid yang
dipompakan atau mengalir di dalam pipa produksi. Satuan ukuran yang umum
digunakan adalah GPM (gallon per minute) atau BPD (barrel per day). Beberapa
jenis flow meter yang sering dijumpai di lapangan antara lain:
a. Mass Flow Meter
Flow meter ini bekerja dengan cara mengukur massa fluida yang mengalir.
Terdiri dari dua bagian utama yaitu sensor dan transmitter. Setiap sensor terdiri
dari satu atau dua flow tube yang berada dalam housting tertutup, pasangan drive
coil dan magnet, serta sebuah sensor temperatur.
b. Turbine Meter
Turbin meter terdiri atas dua bagian utama yaitu sensor dan display totalizer.
Sensor mempunyai rotor yang berputar mengikuti kecepatan laju alir liquid.
Sebuah magnetic pickup yang dipasang pada body sensor akan membaca
kecepatan putar rotor. Magnetic pickup ini akan mengeluarkan pulsa (frekuensi)
yang diteruskan ke perangkat display totalizer, lalu dikalkulasi dan ditampilkan
dalam bentuk flow rate (BPD) dan total (barrels).
Fasilitas automatic well test ini terdapat pada beberapa stasiun, dimana di
dalam stasiun tersebut selain terdapat unit AWT juga terdapat unit CVC (casing
vapor) yang berfungsi untuk mengumpulkan dan mengolah vapor yang dihasilkan
pada casing line saat pengambilan minyak. CVC tersebut terdiri dari sebagian
besar gas dan sedikit minyak dan air. CVC yang dialirkan dari pumping unit
diumpankan ke dalam CVC separator untuk dipisahkan antara gas dan liquidnya,
dimana liquid yang diperoleh dipompakan ke CGS untuk diolah bersama dengan
produced fluid. Gas yang diperoleh pada bagian atas separator kemudian
didinginkan menggunakan CVC cooler hingga gas tersebut membentuk kondensat
CVC yang selanjutnya akan dipompakan bersama menuju CGS, sedangkan gas
yang tersisa akan dialirkan menuju K.O drum, vent stack, dan berakhir di enclosed
ground flare untuk dibakar.
18
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
a. Heat Exchanger
Heat exchanger merupakan alat penukar panas yang berfungsi untuk
menaikkan atau menurunkan temperatur suatu liquid. Heat exchanger yang ada di
CGS seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2 berfungsi untuk menaikkan
temperatur produced fluid yang masuk sehingga dicapai temperatur yang
diperlukan untuk proses pemisahan (Gambar 3.3). CGS-10 memiliki 7 unit heat
exchanger jenis shell and tube dimana fluida berada di bagian shell dan steam
berada pada tube.
19
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Heat exchanger yang ada di CGS-10 memiliki laju alir produced fluid
masuk sekitar 440.000 BFPD (barrel fluid per day) dengan tekanan 40 – 50 psig.
Steam digunakan sebagai fluida panas untuk menaikkan temperatur, sedangkan air
rangau digunakan untuk menurunkan temperatur jika diperlukan (Gambar 3.3).
Produced fluid yang dihasilkan memiliki temperatur 195 – 200oF.
b. Gas Boot
Gas boot (Gambar 3.4) berfungsi untuk memisahkan gas dari produced fluid
serta menurunkan tekanan fluida sebelum diumpankan ke free water knock out
(FWKO) tank. Waste gas dengan kadar hidrokarbon rendah yang dihasilkan dari
proses pemisahan tersebut kemudian dialirkan ke flare gas knock out drum untuk
memisahkan kondensat dari waste gas dan gas yang tersisa akan dibakar di flare
stack (Gambar 3.5). Sebelumnya, gas akan melewati PCV terlebih dahulu, dimana
tekanan di dalam gas boot akan diatur secara otomatis dengan cara membuang
kelebihan tekanan ke saluran pipa high pressure flare header. Produced fluid
diumpankan ke gas boot melalui bagian atas gas boot, dan dialirkan melalui
umbrella spreader.
20
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
21
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Pengaturan tekanan di dalam gas boot diperlukan agar level liquid dalam
gas boot dapat dikonrol dengan baik. Tekanan dalam gas boot diatur secara
otomatis agar tidak melebihi tekanan 1,8 psi, karena dapat mengakibatkan level
liquid akan tertekan ke bawah, sehingga gas dapat ikut terbawa ke dalam tangki
FWKO bersama produced fluid. Terbawanya gas ke dalam FWKO harus dihindari
karena dapat merusak lapisan minyak yang telah terbentuk, sehingga proses
pemisahan yang terjadi terganggu. Selain itu, tekanan dalam gas boot juga tidak
boleh lebih kurang dari 1,4 psi, karena akan menyebabkan terbawanya liquid ke
flare stack.
22
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Minyak yang telah dipisahkan dari kandungan air bebas, kemudian dialirkan
ke wash tank untuk proses pemisahan lebih lanjut. Kandungan pengotor yang
masih terbawa dalam minyak tersebut sebanyak 30 – 50%. Selain karena adanya
gaya gravitasi, pemisahan di FWKO tank juga dibantu dengan chemical berupa
demulsifier dan reverse demulsifier yang dicampurkan ke dalam produced fluid
sebelum melalui heat exchanger. Chemical tersebut berfungsi sebagai emulsion
breaker atau pemecah emulsi, sehingga emulsi yang terbentuk antara minyak dan
air dapat terpisah.
d. Wash Tank
Wash tank (Gambar 3.8) berfungsi sebagai tempat pemisahan lebih lanjut
antara minyak dan air. Minyak yang masih banyak mengandung air yang
merupakan keluaran dari tangki FWKO kemudian diumpankan ke dalam wash
tank. Di dalam wash tank diharapkan proses pemisahan dapat terjadi secara
optimal, sehingga minyak keluaran dari wash tank telah memenuhi standar
kandungan BS&W yang diinginkan.
23
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
24
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
e. Shipping Tank
Shipping tank berfungsi sebagai wadah untuk menampung limpahan dari
wash tank dan sekaligus member suction head yang cukup untuk pompa LPS (low
pressure shipping) (Gambar 3.11). Minyak yang ditampung dalam shipping tank
sudah memiliki kandungan BS&W yang rendah yaitu < 1%. Untuk mengetahui
level minyak dalam shipping tank (Gambar 3.10) digunakan level indicator yang
dilengkapi dengan sebuah floating yang dihubungkan dengan kabel/sling ke
pointer. Shipping tank juga dilengkapi dengan level transmitter untuk keperluan
remote monitoring.
25
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
26
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
27
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Air yang telah dikurangi kandungan oil content-nya menjadi kurang lebih
50 ppm kemudian dialirkan menuju Mechanical Floatation Unit (MFU) untuk
pengolahan selanjutnya. CGS-10 memiliki empat unit IST yang dipasang secara
parallel, sehingga memudahkan apabila akan dibersihkan. Proses pemisahan pada
IST memanfaatkan gaya gravitasi. Air yang masih mengandung oil content yang
tinggi dialirkan secara gravitasi ke dalam IST. Pada proses ini, sisa – sisa minyak
pada air terpisah secara gravitasi sehingga minyak berada pada bagian paling atas,
kemudian minyak akan melimpah ke weir box menuju slop oil plant.
28
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
dapat mengakibatkan minyak yang telah mengapung akan ikut terbawa ke surge
tank, sedangkan level yang terlalu tinggi akan menyebabkan oil skimmer box akan
cepat penuh, sehingga pengambilan minyak tidak optimal karena adanya minyak
yang kembali ke floatcell.
