Anda di halaman 1dari 68

TUGAS AKHIR

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON TERHADAP


VARIASI PENAMBAHAN NATRIUM KLORIDA (NaCl)

DISUSUN OLEH :

IRFAN SANJAYA HTB


D 111 11 608

JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON TERHADAP
VARIASI PENAMBAHAN NATRIUM CHLORIDA(NaCL)

M. W. Tjaronge1, Rita Irmawati2 , Irfan Sanjaya HTB

ABSTRAK : salah satu bahan penyusun beton adalah air. Dalam fenomena sekarang
ini kebutuhan air yang memenuhi syarat dalam penggunaannya sudah mulai berkurang
terutama pada kota-kota besar atau pada Negara-negara maju yang mana air bersih
hanya diprioritaskan pada kebutuhan primer saja. Data dari PBB dan Organisasi
meteorologi dunia memprediksi sekitar 5 milyar orang akan kekurangan air bersih
bahkan air minum (sumber: conference on Our World in Concrete and Structure di
Singapura) . dalam statement ini menggugah hati para ilmuwan teknik sipil dalam hal
menangani kemungkinan hal tersebut. Ada kemungkinan bahwa pada saat air tawar
berkurang, akan timbul kebijakan atau aturan yang mengharuskan penggunaan air
bersih (air tawar) hanya diperuntukkan pada kebutuhan primer saja. Pencampuran
beton dengan menggunakan larutan NaCl mewakili air laut sebenarnya dapat
meningkatkan kuat tekan apabila dengan menggunakan air tawar. Hal ini disebabkan
oleh Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) dalam beton berkurang seiring dengan proses
reaksi dengan NaCl yang terkandung dalam beton secara terus menerus, Metode
rancangan campuran (mix design) menggunakan metode standar mix untuk mortar
(JSCE : Japan Society of Civil ngineers) Guidelines No. 6 Standard Specifications for
Concrete Structures-2002) “Meterials and Construction”. Benda uji dicampur dengan
menggunakan natrium klorida (NaCl) konsentrasi 0%, 2% dan 5% terhadap berat
semen, lama perendaman 3,7, 28 dan 91 hari. Pengujian kuat tekan beton dilakukan
pada umur 3,7, 28 dan 91 hari. Dari hasil pengujian kuat tekan beton, modulus
elastisitas dapat dilihat bahwa semakin bertambahnya umur maka semakin besar kuat
tekannya. Beton dengan penambahan natrium klorida (NaCl) 2% dan 5% lebih besar
kuat tekannya dibandingkan tanpa penambahan natrium klorida (NaCl) dan semakin
besar kuat tekannya maka semakin besar pula modulus elastisitasnya.

Kata kunci :Mortar, Pasta, NaCl, Kuat tekan, Modulus elastisitas

1
Professor, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar90245, INDONESIA
2
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar90245, INDONESIA
EXPERIMENTAL STUDY ON THE STRENGTH OF CONCRETE PRESS
VARIATION OF ADDITIONAL SODIUM CHLORIDE (NaCl)

M. W. Tjaronge 1, Rita Irmawati 2 , Irfan Sanjaya HTB

ABSTRACT: one of the constituent materials of concrete is water. In today's


phenomenon of water needs qualified in its use has begun to decrease, especially in large
cities or in developed countries where clean water is only on the primary needs are
prioritized. Data from the United Nations and World Meteorological Organization
predicts about 5 billion people will lack clean water and even drinking water (source:
conference on Our World in Concrete and Structure in Singapore) .In This statement
stirred the heart of civil engineering scientists in terms of addressing this possibility. It is
possible that at the time of fresh water is reduced, there will be a policy or rule that
requires the use of clean water (fresh water) is only intended to be a primary
requirement. Mixing concrete by using a solution of NaCl represent actual sea water can
increase the compressive strength when using fresh water. This is caused by calcium
hydroxide (Ca (OH) 2) in concrete decreased with the reaction with NaCl contained in a
continuous concrete, mix design method (mix design) using standard methods for mortar
mix (JSCE: Japan Society of Civil ngineers) Guidelines No. 6 Standard Specifications
for Concrete Structures-2002) "Meterials and Construction". The test specimen is mixed
with sodium chloride using (NaCl) concentration of 0%, 2% and 5% by weight of
cement, longer immersion 3.7, 28 and 91 days. Concrete compressive strength testing
performed at the age of 3.7, 28 and 91 days. From the test results of concrete
compressive strength, modulus of elasticity can be seen that the increasing age of the
more besarkuat compressed. Concrete with the addition of sodium chloride (NaCl) 2%
and 5% greater than the compressive strength without the addition of sodium chloride
(NaCl) and the greater the compressive strength, the
Modulusofelasticity.

Keywords: Mortar, Pasta, NaCl, compressive strength, modulus of elasticity

Professor, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar90245, INDONESIA


2
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar90245, INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir ini dengan judul
“Pengaruh Penambahan Natrium Klorida (NaCl) Pada Waktu Ikat dengan Kuat
Tekan Mortar dan Pasta”.
Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak menemukan kendala.
Namun, karena adanya pengarahan dan bimbingan dari berbagai pihak, terutama
dari kedua pembimbing sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya, khususnya kepada :
1. Prof.Dr.Eng.M.Wihardi Tjaronge, ST., M.Eng. sebagai Pembimbing I dan
Dr.Eng.Hj.Rita Irmawaty,ST., MT. sebagai Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dalam memotivasi dan membimbing penulis mulai
persiapan penulisan, penelitian sampai dengan penyelesaian skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. H. Lawalenna S, MS.M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil yang telah membantu penulis selama pendidikan.
3. Para dosen dan staff yang telah membantu penulis selama mengikuti
pendidikan di Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar.
4. Pak Sudirman Sitang, ST. selaku staf di Laboratorium Struktur dan Bahan
yang telah banyak memberikan masukan dalam proses penelitian ini.
5. Teman-teman Jurusan Teknik Sipil, khususnya anak-anak regular sore
(Chia, Inchi, Ikha, Nhia, Evy, Rahmi, Fira, Risma, Ikhakikuk, Naja,
Rakha, Irsan, Zack, Hadi dan teman-teman dari Sipil Poltek 07 (Iccank,
Tamzan, dan Hendra) serta teman-teman yang tidak dapat penulis sebut
satu persatu). Terima kasih atas bantuan dan motivasinya selama
penyusunan skripsi ini.

iv
Serta penghargaan yang setinggi-tingginya khususnya kepada kedua orang
tua dan keluarga tercinta yang selalu mendoakan, memberikan dorongan moral
dan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan dan penyusunan
laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritikan
dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tulisan dalam laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, Amin.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

Makassar, Januari 2014

PENULIS

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................ I-1
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ....................................... I-2
1.3 Batasan Masalah ............................................................. I-3
1.3 Sistematika Penulisan ..................................................... I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian beton ............................................................. II-1
2.2. Bahan-bahan penyusun beton………………….. ........... II-4
2.2.1. Semen………………………………………….. . II-4
2.2.2. Agregat halus…………………………………… II-5
2.2.3. Agregat kasar ………………………………….. . II-5
2.2.4. Air……………………………………………… . II-6
2.3 Bahan tambah berbasis garam (Larutan NaCl) ............... II-7
2.4. Pengaruh NaCl pada hidrasi semen........................... ..... II-9
2.5. Kuat tekan beton .............................................. .............. II-10
2.6. Tegangan dan regangan beton................................... ..... II-12
2.7. Modulus elastisitas beton......................................... ....... II-14
2.8. Porositas..................................... ..................................... II-16
2.9. Hubungan antara porositas terhadap kuat tekan beton ... II-18
2.10. Pengaruh Superplaticizers terhadap beton air laut .......... II-19
2.11. Pentingnya Durabilitas Beton................................... ...... II-20
2.12. Penelitian terdahulu................................................. ....... II-21

vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bagan alir penelitian ....................................................... III-1
3.2 Lokasi penelitian ............................................................. III-3
3.3 Waktu penelitian ............................................................. III-3
3.4 Alat dan bahan penelitian ............................................... III-3
3.4.1 Alat penelitian ..................................................... III-3
3.4.2 Bahan penelitian………………………….......... III-3
3.5 Sampel penelitian…………………………………........ III-3
3.6. Prosedur penelitian…………………………………… . III-4
3.6.1. Pengujian karakteristik agregat…………………. III-4
3.6.2. Rancangan campuran beton……………………. . III-5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Karakteristik material ........................................................ IV-1
4.2 Rancang campuran beton................................................... IV-3
4.3 Pengujian slump test .......................................................... IV-4
4.4 Kuat tekan beton ................................................................ IV-5
4.5 Modulus elastisitas beton................................................... IV-12

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................... V-1
5.2 Saran ............................................................................... V-1

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

2.1. Semen portland composite ............................................................ II-4


2.2. Agregat halus ……………………………………………... ........ II-5
2.3. Agregat kasar…………………………………………………… II-6
2.4. Air tawar ………………………………………………….. ........ II-7
2.5. Natrium klorida (NaCl)………………………………………. .... II-9
2.6. Tegangan Tekan (Compressive Stress) pada beton silinder........ . II-12
2.7. Regangan (strain)................................................................ .......... II-13
2.8. Modulus Tangen Awal dan Modulus Elastisitas...................... .... II-15
3.1. Bagan alir penelitian……………………………………… ......... III-1
4.1. Grafik gradasi agregat halus………………. ................................ IV-2
4.2. Grafik gradasi agregat kasar ……………………………… ........ IV-3
4.3. Pengujian slump test………………… ......................................... IV-5
4.4. Pengujian kuat tekan………………………………. .................... IV-5
4.5. Peningkatan kuat tekan beton normal dan beton NaCl 2 %
dan NaCl 5% pada umur 3,7,28,91 hari ……………………… ... IV-9
4.6. Peningkatan kuat tekan beton normal dan beton
NaCl 2 % pada umur 3,7,28,91 hari ………………………......... IV-10
4.7. Peningkatan kuat tekan beton normal dan beton
NaCl 5 % pada umur 3,7,28,91 hari ………………………......... IV-10
4.8. Perbandingan kuat tekan pada beton normal dan beton
penambahan NaCl umur 3,7,28,91 hari……………….. .............. IV-11
4.9. Peningkatan modulus elastisitas beton normal dengan
beton penambahan natrium klorida…………………….. ............. IV-14
4.10. Perbandingan modulus elastisitas pada beton normal dan
beton penambahan nacl umur 3,7,28,91 hari……………. ............. IV-15
4.11. Hubungan kuat tekan dan moulus elastiistas pada beton............... .. IV-16

