Studi Eksperimental Kuat Tekan Beton Terhadap Variasi Penambahan Natrium Klorida (Nacl)
Studi Eksperimental Kuat Tekan Beton Terhadap Variasi Penambahan Natrium Klorida (Nacl)
DISUSUN OLEH :
JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON TERHADAP
VARIASI PENAMBAHAN NATRIUM CHLORIDA(NaCL)
ABSTRAK : salah satu bahan penyusun beton adalah air. Dalam fenomena sekarang
ini kebutuhan air yang memenuhi syarat dalam penggunaannya sudah mulai berkurang
terutama pada kota-kota besar atau pada Negara-negara maju yang mana air bersih
hanya diprioritaskan pada kebutuhan primer saja. Data dari PBB dan Organisasi
meteorologi dunia memprediksi sekitar 5 milyar orang akan kekurangan air bersih
bahkan air minum (sumber: conference on Our World in Concrete and Structure di
Singapura) . dalam statement ini menggugah hati para ilmuwan teknik sipil dalam hal
menangani kemungkinan hal tersebut. Ada kemungkinan bahwa pada saat air tawar
berkurang, akan timbul kebijakan atau aturan yang mengharuskan penggunaan air
bersih (air tawar) hanya diperuntukkan pada kebutuhan primer saja. Pencampuran
beton dengan menggunakan larutan NaCl mewakili air laut sebenarnya dapat
meningkatkan kuat tekan apabila dengan menggunakan air tawar. Hal ini disebabkan
oleh Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) dalam beton berkurang seiring dengan proses
reaksi dengan NaCl yang terkandung dalam beton secara terus menerus, Metode
rancangan campuran (mix design) menggunakan metode standar mix untuk mortar
(JSCE : Japan Society of Civil ngineers) Guidelines No. 6 Standard Specifications for
Concrete Structures-2002) “Meterials and Construction”. Benda uji dicampur dengan
menggunakan natrium klorida (NaCl) konsentrasi 0%, 2% dan 5% terhadap berat
semen, lama perendaman 3,7, 28 dan 91 hari. Pengujian kuat tekan beton dilakukan
pada umur 3,7, 28 dan 91 hari. Dari hasil pengujian kuat tekan beton, modulus
elastisitas dapat dilihat bahwa semakin bertambahnya umur maka semakin besar kuat
tekannya. Beton dengan penambahan natrium klorida (NaCl) 2% dan 5% lebih besar
kuat tekannya dibandingkan tanpa penambahan natrium klorida (NaCl) dan semakin
besar kuat tekannya maka semakin besar pula modulus elastisitasnya.
1
Professor, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar90245, INDONESIA
2
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar90245, INDONESIA
EXPERIMENTAL STUDY ON THE STRENGTH OF CONCRETE PRESS
VARIATION OF ADDITIONAL SODIUM CHLORIDE (NaCl)
iv
Serta penghargaan yang setinggi-tingginya khususnya kepada kedua orang
tua dan keluarga tercinta yang selalu mendoakan, memberikan dorongan moral
dan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan dan penyusunan
laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritikan
dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tulisan dalam laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, Amin.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb.
PENULIS
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................ I-1
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ....................................... I-2
1.3 Batasan Masalah ............................................................. I-3
1.3 Sistematika Penulisan ..................................................... I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian beton ............................................................. II-1
2.2. Bahan-bahan penyusun beton………………….. ........... II-4
2.2.1. Semen………………………………………….. . II-4
2.2.2. Agregat halus…………………………………… II-5
2.2.3. Agregat kasar ………………………………….. . II-5
2.2.4. Air……………………………………………… . II-6
2.3 Bahan tambah berbasis garam (Larutan NaCl) ............... II-7
2.4. Pengaruh NaCl pada hidrasi semen........................... ..... II-9
2.5. Kuat tekan beton .............................................. .............. II-10
2.6. Tegangan dan regangan beton................................... ..... II-12
2.7. Modulus elastisitas beton......................................... ....... II-14
2.8. Porositas..................................... ..................................... II-16
2.9. Hubungan antara porositas terhadap kuat tekan beton ... II-18
2.10. Pengaruh Superplaticizers terhadap beton air laut .......... II-19
2.11. Pentingnya Durabilitas Beton................................... ...... II-20
2.12. Penelitian terdahulu................................................. ....... II-21
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bagan alir penelitian ....................................................... III-1
3.2 Lokasi penelitian ............................................................. III-3
3.3 Waktu penelitian ............................................................. III-3
3.4 Alat dan bahan penelitian ............................................... III-3
3.4.1 Alat penelitian ..................................................... III-3
3.4.2 Bahan penelitian………………………….......... III-3
3.5 Sampel penelitian…………………………………........ III-3
3.6. Prosedur penelitian…………………………………… . III-4
3.6.1. Pengujian karakteristik agregat…………………. III-4
3.6.2. Rancangan campuran beton……………………. . III-5
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................... V-1
5.2 Saran ............................................................................... V-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
I-2
1.3. Batasan Masalah
Untuk mencapai tujuan diatas, maka penelitian yang akan
dilakukan ialah uji laboratorium untuk mengetahui pengaruh larutan NaCl
terhadap kinerja beton.
Penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Mutu beton yang digunakan ialah mutu dengan kuat tekan target 30
MPa.
2. Adukan beton dengan penambahan larutan NaCl yang bervariasi 0%, 2
%, dan 5%.
3. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 3, 7, 28 dan 91 hari.
4. Curing air tawar pada temperatur ruang (20 ± 2)ºC
Secara umum tulisan ini terbagi dalam lima bab yaitu: Pendahuluan,
Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Hasil Pengujian dan
Pembahasan dan diakhiri oleh Kesimpulan dan Saran.
Berikut ini merupakan rincian secara umum mengenai kandungan
dari kelima bab tersebut di atas:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menyajikan hal-hal mengenai latar belakang masalah, manfaat
penelitian, maksud dan tujuan penulisan, batasan masalah serta sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang tinjauan secara umum mengenai karakteristik
beton dengan variasi penambahan NaCl.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat bagan alir penelitian, tahap-tahap yang dilakukan selama
penelitian meliputi alat dan bagan yang digunakan, lokasi penelitian, mix
design, pembuatan benda uji, perawatan benda uji dan pengujian kuat
tekan beton.
I-3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini merupakan penjabaran dari hasil-hasil pengujian kuat tekan dan
modulus elastisitas pada beton dengan penambahan NaCl.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan singkat mengenai analisa hasil yang diperoleh
saat penelitian dan disertai dengan saran-saran yang diusulkan.
I-4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pengerjaan beton segar, tiga sifat penting yang harus selalu
diperhatikan adalah Workability (kemudahan pengerjaan),
segregasi(pemisahan kerikil) dan bleeding (naiknya air ke permukaan).
1. Workability (Kemudahan Pengerjaan)
Workability adalah sifat atau perihal mudah/tidaknya beton segar
dikerjakan, diangkut, homogenitas, stabil, sifat pemadatan serta
memperkecil pori udara beton. Newman (1965) mengusulkan agar
pengertian workability didefinisikan sekurang-kurangnya pada tiga sifat
yang berbeda, yaitu:
Kompabilitas atau kemudahan dimana beton dapat dipadatkan dan rongga-
rongga udara diambil
Mobilitas atau kemudahan dimana beton dapat mengalir ke dalam
cetakan.
II-1
Stabilitas atau kemampuan beton untuk tetap sebagai massa yang
homogen, koheren dan stabil selama dikerjakan dan digetarkan
tanpa terjadi segregasi terhadap bahan-bahan utamanya.
Untuk mengukur workability maka digunakan istilah slump sebagai
tolak ukur, dengan alat untuk mengukur slump disebut Slump Test.
Unsur-unsur yang memengaruhi workability antara lain:
Jumlah air pencampur. Semakin banyak air pencampur semakin
mudah pengerjaan beton
Kandungan semen. Jika faktor air semen (FAS) tetap, semakin
banyak semen berarti semakin banyak kebutuhan air sehingga sifat
plastisnya menjadi lebih tinggi.
Gradasi campuran pasir-kerikil. Jika memenuhi syarat dan sesuai
dengan standar, akan lebih mempermudah pengerjaan.
Bentuk butiran agregat kasar. Agregat berbentuk bulat-bulat lebih
mudah dikerjakan.
Butiran maksimum
Cara pemadatan dan alat pemadat.
II-2
Permukaan butir agregat kasar. Semakin kasar permukaan agregat
semakin mudah terjadi segregasi.
Kecenderungan terjadinya segregasi ini dapat dicegah jika (Winter
George, Arthur H. Nilson. Perencanaan Struktur Beton Bertulang. 1993):
Tinggi jatuh diperpendek
Penggunaan air sesuai dengan syarat
Ukuran agregat sesuai dengan syarat
Pemadatan yang baik.
3. Bleeding (Naiknya Air ke Permukaan)
Kecenderungan air untuk naik ke permukaan beton yang baru
dipadatkan disebut bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan
butir-butir halus pasir, yang pada saat beton mengeras nantinya akan
membentuk selaput. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan unsur-
unsur padat campuran untuk menahan seluruh air campuran pada saat
unsur-unsur tersebut turun ke bawah. Berdasarkan jumlahnya, bleeding
dapat dinyatakan sebagai penurunan total pertinggi satuan beton.
II-3
2.2 Bahan-bahan Penyusun Beton
2.2.1. Semen
II-4
2.2.2. Agregat Halus (Pasir)
a. Berupa pasir yang berfungsi sebagai bahan pengisi, harus bebas dari
bahan organic dan lempung.
d. Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton seperti alkali.
II-5
Gambar 2.3. Agregat Kasar
2.2.4. Air
II-6
Gambar 2.4. Air Tawar
2.3. Bahan tambah berbasis garam (Larutan NaCl)
II-7
Air Laut merupakan campuran dari 96,5 % air murni dan 3,5%
material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan
organik dan partikel-partikel tak terlarut. Air laut memang berasa asin
karena memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter air laut
(1000 ml) terdapat 35 gram garam. Kandungan garam di setiap laut
berbeda kandungannya. Laut yang paling tawar adalah di timur teluk
finlandia dan di utara teluk bothania, keduanya merupakan bagian dari laut
baltik. Laut yang paling asin adalah laut merah.
Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam
mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Hampir semua
lautan memiliki rasio garam individu yang konstan, misalnya di Samudera
Atlantik, konsentrasi ion adalah sebagai berikut: klorida 2.00%, sulfat
0.28%, natrium 1.11%, magnesium 014%, kalsium 0.05% , dan kalium
0.04%. Air laut mengandung juga beberapa CO2 terlarut.
II-9
pori beton. Disisi yang sama, akibat kandungan klorida, mengakibatkan
Ca(OH)2 berkurang dalam beton akibat dari proses reaksi yang terjadi.
Hal ini dapat menyebabkan kuat tekannya bertambah tinggi.
Beton yang baik adalah jika beton tersebut memiliki kuat tekan
yang tinggi, dengan kata lain mutu beton ditinjau hanya dari kuat tekannya
saja (Tjokrodimulyo, 1996). Kuat tekan beton dinyatakan dengan tegangan
tekan maksimum f’c dengan satuan N/m2 atau MPa (Mega Pascal).Kuat
tekan beton pada umur 28 hari berkisar antara nilai ± 10-65 MPa.Untuk
struktur beton bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kuat
tekan 17-30 MPa (Dipohusodo, 1994).
II-10
Pada umumnya nilai kuat tekan maksimum utnuk mutu beton
tertentu akan berkurang pada tingkat pembebanan yang lebih lamban atau
slower rates of strain.Nilai Kuat tekan beton beragam sesuai dengan
umurnya dan biasanya nilai kuat tekan beton ditentukan pada waktu beton
mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya pada umur 7 hari
kuat tekan beton mencapai 70% dan pada umur 14 hari mencapai 85-90%
dari kuat tekan beton umur 28 hari.
II-11
4. Sifat Agregat
Sifat agregat yang berpengaruh terhadap kekuatan ialah bentuk, kekasaran
permukaan, kekerasan dan ukuran maksimum butir agregat. Bentuk dari
agregat akan berpengaruh terhadap interlocking antar agregat.
σ = P/A
II-12
dengan :
σ = Tegangan (N/mm2)
P = Gaya aksial (N)
A = Luas penampang benda uji (mm2)
Jika suatu benda ditekan atau ditarik gaya P yang diterima benda
mengakibatkan adanya ketegangan antar partikel dalam material yang
besarnya berbanding lurus. Perubahan tegangan partikel ini menyebabkan
adanya pergeseran struktur material himpitan atau regangan yang besarnya
juga berbanding lurus. Karena adanya pergeseran, maka terjadilah
deformasi bentuk material misalnya perubahan panjang menjadi L + (atau
L-).Dimana L adalah panjang awal benda dan adalah perubahan panjang
yang terjadi.Rasio perbandingan antara terhadap L inilah yang disebut
Strain(regangan) dan dilambangkan dengan “ (epsilon). Dengan demikian
didapatkan rumus:
Dimana :
= regangan / strain (m)
= Panjang Benda mula-mula (m)
= Perubahan Panjang Benda (
II-13
Jika batang tersebut mengalami tekan, maka regangannya adalah regangan
tekan (compressive strain) dan batang tersebut memendek.Jika batang
tersebut mengalami tarik, maka regangannya disebut regangan tarik
(tensile strain), yang menunjukkan perpanjangan bahan, regangan tekan
bertanda negative dan regangan tarik bertanda positif.Regangan (disebut
regangan normal karena rengangan normal karena regangan ini berkaitan
dengan tegangan normal (Gere, Timoshenko, 1997).
II-14
Sedangkan untuk beton normal dengan berat isi 23 kN/m3, maka dapat
digunakan nilai modulus elastis sebesar .
Dalam pengujian modulus elastisitas pada beton silinder, menurut ASTM
C 469-02 memberikan cara menentukan nilai modulus elastisitas sebagai
berikut :
Keterangan :
E = Modulus Elastisitas, (MPa)
S2= Nilai dari 40% tegangan maksimum
S1= Nilai Tegangan pada regangan 0,00005
II-15
2.8. Porositas
Porositas didefenisikan sebagai perbandingan volume pori (volume
yang ditempati oleh fluida) terhdap volume total beton (volume benda uji).