29
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
h. Surge Tank
Surge tank berfungsi sebagai tempat penampungan air keluaran MFU
sekaligus sebagai media penyedia suction head yang cukup untuk pompa – pompa
softener charge pump. Tidak ada proses khusus yang terjadi dalam surge tank
selain penampungan treated water sebelum dialirkan ke softener. Air yang
30
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
dialirkan dari surge tank menuju softener memiliki karakteristik kadar oil content
< 1 ppm dan hardness 60 – 75 ppm dengan flowrate 110.000 BPD.
i. Softener
Softener berfungsi untuk mengurangi kesadahan air menggunakan metode
ioan exchange dimana maksimum kesadahan yang diperlukan adalah < 1 ppm
(Gambar 3.18). Unit softener terdiri dari 11 unit yang disusun secara paralel
dimana masing – masing unit terdiri dari primary softener dan secondary softener
yang disusun secara seri (Gambar 3.19). Proses water softener dilakukan untuk
mengurangi kesadahan atau hardness air yang diasumsikan sebagai kadar MgCO3
dan CaCO3. Hardness terbentuk karena adanya reaksi antara ion – ion kalsium
dan magnesium dengan ion – ion karbonat atau bikarbonat yang mempunyai
kemampuan membentuk scale atau kerak yang dapat merusak bagian dalam pipa
boiler. Kalsium karbonat memiliki kecenderungan membentuk scale dikarenakan
adanya pengaruh penurunan tekanan, kenaikan pH, kenaikan temperatur, serta
adanya turbulensi di dalam sistem.
31
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Proses softening yang terjadi adalah proses pertukaran ion, dimana air yang
masuk ke dalam primary softener akan melewati media resin zeolite, kemudian
terjadi pengikatan ion kalsium dan magnesium oleh ion sodium. Pertukaran ion-
ion ini akan terjadi terus menerus selama air melewati resin, sehingga air yang
dihasilkan dari primary softener telah berkurang kesadahannya. Air tersebut
kemudian dialirkan ke secondary softener dimana pertukaran ion kembali terjadi
hingga diperoleh air dengan kesadahan yang rendah dan sesuai dengan baku mutu
air bahan baku steam.
32
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
j. GWF tank
Generator feed water (GFW) adalah air yang telah melalui proses deoiling
di MFU serta softening di water softener dan telah memenuhi spesifikasi air untuk
umpan steam generator. Wadah yang digunakan untuk menampung GFW ini
disebut GFW tank. Dari GFW tersebut air kemudian didistribusikan ke central
steam station (CSS) atau COGEN melalui sebuah inter area connection dengan
menggunakan pompa GFW.
33
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
34
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Air yang digunakan sebagai bahan baku pada steam generator berasal dari air
baku yang diolah di central gathering station (CGS). Air baku yang digunakan
harus memenuhi syarat kadar oil content dan hardness < 1 ppm, untuk mencegah
terbentuknya scale dan terjadinya korosi pada pipa-pipa yang terdapat dalam
steam generator.
Convection Section
160 oF/1225 psig 540 oF
480 oF 1000 psig
950 psig
Radiant Section
Burner Section
35
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
36
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Cyclic steam merupakan proses memasukkan steam kedalam well bor dan
terbagi menjadi tiga proses yaitu:
Short
Proses injeksi steam selama 1 hari dengan tujuan untuk membersihkan oil
plugging yang berupa parafin dan spalking didalam lubang bor.
Regular
Injeksi steam selama 16 hari dengan tujuan untuk menurunkan viskositas di
beberapa meter dari area well bor.
Long
Injeksi steam selama 27 hari dengan tujuan untuk menghubungkan panas steam
dari producers ke panas steam dari injector steam (connect steam chest).
37
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Selain acidizing, terdapat cara lain pada chemical stimulation yaitu solvent.
Solvent merupakan cara yang dilakukan untuk mengatasi plak minyak yang
terbentuk seperti congeal yang merupakan minyak keras dengan kadar parafin
tinggi. Metode solvent dilakukan dengan cara bullhead dimana cairan akan
diinjeksikan dan kemudian dibiarkan selama ±3 jam dengan tujuan supaya cairan
dapat bereaksi seutuhnya sehingga tidak merusak peralatan lainnya ketika fluida
mulai dialirkan secara normal.
Dimana,
SL = Stroke length yaitu panjang satu langkah atau satu kali stroke (satu kali up
stroke dan satu kali down stroke)
SPM = Stroke per minute yaitu jumlah langkah dalam satu menit
D = Diameter pompa
38
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Dynamometer atau biasa disebut dyno adalah alat pengukur beban pada
polish road yang berfungsi untuk mengukur beban yang diangkat oleh pompa,
sehingga kondisi pompa dapat dikontrol. Dyno berdasarkan sistem kerjanya terdiri
dari dua jenis dyno yaitu online dan manual. Dyno online merupakan dyno yang
keluarannya dapat dicek setiap saat, sedangkan dyno manual hanya dicek 1-2 kali
dalam sebulan. Dari 6000 well yang ada di Duri Field hanya 20% yang
menggunakan dyno online, dikarenakan biaya yang diperlukan untuk pemasangan
dyno online cukup mahal sehingga hanya well – well yang memiliki kapasitas
produksi yang besar yang menggunakan dyno online.
Sistem kerja WRO terdiri dari empat tahapan yang saling berhubungan satu
sama lainnya. Tahapan pertama yaitu surveillance yaitu suatu tahapan kerja
dimana dilakukan pengamatan dan pengujian terhadap well maupun pompa,
seperti well test dan dynamometer. Dari data tersebut kemudian dilakukan tahapan
analysis, yaitu suatu tahapan kerja dimana data yang diperoleh tersebut digunakan
untuk menganalisa keadaan atau kondisi dari well dan pompa. Beberapa contoh
hasil analisis adalah BUP (Build up pressure) yaitu kenaikan tekanan yang dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya scale di dalam well bore. Setelah
dilakukan analisa dan diketahui bagaimana kondisi well maka dilakukan tahapan
recommendation yaitu pemberian masukan atau rekomendasi dari pihak WRO ke
pihak – pihak yang berkaitan mengenai keadaan well atau pompa yang
memerlukan suatu tindakan khusus. Tahapan kerja terakhir adalah execution
dimana dilakukan tindakan yang sesuai atau yang dibutuhkan untuk memperbaiki
atau memaksimalkan proses produksi.
39
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
40
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
sumur pantau dilakukan analisa satu tahun sekali untuk mengetahui apakah ada
perubahan formasi. Selain itu air limbah yang akan dibuang juga dianalisa terlebih
dahulu untuk memastikan tidak adanya zat – zat yang berbahaya bagi lingkungan.
3.9.5 PQ Section
PQ section atau production chemical and flow assurance section adalah
bagian yang bertugas melakukan analisa yang berkaitan dengan penggunaan
chemical. Salah satu analisa yang dilakukan adalah analisa takaran atau dosis
scale inhibitor dan corrosion inhibitor yang akan digunakan di lapangan.
Pengujian dosis scale inhibitor menggunakan Dynamic Tube Blocking Test,
dimana dilakukan simulasi keadaan sebenarnya di lapangan untuk mengetahui
dosis yang diperlukan.