viii
DAFTAR TABEL

3.1. Rancangan komposisi campuran beton……………………. ............ III-4


3.2. Ukuran penampang dan jumlah benda uji……………………. ........ III-4
3.3. Pemeriksaan agregat halus………………… ..................................... III-5
3.4. Pemeriksaan agregat kasar……………………………. .................... III-5
3.5. Ukuran maksimum agregat kasar………………… .......................... III-6
3.6. Ketentuan nilai slump.................................. ...................................... III-6
3.7. Nilai standar kadar udara beton air laut.................................. ........... III-7
3.8. Rasio air semen maksimum beton berdasarkan durabilitas……….. . III-7
3.9. Batas jumlah air yang disarankan pada beton…………………….... III-8
3.10. Perkiraan nilai volume curah agregat kasar dry-rodded per satuan
Volume beton, rasio pasir agregat dan jumlah air………………. .... III-8
3.11. Tabel koreksi………………………………………………………. III-9
3.12. Ketentuan juamlah semen minimum berdasarkan durabilitas……. .. III-10
4.1. Hasil pemeriksaan karakteristik agregat halus (Pasir)................ ....... IV-1
4.2. Hasil pemeriksaan karakteristik agregat kasar (Kerikil)............ ....... IV-2
4.3. Komposisi campuran beton....................................................... ........ IV-4
4.4. Nilai slump.............................................................................. .......... IV-4
4.5. Hasil pengujian kuat tekan beton normal.................................... ...... IV-6
4.6. Hasil pengujian kuat tekan dengan penambahan NaCl 2%........... .... IV-7
4.7. Hasil pengujian kuat tekan dengan penambahan NaCl 5%........... .... IV-8
4.8. Hasil modulus elastisitas beton normal dengan beton
Penambahan natrium klorida 2% dan 5%.......................................... IV-13

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemakaian beton sebagai bahan konstruksi telah lama dikenal di


Indonesia. Salah satu bahan utama yang sering digunakan pada konstruksi
bangunan. Beton merupakan suatu material hasil dari campuran semen,
agregat halus, agregat kasar, air dan kadang-kadang dengan bahan tambah
yang bervariasi. Adanya pembangunan infrastruktur mendorong
berkembangnya teknologi beton, sehingga penggunaan beton dengan
kualitas baik sangat dibutuhkan masyarakat pada umumnya terutama
untuk pembangunan. Alasan mengapa beton banyak digunakan karena
pertama beton merupakan bahan yang kedap air, kedua elemen struktur
beton relative mudah dibentuk atau dicetak menjadi berbagai ukuran dan
tipe, ketiga adalah beton merupakan bahan yang murah dan relative mudah
disediakan dan dikerjakan.
Salah satu bahan penyusun beton adalah air. Dalam fenomena
sekarang ini kebutuhan air yang memenuhi syarat dalam penggunaannya
sudah mulai berkurang terutama pada kota-kota besar atau pada negara-
negara maju yang mana air bersih hanya diprioritaskan pada kebutuhan
primer saja. Dunia teknik sipil terutama pada negara maju telah
memikirkan tentang tantangan ke depan akan berkurangnya potensi air
bersih (air tawar) yang dapat digunakan sebagai bahan campuran beton,
terlebih pembangunan infrastruktur semakin meningkat seiring dengan
penggunaan air bersih yang semakin banyak. Data dari PBB dan
organisasi meteorologi dunia memprediksi sekitar 5 miliyar orang akan
kekurangan air bersih bahkan air minum (Sumber: Conference on Our
World in Concrete and Structure di Singapura). Nobuaki Otsuki dkk.
(2011) dalam konferensi tersebut juga mengatakan bahwa di tahun 2025
setengah dari umat manusia akan tinggal di daerah yang kekurangan air
bersih (air tawar).
I-1
Di Indonesia untuk saat ini belum terasa akan kekurangan air
tawar, tapi terdapat pulau-pulau di Indonesia yang terisolir dengan air
tawar atau sulit memperoleh air tawar sehingga untuk memperoleh air
tawar dilakukan proses penyulingan. Untuk mengurangi proses itu dalam
hal konstruksi beton sebaiknya perlu dipertimbangkan untuk
menggunakan air laut sebagai air pencampuran. Air laut banyak
mengandung NaCl, sehingga penting untuk mengetahui pengaruh
penambahan NaCl terhadap sifat dan kinerja beton.
Berbagai penelitian telah diupayakan untuk memanfaatkan kondisi
alam Indonesia maupun bahan-bahan local untuk pembuatan beton
bermutu tinggi. Penelitian terdahulu mengatakan bahwa pencampuran
beton dengan menggunakan air laut dapat meningkatkan kuat tekan beton
dibandingkan dengan menggunakan air tawar sebagai air pencampuran.
Untuk mendapatkan kapasitas beton yang terbaik perlu diteliti campuran
beton dengan menggunakan larutan NaCl.
Dari latarbelakang diatas, maka penulis mengambil penelitian
tentang ”Studi Eksperimental Kuat Tekan Beton Terhadap Variasi
Penambahan Natrium Klorida (NaCl)”.

1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian


1.2.1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kuat tekan
beton apabila dipengaruhi dengan penambahan Natrium Chlorida (NaCl)
dan tanpa penambahan Natrium Chlorida (Beton Normal)
1.2.2. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh penambahan Larutan NaCl terhadap
kuat tekan beton.
2. Untuk mengevaluasi pengaruh penambahan variasi Larutan NaCl
terhadap peningkatan kuat tekan beton.
3. Untuk mengetahui nilai modulus elastisitas terhadap kuat tekan beton.

I-2
1.3. Batasan Masalah
Untuk mencapai tujuan diatas, maka penelitian yang akan
dilakukan ialah uji laboratorium untuk mengetahui pengaruh larutan NaCl
terhadap kinerja beton.
Penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Mutu beton yang digunakan ialah mutu dengan kuat tekan target 30
MPa.
2. Adukan beton dengan penambahan larutan NaCl yang bervariasi 0%, 2
%, dan 5%.
3. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 3, 7, 28 dan 91 hari.
4. Curing air tawar pada temperatur ruang (20 ± 2)ºC

1.4. Sistematika Penulisan

Secara umum tulisan ini terbagi dalam lima bab yaitu: Pendahuluan,
Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Hasil Pengujian dan
Pembahasan dan diakhiri oleh Kesimpulan dan Saran.
Berikut ini merupakan rincian secara umum mengenai kandungan
dari kelima bab tersebut di atas:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menyajikan hal-hal mengenai latar belakang masalah, manfaat
penelitian, maksud dan tujuan penulisan, batasan masalah serta sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang tinjauan secara umum mengenai karakteristik
beton dengan variasi penambahan NaCl.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat bagan alir penelitian, tahap-tahap yang dilakukan selama
penelitian meliputi alat dan bagan yang digunakan, lokasi penelitian, mix
design, pembuatan benda uji, perawatan benda uji dan pengujian kuat
tekan beton.

I-3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini merupakan penjabaran dari hasil-hasil pengujian kuat tekan dan
modulus elastisitas pada beton dengan penambahan NaCl.

BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan singkat mengenai analisa hasil yang diperoleh
saat penelitian dan disertai dengan saran-saran yang diusulkan.

I-4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Beton

Beton adalah suatu komposisi bahan yang terdiri terutama dari


media pengikat yang didalamnya tertanam partikel atau pigmen agregat
(ASTM C125). Larutan tambahan untuk memperbaiki sifat beton. Bahan-
bahan tersebut dipilih dan dicampur dengan perbandingan tertentu dan
digunakan untuk menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan yang
diinginkan, karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan
yang tinggi serta tegangan hancur tarik yang rendah, proses kimia
pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal dengan
proses hidrasi dimana air tersebut berfungsi sebagai pelumas untuk
mengurangi gesekan antar butiran sehingga beton dapat dipadatkan dengan
mudah, akan tetapi kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan
menyebabkan butiran semen berjarak semakin jauh sehingga kekuatan
beton akan berkurang.

Dalam pengerjaan beton segar, tiga sifat penting yang harus selalu
diperhatikan adalah Workability (kemudahan pengerjaan),
segregasi(pemisahan kerikil) dan bleeding (naiknya air ke permukaan).
1. Workability (Kemudahan Pengerjaan)
Workability adalah sifat atau perihal mudah/tidaknya beton segar
dikerjakan, diangkut, homogenitas, stabil, sifat pemadatan serta
memperkecil pori udara beton. Newman (1965) mengusulkan agar
pengertian workability didefinisikan sekurang-kurangnya pada tiga sifat
yang berbeda, yaitu:
Kompabilitas atau kemudahan dimana beton dapat dipadatkan dan rongga-
rongga udara diambil
 Mobilitas atau kemudahan dimana beton dapat mengalir ke dalam
cetakan.

II-1
 Stabilitas atau kemampuan beton untuk tetap sebagai massa yang
homogen, koheren dan stabil selama dikerjakan dan digetarkan
tanpa terjadi segregasi terhadap bahan-bahan utamanya.
Untuk mengukur workability maka digunakan istilah slump sebagai
tolak ukur, dengan alat untuk mengukur slump disebut Slump Test.
Unsur-unsur yang memengaruhi workability antara lain:
 Jumlah air pencampur. Semakin banyak air pencampur semakin
mudah pengerjaan beton
 Kandungan semen. Jika faktor air semen (FAS) tetap, semakin
banyak semen berarti semakin banyak kebutuhan air sehingga sifat
plastisnya menjadi lebih tinggi.
 Gradasi campuran pasir-kerikil. Jika memenuhi syarat dan sesuai
dengan standar, akan lebih mempermudah pengerjaan.
 Bentuk butiran agregat kasar. Agregat berbentuk bulat-bulat lebih
mudah dikerjakan.
 Butiran maksimum
 Cara pemadatan dan alat pemadat.