Range pori pada beton umumnya terjadi akibat kesalahan dalam
pelaksanaan dan pengecoran seperti faktor air semen yang berpengaruh
pada lekatan antara pasta semen dengan agregat, besar kecilnya nilai
slump, pemlihan tipe susunan gradasi agregat gabungan, maupun terhadap
lamanya pemadatan. Semakin tinggi tingkat kepadatan pada beton maka
semakin besar kuat tekan atau mutu beton, sebaliknya semakin besar
porositas beton, maka kekuatan beton akan semakin kecil. Pada umumnya
material beton mutu tinggi adalah sama dengan beton normal, dengan nilai
porositas beton yang terjadi adalah cukup kecil sehingga didapatkan
tingkat kepadatan yang cukup tinggi. Nilai porositas beton ditentukan oleh
Faktor Air Semen (FAS) dari pasta. Semakin kecil FAS, maka semakin
kecil porositasnya. Porositas memiliki nilai penting pada suatu material
beton. Nilai porositas berhubungan langsung dengan sifat mekanik beton
seperti kekedapan, keawetan bahkan dengan kekuatan beton dalam hal ini
kuat tekan beton. Menurut Powers (1959), semakin kecil air yang mengisi
ruang dari tiap unit semen (semakin kecil w/c ratio) pada awal pengikatan,
maka proporsi pori-pori kapiler dalam semen akan semakin baik (semakin
kecil). Menurut Powers, porositas terbuka terisi oleh evaporebel water.
Evaporebel water adalah air yang dapat menguap dan sebagian besar
merupakan air yang berada didalam kapiler atau yang tertahan oleh gaya-
gaya permukaan dalam substansi gel itu sendiri. Akibat adanya proses
hidrasi, kadar air yang tidak dapat menguap ini akan bertambah
jumlahnya, sehingga kadar evaporabel water menjadi berkurang, karena
rongga-rongga yang ada akan terisi oleh produk hidrasi (Power and
Brownyard, 1974).
Adapun rumus untuk menghitung nilai porositas pada beton adalah sebagai
berikut :
II-16
Porositas =
Dengan, A = Berat sampel dalam air, W water (gram)
B = Berat sampel kondisi SSD, W saturation (gram)
C = Berat sampel kering oven, W dry (gram)
Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi
volume dari suatu rongg yang ada dalam material tersebut. Besarnya
porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0% sampai dengan 90%
tergantung dari jenis dan aplikasi material tersebut. Ada dua jenis porositas
yaitu porositas tertutup dan porositas terbuka masih ada akses ke
permukaan luar, walaupun rongga yang terjebak didalam padatan dan serta
tidak ada akses ke permukaan luar, sedangkan porositas terbuka masih ada
akses ke permukaan luar, walaupun rongga tersebut ada ditengah-tengah
padatan. Porositas suatu bahan pada umumnya dinyatakan sebagai
porositas terbuka dengan rumus (Lawrence H.Van Vlack,1998):
P = {{(wb-wk)/vb} x {(1/pair)}x(100%)}
Dimana :
P = Porositas
wb = Massa basah sampel setelah direndam (gram)
wk = Massa kering sampel setelah direndam (gram)
vb = Volume benda uji (cm3) (1/4.π.d2. t)
= massa jenis air (gr/cm3)
II-17
Gambar 2.10. Beberapa pori terlihat setelah pemadatan
II-18
Salah satu masalah yang sangat berpengaruh pada kuat tekan beton
adalah adanya porositas. Porositas juga dapat diakibatkan adanya partikel-
partikel bahan penyusun beton yang relatif besar, sehingga kerapatan tidak
maksimal. Porositas beton juga menggambarkan besar kecilnya kekuatan
beton dalam menyangga suatu konstruksi.
Meningkatnya nilai porositas menunjukkan bahwa beton memiliki
pori yang cukup besar akibat terjadinya penguapan air dan pemuaian
material pengisi beton. Hal ini merupakan salah satu penyebab turunnya
kualitas beton dalam memikul beban, khususnya kemampuan beton dalam
memikul beban tekan.
Gambar 2.11. Hubungan antara Kuat Tekan dan Porositas digunakan oleh
Agregat Jepang
II-19
Superplaticisers hanya dapat memperbaiki workabilitas namun
tidak berpengaruh besar dalam meningkatkan kuat tekan beton untuk
faktor air semen yang diberikan. Bahan ini juga merupakan sarana untuk
menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi pemisahan (segregasi/bledding)
yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang sangat besar.
Superplaticisers mempunyai keuntungan dalam penggunaannya
yaitu:
1. Pada beton segar
- Mempunyai workability yang baik
- Flowability yang sangat besar
- Kemampuan menghasilkan beton yang homogenitas
- Finishing yang mudah pelaksanaannya
2. Pada beton keras
- Density yang sangat baik karena kemampuan water reducing yang
sangat tinggi
- Mempunyai kekuatan yang tinggi karena rongga-rongga yang
terjadi sangat minim
- Mempunyai tingkat durabilitas yang tinggi
- Mengurangi terjadinya susut dan retak.
II-20
durabilitas beton karena semakin lama beton tidak bisa bertahan dari gaya
Tarik dikarenakan kekuatan tulangan menjadi menurun karena korosi.