Data dari analisa komposisi air pada water section digunakan untuk
membuat larutan simulasi yang memiliki komposisi yang sama dengan air
sebenarnya di lapangan. Kondisi operasi seperti temperatur dan tekanan juga
disesuaikan dengan keadaan di lapangan, kemudian dilakukan percobaan dengan
mengumpankan air dan scale inhibitor ke dalam alat melalui pipa. Selanjutnya
diukur pressure drop yang terjadi dalam alat, dimana pressure drop ini
mengindikasikan adanya scale yang terbentuk. Pengujian dilakukan secara trial
dengan konsentrasi scale inhibitor yang bervariasi. Konsentrasi scale inhibitor
yang menghasilkan perubahan pressure drop yang tidak terlalu tinggi dipilih
41
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
sebagai takaran yang sesuai. Selain analisa scale inhibitor dilakukan juga analisa
corrosion inhibitor menggunakan wheel oven. Pada wheel oven ini terdapat botol–
botol yang berisi cairan simulasi air di lapangan yang telah ditambahkan
corrosion inhibitor dan dilengkapi dengan coupon. Botol – botol tersebut akan
disimulasikan pada keadaan yang ekstrim selama 3 hari. Setelah 3 hari dapat
dilihat corrosion inhibitor dengan konsentrasi berapa yang perlu ditambahkan dari
tampilan coupon yang dihasilkan.
42
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
BAB IV
UTILITAS DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
4.1 Utilitas
Sebagai sebuah industri, PT. Chevron Pasific Indonesia (CPI) memiliki
beberapa unit utilitas untuk mendukung operasinya. Utilitas yang dimiliki PT. CPI
adalah penyediaan air, penyediaan listrik dan telekomunikasi.
4.1.1 Air
Air merupakan salah satu komponen yang sangat vital bagi suatu industri,
tak terkecuali bagi PT. CPI. Air digunakan untuk berbagai keperluan injeksi air,
steam, sampai keperluan sehari-sehari di perkantoran dan di perumahan. Sumber
air di PT. CPI dibedakan atas:
1. Air yang terbawa dari formasi saat produksi minyak mentah
Air ini digunakan sebagian besar dikirim ke steam generator untuk
dimanfaatkan pada proses steam flood. Tetapi sebelum dimanfaatkan, air tersebut
mengalami pengolahan lebih lanjut di Water Treatment Plant (WTP) untuk
mengurangi Oil Content, Turbidity, Hardness dan berbagai syarat lainnya yang
harus dipenuhi sebagai umpan generator.
2. Air yang berasal dari sumber sungai dan sumber mata air lainnya
Pengambilan air dari sungai dan dari sumber mata air lainnya (danau
buatan) bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pada perkantoran dan
perumahan serta sebagai sumber cadangan. Air untuk keperluan perumahan dan
perkantoran ini akan melalui pengolahan di Water Treatment Plant (WTP).
43
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
4.1.2 Listrik
Pemenuhan kebutuhan listrik di lingkungan PT. Chevron Pacific
Indonesia, baik untuk perumahan ataupun untuk eksplorasi minyak bumi. PT.
Chevron Pacific Indonesia memiliki suatu departemen khusus yang menangani
masalah penyediaan energi yaitu Power Generation and Transmission (PG & T).
Sebelum (PG & T) didirikan pada tahun 1969, sebagian besar kebutuhan listrik di
PT. Chevron Pacific Indonesia diperoleh dari enginator (perpaduan motor dan
generator) yang tersebar hampir di setiap lokasi. Enginator tersebut digerakkan
oleh mesin diesel dengan kapasitas dibawah 60 KW.
Meningkatnya jumlah sumur minyak yang ditemukan meyebabkan
penggunaan enginator tidak efisien karena pengaturan dan pemantauan enginator
yang ada semakin sulit. Selain itu harga bahan bakar minyak di pasaran semakin
tinggi. Untuk itulah penggunaan bahan bakar minyak diganti dengan bahan bakar
gas alam.
Tahun 1973 merupakan awal penggunaan gas alam sebagai bahan bakar
turbin gas (PLTG). Minyak dan solar digunakan untuk keperluan cadangan bila
gas yang dikirim ke tubin tidak mencukupi. Sumber gas ini diperoleh dari
Sebanga dan Libo.
Sampai saat ini PT. Chevron Pacific Indonesia memiliki lima buah PLTG
yaitu:
1. PLTG Minas, terdiri dari 11 unit pembangkit dengan kapasitas total 232 MW.
2. PLTG Central Duri, terdiri dari 5 unit pembangkit dengan kapasita total 105
MW.
3. PLTG Duri, terdiri dari 7 unit pembangkit dengan kapasitas total 92 MW.
4. PLTG Kerang, terdiri dari 2 unit pembangkit dengan kapasitas total 42 MW.
5. PLTG North Duri, terdiri dari 3 unit pembangkit dengan kapasitas total 300
MW.
44
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
4.1.3 Telekomunikasi
PT. Chevron Pacific Indonesia juga dilengkapi dengan jaringan microwave
UHF yang menghubungkan distrik-distrik serta suatu sistem telepon dan
komunikasi radio HF/VHF/UHF untuk seluruh kegiatan lapangan.
Pemanfaatan empat saluran sistem komunikasi satelit domestik PALAPA
juga dilakukan untuk sarana komunikasi di Jakarta dan layanan telex dan e-mail
antara Dumai-Rumbai-Jakarta dengan perusahan-perusahaan afiliansi seluruh
dunia melalui satelit PALAPA dan Intelsat. Pada akhir 1968 PT. Chevron Pacific
Indonesia memasang unit pengolah data elektronik yang pertama yang berupa
komputer IBM 360 dengan core capacity 64 kBytes sedangkan saat ini digunakan
jaringan komputer yang terdiri dari IBM 9121.490 Super Computer Convex C-220
Masterpiece, Integraph Vax, Microvax, IBM AS 400.
45
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
46
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
4.2.4 Kebisingan
Kebisingan timbul akibat beroperasinya alat-alat transportasi, unit
pengeboran, unit engine, turbine, pump dan compressor. Penanggulangan yang
dilakukan adalah dengan menggunakan alat pelinung pendengaran (ear plug) bagi
semua karyawan di lokasi-lokasi tertentu.
47
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
BAB V
TINJAUAN UMUM PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA
48
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
49
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
diadakan penambahan luas wilayah yaitu sekitar Minas Tenggara, Libo Tenggara,
Libo barat, dan Sebanga, sehingga luas wilayah kerja PT CPI seluruhnya menjadi
9898 km2. Perjanjian karya berakhir pada 28 November 1983 dan diperpanjang
menjadi kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract) hingga tanggal 8
Agustus 2001 dengan wilayah kerja seluas 31.700 km2.
Ladang minyak Duri memberikan sumbangan sebesar 8% dan 42% total
produksi minyak Indonesia. PT. CPI pernah mengalami penurunan produksi sejak
tahun 1964. Penurunan produksi dari ladang minyak Duri sangat memprihatinkan,
karena hal ini sangat berpengaruh pada ’economic life expectancy’ dari
perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut PT. CPI menciptakan proyek
injeksi uap di ladang minyak Duri. Proyek ini diresmikan oleh Presiden Soeharto
pada bulan Maret 1991. Injeksi uap ini merupakan teknologi perminyakan
generasi ketiga dari PT. CPI yang dapat mempermudah penyedotan minyak dari
perut bumi.
Pada tanggal 10 Oktober 2001, dua buah kekuatan besar Chevron dan
Texaco yang selama ini dikenal sebagai pemilik saham yang terpisah bersatu,
maka didirikanlah sebuah perusahaan Chevron Texaco. Sejak saat itu manajemen
Chevron juga ikut berubah menjadi IndoAsia Business Unit (IBU).
Setelah mengakuisisi Unocal pada 10 Agustus 2004, pada tanggal 9 Mei
2005 nama Chevron Texaco Corp. berubah kembali menjadi Chevron Corp. Pada
16 September 2005, PT Caltex Pacific Indonesia pun mengubah namanya
menjadi PT Chevron Pacific Indonesia. Baik Chevron Pacific Indonesia maupun
Caltex Pacific Indonesia memiliki singkatan yang sama, yaitu CPI [Kusuma,
2010].