2. Segregasi (Pemisahan Kerikil)


Segregasi merupakan pemisahan unsur-unsur pokok dari campuran
heterogen sehingga distribusi atau proses penyebarannya tidak lagi merata.
Pada adukan beton perbedaan dalam ukuran partikel-partikel dan berat jenis
masing-masing campuran merupakan penyebab utama segregasi, tapi hal
ini dapat diantisipasi dengan pemilihan gradasi yang sesuai dan pengerjaan
yang baik.
Ada dua bentuk segregasi, yang pertama terjadi jika partikel-
partikel yang lebih besar cenderung bergerak lebih jauh sepanjang
kemiringan atau turun lebih dalam dibanding partikel-partikel yang lebih
halus. Bentuk segregasi yang kedua terjadi pada campuran-campuran yang
basah (mengandung air yang banyak) dan dipengaruhi oleh pemisahan
mortar dari campuran. Segregasi dapat disebabkan oleh beberapa hal:
 Campuran kurus atau kurang semen
 Terlalu banyak air
 Besar ukuran agregat maksimum lebih besar dari 40 mm

II-2
 Permukaan butir agregat kasar. Semakin kasar permukaan agregat
semakin mudah terjadi segregasi.
Kecenderungan terjadinya segregasi ini dapat dicegah jika (Winter
George, Arthur H. Nilson. Perencanaan Struktur Beton Bertulang. 1993):
 Tinggi jatuh diperpendek
 Penggunaan air sesuai dengan syarat
 Ukuran agregat sesuai dengan syarat
 Pemadatan yang baik.
3. Bleeding (Naiknya Air ke Permukaan)
Kecenderungan air untuk naik ke permukaan beton yang baru
dipadatkan disebut bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan
butir-butir halus pasir, yang pada saat beton mengeras nantinya akan
membentuk selaput. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan unsur-
unsur padat campuran untuk menahan seluruh air campuran pada saat
unsur-unsur tersebut turun ke bawah. Berdasarkan jumlahnya, bleeding
dapat dinyatakan sebagai penurunan total pertinggi satuan beton.

Bleeding dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:

 Susunan butir agregat. Jika komposisinya sesuai, kemungkinan untuk


terjadinya bleeding kecil.
 Banyaknya air. Semakin banyak air berarti semakin besar pula
kemungkinan terjadinya bleeding
 Kecepatan hidrasi. Semakin cepat beton mengeras, semakin kecil
kemungkinan terjadinya bleeding
 Proses pemadatan. Pemadatan yang berlebihan bukan penyebab
terjadinya bleeding.

Bleeding ini dapat dikurangi dengan cara:

 Memberi lebih banyak semen


 Menggunakan air paling minimum
 Menggunakan agregat dengan butiran halus lebih banyak
 Memasukkan sedikit udara dalam adukan untuk beton khusus

II-3
2.2 Bahan-bahan Penyusun Beton

2.2.1. Semen

Semen yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton ialah


semen Portland. Menurut ASTM C-150,1985. Semen Portland
didefiniskan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak besi (klinker) yang mengandung kalsium silikat yang
bersifat hidrolis, digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa
satu atau lebih Kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan
bahan lain. Semen digunakan dalam pembuatan beton sebagai bahan
pengikat antara satu komponen penyusun beton dengan komponen lainnya
dan banyak dipakai dalam pembangunan fisik. Penambahan air pada
semen akan menghasilkan suatu pasta semen yang jika mengering akan
mempunyai kekuatan seperti batu, sedangkan jika ditambah air dan pasir
akan menjadi mortar semen, dan jika ditambah lagi dengan kerikil atau
batu pecah disebut beton.

Senyawa kimia utama yang menyusun semen Portland yaitu:

(a). Trikalsium Silikat (3CaO.SiO22) yang disingkat menjadi C3S.

(b). Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C2S.

(c). Trikalsium Aluminat (3CaO. Al2O3) yang disingkat menjadi C3A.

(d).Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3) yang disingkat


menjadi C4AF.

Gambar 2.1. Semen Portland Composite

II-4
2.2.2. Agregat Halus (Pasir)

Agregat Halus (pasir) adalah hasil disintegrasi alami batuan atau


pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Syarat agregat
halusadalah :

a. Berupa pasir yang berfungsi sebagai bahan pengisi, harus bebas dari
bahan organic dan lempung.

b. Tersaring dalam ukuran 4-100, gradasi berukuran n<100 dapat


merusak campuran beton.

c. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap berat kering.

Gambar 2.2. Agregat Halus (Pasir Kasar)

2.2.3. Agregat Kasar (Split)

Agregat Kasar adalah hasil disintegrasi alami batuan pecah atau


bahan yang diperoleh dari industry pemecah batu. Syarat agregat kasar
adalah :

a. Agregat kasar memiliki partikel lebih besar daripada 4,75 mm.

b. Harus berbutir keras dan tidak berpori.

c. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering.

d. Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton seperti alkali.

e. Butirannya harus bervariasi, tajam, kuat dan bersudut.

II-5
Gambar 2.3. Agregat Kasar

2.2.4. Air

Air merupakan komponen penting dari campuran beton yang


memegang peranan penting dalam bereaksi dengan semen dan mendukung
terbentuknya kekuatan pasta semen. Kualitas air mempengaruhi kekuatan
beton, maka kemurnian dan kualitas air untuk campuran beton perlu
mendapat perhatian. Secara umum, untuk campuran beton diperlukan air
yang memenuhi standar air minum.Tujuan utama dari penggunaan air
adalah agar terjadi hidrasi, yaitu reaksi kimia yang terjadi antara semen
dan air yang menyebabkan campuran tersebut menjadi keras setelah lewat
beberapa waktu tersebut. Air untuk perawatan dan pembuatan beton tidak
boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organic,
atau bahan lain yang dapat merusak beton atau tulangannya. Sebaiknya
digunakan air bersih, tidak berasa, tidak berbau, dan dapat diminum.

Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Tidak mengandung lumpur dan benda melayang lainnya yang lebih


dari 2 gr/liter
2. Tidak mengandung garam atau asam yang dapat merusak beton, zat
organik dan sebaginya lebih dari 15 gram per liter.
3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 1 gram per liter.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram per liter.
Faktor air semen (water cement ratio) adalah perbandingan berat air bebas
dengan berat semen. Faktor air semen merupakan faktor pengaruh dalam
pasta semen. Air yang berlebihan dapat menyebabkan banyaknya
gelembung air setelah proses hidrasi selesai sedangkan air yang terlalu
sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya
sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton

II-6
Gambar 2.4. Air Tawar
2.3. Bahan tambah berbasis garam (Larutan NaCl)

Dalam proses hidrasi semen yang bercampur dengan Larutan


NaCl akan terpengaruh ikatan kimianya dengan membentuk fase baru
dalam mikrostruktur beton sehingga mempengaruhi sifat mekanis beton
terutama pada durabilitas beton. Serangan klorida merupakan penyebab
utama dari kerusakan struktur beton yang berpotensi dalam pembentukan
mekanisme karat. Apabila ion klorida yang terkandung dalam air bereaksi
dengan semen, maka sebagian produk hidrasi semen akan mengikat ion
klorida dalam beton baik melalui pengikatan secara kimiawi maupun
melalui absorbsi secara fisik. Ion klorida yang tidak terikat oleh produk
hidrasi akan menjelajah melalui pori-pori beton dan terpenetrasi kedalam
lapisan galvanis baja (Sumber : M.V.A. Marinescu dkk, 2010).Ki Yong
Ann dan Ha-Won Song (2007) juga telah meneliti tentang ambang batas
klorida, dimana jumlah klorida terikat sudah mencapai titik maksimum
dalam arti bahwa sudah tidak ada lagi unsur atau senyawa dari semen
yang dapat mengikat klorida. Ketika konsentrasi klorida berada pada
ambang batas tertentu tercapai pada interface penguatan beton, korosi dari
besi beton baja mulai bereaksi.

II-7
Air Laut merupakan campuran dari 96,5 % air murni dan 3,5%
material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan
organik dan partikel-partikel tak terlarut. Air laut memang berasa asin
karena memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter air laut
(1000 ml) terdapat 35 gram garam. Kandungan garam di setiap laut
berbeda kandungannya. Laut yang paling tawar adalah di timur teluk
finlandia dan di utara teluk bothania, keduanya merupakan bagian dari laut
baltik. Laut yang paling asin adalah laut merah.
Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam
mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Hampir semua
lautan memiliki rasio garam individu yang konstan, misalnya di Samudera
Atlantik, konsentrasi ion adalah sebagai berikut: klorida 2.00%, sulfat
0.28%, natrium 1.11%, magnesium 014%, kalsium 0.05% , dan kalium
0.04%. Air laut mengandung juga beberapa CO2 terlarut.

Reaksi kimia air laut terhadap beton diakibatkan oleh kandungan


sejumlah ion-ion garam terlarut. Kandungan garam atau salinitas air laut
biasanya berkisar 3,5 %. Terkecuali pada laut lepas atau samudra. Ion-ion
pokok yang terkandung dalam air laut pada umumnya adalah sodium,
magnesium, chloride, dan sulfat. Ion-ion tersebut dapat merusak
konstruksi pada lingkungan air laut dengan berbagai cara.
Pada lingkungan laut, penetrasi klorida kedalam beton yang berasal
dari air laut membentuk garam friedel. Garam friedel ini menempati
volume yang besar setelah kristalisasi pada pori-pori daripada senyawa
yang ia gantikan. Terbentuknya garam friedel yang merupakan hasil dari
pengikatan klorida. Dalam kondisi yang berlebihan, garam friedel ini
cukup menguntungkan bagi kuat tekan karena hal ini dapat mengisi pori-
pori pada pasta dan mortar sehingga dapat menyebabkan kuat tekannya
bertambah tinggi.
Pada penelitian ini digunakan semen PCC. Selain itu, juga digunakan air
laut buatan (artificial) dengan penambahan natrium chloride (NaCl) 2%
dan 5% dari berat semen, dengan asumsi bahwa pada daerah dengan
II-8
tingkat penguapan yang besar, maka konsentrasi ion klorida (Cl-) juga
meningkat

Gambar 2.5. Natrium Klorida (NaCl)

2.4. Pengaruh NaCl pada hidrasi semen


Secara kimiawi, salah satu produk hidrasi semen adalah Ca(OH) 2.
Senyawa ini sifatnya mudah bereaksi dengan apapun yang ada dalam
kandungan air itu. Disisi lain Ca(OH)2 ini berfungsi untuk melindungi
galvanis baja dari korosi atau dengan kata lain agar sifat pasif baja tetap
terjaga. Berikut proses hidrasi semen yang beraksi dengan klorida:
2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2 (hidrasi
yang terjadi pada C3S)
2(2CaO.SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.2H2O + Ca(OH)2 (hidrasi
yang terjadi pada C2S)
C3S (Trikalsium Silikat) dan C2S (Dikalsium Silikat) merupakan dua dari
empat komposisi kimia semen.Ca(OH)2 ini apabila bereaksi dengan NaCl
maka akan terjadi reaksi seperti berikut:
2NaCl + Ca(OH)2 CaCl2 + 2NaOH
CaCL2 ini akan kembali bereaksi pada salah satu komposisi kimia semen
yaitu C3A (Trikalsium Aluminat) yang hasilnya sebagai berikut:
3Ca.O.Al2O3.10H2O + CaCl2 3CaO.Al2O3.10H2O.CaCl2 (Garam
Friedel).
Terbentuknya garam friedel yang merupakan hasil dari pengikatan klorida
dalam beton.Dalam kondisi yang berlebihan, garam friedel ini cukup
menguntungkan bagi kuat tekan beton karena hal ini dapat mengisi pori-

II-9
pori beton. Disisi yang sama, akibat kandungan klorida, mengakibatkan
Ca(OH)2 berkurang dalam beton akibat dari proses reaksi yang terjadi.
Hal ini dapat menyebabkan kuat tekannya bertambah tinggi.