Kristalisasi garam (NaCl) dalam ilmu kimia merupakan senyawa
ionik yang terdidri dari ion positif (kation) dan ion negative (anion),
sehngga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan).Kristalisasi garam
(NaCl) terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa yang dapat
mempengaruhi konsentrasi terhadap kinerja beton.Raksi dimulai dengan
serangan terhadap mineral-mineral dalam agregat oleh alkalin hidroksida
yang ada dalam semen.Reaksi ini membentuk suatu gel yang menyelimuti
butiran-butiran agregat. Gel tersebut dikelilingi oleh pasta semen dan
karena terjadi reaksi maka terjadilah tegangan internal hidrolik melalui
proses osmosis. Hasil reaksi klorida yang dapat larut dalam air dapat
mengarah pada penyusutan material yang dapat melemahkan beton.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Garam_%28kimia%29)
II-21
Yamaji (2001) melakukan penelitian tentang kinerja campuran
beton dengan menggunakan air laut di lingkungan pasang surut. Dalam
penelitian ini mengamati perilaku kuat tekan, penetrasi klorida dan korosi
baja pada beton dengan pola pencampuran menggunakan air laut dan air
keran (air tawar). Jenis semen yang digunakan dalam melakukan
investigasi seperti semen Portland biasa, terak semen abu terbang, semen
Portland dengan panas hidrasi sedang, dan semen Portland dengan
kekuatan awal tinggi.
II-22
Dalam penelitian ini juga diperoleh pencampuran dengan air laut
menurunkan jumlah pori-pori yang meningkatkan kuat tekan terhadap
semen BFS dibandingkan dengan menggunakan air tawar. Penelitian ini
memberikan kesimpulan bahwa penggunaan air laut aman untuk
digunakan sebagai air pencampuran beton dengan ketentuan menggunakan
semen BFS atau semen campur, bukan semen OPC, dan menggunakan
inhibitor korosi atau diperkuat dengan stainless steel atau penguatan tahan
korosi. Dalam penelitian untuk beton berongga, M. Wihardi Tjaronge,
dkk. (2011) meneliti pengaruh air laut pada kekuatan beton berongga
yang menggunakan semen Portland komposit dan serat mikro
monofilamen polypropylene. Spesimen beton berongga direndam dalam
air laut hingga 28 hari. Uji kuat tekan dan uji kuat lentur dilakukan
pada 3, 7 dan 28 hari dalam rangka untuk menyelidiki `perkembangan
kekuatan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan beton berpori
dapat berkembang di air laut. Hal itu terungkap bahwa tidak ada efek yang
cukup dari air laut pada proses hidrasi ketika beton berpori direndam
dalam air laut. Ikatan baik terjadi antara pasta semen dan agregat kasar,
sehingga dalam menahan beban tekan dan lentur memiliki kapasitas
yang baik pada beton berongga (Sumber: Proceedings of the Sixth
International Conference on Asian and Pacific Coasts/APAC 2011).
II-23
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Persiapan:
Pengujian Karakteristik
Mix Design:
Komposisi Campuran Beton
f’c 30 MPa
Beton Normal
Beton dengan Penambahan NaCl 2%
Beton dengan Penambahan NaCl 5%
A
III-1
A
Pengolahan Data
Selesai
III-2
3.2. Lokasi Penelitian
CetakanSilinder ukuran 15 cm x 30 cm
Slump Test
Alat Uji Tekan (Tokyo Testing Machine) kapasitas 1000 kN
Mesin Pencampur bahan (concrete Mixer)
Timbangan
Bak Perendaman
III-3
tersebut, lalu ditambahkan Larutan NaCl dengan variasi yang telah
direncanakan. Komposisi campuran yang dipergunakan dalam penelitian
ini disajikan dalam tabel.
Sampel benda uji yaitu sampel silinder 15cm x 15cm x 30cm untuk
pengujian Kuat Tekan (compressive strength). Jumlah dan ukuran sampel
benda uji disajikan dalam tabel berikut:
III-4
Tabel 3.3. Pemeriksaan Agregat Halus
Standar
No JenisPemeriksaan
Yang Digunakan
1 Pemeriksaan Analisa Saringan ASTM C136 - 01
2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan ASTM C128 - 01
3 Pemeriksaan Kadar Air ASTM C566 - 97
III-5
dari ketebalan beton penutup. Ketentuan ukuran maksimum agregat
kasar dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:
4. Kadar Udara
Kadar udara sebaiknya sebesar 4 sampai 7% dari volume beton
sebagai standar berdasarkan ukuran maksimum agregat kasar.
III-6
Tabel 3.7. Nilai Standar Kadar Udara Beton Air Laut (%)
UkuranMaksimum
KondisiLingkungan Agregat Kasar (mm)
25 40
Rentan terhadap pembekuan (a) Atmosfer laut 5.0 4.5
dan pencairan (b) Zona splash 6.0 5.5
Tanpa resiko pembekuan dan pencairan 4.0 4.0
5. Rasio Air-Semen
Pada prinsipnya, rasio air-semen tidak lebih dari 65 %.Dalam hal
beton laut, rasio air-semen maksimum ditentukan dari pertimbangan daya
tahan tidak boleh melebihi yang ditunjukkan dalam tabel sebagai standar.