Tahun 2009, produksi kumulatif Chevron mencapai 11 miliar barrel sejak
tahun 1952. Sumur di Minas menghasilkan 4,5 miliar, Lapangan Duri
menyumbang 2 miliar barrel, dan lapangan lainnya 4,5 miliar barrel. PT. CPI telah
memiliki 500 karyawan dan 20.000 tenaga kontraktor dan produksi 400.000 barrel
per hari yang merupakan separuh dari produksi minyak Indonesia. Dengan sumber
daya dan dana besar yang tersedia, usia lapangan minyak pun bisa diperpanjang.
50
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
51
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Berdasarkan konsesi terbaru, wilayah operasi yang tersisa saat ini adalah
blok Rokan dan blok Siak, sedangkan untuk lapangan minyak Duri diperluas
dalam tiga belas area (Gambar 5.1) yang dimulai dengan membangun kontruksi
area pertama pada tahun 1981.
Pada saat ini PT. CPI berhasil mengoperasikan area 1 sampai area 12,
sedangkan untuk area 13 masih dalam tahap pengembangan. Untuk pembangunan
yang mencakup fasilitas pendukung kegiatan utama seperti stasiun pengumpul
minyak, sampai saat ini telah dibangun 5 stasiun pengumpul pusat atau Central
Gathering Station.
”To be the global energy company most admired for its people, partnership,
and performance”
52
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Visi yang telah dijelaskan dalam poin-poin di atas tidak dapat terwujud
apabila tidak didukung oleh suatu misi. Misi dari PT. CPI terdiri dari:
a. As a business partner with GOI, CPI will add value by effectively exploring
for and developing hydrocarbons for the benefit of Indonesia and CPI’s
shareholders.
b. CPI will independently pursue other energy related business opportunities by
leveraging its resources to assure continued value addition and growth.
Misi ini merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh PT. CPI yang diharapkan akan
membangun pemahaman yang sama bagi setiap pihak yang bekerja sama atau
berinteraksi dengan perusahaan.
Enam nilai pokok yang harus dijunjung tinggi segenap pimpinan dan
karyawan PT. CPI antara lain:
a. memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku.
b. menjunjung standar etika tertinggi.
c. memberlakukan karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga.
d. memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, kontraktor,
dan keluarganya.
e. menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan
masyarakat.
53
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
1. Integritas
PT. CPI dalam melaksanakan operasinya bersikap jujur, dan selalu berusaha
konsisten dengan ucapannya, serta memenuhi standar etika tertinggi dalam setiap
bisnis yang dilakukan.
2. Kepercayaan
PT. CPI mempunyai prinsip untuk saling mempercayai, menghargai,
menghormati, mendukung dan berusaha untuk mendapatkan kepercayaan dari
rekan kerja dan mitra usaha.
3. Keanekaragaman
PT. CPI belajar menjunjung tinggi ideologi dan budaya dimana PT. CPI
bekerja, menghargai dan menghormati keunikan setiap individu dan beragam
pandangan serta talenta yang mereka tunjukkan.
4. Kemitraan
PT. CPI memiliki tekad yang konsisten untuk menjadi mitra usaha yang baik
bagi pemerintah, perusahaan lain, pelanggan-pelanggan PT. CPI, masyarakat dan
sesama rekan kerja.
5. Kinerja yang unggul
PT. CPI memiliki tekad untuk stay ahead (tetap unggul) dalam setiap hal
yang dilakukan, dan berupaya keras untuk terus menjadi lebih baik.
54
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
6. Tanggung jawab
PT. CPI bertanggung jawab, baik secara perorangan maupun sebagai
kelompok untuk setiap hal yang dikerjakan maupun untuk setiap tindakan yang
dilakukan.
7. Pertumbuhan
PT. CPI mencari peluang-peluang serta terobosan baru serta menyukai
perubahan yang mendukung pembaharuan dan kemajuan.
8. Perlindungan terhadap manusia dan lingkungan
PT. CPI memberikan perlindungan keselamatan kerja dan kesehatan, baik
terhadap manusia maupun lingkungan.
55
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
56
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
tinggi. Hal ini sangat perlu mengingat tingkat persaingan dan biaya produksi
yangsemakin tinggi, sementara harga minyak dan cadangan minyak bumi
semakinmenurun dan sulit di eksploitasi.
SBU yang terbentuk ada tujuh bagian, empat diantaranya bertanggung
jawab untuk mengembangkan dan mengelola ladang minyak di Riau (unit
produksi), yaitu:
1. SBU Duri, merupakan penghasil minyak terbesar PT. CPI, yang memiliki
sistem injeksi uap terbesar di dunia. Wilayah operasinya meliputi lapangan
minyak Duri dan Kulin.
2. SBU Minas, merupakan daerah lapangan minyak dengan kadar belerang
sangat rendah dan dikenal dengan Minas Crude. Minyak jenis ini sangat
digemari negara-negara industri yang mengimpor Sumatran Light Crude.
Wilayah operasinya meliputi lapangan Minas.
3. SBU Bekasap (yang mengelola ladang bagian utara), dengan wilayah operasi
meliputi area Petani, Bekasap, Bangko dan Balam.
4. SBU Rumbai (yang mengelola ladang bagian selatan), dengan wilayah
operasi meliputi area Petapahan, Libo, Zamrud, dan Pedada. Untuk Area
Zamrud dan Pedada terhitung mulai Agustus 2002 eksplorasinya telah
diserahkan kepada Pemda Propinsi Riau yang dikelola oleh PT. Bumi Siak
Pusako (PT. BSP).
5. SBU Exploration ang IT Support (merupakan SBU pendukung yang
bertanggung jawab terhadap eksplorasi di bagian tengah dan lepas pantai
barat Sumatra, operasi pengeboran, kontrak-kontrak jasa bersekala besar,
pengembangan teknologi).
6. SBU Support Operation (bertanggung jawab atas transportasi dan pengisian
minyak, pembangkit tenaga listrik, operasi perbaikan, dan jasa-jasa
transportasi angkutan darat dan laut).
7. SBU Public Affairs (bertanggung jawab atas penggandaan barang-
barangumum, pembelian berkala tahunan, pengamanan, jasa perjalanan udara
dan kesehatan)
57
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
5.7.1 Eksplorasi
Masa eksplorasi merupakan suatu masa pencarian minyak mentah
berdasarkan data yang sudah ada. Tahap eksplorasi dibagi atas dua metode, yaitu
metode geologi (geological method) dan metode geofisika (geophysical method,
yang mana,
1. Metode geologi, terdiri atas :
a. Areal Mapping .
b. Field Geological Method.
c. Surface Geological Method
d. Palaentological Method
58
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
59
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
5.7.2 Eksploitasi
Eksploitasi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan sumur –
sumur hasil kegiatan eksplorasi. Minyak yang dapat diproduksi adalah minyak
yang memiliki driving force atau driving mechanism sehingga minyak dapat
mengalir dari reservoar ke dalam well bore. Driving mechanism ini terdiri atas
dissolved gas drive, gas cap drive dan water drive. Masa produksi dapat dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Primary recovery
Pada awal produksi suatu reservoir, produksi minyak dan gas bumi terjadi
dengan bantuan energi alamiah (natural flow) yaitu produksi yang terjadi karena
daya dorong tenaga alam dan atau dapat pula karena pengangkatan buatan
(artificial lift) atau dengan bantuan pompa.
a. Flowing production (Produksi normal)
b. Artificial lift production
60
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
5.7.3 Produksi
Kegiatan produksi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan
sumur-sumur hasilkegiatan eksplorasi dengan menyalurkan melalui pipa-pipa.