2.5. Kuat Tekan Beton

Beton yang baik adalah jika beton tersebut memiliki kuat tekan
yang tinggi, dengan kata lain mutu beton ditinjau hanya dari kuat tekannya
saja (Tjokrodimulyo, 1996). Kuat tekan beton dinyatakan dengan tegangan
tekan maksimum f’c dengan satuan N/m2 atau MPa (Mega Pascal).Kuat
tekan beton pada umur 28 hari berkisar antara nilai ± 10-65 MPa.Untuk
struktur beton bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kuat
tekan 17-30 MPa (Dipohusodo, 1994).

Nilai Kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian


standar, menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan
bertingkat dengan kecepatan peningkatan bebean tertentu atas benda uji
silinder beton sampai hancur.

Kekuatan tekan beton merupakan salah satu kinerja utama beton.


Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan
persatuan luas. Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kuat
tekan beton yang telah mengeras dengan benda uji berbentuk kubus atau
silinder.Kuat tekan beton dipengaruhi oleh factor perbandingan air semen
(w/c).

Umumnya kuat tekan maksimum tercapai pada saat nilai satuan


regangan tekan ɛ’ mencapai ± 0,002.Selanjutnya nilai tegangan fc’ akan
turun dengan bertambahnya nilai regangan sampai benda uji hancur pada
nilai ɛ’ mencapai 0,003-0,005. Beton dengan kuat tekan tinggi lebih getas
dan akan hancur pada nilai regangan maksimum yang lebih rendah
dibandingkan dengan beton kuat tekan rendah.

II-10
Pada umumnya nilai kuat tekan maksimum utnuk mutu beton
tertentu akan berkurang pada tingkat pembebanan yang lebih lamban atau
slower rates of strain.Nilai Kuat tekan beton beragam sesuai dengan
umurnya dan biasanya nilai kuat tekan beton ditentukan pada waktu beton
mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya pada umur 7 hari
kuat tekan beton mencapai 70% dan pada umur 14 hari mencapai 85-90%
dari kuat tekan beton umur 28 hari.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi kekuatan beton yaitu:

1. Faktor air semen (f a s)


Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air dan berat
semen dalam campuran pasta atau mortar. Secara umum diketahui bahwa
semakin tinggi nilai f.a.s maka semakin rendah mutu kekuatan beton.
Namun demikian, nilai f.a.s. yang semakin rendah tidak selalu berarti
bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai f.a.s. yang rendah akan
menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam
pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan menyebabkan mutu
beton menurun.
2. Jumlah Semen
Pada mortar dengan f.a.s sama, beton dengan kandungan semen lebih
banyak belum tentu mempunyai kekuatan lebih tinggi. Hal ini disebabkan
karena jumlah air yang banyak, demikian pula pastanya, menyebabkan
kandungan pori lebih banyak daripada mortar dengan kandungan semen
yang lebih sedikit. Kandungan pori inilah yang mengurangi kekuatan
mortar. Jumlah semen dalam mortar mempunyai nilai optimum tertentu
yang memberikan kuat tekan tinggi.
3. Umur Beton
Kekuatan beton akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur
dimana pada umur 28 hari pasta dan mortar akan memperoleh kekuatan
yang diinginkan.

II-11
4. Sifat Agregat
Sifat agregat yang berpengaruh terhadap kekuatan ialah bentuk, kekasaran
permukaan, kekerasan dan ukuran maksimum butir agregat. Bentuk dari
agregat akan berpengaruh terhadap interlocking antar agregat.

2.6. Tegangan dan Regangan Beton

Tegangan didefinisikan sebagai tahanan terhadap gaya-gaya luar.


Intensitas gaya yaitu gaya (P) per satuan luas disebut tegangan dan
diberi notasi huruf yunani “” (sigma). Dengan melihat arah gaya luar yang
terjadi maka tegangan dibedakan menjadi dua yaitu:

 Tegangan Tekan (Compressive Stress)


A

Gambar 2.6.Tegangan Tekan (Compressive Stress) pada beton silinder.


Dengan mengasumsikan bahwa tegangan terbagi rata di seluruh
penampang, dengan demikian didapatkan rumus:

σ = P/A

II-12
dengan :
σ = Tegangan (N/mm2)
P = Gaya aksial (N)
A = Luas penampang benda uji (mm2)
Jika suatu benda ditekan atau ditarik gaya P yang diterima benda
mengakibatkan adanya ketegangan antar partikel dalam material yang
besarnya berbanding lurus. Perubahan tegangan partikel ini menyebabkan
adanya pergeseran struktur material himpitan atau regangan yang besarnya
juga berbanding lurus. Karena adanya pergeseran, maka terjadilah
deformasi bentuk material misalnya perubahan panjang menjadi L + (atau
L-).Dimana L adalah panjang awal benda dan adalah perubahan panjang
yang terjadi.Rasio perbandingan antara terhadap L inilah yang disebut
Strain(regangan) dan dilambangkan dengan “ (epsilon). Dengan demikian
didapatkan rumus:

Dimana :
= regangan / strain (m)
= Panjang Benda mula-mula (m)
= Perubahan Panjang Benda (

Gambar 2.7. Regangan (Strain)

II-13
Jika batang tersebut mengalami tekan, maka regangannya adalah regangan
tekan (compressive strain) dan batang tersebut memendek.Jika batang
tersebut mengalami tarik, maka regangannya disebut regangan tarik
(tensile strain), yang menunjukkan perpanjangan bahan, regangan tekan
bertanda negative dan regangan tarik bertanda positif.Regangan (disebut
regangan normal karena rengangan normal karena regangan ini berkaitan
dengan tegangan normal (Gere, Timoshenko, 1997).

2.7. Modulus elastisitas Beton


Modulus elastisitas atau modulus young merupakan ukuran
kekakuan suatu material.Semakin besar harga modulus elastisitas maka
semakin kecil regangan elastis yang terjadi pada suatu tingkat pembebanan
tertentu, atau dapat dikatakan material tersebut semakin kaku
(stiff).Modulus elastisitas beton dipengaruhi oleh jenis agregat,
kelembaban benda uji beton, faktor air semen, umur beton dan
temperaturnya.
Beton tidak memiliki modulus elastis yang pasti.Dengan
mempelajari dari beberapa macam kurva tegangan-regangan pada kuat
tekan beton yang berbeda terlihat bahwa secara garis besar kuat tekan
maksimum tercapai pada saat nilai satuan regangan mencapai ± 0,002.
Selanjutnya nilai tegangan f’c akan mengalami penurunan dengan
bertambahnya nilai regangan sampai benda uji hancur pada nilai regangan
0,003 – 0,005.
Berdasarkan SK SNI 03-2847 2002 Pasal 12.2.3 regangan kerja
maksimum yang diperhitungkan diserat tepi beton tekan terluar adalah
0,003 sebagai batas hancur.Kemiringan kurva awal pada beton sangat
seragam dan umumnya agak melengkung.Pada penerapannya, untuk
menentukan modulus elastisitas beton digunakan rumus-rumus empiris
yang menyertakan besaran besar disamping kuat tekannya. Menurut pasal
10.5 SNI-03-2847 (2002) untuk beton dengan berat isi (Wc) antara 1500 –
2500 kg/mm2, nilai modulus elastisitasnya dapat diambil sebesar :

II-14
Sedangkan untuk beton normal dengan berat isi 23 kN/m3, maka dapat
digunakan nilai modulus elastis sebesar .
Dalam pengujian modulus elastisitas pada beton silinder, menurut ASTM
C 469-02 memberikan cara menentukan nilai modulus elastisitas sebagai
berikut :

Keterangan :
E = Modulus Elastisitas, (MPa)
S2= Nilai dari 40% tegangan maksimum
S1= Nilai Tegangan pada regangan 0,00005

ᵋ2= Regangan pada S2


ᵋ1= 0,00005.
Modulus elastisitas beton memiliki nilai yang bervariasi tergantung
dari beberapa faktor, diantaranya adalah kuat tekan beton. Makin tinggi
kuat tekannya maka modulus elastisitasnya juga semakin besar, dimana
perubahan panjang yang terjadi akibat pembebanan tekan akan makin
kecil. Hal ini disebabkan kondisi beton makin keras sehingga dengan
energi yang samaakan dihasilkan pemendekan dan regangan yang lebih
kecil bila dibandingkan beton yang kuat tekannya kecil. (sukoyo, 2008).