Tabel 3.8. Rasio Air -Semen Maksimum Beton Berdasarkan Durabilitas
Produk pabrik atau beton
Kondisi dengan kualitas dijamin sama
Konstruksi Konstruksi dengan atau lebih tinggi dari
Normal produk pabrik dengan pilihan
Kondisi bahan dan konstruksi yang
Lingkungan tepat
(a) Di ataspermukaan air laut 45 50
(b) Zonasplash 45 45
(c) Dalam air laut 50 50
6. Jumlah Air
Jumlah air harus serendah mungkin dalam rentang yang dapat diterima
untuk konstruksi dan harus ditentukan dengan pengujian.
Jumlah air pada beton yang mengandung udara dan kisaran tinggi
campuransedikitair tidak boleh melebihi 175 kg/m3.
Pada umumnya dianjurkan untuk memilih jumlahair tidak lebih dari nilai
yang ditampilkan dalam Tabel 3.7.
III-7
Tabel 3.9. Batas Jumlah Air yang disarankan pada Beton
Ukuran Maksimum Agregat Kasar Batas Maksimum Jumlah Air
(mm) (kg/m3)
20 – 25 175
40 165
Tabel 3.10. Perkiraan Nilai Volume Curah Agregat Kasar dry- RoddedPer Satuan
Volume Beton, Rasio Pasir Agregat dan JumlahAir
Betonair-entrained
Volume
Dengan campuran
agregat
UkuranM Dengan campuran air-entraining – dan
kasar dry-
aksimum air-entraining campuran water
rodded Kadar
AgregatK reducing
per air
asar Rasio Rasiopasir-
satuan (%) Jumlah Jumla
(mm) pasir-total total
volume air h air
agregat agregat
beton W (kg) W (kg)
s/a (%) s/a (%)
15 58 7.0 47 180 48 170
20 62 6.0 44 175 45 165
25 67 5.0 42 170 43 160
40 72 4.5 39 165 40 155
1) Nilai rata-rata ditentukan dengan mengacu pada Standar Proporsi
BetonReady-Mix Asosiasi Industri di Jepang. Nilai ini didasarkan pada
penggunaan pasir normal (modulus kehalusan: sekitar 2,8) dan batu
dengan rasio air - semen 0,55 dan slump sekitar 8 cm
2) Jika bahan atau kualitas beton yang berbeda dari kondisi yang diberikan
dalam nilai-nilai yang disebutkan di atas harus diubah dengan mengacu
pada tabel berikut
III-8
Tabel 3.11. Tabel Koreksi
Kondisi Koreksi s/a (%) Koreksi W (kg)
Untuk setiap peningkatan Menambah
(penurunan) 0.1 pada modulus (mengurangi) 0.5 Tidak ada koreksi
kehalusan pasir poin
Untuk setiap peningkatan Menambah
Tidak ada koreksi
(penurunan) 1 cm pada slump (mengurangi) 1.2%
Kondisi Koreksi s/a (%) Koreksi W (kg)
Mengurangi
Untuk setiap peningkatan Mengurangi
(menambah) 0.5
(penurunan) 1% pada kadar udara (menambah) 3%
sampai 1.0 poin
Untuk setiap peningkatan Menambah
(penurunan) 0.05 pada rasio air- (mengurangi) 1.0 Tidakadakoreksi
semen poin
Menambah
Untuk setiap peningkatan
- (mengurangi) 1.5
(penurunan) 1% pada s/a
kg
8. Isi Campuran
Kuantitas campuran per satuan volume beton harus ditentukan sehingga
mencapai efektivitas yang diperlukan.
9. Kadar Semen
Kadar semen harus pada prinsipnya ditentukan dari jumlah air dan rasio air-
semen.Kadar semen beton kelautan harus ditentukan dengan mengacu ke
tabel 3.10 sehingga mencapai ketahanan yang diperlukan.
III-9
10. Kandungan Klorida
Jumlah total ion klorida selama pencampuran tidak boleh melebihi 0,30
kg/m3. Untuk beton bertulang digunakan dalam kondisi normal atau beton
bertulang dengan tulangan non nominal yang ketersediaan bahan dengan
kandungan klorida-rendah, sangat rendah, batas atas jumlah ion klorida
dalam beton dapat ditingkatkan sampai 0,6 kg/m3.
III-10
BAB IV
Material yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari agregat alam
yaitu agregat halus (pasir) dan agregat kasar (batu pecah) yang berasal dari bili-
bili (Gowa). Berdasarkan pelaksanaan pemeriksaan agregat di laboratorium
Struktur dan Bahan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin,
diperoleh hasil pemeriksaan karakteristik yang ditunjukkan pada Tabel 4.1. untuk
agregat halus dan Tabel 4.2 untuk agregat kasar yaitu sebagai berikut:
Karakteristik Hasil
No. Interval Keterangan
Agregat Pemeriksaan
1 ModulusKehalusan 2,3 – 3,1 2,44 Memenuhi
Berat Jenis:
a. BJ Nyata
1,6 – 3,3 2,39 Memenuhi
2 b. BJ DasarKering
1,6 – 3,3 2,53 Memenuhi
c. BJ Kering
1,6 – 3,3 2,57 Memenuhi
Permukaan
3 Penyerapan Air 0,2% – 2% 5,71 Tidak Memenuhi
Hasil analisa saringan agregat halus yang kemudian diplot pada grafik batas
gradasi masuk pada gradasi zona 1 sebagaimana Gambar 4.1.