Hingga tahun 1990, produksi akumulatif PT. CPI telah melebihi tujuh milyar
barrel yang berasal dari 3.237 sumur dan tersebar di 96 lapangan. Lapangan
Minas memberikan sumbangan terbesar. Lapangan minyak Minas menghasilkan
Minas Crude yang sangat digemari oleh negara-negara industri karena
mengandung kadar belerang yang rendah, sedangkan lapangan Duri menghasilkan
minyak yang dikenal dengan nama Sumatera Light Crude. Sampai tahun 1990,
PT. CPI menggunakan mercu bor untuk pengeboran eksplorasi dan
pengembangan.
Untuk meningkatkan dan mempertahankan laju produksi maka pada tahun
1970 dan 1974 dilakukan program penyuntikan air (water flooding) masing-
masing dilapangan Minas dan lapangan Kotabatak yang dilakukan secara
peripheral. Sementara itu dikembangkan pula metoda-metoda lain yang dikenal
dengan nama Enchanced Oil Recovery (EOR) pada tahun 1981, dengan
dimulainya menerapkan penyuntikan uap panas (steamflood) di seluruh lapangan
Duri atau Duri Steam Flood (DSF) yang telah dilakukan secara terpola. Proyek ini
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 3 Maret 1990 yang merupakan
proyek sejenis terbesar di dunia dengan menggunakan teknologi maju dan
pertama di Indonesia.
61
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Tabel 5.1 Sejarah Proyek Injeksi Steam Mulai Dari First Production Tahun 1958 Hingga
Tahun 1999
KEGIATAN TAHUN
Discovery 1941
First production 1958
Water injection pilot 1960
First cyclic steaming 1967
Steam injection pilot and caustic study 1975
Simulation reservoir study 1981
Steam injection area 01 1985
Steam injection area 02 1986
Steam injection area 03 1988
Steam injection area 04 1990
62
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
KEGIATAN TAHUN
Steam injection area 05 1992
Steam injection area 06 1994
Steam injection area 07 1996
Steam injection area 08 1997
Steam injection area 09 1999
Penggenangan air panas (hot water flood) di Kedua diakhiri tahun 1990
denganreaksi atau respon yang jelek .Diakhir tahun 1990 minyak Duri Steam
Flood melebihi produksi minyak dari California Steam Flood field, Kern River
dan Belridge yang membuat proyek Duri menjadi ladang dari Steam Flood dunia.
Proyek Duri Steam Flood memiliki tujuan untuk memaksimalkan produksi
minyak mentah di ladang Duri untuk kemudian dijual ke pasaran melalui
pelabuhan yang ada di Dumai. area kota Pekanbaru, ibukota Propinsi Riau.
Ladang Duri ini ditemukan Menurut penelitian, ladang Duri memiliki 6,5 milyar
barrel minyak. Jika di ladang minyak Duri dilakukan dengan metode normal dapat
diangkat 5-20% dari total persediaan minyak mentah di Duri, sedangkan metode
injeksi uap (Steam Flood) dapat menghasilkan 50-70% minyak mentah.
63
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
64
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
65
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
66
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
untuk mengingatkan pekerja akan bahaya yang mungkin timbul, dan untuk
memastikan bahwa pekerjaan tersebut selamat untuk dilakukan. Dalam General
Work Permit ada bagian-bagian penanggung jawab yang khusus untuk mengawasi
pekerja mengenai izin bekerjanya, antara lain:
a) Penanggung jawab fasilitas (Facility Owner/FO)
b) Petugas fasilitas yang ditunjuk (Facility Owner Designated/FOD)
c) Penanggung jawab pelaksana (Person In Charge)
d) Penanggung jawab Kerja Lapangan (Work Responsible Person/WRP)
67
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
b. Label (tag)
Label harus dibuat berwarna standar untuk menunjukkan siapa yang
memasang. Pemasang harus menandatangani label tersebut. Setiap warna
memiliki bidang ahli masinng-masing seperti biru untuk mekanik, merah
68
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
muda untuk instrumen dan electrician, kuning untuk operator, dan putih
untuk pekerjaan confined space.
7. House keeping
Proses house keeping ditujukan untuk memastikan fasilitas operasi berada
dalam keadaan bersih, rapi, dan teratur. Keadaan tersebut akan memberikan
manfaat, seperti menghilangkan kemungkinan cedera dan kebakaran, mencegah
pemborosan energi, membantu pengendalian limbah dan kerusakan, dan
mencerminkan tempat kerja yang dikelola dengan baik.
69
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
70
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
10. Involve the right people in decisions that affect procedures and equipments
Melibatkan orang yang tepat dalam membuatkeputusan yang berhubungan
dengan prosedur dan peralatan.
71
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
BAB VI
TUGAS KHUSUS
ANALISA CHEMICAL TREATMENT DAN PROSES PADA MECHANICAL
FLOATATION UNIT (MFU) SERTA EFISIENSI HEAT EXCHANGER
CENTRAL GATHERING STATION (CGS) 10
72
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Setiap CGS memiliki batasan jumlah fluida yang dapat diolah. CGS 10
didesign untuk mengolah 440.000 BFPD (Barell Fluid Per Day) dengan minyak
yang dapat dihasilkan sebanyak 50.000 BOPD (Barell Oil Per Day) dan air untuk
bahan baku steam sebanyak 240.000 BWPD (Barell Water Per Day). Proses
pengolahan minyak di CGS 10 sangat dipengaruhi oleh panas, chemical yang
dipergunakan, dan waktu settling fluida ketika diproses.
Penggunakaan chemical bertujuan untuk memecah emulsi pada fluida
sehingga diperoleh minyak dan air yang murni. Chemical yang dipergunakan di
CGS 10 adalah demulsifier, reverse demulsifier dan flokulant. Kinerja chemical
yang dipergunakan sangat dipengaruhi oleh panas fluida. Fluida harus dipanaskan
hingga mencapai suhu lebih dari 140oF dengan menggunakan heat exchanger
supaya chemical yang dipergunakan dapat bekerja. Peran heat exchanger yang
sangat penting akan mempengaruhi proses selanjutnya sehingga efisiensi heat
exchanger yang dipergunakan harus diperhatikan.
Selain menghasilkan minyak yang murni, CGS 10 juga harus menyediakan
air sebagai bahan baku pembuatan steam dengan karakteristik yang telah
ditetapkan yaitu kadar hardness < 1 ppm dan oil content < 1 ppm. Salah satu unit
yang sangat berperan penting adalah Mechanical Floating Unit (MFU). MFU
merupakan unit mekanis yang dipergunakan untuk memisahkan minyak yang
masih terdapat didalam air sehingga akan diperoleh air dengan oil content < 1
ppm. Hasil dari proses MFU akan mempengaruhi proses selanjutnya sehingga
proses yang berlangsung di MFU pun harus diperhatikan untuk dapat
menghasilkan produk yang sesuai dengan harapan.
73
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
74
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
75
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
b. Oil in water (O/W) emulsion atau reverse emulsion merupakan jenis emulsi
dimana butiran-butiran halus minyak tersebar di dalam air (Kokal, 2007).
Gambar 6.2 menunjukkan persebaran butiran-butiran minyak didalam air.
76
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
77
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
menjadi lebih ringan. Kondisi ini memberikan perbedaan bera jenis yang
besar antara air dan minyak sehingga waktu settle akan lebih cepat dan
sempurna.
menurukan viskositas minyak
Viskositas minyak akan menjadi lebih encer sehingga minyak akan lebih
mudah untuk bergera keatas air sehingga akan lebih mudah untuk dipisahkan.
(O&TC, PT. Chevron Pacific Indonesia)
78
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
dipergunakan menjadi hal yang sangat utama. Proses penentuan jenis demulsifier
yang cocok dilakukan di laborarotium dengan menggunakan botte test.