Gambar 2.8. Modulus Tangen Awal dan Modulus Elastisitas

II-15
2.8. Porositas
Porositas didefenisikan sebagai perbandingan volume pori (volume
yang ditempati oleh fluida) terhdap volume total beton (volume benda uji).
Range pori pada beton umumnya terjadi akibat kesalahan dalam
pelaksanaan dan pengecoran seperti faktor air semen yang berpengaruh
pada lekatan antara pasta semen dengan agregat, besar kecilnya nilai
slump, pemlihan tipe susunan gradasi agregat gabungan, maupun terhadap
lamanya pemadatan. Semakin tinggi tingkat kepadatan pada beton maka
semakin besar kuat tekan atau mutu beton, sebaliknya semakin besar
porositas beton, maka kekuatan beton akan semakin kecil. Pada umumnya
material beton mutu tinggi adalah sama dengan beton normal, dengan nilai
porositas beton yang terjadi adalah cukup kecil sehingga didapatkan
tingkat kepadatan yang cukup tinggi. Nilai porositas beton ditentukan oleh
Faktor Air Semen (FAS) dari pasta. Semakin kecil FAS, maka semakin
kecil porositasnya. Porositas memiliki nilai penting pada suatu material
beton. Nilai porositas berhubungan langsung dengan sifat mekanik beton
seperti kekedapan, keawetan bahkan dengan kekuatan beton dalam hal ini
kuat tekan beton. Menurut Powers (1959), semakin kecil air yang mengisi
ruang dari tiap unit semen (semakin kecil w/c ratio) pada awal pengikatan,
maka proporsi pori-pori kapiler dalam semen akan semakin baik (semakin
kecil). Menurut Powers, porositas terbuka terisi oleh evaporebel water.
Evaporebel water adalah air yang dapat menguap dan sebagian besar
merupakan air yang berada didalam kapiler atau yang tertahan oleh gaya-
gaya permukaan dalam substansi gel itu sendiri. Akibat adanya proses
hidrasi, kadar air yang tidak dapat menguap ini akan bertambah
jumlahnya, sehingga kadar evaporabel water menjadi berkurang, karena
rongga-rongga yang ada akan terisi oleh produk hidrasi (Power and
Brownyard, 1974).
Adapun rumus untuk menghitung nilai porositas pada beton adalah sebagai
berikut :

II-16
Porositas =
Dengan, A = Berat sampel dalam air, W water (gram)
B = Berat sampel kondisi SSD, W saturation (gram)
C = Berat sampel kering oven, W dry (gram)

Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi
volume dari suatu rongg yang ada dalam material tersebut. Besarnya
porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0% sampai dengan 90%
tergantung dari jenis dan aplikasi material tersebut. Ada dua jenis porositas
yaitu porositas tertutup dan porositas terbuka masih ada akses ke
permukaan luar, walaupun rongga yang terjebak didalam padatan dan serta
tidak ada akses ke permukaan luar, sedangkan porositas terbuka masih ada
akses ke permukaan luar, walaupun rongga tersebut ada ditengah-tengah
padatan. Porositas suatu bahan pada umumnya dinyatakan sebagai
porositas terbuka dengan rumus (Lawrence H.Van Vlack,1998):
P = {{(wb-wk)/vb} x {(1/pair)}x(100%)}
Dimana :
P = Porositas
wb = Massa basah sampel setelah direndam (gram)
wk = Massa kering sampel setelah direndam (gram)
vb = Volume benda uji (cm3) (1/4.π.d2. t)
= massa jenis air (gr/cm3)

Gambar 2.9. Low Porosity dan High porosity

II-17
Gambar 2.10. Beberapa pori terlihat setelah pemadatan

2.9. Hubungan antara Porositas terhadap Kuat Tekan Beton


Secara teoritik hubungan atau korelasi antara porositas terhadap kuat tekan
beton yaitu semakin besar porositas pada benda uji maka semakin rendah
kekuatannya. Peningkatan persentase porositas memiliki keterkaitan
terhadap penurunan kuat tekan maupun kuat tarik beton.
Porositas beton adalah tingkatan yang menggambarkan kepadatan
konstruksi beton. Porositas ini berhubungan erat dengan permeabilitas
beton. Porositas merupakan persentase pori-pori pada beton umumnya
terjadi akibat kesalahan dalam pelaksanaan dan pengecoran seperti faktor
air semen yang berpengaruh pada lekatan antara pasta semen dengan
agregat, besar kecilnya nilai slump, pemilihan tipe susunan gradasi agregat
gabungan, maupun terhadap lamanya pemadatan. Semakin tinggi tingkat
kepadatan pada beton maka semakin besar kuat tekan atau mutu beton,
sebaliknya semakin besar porositas beton, maka kekuatan beton akan
semakin kecil.

II-18
Salah satu masalah yang sangat berpengaruh pada kuat tekan beton
adalah adanya porositas. Porositas juga dapat diakibatkan adanya partikel-
partikel bahan penyusun beton yang relatif besar, sehingga kerapatan tidak
maksimal. Porositas beton juga menggambarkan besar kecilnya kekuatan
beton dalam menyangga suatu konstruksi.
Meningkatnya nilai porositas menunjukkan bahwa beton memiliki
pori yang cukup besar akibat terjadinya penguapan air dan pemuaian
material pengisi beton. Hal ini merupakan salah satu penyebab turunnya
kualitas beton dalam memikul beban, khususnya kemampuan beton dalam
memikul beban tekan.

Gambar 2.11. Hubungan antara Kuat Tekan dan Porositas digunakan oleh
Agregat Jepang

2.10. Pengaruh Superplaticisers terhadap beton air laut


Menurut ASTM C494 dan British Standard 5075, Superplaticisers
adalah bahan kimia tambahan pengurang air yang sangat efektif untuk
menghasilkan viskositas/kekentalan adukan pasta semen atau beton segar
yang lebih rendah sehingga dapat meningkatkan kelacakan pada campuran
beton. Apabila superplaticisers dicampurkan dengan air laut tidak akan
memberikan pengaruh besar terhadap kekuatan beton yang dicampur
dengan menggunakan air laut karena bahan tambah ini lebih dapat
bercampur dan bereaksi dengan unsur pokok material yang lain didalam
adukan beton dikarenakan bentuknya yang berupa cairan.

II-19
Superplaticisers hanya dapat memperbaiki workabilitas namun
tidak berpengaruh besar dalam meningkatkan kuat tekan beton untuk
faktor air semen yang diberikan. Bahan ini juga merupakan sarana untuk
menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi pemisahan (segregasi/bledding)
yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang sangat besar.
Superplaticisers mempunyai keuntungan dalam penggunaannya
yaitu:
1. Pada beton segar
- Mempunyai workability yang baik
- Flowability yang sangat besar
- Kemampuan menghasilkan beton yang homogenitas
- Finishing yang mudah pelaksanaannya
2. Pada beton keras
- Density yang sangat baik karena kemampuan water reducing yang
sangat tinggi
- Mempunyai kekuatan yang tinggi karena rongga-rongga yang
terjadi sangat minim
- Mempunyai tingkat durabilitas yang tinggi
- Mengurangi terjadinya susut dan retak.

2.11. Pentingnya Durabilitas Beton


Beton mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi, tetapi kuat
tariknya sangat rendah.Rendahnya kuat terik pada elemen struktur yang
betonnya mengalami tegangan Tarik diperkuat dengan batang baja
tulangan sehingga terbentuk suatu struktur komposit yang kemudian
dikenal dengan sebutan beton bertulang (Tjokrodimuljo, 1995).Dalam
penggunaannya, durabilitas atau keawetan beton juga sangat berpengaruh
agar beton dapat bertahan dari kerusakan dalam jangka waktu tertentu. Air
laut banyak mengandung NaCl yang dapat menyebabkan besi tulangan
yang ada di dalam beton menjadi korosi, hal ini sangat mempengaruhi

II-20
durabilitas beton karena semakin lama beton tidak bisa bertahan dari gaya
Tarik dikarenakan kekuatan tulangan menjadi menurun karena korosi.
Kristalisasi garam (NaCl) dalam ilmu kimia merupakan senyawa
ionik yang terdidri dari ion positif (kation) dan ion negative (anion),
sehngga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan).Kristalisasi garam
(NaCl) terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa yang dapat
mempengaruhi konsentrasi terhadap kinerja beton.Raksi dimulai dengan
serangan terhadap mineral-mineral dalam agregat oleh alkalin hidroksida
yang ada dalam semen.Reaksi ini membentuk suatu gel yang menyelimuti
butiran-butiran agregat. Gel tersebut dikelilingi oleh pasta semen dan
karena terjadi reaksi maka terjadilah tegangan internal hidrolik melalui
proses osmosis. Hasil reaksi klorida yang dapat larut dalam air dapat
mengarah pada penyusutan material yang dapat melemahkan beton.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Garam_%28kimia%29)

2.12. Penelitian Terdahulu


Penelitian dari Mansyur, mahasiswa pascasarjana Universitas
Hasanuddin (2013): Penelitian terdahulu telah melakukan penelitian
tentang karakteristik beton yang menggunakan air laut sebagai air
pencampur dan air perawatan. Pengaruh klorida yang terkandung dalam
air laut terhadap pembentukan kalsium hidroksida, garam friedel, dan
ettringite pada beton. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kinerja kuat
tekan beton dengan menggunakan air laut sebagai pencampur meningkat
sebesar 1,93% dari kuat tekan beton air tawar pada umur 28 hari.

Pencampuran beton dengan menggunakan air laut sering dilakukan


oleh masyarakat yang berada pada lokasi yang terisolir dengan air bersih
(air tawar). Penelitian tentang pencampuran beton dengan menggunakan
air laut ini pun sering dilakukan oleh para peneliti. Tarek Uddin
Mohammed, Hidenori Hamada, dan Toru

II-21
Yamaji (2001) melakukan penelitian tentang kinerja campuran
beton dengan menggunakan air laut di lingkungan pasang surut. Dalam
penelitian ini mengamati perilaku kuat tekan, penetrasi klorida dan korosi
baja pada beton dengan pola pencampuran menggunakan air laut dan air
keran (air tawar). Jenis semen yang digunakan dalam melakukan
investigasi seperti semen Portland biasa, terak semen abu terbang, semen
Portland dengan panas hidrasi sedang, dan semen Portland dengan
kekuatan awal tinggi.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa campuran beton dengan air


laut menghasilkan keuntungan pada kekuatan awal yang tinggi. Setelah 20
tahun diekspose, tidak ada perbedaan yang signifikan pada kuat tekan
dalam pencampuran beton dengan menggunakan air laut dan air keran.
Jumlah awal klorida (akibat penggunaan air laut) dapat menyebabkan
inisiasi korosi pada tulangan baja yang memiliki rongga/ celah pada
beton bertulang setelah pengecoran beton.