IV-1
100
90
80
70
60
Persen Lolos
50
40
30
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10
IV-2
BATAS GRADASI KERIKIL ZONE II
100
90
80
PERSEN LOLOS
70
60
50
40
30
20
10
0
4.8 10 20 40
UKURAN SARINGAN
IV-3
Tabel 4.3. Komposisi Campuran Beton
IV-4
Gambar 4.3. Pengujian Slump Test
IV-5
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Normal
KUAT
KODE UMUR BERAT LUAS BEBAN TEKAN KUAT TEKAN
RATA-RATA
SAMPEL (HARI) (Kg) (mm2) (kN) (MPa) (MPa)
N-0 12.312 17662.50 212.24 12.016
N-0 12.410 17662.50 212.05 12.006
3 12.057
N-0 12.250 17662.50 213.38 12.081
N-0 12.445 17662.50 214.18 12.126
N-0 12.045 17662.50 309.57 17.527
N-0 11.920 17662.50 335.68 19.005
7 19.490
N-0 11.830 17662.50 365.00 20.665
N-0 11.905 17662.50 366.74 20.764
N-0 12.460 17662.50 527.10 29.843
N-0 12.547 17662.50 536.94 30.400
28 30.085
N-0 12.442 17662.50 534.24 30.247
N-0 12.528 17662.50 527.22 29.850
N-0 12.595 17662.50 567.22 32.114
N-0 12.360 17662.50 566.18 32.055
91 32.025
N-0 12.600 17662.50 567.26 32.117
N-0 12.730 17662.50 561.94 31.815
IV-6
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Kuat Tekan dengan penambahan NaCl 2 %
KUAT
KODE UMUR BERAT LUAS BEBAN TEKAN KUAT TEKAN
RATA-RATA
SAMPEL (HARI) (Kg) (mm2) (kN) (MPa) (MPa)
N-2 11.935 17662.50 221.52 12.542
N-2 11.960 17662.50 215.36 12.193
3 12.382
N-2 12.045 17662.50 224.02 12.683
N-2 12.010 17662.50 213.90 12.110
N-2 12.105 17662.50 370.74 20.990
N-2 12.015 17662.50 362.40 20.518
7 21.582
N-2 11.995 17662.50 417.04 23.612
N-2 12.055 17662.50 374.62 21.210
N-2 12.525 17662.50 525.50 29.752
N-2 12.490 17662.50 548.00 31.026
28 31.148
N-2 12.485 17662.50 566.62 32.080
N-2 12.450 17662.50 560.50 31.734
N-2 12.705 17662.50 706.80 40.017
N-2 12.635 17662.50 676.60 38.307
91 37.995
N-2 12.660 17662.50 700.80 39.677
IV-7
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Kuat Tekan dengan penambahan NaCl 5 %
KUAT
KODE UMUR BERAT LUAS BEBAN TEKAN KUAT TEKAN
RATA-RATA
SAMPEL (HARI) (Kg) (mm2) (kN) (MPa) (MPa)
N-5 11.955 17662.50 267.62 15.152
IV-8
Benda Uji Silinder berukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm
dipasang pada mesin tekan secara sentris. Pembebanan dilakukan sampai
benda uji menjadi hancur dan tidak dapat lagi menahan beban yang
diberikan (jarum penunjuk berhenti kemudian bergerak turun), sehingga
didapatkan beban maksimum yang ditahan oleh benda uji tersebut.
Kemudian hitung Kuat Tekan beton yaitu besarnya beban persatuan luas.
Komposisi material penyusun beton memiliki pengaruh tehadap kuat
tekan yang dihasilkan dari beton tersebut. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 4.5. yang menunjukkan hubungan kuat tekan terhadap umur
beton sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan. Pada umur 91 hari,
kuat tekan rata-rata beton normal 32,025 MPa, NaCl 2% sebesar 38,144
MPa, NaCl 5% sebesar 38,602 MPa.