Reverse demulsifier digunakan untuk memecahkan emulsi oil in water
(O/W). Reverse demulsifier memiliki sifat water soluble dimana reverse
demulsifier akan larut dalam air dan bekerja dipermukaan butiran-butiran minyak.
Reverse demulsifier akan memecah emulsifying agent yang mengelilingi butiran
minyak dan mengakibatkan butiran minyak akan melekat satu sama lain
(coagulate). Gabungan butiran minyak akan membentuk gelembung minyak yang
lebih besar dan kemudian akan bergerak ke permukaan air. Penggunaan reverse
demulsifier bertujuan untuk mengurangi oil content pada air sehingga tidak
menyulitkan proses pengolahan air selanjutnya di Water Treating Plant (WTP).
Proses pemberian chemical berupa demulsifier dan reverse demulsifier
disebut sebagai demulsification. Demulsification merupakan pemecahan emulsi
crude oil menjadi minyak dan air dimana lapisan interfacial antar butiran harus
dihancurkan sehingga butiran-butiran emulsi dapat bergabung. Faktor-faktor yang
dapat mempercepat atau meningkatkan pemecahan emulsi antara lain (Kokal,
2007):
a. Temperatur
Temperatur merupakan salah satu factor yang sangat berpengaruh.
Kenaikan temperatur dapat memberikan perubahan yang dapat membantu
proses demulsification seperti, penurunan viskositas minyak, peningkatan
mobilitas dan laju pengendapan dari butiran air, peningkatan
penggabungan butiran – butiran emulsi, melemahkan lapisan dari butiran
air, serta meningkatkan perbedaan densitas fluida.
b. Agitasi
Secara umum mengurangi agitasi dapat mengurangi stabilitas emulsi.
Agitasi yang tinggi dapat menghasilkan pencampuran yang cepat minyak
dengan air dan dapat menyebabkan ukuran butiran yang lebih kecil,
sehingga emulsi menjadi lebih stabil dan sulit dipisahkan. Oleh karena itu
agitasi yang dilakukan pada saat demulsifikasi cukup dilakukan untuk
79
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
80
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
6.4.1.2 Flokulan
Pemberian flokulan merupakan proses yang penting di water treating
CGS 10 untuk bisa mendapatkan air dengan komponen oil content < 1ppm.
Flokulan merupakan polimer yang bisa terlarut dalam air dengan berat molekul
relatif (Mr) antara 1.000 – 5.000.000 gr/mol dengan ukuran partikel beberapa
ratus nanometer (Yuliastri, 2010).
Proses pemberian flokulan dikenal dengan istilah flokulasi. Flokulasi
merupakan cara yang dilakukan untuk menggumpalkan partikel-partikel kecil
yang masih terdapat pada air sehingga mudah untuk dipisahkan. Mekanisme
flokulasi dikelompokkan menjadi tiga mekanisme utama (Yuliastri, 2010), yaitu:
a. Flokulasi perikinetik
Flokulasi perikinetik merupakan penggumpalan yang disebabkan adanya
gerak acak brown dari molekul didalam larutan. Gerak Brown akan
menyebabkan partikel dalam air akan saling bertabrakan satu sama lain dan
pada saat itulah akan terbentuk partikel yang lebih besar dan selanjutnya
menumpuk.
b. Flokulasi ortokinetik
Flokulasi ortokinetik merupakan penggumpalan yang diakibatkan oleh
gradient kecepatan dalam cairan. Proses ini membutuhkan pergerakan yang
lambat. Partikel akan saling bertabrakan jika jaraknya berada dalam daerah
yang masih mempunyai pengaruh terhadap partikel lain. Proses ini
membutuhkan pergerakan air atau gradient kecepatan untuk meningkatkan
tumbukan antar partikel.
c. Pengendapan differensial
Flokulasi jenis ini merupakan flokulasi yang disebabkan adanya kecepatan
pengendapan yang berbeda akibat adanya perbedaan ukuran partikel. Partikel
besar akan lebih cepat mengendap dibandingkan partikel kecil.
81
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
82
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
83
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Jenis heat exchanger yang paling umum dipergunakan dan diketahui adalah
shell and tube dan double pipe. Gambar 6.6 merupakan heat exchanger dengan
tipe shell and tube dan Gambar 6.7 merupakan tipe double pipe.
Arah aliran fluida didalam heat exchanger terbagi menjadi dua arah aliran
yaitu aliran searah (parallel flow/ co-current) dan aliran berlawanan (counter
current flow) (Fahrudin, 2010). Aliran searah (parallel flow) merupakan aliran
dimana fluida mengalir dalam arah yang sama, baik dari arah input maupun arah
output seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.8. Heat exchanger dengan jenis
aliran parallel membutuhkan fluida pemanas atau pendingin yang lebih banyak
karena temperatur fluida yang keluar tidak dapat melebihi temperatur fluida panas
yang keluar (Fahrudin, 2010).
Fluida A (input)
Fluida B (input)
Fluida B (output)
Fluida A (output)
84
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Selain parallel flow, arah aliran fluida yang terjadi pada heat exchanger
adalah aliran berlawanan (counter current flow). Karakteristik dari counter
current flow adalah fluida mengalir pada arah yang tidak sama dimana kedua sisi
input dan output berada pada posisi berlawanan (Fahrudin, 2010). Gambar 6.9
menunjukkan aliran berlawanan (counter current flow) pada heat exchanger.
Fluida A (input)
Fluida A (output)
85
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Gambar 6.5 Desain Heat Exchanger di CGS 10- Duri, PT.CPI (Chevron, 2012)
86
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
……………………….. (1)
Jika overall heat transfer coefficient dinyatakan dalam bentuk ho, yang mana
maka laju perpindahan pada heat exchanger dapat dinyatakan secara lebih
sederhana dengan persamaan berikut:
……………………….. (2)
(Spakovszky, 2002)
87
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Effisiensi dari sebuah heat exchanger merupakan salah satu faktor penting yang
dapat dipergunakan untuk menentukan apakah masih proses yang berlangsung di
heat exchanger tersebut masih layak dilakukan atau tidak. Effisiensi heat
exchanger dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut jika
aliran fluida sebagai berikut:
……………….. (3)
atau
…….. (4)
(Spakovszky, 2002)
88
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
89
90
Teknik Kimia - Universitas Riau
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Gambar 7 Desain Mechanical Floating Unit (MFU) di CGS 10- Duri, PT.CPI (Chevron, 2012)
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
MFU di CGS 10 terpasang secara seri dan dibedakan menjadi primary dan
secondary process. Proses yang berlangsung di MFU adalah sebagai berikut:
bahan baku untuk unit MFU adalah air proses yang berasal dari Intermediet
Skimming Tank (IST) yang dialirkan secara gravitasi ke MFU karena adanya
perbedaan elevansi yang cukup antara unit Oil Treating Plant (OTP) dan Water
Treating Plant (WTP). Flokulan yang dipergunakan sebagai chemical
diinjeksikan kedalam MFU melalui standpipe.
Air akan bergerak dari satu cell menuju cell yang lain melalui lubang
dibawah buffle. Setiap cell dilengkapi dengan agitator yang digerakkan dengan
menggunakan motor listrik. Agitator berfungsi untuk menghomogenkan input
yang masuk yaitu air, natural gas, dan flokulan. Penggunaan natural gas
bertujuan untuk mencegah masukknya oksigen kedalam air karena dapat
menyebabkan scale dan juga berfungsi untuk mempermudah partikel minyak
mengapung.
Setelah pengadukan selesai dan fluida telah mengalir sampai ke cell
terakhir, fluida yang akan dialirkan keluar terlebih dahulu melewati skimmer.