Penggunaan air laut menunjukkan lubang korosi yang lebih dalam


dibandingkan dengan menggunakan air keran. (Cement and Concrete
Research 34 (2004) 593–601).Penelitian tentang penggunaan air laut juga
dilakukan oleh N. Otsuki, D. Furuya, T. Saito dan Y. Tadokoro (2011)
yang melakukan penelitian tentang kemungkinan penggunaan air laut
sebagai air pencampur pada beton. Dalam penelitian ini menggunakan
OPC (Ordinary Portland Cement) dan semen BFS (Blast Furnace Slag)
yang dicampur dengan air tawar dan air laut dalam rangka
membandingkan durabilitas beton. Spesimen dibuat dengan pasta semen
BFS yang memiliki rasio penggantian BFS terhadap OPC adalah 70% dan
rasio air semen adalah 0,5. Ukuran spesimen adalah 10×10×40 mm.
Hasilnya menunjukkan perbedaan daya tahan antara beton dicampur
dengan air tawar dan dicampur dengan air laut tidak begitu banyak, tetapi
perbedaan antara beton dengan OPC dan semen BFS sangat besar.

II-22
Dalam penelitian ini juga diperoleh pencampuran dengan air laut
menurunkan jumlah pori-pori yang meningkatkan kuat tekan terhadap
semen BFS dibandingkan dengan menggunakan air tawar. Penelitian ini
memberikan kesimpulan bahwa penggunaan air laut aman untuk
digunakan sebagai air pencampuran beton dengan ketentuan menggunakan
semen BFS atau semen campur, bukan semen OPC, dan menggunakan
inhibitor korosi atau diperkuat dengan stainless steel atau penguatan tahan
korosi. Dalam penelitian untuk beton berongga, M. Wihardi Tjaronge,
dkk. (2011) meneliti pengaruh air laut pada kekuatan beton berongga
yang menggunakan semen Portland komposit dan serat mikro
monofilamen polypropylene. Spesimen beton berongga direndam dalam
air laut hingga 28 hari. Uji kuat tekan dan uji kuat lentur dilakukan
pada 3, 7 dan 28 hari dalam rangka untuk menyelidiki `perkembangan
kekuatan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan beton berpori
dapat berkembang di air laut. Hal itu terungkap bahwa tidak ada efek yang
cukup dari air laut pada proses hidrasi ketika beton berpori direndam
dalam air laut. Ikatan baik terjadi antara pasta semen dan agregat kasar,
sehingga dalam menahan beban tekan dan lentur memiliki kapasitas
yang baik pada beton berongga (Sumber: Proceedings of the Sixth
International Conference on Asian and Pacific Coasts/APAC 2011).

II-23
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bagan Alir Penelitian

Secara garis besar tahapan pelaksanaan dari proses penelitian dan


metode penelitian yang digunakan dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Mulai

Persiapan:

 Bahan dan Alat


 Agregat Kasar
 Agregat Halus
 Larutan NaCl
 Superplaticizer

Pengujian Karakteristik

Agregat (Kadar Air, Berat


Jenis, AnalisaSaringan)

Mix Design:
Komposisi Campuran Beton
f’c 30 MPa

Pembuatan Benda Uji

 Beton Normal
 Beton dengan Penambahan NaCl 2%
 Beton dengan Penambahan NaCl 5%

A
III-1
A

Perawatan (curing) dalam air tawar

Uji Tekan Umur 3,7,28, dan 90 hari

Pengolahan Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian

III-2
3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bahan dan Beton,


Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar.

3.3. Waktu Penelitian

Durasi penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan (September 2013


– Januari 2014).

3.4. Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1. Alat Penelitian

 CetakanSilinder ukuran 15 cm x 30 cm
 Slump Test
 Alat Uji Tekan (Tokyo Testing Machine) kapasitas 1000 kN
 Mesin Pencampur bahan (concrete Mixer)
 Timbangan
 Bak Perendaman

3.4.2. Bahan Penelitan

 Semen : PCC (Portland Composite Cement) PT. Semen Tonasa


 Agregat Halus : Pasir alam asal Bili-bili
 Agregat Kasar : BatuPecah (Ukuran maksimum 20 mm) asal bili-
bili
 Air : Laboratorium Jurusan Teknik Sipil UNHAS
 Larutan NaCl
 Admixture : Superplaticizer jenis Visconcrete 3115 ID produk PT.
Sika Indonesia

3.5. Sampel Penelitian

Perancangan campuran beton dikerjakan mengikuti metode JSCE


Guidelines for Concrete No. 6 untuk membuat benda uji beton normal
dengan kuat tekan f’c 30 MPa. Berdasarkan rancangan campuran beton

III-3
tersebut, lalu ditambahkan Larutan NaCl dengan variasi yang telah
direncanakan. Komposisi campuran yang dipergunakan dalam penelitian
ini disajikan dalam tabel.

Tabel 3.1.Rancangan Komposisi Campuran Beton

Volume Berat (Kg/m3)


NaCl Keterangan
(%) Air PCC Pasir BatuPecah NaCl Superplaticizer
0 165,31 422,4 670,65 1065,89 0 3,655 Untuk
2 165,31 422,4 670,65 1065,89 0,253 3,655 Sampel
5 165,31 422,4 670,65 1065,89 0,6335 3,655 Silinder
Sumber :HasilPerhitungan

Sampel benda uji yaitu sampel silinder 15cm x 15cm x 30cm untuk
pengujian Kuat Tekan (compressive strength). Jumlah dan ukuran sampel
benda uji disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2. Ukuran penampang dan jumlah benda uji

Ukuran Umur (Hari) Volume


Kode Benda Uji Keterangan
(cm) 3 7 28 90 NaCl (%)

NaCl – 0 Silinder 15 x 30 4 4 4 4 0 UjiTekan


NaCl – 2 Silinder 15 x 30 4 4 4 4 2 UjiTekan
NaCl - 5 Silinder 15 x 30 4 4 4 4 5 UjiTekan

3.6. Prosedur Penelitian


3.6.1. Pengujian Karakteristik Agregat
Sebelum pembuatan benda uji beton, dilakukan pengujian terhadap
karakteristik agregat halus dan kasar. Pemeriksaan karakteristik agregat
yang dilakukan dalam penilitian ini mengacu pada ASTM yang meliputi:

III-4
Tabel 3.3. Pemeriksaan Agregat Halus
Standar
No JenisPemeriksaan
Yang Digunakan
1 Pemeriksaan Analisa Saringan ASTM C136 - 01
2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan ASTM C128 - 01
3 Pemeriksaan Kadar Air ASTM C566 - 97

Tabel 3.4 Pemeriksaan Agregat Kasar


Standar
No JenisPemeriksaan
Yang Digunakan
1 Pemeriksaan Analisa Saringan ASTM C136 - 01
2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan ASTM C128 - 01
3 Pemeriksaan Kadar Air ASTM C566 - 97

3.6.2. Rancangan Campuran Beton(Concrete Mix Design)


Dalam penelitian ini menggunakan metode JSCE (Japan Society of
Civil Engineers) Guidelines No.6 Standard Specifications for Concrete
Structures-2002 “Materials and Construction”. Berikut adalah langkah-
langkahnya:
1. Kekuatan Proporsi Campuran
Kekuatan proporsi campuran beton harus ditentukan dengan
mempertimbangkan standar rancangan beton dan variasi kualitas beton
pada lokasi konstruksi.
Biasanya, kekuatan proporsi campuran beton f'cr harus begitu
bertekad bahwa kemungkinan hasil tes kompresi di lokasi konstruksi
jatuh pendek darikekuatan proporsi campuran mutu f'ck tidak melebihi
5%.
2. Ukuran Maksimum Agregat Kasar
Ukuran maksimum agregat kasar tidak boleh lebih dari 1/5 dari
dimensi minimumnya, ¾ dari jarak minimum antara tulangan atau ¾

III-5
dari ketebalan beton penutup. Ketentuan ukuran maksimum agregat
kasar dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.5. Ukuran Maksimum Agregat Kasar


Ukuran Maksimum Agregat Kasar
Tipe Struktur
(mm)
Beton bertulang biasa 20 atau 25
Beton bertulang tebal 40
40
Beton tanpa tulangan
Tidak lebih dari ¼ dimensi terkecil

3. Penetapan Nilai Slump


Nilai slump beton sebaiknya dikurangi sebisa mungkin dengan
kisaran yang sesuai untuk transportasi, placing, dan konsolidasi.
Ketentuan nilai slump dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.6. Ketentuan Nilai Slump
Slump (cm)
Beton berisi udara dan air
Tipe Beton
kisaran tinggi mengurangi
Normal
campuran
Normal 5 – 12 12 – 18
Betonbertulang
Skalabesar 3 – 10 8 – 15
Beton tanpa Normal 5 – 12 -
tulangan Skalabesar 3–8 -

4. Kadar Udara
Kadar udara sebaiknya sebesar 4 sampai 7% dari volume beton
sebagai standar berdasarkan ukuran maksimum agregat kasar.

III-6
Tabel 3.7. Nilai Standar Kadar Udara Beton Air Laut (%)
UkuranMaksimum
KondisiLingkungan Agregat Kasar (mm)
25 40
Rentan terhadap pembekuan (a) Atmosfer laut 5.0 4.5
dan pencairan (b) Zona splash 6.0 5.5
Tanpa resiko pembekuan dan pencairan 4.0 4.0

5. Rasio Air-Semen
Pada prinsipnya, rasio air-semen tidak lebih dari 65 %.Dalam hal
beton laut, rasio air-semen maksimum ditentukan dari pertimbangan daya
tahan tidak boleh melebihi yang ditunjukkan dalam tabel sebagai standar.
Tabel 3.8. Rasio Air -Semen Maksimum Beton Berdasarkan Durabilitas
Produk pabrik atau beton
Kondisi dengan kualitas dijamin sama
Konstruksi Konstruksi dengan atau lebih tinggi dari
Normal produk pabrik dengan pilihan
Kondisi bahan dan konstruksi yang
Lingkungan tepat
(a) Di ataspermukaan air laut 45 50
(b) Zonasplash 45 45
(c) Dalam air laut 50 50

6. Jumlah Air
Jumlah air harus serendah mungkin dalam rentang yang dapat diterima
untuk konstruksi dan harus ditentukan dengan pengujian.
Jumlah air pada beton yang mengandung udara dan kisaran tinggi
campuransedikitair tidak boleh melebihi 175 kg/m3.
Pada umumnya dianjurkan untuk memilih jumlahair tidak lebih dari nilai
yang ditampilkan dalam Tabel 3.7.