40
35
KUAT TEKAN BETON (MPa)
30
25
20 NORMAL
15 NACL 2%
10 NACL 5%
5
0
0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91
UMUR (HARI)
Gambar 4.5. Peningkatan kuat tekan beton normal dan beton NaCl 2% , NaCl 5%
pada umur 3,7,28, dan 91 hari
IV-9
50
45
KUAT TEKAN BETON NORMAL (MPa)
40
35
UMUR 3 HARI
30
UMUR 7 HARI
25 UMUR 28 HARI
UMUR 91 HARI
20
15
10
10 15 20 25 30 35 40 45 50
KUAT TEKAN BETON NACL 2% (MPa)
Gambar 4.6. Peningkatan kuat tekan beton normal dan beton NaCl 2% pada
umur 3,7,28, dan 91 hari
50
KUAT TEKAN BETON NORMAL (MPa)
45
40
35
UMUR 3 HARI
30
UMUR 7 HARI
25 UMUR 28 HARI
20 UMUR 91 HARI
15
10
10 15 20 25 30 35 40 45 50
KUAT TEKAN BETON NACL 5% (MPa)
Gambar 4.7. Peningkatan kuat tekan beton normal dan beton NaCl 5% pada
umur 3,7,28, dan 91 hari
IV-10
Dari grafik di atas dapat dilihat peningkatan kuat tekan beton yang
dicampur dengan menggunakan natrium klorida (NaCl) lebih tinggi kuat tekannya
bila dibandingkan dengan beton normal air tawar. Pada sampel beton NaCl 2%,
peningkatan kuat tekan umur 3 hari sebesar 32,59%, umur 7 hari sebesar 56,80%
dan umur 28 hari sebesar 81,98% dari rata-rata kuat tekan pada umur 91 hari yaitu
38,144 MPa. Untuk beton NaCl 5%, peningkatan kuat tekan umur 3 hari sebesar
39,99%, umur 7 hari sebesar 71,08% dan umur 28 hari sebesar 81,99% dari rata-
rata kuat tekan pada umur 91 hari yaitu 38,602 MPa. Sedangkan Pada sampel
beton normal, peningkatan kuat tekan umur 3 hari sebesar 37,65%, umur 7 hari
sebesar 60,86% dan umur 28 hari sebesar 93,94% dari rata-rata kuat tekan pada
umur 91 hari yaitu 32,025 MPa.
Untuk masing-masing perbandingan kuat tekan berdasarkan umur
rendaman 3,7,28 dan 91 hari, dapat juga dilihat pada gambar diagram batang
dibawah ini.
40
35
KUAT TEKAN BETON (MPa)
30
25
20
15
10
5
0
3 7 28 91
NORMAL 12.057 19.490 30.085 32.025
NACL 2% 12.382 21.582 31.148 37.995
NACL 5% 15.440 27.440 31.649 38.602
Gambar 4.8. Perbandingan kuat tekan pada beton normal dan beton penambahan
NaCl umur 3,7,28 dan 91 hari
IV-11
Apabila dibandingkan kuat tekan pada umur 91 hari antara beton
normal dengan beton penambahan NaCl 2% terjadi selisih 19,11% lebih
tinggi beton penambahan NaCl 2% dari beton normal. Sedangkan beton
normal dengan beton penambahan NaCl 5% terjadi selisih 20,54% lebih
tinggi beton penambahan NaCl 5% dari beton normal.
IV-12
Tabel 4.8. Hasil modulus elastisitas beton normal dengan beton penambahan
natrium klorida 2% dan 5%.
MODULUS ELASTISITAS (N/mm2)
BENDA UJI
3 7 28 91
14774.614 14999.621 21059.917 36307.025
13247.097 15423.877 28730.311 36896.646
NORMAL
9633.529 14608.150 23291.971 32997.675
7144.747 19413.918 27378.162 34539.995
RATA-RATA 11199.997 16111.392 25115.090 35185.335
17947.513 22151.578 29365.692 29442.329
16668.929 21531.244 28706.094 43426.145
NACL 2%
12761.962 21107.595 24099.081 34356.060
14694.618 17399.835 27120.197 38266.711
RATA-RATA 15518.256 20547.563 27322.766 36372.811
13456.804 23692.198 29509.588 36819.620
19900.943 21240.774 28420.655 35877.936
NACL 5%
14126.902 18387.584 29459.981 42325.456
19369.263 19423.794 28700.130 37677.971
RATA-RATA 16713.478 20686.088 29022.589 38175.246
IV-13
40000
20000 NORMAL
NACL 2%
NACL 5%
10000
0
0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91
UMUR (HARI)
IV-14
40000
20000
10000
0
3 7 28 91
NORMAL 11199.997 16111.392 25115.090 35185.335
NACL 2% 15518.256 20547.563 27322.766 36372.811
NACL 5% 16713.478 20686.088 29022.589 38175.246
Gambar 4.10. Perbandingan modulus elastisitas pada beton normal dan beton
penambahan NaCl umur 3,7,28 dan 91 hari
IV-15
MODULUS ELASTISITAS MORTAR (Gpa) 50
50
45
45
40
40
35
35 y = 0.906x + 0.9347
30 R² = 0.8943
30
25
25 normal
20
20 NACL 2%
15
15 NACL 5%
10
10
5
5
0
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
KUAT TEKAN MORTAR (N/mm2)
Gambar 4.11. Hubungan kuat tekan dan modulus elastisitas pada beton
IV-16
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
V-1
2. Sebaiknya pada saat adanya penelitian lanjutan diharapkan jumlah
benda uji lebih diperbanyak lagi untuk mendapatkan pengaruh NaCl
terhadap beton normal yang maksimum.
3. Perhatikan proses pemadatan pada saat pembuat benda uji.
V-2
DAFTAR PUSTAKA
Otsuki, N., Furuya, D., Saito, T. and Todokoro, Y. (2011). Possibility of Sea Water as
Mixing Water in Concrete. 36th Conference on Our World in Concrete &
Structures. Singapore.
UEDA, Tamon. JSCE Guidelines for Concrete No.6 Standard Specifications For
Concrete Structures-2002 “Material and Construction”.Tokyo. 2005