Skimmer berfungsi untuk memisahkan minyak dan pengotor lainnya yang telah
berbentuk busa dan terapung setelah proses flokulasi sehingga diperoleh air
dengan kadar pengotor yang telah berkurang. Busa yang ter-skimming kemudian
dialirkan ke weir box yang berada di sebelah kanan dan kiri floatcell dan dialirkan
ke skimming concentrator untuk diambil kembali minyak yang tersisa.
Output dari MFU akan mengalir secara gravitasi (gravity discharge) menuju
surge tank mealuli pipa yang telah dilengkapi dengan level control valve sehingga
level air di MFU tetap akan terjaga. Output yang keluar diuji kadar oil content dan
turbidity-nya setiap 4 jam sekali. Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui
apakah output yang diperoleh layak untuk diproses ke softtener tank dan
menentukan apakah jumlah chemical yang dipergunakan telah sesuai atau tidak.
Jika output MFU tidak mencapai syarat yang diinginkan maka flokulan akan
ditambahkan dan air dikembalikan untuk diproses lagi di MFU.
91
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Adapun parameter yang menjadi syarat kelayakan output dari MFU di CGS
10 adalah sebagai berikut:
Tabel 6.1 Parameter Operasi Mechanical Floating Unit (MFU) di CGS 10
Tabel 6.2 Data dan Hasil Perhitungan Dosis Bahan Kimia yang Dipergunakan
Dosis
Water Oil Dosis Dosis
Reverse
Tanggal Produced Produced Flokukan Demulsifier
Demulsifier
(BWPD) (BOPD) (ppm) (ppm)
(ppm)
03/08/2015 202373 35159 1.99 161.06 13.22
03/09/2015 201954 34809 1.87 162.68 11.69
03/10/2015 207769 35176 1.52 124.28 12.37
03/11/2015 221692 35412 1.53 108.74 10.88
03/12/2015 203973 35208 2.24 129.32 10.93
13/03/2015 206991 35014 2.43 124.86 12.04
14/03/2015 225234 34816 2.24 125.57 11.06
15/03/2015 210328 34907 1.87 126.54 11.85
16/03/2015 221633 35206 1.56 125.46 11.24
17/03/2015 215135 35219 2.12 122.20 11.58
18/03/2015 204891 34801 2.31 123.02 12.03
19/03/2015 221148 35000 1.97 113.90 10.91
20/03/2015 215444 35201 1.83 112.61 10.96
21/03/2015 221828 34501 1.31 118.18 10.52
22/03/2015 217306 34500 1.74 118.18 10.74
23/03/2015 218176 34504 1.89 111.60 10.70
24/03/2015 219576 31610 1.94 120.39 11.47
25/03/2015 224036 33817 1.97 110.52 11.12
26/03/2015 203748 34556 1.62 110.12 12.23
27/03/2015 222655 34659 1.34 110.45 11.19
92
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
93
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Fluid Output
Temperature
Temperature
Temperature
Steam Input
Fluid Input
Steam Output Temperature (F) Efisiensi HE (%)
Date
0 0 0
F 1 2 4 6 7 F F 1 2 4 6 7
8-Mar-15 509 175 225 235 230 215 151 184 93.30 79.33 76.54 77.93 82.12
9-Mar-15 510 178 178 178 178 178 142 184 90.22 90.22 90.22 90.22 90.22
10-Mar-15 511 172 210 197 172 210 153 180 94.69 84.08 87.71 94.69 84.08
11-Mar-15 510 177 237 203 227 215 151 180 92.76 76.04 85.52 78.83 82.17
12-Mar-15 506 175 235 218 205 208 146 177 91.94 75.28 80.00 83.61 82.78
13-Mar-15 506 170 237 207 165 208 150 181 94.38 75.56 83.99 95.79 83.71
14-Mar-15 505 180 232 228 193 215 152 184 92.07 77.34 78.47 88.39 82.15
15-Mar-15 506 188 188 188 188 188 154 182 90.34 90.34 90.34 90.34 90.34
16-Mar-15 506 183 183 183 183 183 156 182 92.29 92.29 92.29 92.29 92.29
17-Mar-15 505 184 184 184 184 184 154 182 91.45 91.45 91.45 91.45 91.45
18-Mar-15 504 178 243 223 170 208 163 182 95.60 76.54 82.40 97.95 86.80
19-Mar-15 506 180 237 218 172 213 156 179 93.14 76.86 82.29 95.43 83.71
20-Mar-15 504 188 216 203 187 199 153 184 90.03 82.05 85.75 90.31 86.89
21-Mar-15 505 172 212 222 185 210 147 183 93.02 81.84 79.05 89.39 82.40
22-Mar-15 505 180 242 222 225 213 156 186 93.12 75.36 81.09 80.23 83.67
23-Mar-15 504 185 245 220 250 210 159 186 92.46 75.07 82.32 73.62 85.22
24-Mar-15 509 184 184 184 188 188 139 177 87.84 87.84 87.84 86.76 86.76
25-Mar-15 509 186 186 186 189 189 159 178 92.29 92.29 92.29 91.43 91.43
26-Mar-15 498 177 225 213 178 213 160 181 94.97 80.77 84.32 94.67 84.32
27-Mar-15 505 177 215 208 195 205 157 184 94.25 83.33 85.34 89.08 86.21
28-Mar-15 505 183 233 217 195 210 156 186 92.26 77.94 82.52 88.83 84.53
29-Mar-15 505 180 242 213 215 207 152 187 92.07 74.50 82.72 82.15 84.42
30-Mar-15 505 200 200 200 200 210 153 183 86.65 86.65 86.65 86.65 83.81
94
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
Fluid Output
Temperature
Temperature
Temperature
Steam Input
Fluid Input
Steam Output Temperature (F) Efisiensi HE (%)
Date
0 0 0
F 1 2 4 6 7 F F 1 2 4 6 7
31-Mar-15 504 210 210 210 200 210 152 182 83.52 83.52 83.52 86.36 83.52
1-Apr-15 505 178 190 215 190 203 154 180 93.16 89.74 82.62 89.74 86.04
2-Apr-15 504 180 235 228 212 210 148 179 91.01 75.56 77.53 82.02 82.58
3-Apr-15 504 183 214 206 202 205 157 179 92.51 83.57 85.88 87.03 86.17
4-Apr-15 493 179 218 213 206 209 157 181 93.45 81.85 83.33 85.42 84.52
5-Apr-15 492 179 222 218 204 202 155 184 92.88 80.12 81.31 85.46 86.05
6-Apr-15 505 181 231 228 204 190 156 177 92.84 78.51 79.37 86.25 90.26
7-Apr-15 503 230 230 230 240 220 162 179 80.06 80.06 80.06 77.13 82.99
8-Apr-15 507 210 203 200 197 193 162 186 86.09 88.12 88.99 89.86 91.01
95
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
%
MFU OIL MFU OIL CONTENT
Date Pengurangan
CONTENT INLET OUTLET
Oil Content
96
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
%
MFU OIL MFU OIL CONTENT
Date Pengurangan
CONTENT INLET OUTLET
Oil Content
97
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
6.6 Pembahasan
6.6.1 Pemakaian Chemical
Penggunaan bahan kimia di CGS 10 merupakan tahap yang penting untuk
menghasilkan minyak dan air yang sesuai dengan permintaan konsumen.
Chemical yang dipergunakan adalah demulsifier, reverse demulsifier dan
flokulan. Dosis pengunaan chemical disesuaikan dengan kondisi input yang akan
masuk ke unit pengolahan. Dosis penggunaan chemical dari tanggal 8 Maret 2015
sampai dengan 8 April 2015 oleh CGS 10 ditunjukkan pada Gambar 6.13.
98
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
A. Demulsifier
Gambar 6.14 menunjukkan hubungan antara produced oil dan dosis
demulsifier yang digunakan untuk memisahkan memecahkan emulsi water in oil.