III-7
Tabel 3.9. Batas Jumlah Air yang disarankan pada Beton
Ukuran Maksimum Agregat Kasar Batas Maksimum Jumlah Air
(mm) (kg/m3)
20 – 25 175
40 165

7. Rasio Pasir Terhadap Total Agregat (s/a)


Dalam penentuan rasio pasir agregat dan volume agregat kasar (SSD
Condition) per satuan volume beton, disarankan untuk merujuk pada nilai-
nilai ditunjukkan dalam Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.10. Perkiraan Nilai Volume Curah Agregat Kasar dry- RoddedPer Satuan
Volume Beton, Rasio Pasir Agregat dan JumlahAir
Betonair-entrained
Volume
Dengan campuran
agregat
UkuranM Dengan campuran air-entraining – dan
kasar dry-
aksimum air-entraining campuran water
rodded Kadar
AgregatK reducing
per air
asar Rasio Rasiopasir-
satuan (%) Jumlah Jumla
(mm) pasir-total total
volume air h air
agregat agregat
beton W (kg) W (kg)
s/a (%) s/a (%)
15 58 7.0 47 180 48 170
20 62 6.0 44 175 45 165
25 67 5.0 42 170 43 160
40 72 4.5 39 165 40 155
1) Nilai rata-rata ditentukan dengan mengacu pada Standar Proporsi
BetonReady-Mix Asosiasi Industri di Jepang. Nilai ini didasarkan pada
penggunaan pasir normal (modulus kehalusan: sekitar 2,8) dan batu
dengan rasio air - semen 0,55 dan slump sekitar 8 cm
2) Jika bahan atau kualitas beton yang berbeda dari kondisi yang diberikan
dalam nilai-nilai yang disebutkan di atas harus diubah dengan mengacu
pada tabel berikut

III-8
Tabel 3.11. Tabel Koreksi
Kondisi Koreksi s/a (%) Koreksi W (kg)
Untuk setiap peningkatan Menambah
(penurunan) 0.1 pada modulus (mengurangi) 0.5 Tidak ada koreksi
kehalusan pasir poin
Untuk setiap peningkatan Menambah
Tidak ada koreksi
(penurunan) 1 cm pada slump (mengurangi) 1.2%
Kondisi Koreksi s/a (%) Koreksi W (kg)
Mengurangi
Untuk setiap peningkatan Mengurangi
(menambah) 0.5
(penurunan) 1% pada kadar udara (menambah) 3%
sampai 1.0 poin
Untuk setiap peningkatan Menambah
(penurunan) 0.05 pada rasio air- (mengurangi) 1.0 Tidakadakoreksi
semen poin
Menambah
Untuk setiap peningkatan
- (mengurangi) 1.5
(penurunan) 1% pada s/a
kg

8. Isi Campuran
Kuantitas campuran per satuan volume beton harus ditentukan sehingga
mencapai efektivitas yang diperlukan.

9. Kadar Semen
Kadar semen harus pada prinsipnya ditentukan dari jumlah air dan rasio air-
semen.Kadar semen beton kelautan harus ditentukan dengan mengacu ke
tabel 3.10 sehingga mencapai ketahanan yang diperlukan.

Tabel 3.12. Ketentuan Jumlah Semen Minimum Berdasarkan Durabilitas


UkuranMaks. Agregat Kasar 25 40
Kondisi Lingkungan (mm) (mm)
Zona splash dan di ataspermukaan air laut 330 300
Di dalam air laut 300 280

III-9
10. Kandungan Klorida
Jumlah total ion klorida selama pencampuran tidak boleh melebihi 0,30
kg/m3. Untuk beton bertulang digunakan dalam kondisi normal atau beton
bertulang dengan tulangan non nominal yang ketersediaan bahan dengan
kandungan klorida-rendah, sangat rendah, batas atas jumlah ion klorida
dalam beton dapat ditingkatkan sampai 0,6 kg/m3.

III-10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang diperoleh melalui pengujian meliputi


pengujian karakteristik agregat. Dari pengujian beton diperoleh hasil berupa nilai
kuat tekan dan modulus elastisitas beton.

4.1. Karakteristik Material

Material yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari agregat alam
yaitu agregat halus (pasir) dan agregat kasar (batu pecah) yang berasal dari bili-
bili (Gowa). Berdasarkan pelaksanaan pemeriksaan agregat di laboratorium
Struktur dan Bahan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin,
diperoleh hasil pemeriksaan karakteristik yang ditunjukkan pada Tabel 4.1. untuk
agregat halus dan Tabel 4.2 untuk agregat kasar yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Halus (Pasir)

Karakteristik Hasil
No. Interval Keterangan
Agregat Pemeriksaan
1 ModulusKehalusan 2,3 – 3,1 2,44 Memenuhi
Berat Jenis:
a. BJ Nyata
1,6 – 3,3 2,39 Memenuhi
2 b. BJ DasarKering
1,6 – 3,3 2,53 Memenuhi
c. BJ Kering
1,6 – 3,3 2,57 Memenuhi
Permukaan
3 Penyerapan Air 0,2% – 2% 5,71 Tidak Memenuhi

Hasil analisa saringan agregat halus yang kemudian diplot pada grafik batas
gradasi masuk pada gradasi zona 1 sebagaimana Gambar 4.1.

IV-1
100
90
80
70
60
Persen Lolos

50
40
30
20
10
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 10

Ukuran Saringan (mm)

BATAS ATAS BATAS BAWAH Pasir

Gambar 4.1. Grafik Gradasi Agregat Halus

Tabel. 4.2. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Kasar (Kerikil)

No. KarakteristikAgregat Interval HasilPemeriksaan Keterangan

1 ModulusKehalusan 6,0 – 7,1 6,67 Memenuhi


Berat Jenis:
a. BJ Nyata
1,6 – 3,3 2,68 Memenuhi
2 b. BJ DasarKering
1,6 – 3,3 2,73 Memenuhi
c. BJ
1,6 – 3,3 2,82 Memenuhi
KeringPermukaan
3 Penyerapan Air 0,2% – 4% 1,87 Memenuhi

IV-2
BATAS GRADASI KERIKIL ZONE II

100
90
80
PERSEN LOLOS

70
60
50
40
30
20
10
0
4.8 10 20 40
UKURAN SARINGAN

Kerikil BATAS ATAS BATAS BAWAH

Gambar 4.2. Grafik Gradasi Agregat Kasar

Grafik gradasi Agregat Kasar (batu pecah) pada gambar di atas


menunjukkan bahwa agregat kasar (batu pecah) yang digunakan merupakan batu
pecah dengan gradasi zona 4,75-19,05 mm, sebagaimana ukuran agregat
maksimum yang direncanakan yaitu 20 mm, dengan modulus halus butir agregat
6,73.

4.2 Rancang Campuran Beton (Mix Design Concrete)

Rancang campuran beton yang dilakukan pada penelitian ini


menggunakan metode JSCE (Japan Society of Civil Engineers) No.6
Standard Specifications for Concrete Structures-2002 “Material and
Construction”. Kuat tekan beton yang disyaratkan (mutu beton)
ditargetkan f’c = 30 Mpa. Tabel 4.3. memperlihatkan komposisi dari tiap
material yang digunakan.

IV-3
Tabel 4.3. Komposisi Campuran Beton

Berat/m3 Berat Untuk Berat untuk


Bahan Beton
Beton 4 sampel (Kg) 12 sampel (Kg)

Air 168,96 4,96 12,61


Semen 422,4 12,67 33,8
Pasir 670,65 20,12 53,65
Batu Pecah 1065,89 31,98 85,26

4.3. Pengujian Slump Test

Pengukuran Slump Test dilakukan untuk mengetahui Kelecakan


(workability) adukan beton. Kelecakan adukan beton merupakan ukuran
dari tingkat kemudahan campuran untuk diaduk, diangkut, dituang, dan
dipadatkan tanpa menimbulkan pemisahan bahan penyusun beton
(segregasi). Tingkat kelecakan ini dipengaruhi oleh komposisi campuran,
kondisi fisik dan jenis bahan pencampurnya.

Untuk pengujian slump test pada penelitian ini dilakukan sebanyak


tiga kali seperti Gambar 4.3. Hasil pengujian slump test berturut-turut
yaitu sebesar 8,5 cm, 8 cm dan 7,8 cm. sehingga material ini memenuhi
batas syarat nilai slump test untuk beton yaitu 10±2 cm.

Tabel 4.4. Nilai Slump

Titik Rata-Rata Nilai


Pengecoran
1 2 3 Slump (cm)

I 7.80 8.50 8.20 8.17

II 8.30 8.60 7.90 8.27

III 8.50 8.90 7.50 8.30

IV 7.90 8.50 8.60 8.33

IV-4
Gambar 4.3. Pengujian Slump Test

4.4. Kuat Tekan Beton

Pengujian Kuat Tekan Beton dilakukan pada umur 3 hari, 7 hari,


28 hari dan 90 hari dengan menggunakan silinder berukuran 150 mm x
300 mm masing-masing sebanyak 4 buah seperti yang tercantum dalam
Tabel 4.5. Pengujian Kuat Tekan mengacu pada ASTM C39/ C39M-01
(Standard Test Method for Compressive Strength of Cylindrical Concrete
Speciments) dan termuat pada SNI 1974:2011 seperti pada Gambar 4.4.
berikut

Gambar 4.4. Pengujian Kuat Tekan dengan Tokyo Machine Test

IV-5
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Normal

KUAT
KODE UMUR BERAT LUAS BEBAN TEKAN KUAT TEKAN
RATA-RATA
SAMPEL (HARI) (Kg) (mm2) (kN) (MPa) (MPa)
N-0 12.312 17662.50 212.24 12.016
N-0 12.410 17662.50 212.05 12.006
3 12.057
N-0 12.250 17662.50 213.38 12.081
N-0 12.445 17662.50 214.18 12.126
N-0 12.045 17662.50 309.57 17.527
N-0 11.920 17662.50 335.68 19.005
7 19.490
N-0 11.830 17662.50 365.00 20.665
N-0 11.905 17662.50 366.74 20.764
N-0 12.460 17662.50 527.10 29.843
N-0 12.547 17662.50 536.94 30.400
28 30.085
N-0 12.442 17662.50 534.24 30.247
N-0 12.528 17662.50 527.22 29.850
N-0 12.595 17662.50 567.22 32.114
N-0 12.360 17662.50 566.18 32.055
91 32.025
N-0 12.600 17662.50 567.26 32.117
N-0 12.730 17662.50 561.94 31.815

IV-6
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Kuat Tekan dengan penambahan NaCl 2 %