Selain dosis demulsifier yang digunakan temperatur juga merupakan salah satu
parameter yang memepengaruhi kerja demulsifier. Demulsifier dapat bekerja pada
temperatur tidak boleh kurang dari 140oF, apabila temperatur tersebut tidak
tercapai maka demulsifier tidak dapat bekerja dengan baik, semakin tinggi
temperatur maka semakin baik pula kerja dari demulsifier. Pada grafik diatas
dapat dilihat bahwa terdapat beberapa titik dimana produced oil yang dihasilkan
rendah, sedangkan dosis demulsifier yang digunakan relatif normal. Hal ini bisa
disebabkan karena temperatur yang terlalu tinggi yang dapat dipengaruhi oleh
temperatur lingkungan. Temperatur yang tinggi menyebabkan demulsifier bekerja
sangat baik, akan tetapi hal tersebut dapat menyebabkan terbawanya minyak
bersama air yang dipisahkan. Sehingga minyak yang dihasilkan akan semakin
berkurang dengan semakin banyaknya minyak yang terbawa bersama air.
35000 160.00
140.00
34000
120.00
33000 100.00
32000 80.00
60.00
31000
40.00
30000 20.00
29000 0.00
Gambar 6.14 Grafik Hubungan Antar Produced Oil Dan Dosis Demulsifier
99
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
B. Reverse Demulsifier
Gambar 6.15 menunjukkan grafik hubungan antara produced water, dosis
flokulan, dan dosis reverse demulsifier. Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat
bahwa jumlah produced water berbanding terbalik dengan dosis reverse
demulsifier yang digunakan. Semakin banyak reverse demulsifier yang digunakan
maka proses pemisahan oil in water emulsion akan semakin optimal. Namun,
penggunaan reverse demulsifier yang berlebih dari dosis yang dibutuhkan dapat
menyebabkan terbawanya air bersama minyak yang dipisahkan, sehingga volume
produced water yang dihasilkan semakin berkurang. Begitu pula sebaliknya,
penggunaan reverse demulsifier yang sedikit dapat menyebabkan masih adanya
emulsi yang terbawa dalam air sehingga dapat menambah volume air yang
dihasilkan.
100
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
C. Flokulan
Gambar 6.16 menunjukkan grafik dosis penggunaan flokulan di MFU.
Grafik tersebut menunjukkan fluktuasi yang besar pada penggunaan flokulan.
Fluktuasi yang cukup besar tersebut disebabkan oleh dosis penggunaan flokulan
yang terus berubah setiap harinya sesuai dengan keadaan air yang diinput ke
MFU. Semakin banyak kadar oil content yang masuk semakin banyak pula
koagulan yang diberikan, sehingga diharapkan sebagian besar oil content dapat
dihilangkan. Akan tetapi penggunaan flokulan yang berlebihan dapat
mempengaruhi volume air yang dihasilkan. Apabila flokulan yang diberikan
melebihi dosis yang diperlukan maka sebagian air akan terbawa bersama dengan
minyak yang dipisahkan.
Penentuan dosis flokulan yang harus diumpankan ke dalam MFU di CGS 10
dilakukan hanya berdasarkan pengamatan visual terhadap air umpan dan data
yang diperoleh dari hasil pengujian oil content sebelum diumpankan ke MFU.
Sehingga dosis flokulan yang digunakan tidak tetap dan tidak ada perbandingan
tertentu. Dari Gambar 6.16 dapat dilihat terjadinya penurunan produced water
saat dosis flokulan tinggi, dan terjadi peningkatan produced water saat dosis
flokulan rendah. Hal ini dapat disebabkan karena dosis flokulan yang diumpankan
lebih tinggi dari dosis yang diperlukan, sehingga sebagian kecil air terbuang
bersama minyak dan menyebabkan berkurangnya produced water.
200000 2.50
2.00
150000
1.50
100000
1.00
50000 0.50
0 0.00
101
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
100.00
95.00
Efisiensi (%)
90.00
85.00
80.00
75.00
70.00
Wednesday, March…
Wednesday, March…
Wednesday, March…
Wednesday, April…
Wednesday, April…
Tuesday, March 10,…
Thursday, March…
Friday, March 20,…
Thursday, March…
Saturday, March…
Thursday, March…
Saturday, March…
Gambar 6.17 Grafik hasil perhitungan persentase efisiensi heat exchanger di CGS-10
102
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
2.5 60
50
2
40
1.5
30
1
20
0.5 10
0 0
3/8/2015
3/18/2015
4/1/2015
4/3/2015
4/5/2015
4/7/2015
3/10/2015
3/12/2015
3/14/2015
3/16/2015
3/20/2015
3/22/2015
3/24/2015
3/26/2015
3/28/2015
3/30/2015
Gambar 6.18 Grafik persentase pengurangan kadar oil content pada unit
MFU
103
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
BAB V
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Setelah melakukan tinjauan lapangan selama sebulan di Heavy Oil
Operation Duri Field PT. Chevron Pacific Indonesia, maka diperoleh beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Proses produksi heavy oil di duri field dilakukan dengan menggunakan metode
steamflood untuk meningkatkan hasil produksi.
2. Proses pengoalahan fluida yang dihasilkan dari well dilakukan di Central
Gathering Station (CGS) dimana proses pengolahan terbagi menjadi dua yaitu
Oil Treating Plant (OTP) dan Water Treating Plant (WTP). Minyak yang
dihasilkan didistribusikan ke Dumai, sedangkan air yang telah memenuhi
syarat didistribusikan ke Cogen dan Central Steal Station (CSS).
3. Chemical yang digunakan dalam proses pengolahan di CGS 10 adalah
demulsifier, reverse demulsifier, dan flokulan.
4. Penggunaan chemical disesuaikan dengan kebutuhan umpan. Penggunaan dosis
chemical yang berlebih dapat menyebabkan berkurangnya produced oil untuk
demulsifier, dan produced water untuk reverse demulsifier dan flokulan.
5. Efisiensi heat exchanger yang digunakan di CGS 10 relatif tinggi yaitu 70-
95%.
6. Persentase pengurangan oil content di MFU berkisar antara 30-65% tergantung
kadar oil content yang harus dikurangi. Unit MFU tidak menghilangkan oil
content akan tetapi hanya mengurangi hingga mencapai kadar yang
diperbolehkan
104
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
7.2 Saran
Berdasarkan tinjauan lapangan yang telah dilakukan khususnya di CGS 10,
maka disarankan untuk:
1. dosis penggunaan flokulan sebaiknya diberikan sesuai dengan perbandingan
yang pasti, tidak hanya berdasarkan data visual. Hal ini bertujuan agar
penggunaan flokulan lebih efisien dan memberikan hasil yang optimal.
2. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi heat exchanger 02 yang cenderung
lebih rendah dari heat exchanger lainnya, sebaiknya dilakukan peninjauan
terhadap permasalahan yang mungkin terjadi.
105
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
DAFTAR PUSTAKA
106
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
LAMPIRAN
in
Tsteam Tsteam
out
Efisiensi 100%
in
Tsteam T fluida
in
509 o F 175o F
100%
509 o F 151o F
93,3%
a. Demulsifier
Digunakan data pada tanggal 8 Maret 2015, dimana:
= 161,06 ppm
107
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
b. Reverse Demulsifier
Digunakan data pada tanggal 8 Maret 2015, dimana:
= 13,22 ppm
c. Flokulan
Digunakan data pada tanggal 8 Maret 2015, dimana:
= 1,99 ppm
108
Laporan Kerja Praktek PT. Chevron Pacific Indonesia
Teknik Kimia - Universitas Riau
2,53−0,95
= × 100%
2,53
= 62,45%
30−2
= × 100%
30
= 93,33%
109