KUAT
KODE UMUR BERAT LUAS BEBAN TEKAN KUAT TEKAN
RATA-RATA
SAMPEL (HARI) (Kg) (mm2) (kN) (MPa) (MPa)
N-2 11.935 17662.50 221.52 12.542
N-2 11.960 17662.50 215.36 12.193
3 12.382
N-2 12.045 17662.50 224.02 12.683
N-2 12.010 17662.50 213.90 12.110
N-2 12.105 17662.50 370.74 20.990
N-2 12.015 17662.50 362.40 20.518
7 21.582
N-2 11.995 17662.50 417.04 23.612
N-2 12.055 17662.50 374.62 21.210
N-2 12.525 17662.50 525.50 29.752
N-2 12.490 17662.50 548.00 31.026
28 31.148
N-2 12.485 17662.50 566.62 32.080
N-2 12.450 17662.50 560.50 31.734
N-2 12.705 17662.50 706.80 40.017
N-2 12.635 17662.50 676.60 38.307
91 37.995
N-2 12.660 17662.50 700.80 39.677

N-2 12.680 17662.50 600.14 33.978

IV-7
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Kuat Tekan dengan penambahan NaCl 5 %

KUAT
KODE UMUR BERAT LUAS BEBAN TEKAN KUAT TEKAN
RATA-RATA
SAMPEL (HARI) (Kg) (mm2) (kN) (MPa) (MPa)
N-5 11.955 17662.50 267.62 15.152

N-5 11.970 17662.50 272.00 15.400


3 15.440
N-5 12.910 17662.50 275.84 15.617

N-5 12.925 17662.50 275.38 15.591

N-5 12.415 17662.50 458.54 25.961

N-5 12.310 17662.50 470.40 26.633


7 27.440
N-5 12.360 17662.50 510.72 28.915
N-5 12.345 17662.50 498.98 28.251

N-5 12.615 17662.50 558.14 31.600

N-5 12.850 17662.50 566.30 32.062


28 31.649
N-5 12.520 17662.50 575.78 32.599
N-5 12.582 17662.50 535.80 30.335

N-5 12.660 17662.50 735.20 41.625

N-5 12.665 17662.50 683.60 38.703


91 38.602
N-5 12.680 17662.50 566.23 32.058

N-5 12.810 17662.50 742.20 42.021

Pengujian Kuat Tekan Bertujuan untuk mengetahui kekuatan beton


(compressive strength) yang direndam (curing) di Laboratorium pada
umur 3 hari, 7 hari, 28 hari dan 90 hari. Pengujian dilakukan pada tiga
jenis beton dengan perlakuan yang berbeda yaitu, Beton normal tanpa
penambahan NaCl, Beton dengan penambahan NaCl 2%, dan Beton
dengan penambahan NaCl 5% yang masing-masing terdiri dari 4 benda
uji.

IV-8
Benda Uji Silinder berukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm
dipasang pada mesin tekan secara sentris. Pembebanan dilakukan sampai
benda uji menjadi hancur dan tidak dapat lagi menahan beban yang
diberikan (jarum penunjuk berhenti kemudian bergerak turun), sehingga
didapatkan beban maksimum yang ditahan oleh benda uji tersebut.
Kemudian hitung Kuat Tekan beton yaitu besarnya beban persatuan luas.
Komposisi material penyusun beton memiliki pengaruh tehadap kuat
tekan yang dihasilkan dari beton tersebut. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 4.5. yang menunjukkan hubungan kuat tekan terhadap umur
beton sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan. Pada umur 91 hari,
kuat tekan rata-rata beton normal 32,025 MPa, NaCl 2% sebesar 38,144
MPa, NaCl 5% sebesar 38,602 MPa.

40
35
KUAT TEKAN BETON (MPa)

30
25
20 NORMAL

15 NACL 2%

10 NACL 5%

5
0
0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91
UMUR (HARI)

Gambar 4.5. Peningkatan kuat tekan beton normal dan beton NaCl 2% , NaCl 5%
pada umur 3,7,28, dan 91 hari

IV-9
50

45
KUAT TEKAN BETON NORMAL (MPa)

40

35
UMUR 3 HARI
30
UMUR 7 HARI
25 UMUR 28 HARI
UMUR 91 HARI
20

15

10
10 15 20 25 30 35 40 45 50
KUAT TEKAN BETON NACL 2% (MPa)

Gambar 4.6. Peningkatan kuat tekan beton normal dan beton NaCl 2% pada
umur 3,7,28, dan 91 hari

50
KUAT TEKAN BETON NORMAL (MPa)

45

40

35
UMUR 3 HARI
30
UMUR 7 HARI
25 UMUR 28 HARI

20 UMUR 91 HARI

15

10
10 15 20 25 30 35 40 45 50
KUAT TEKAN BETON NACL 5% (MPa)

Gambar 4.7. Peningkatan kuat tekan beton normal dan beton NaCl 5% pada
umur 3,7,28, dan 91 hari

IV-10
Dari grafik di atas dapat dilihat peningkatan kuat tekan beton yang
dicampur dengan menggunakan natrium klorida (NaCl) lebih tinggi kuat tekannya
bila dibandingkan dengan beton normal air tawar. Pada sampel beton NaCl 2%,
peningkatan kuat tekan umur 3 hari sebesar 32,59%, umur 7 hari sebesar 56,80%
dan umur 28 hari sebesar 81,98% dari rata-rata kuat tekan pada umur 91 hari yaitu
38,144 MPa. Untuk beton NaCl 5%, peningkatan kuat tekan umur 3 hari sebesar
39,99%, umur 7 hari sebesar 71,08% dan umur 28 hari sebesar 81,99% dari rata-
rata kuat tekan pada umur 91 hari yaitu 38,602 MPa. Sedangkan Pada sampel
beton normal, peningkatan kuat tekan umur 3 hari sebesar 37,65%, umur 7 hari
sebesar 60,86% dan umur 28 hari sebesar 93,94% dari rata-rata kuat tekan pada
umur 91 hari yaitu 32,025 MPa.
Untuk masing-masing perbandingan kuat tekan berdasarkan umur
rendaman 3,7,28 dan 91 hari, dapat juga dilihat pada gambar diagram batang
dibawah ini.
40
35
KUAT TEKAN BETON (MPa)

30
25
20
15
10
5
0
3 7 28 91
NORMAL 12.057 19.490 30.085 32.025
NACL 2% 12.382 21.582 31.148 37.995
NACL 5% 15.440 27.440 31.649 38.602

Gambar 4.8. Perbandingan kuat tekan pada beton normal dan beton penambahan
NaCl umur 3,7,28 dan 91 hari

IV-11
Apabila dibandingkan kuat tekan pada umur 91 hari antara beton
normal dengan beton penambahan NaCl 2% terjadi selisih 19,11% lebih
tinggi beton penambahan NaCl 2% dari beton normal. Sedangkan beton
normal dengan beton penambahan NaCl 5% terjadi selisih 20,54% lebih
tinggi beton penambahan NaCl 5% dari beton normal.

4.5. Modulus Elastisitas Beton

Pengujian modulus elastisitas beton dilakukan pada umur 3 hari, 7


hari, 28 hari dan 91 hari dengan menggunakan silinder berukuran
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
Dari hasil pengujian diperoleh modulus elastisitas pada umur 3, 7
28, dan 91 hari. Adapun hasil pengujian modulus elastisitas beton yang
mengandung natrium klorida sebanyak 0%,2% dan 5% dapat dilihat pada
Tabel 4.8.

IV-12
Tabel 4.8. Hasil modulus elastisitas beton normal dengan beton penambahan
natrium klorida 2% dan 5%.
MODULUS ELASTISITAS (N/mm2)
BENDA UJI
3 7 28 91
14774.614 14999.621 21059.917 36307.025
13247.097 15423.877 28730.311 36896.646
NORMAL
9633.529 14608.150 23291.971 32997.675
7144.747 19413.918 27378.162 34539.995
RATA-RATA 11199.997 16111.392 25115.090 35185.335
17947.513 22151.578 29365.692 29442.329
16668.929 21531.244 28706.094 43426.145
NACL 2%
12761.962 21107.595 24099.081 34356.060
14694.618 17399.835 27120.197 38266.711
RATA-RATA 15518.256 20547.563 27322.766 36372.811
13456.804 23692.198 29509.588 36819.620
19900.943 21240.774 28420.655 35877.936
NACL 5%
14126.902 18387.584 29459.981 42325.456
19369.263 19423.794 28700.130 37677.971
RATA-RATA 16713.478 20686.088 29022.589 38175.246

Dari hasil pengujian elastisitas, terlihat bahwa beton dengan


penambahan natrium klorida mempunyai nilai modulus elastisitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan beton normal, secara rinci dapat dilihat
pada Gambar.4.9. di bawah ini.

IV-13
40000

MODULUS ELASTISITAS BETON (N/mm2) 30000

20000 NORMAL
NACL 2%
NACL 5%
10000

0
0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91
UMUR (HARI)

Gambar 4.9. Peningkatan modulus elastisitas beton normal dengan beton


penambahan natrium klorida

Dari grafik di atas dapat dilihat modulus elastisitas beton yang


dicampur dengan menggunakan natrium klorida (NaCl) lebih tinggi bila
dibandingkan dengan beton normal air tawar. Pada sampel beton NaCl
2%, peningkatan modulus elastisitas umur 3 hari sebesar 42,66%, umur 7
hari sebesar 56,49% dan umur 28 hari sebesar 75,12% dari rata-rata
modulus elastisitas pada umur 91 hari yaitu 36372,811 N/𝑚𝑚2 . Untuk
beton NaCl 5%, peningkatan modulus elastisitas umur 3 hari sebesar
43,78%, umur 7 hari sebesar 54,19% dan umur 28 hari sebesar 76,02%
dari rata-rata kuat tekan pada umur 91 hari yaitu 38175,245 N/𝑚𝑚2 .
Sedangkan Pada sampel beton normal, peningkatan kuat tekan umur 3 hari
sebesar 31,83%, umur 7 hari sebesar 45,79% dan umur 28 hari sebesar
71,38% dari rata-rata kuat tekan pada umur 91 hari yaitu 35185,335
N/𝑚𝑚2 .
Dalam diagram batang pada Gambar 4.10. terlihat pula perbedaan
elastisitas beton NaCl dan beton normal pada umur 1, 3, 7 dan 28 hari.

IV-14
40000

MODULUS ELASTISITAS BETON (N/mm2) 30000

20000

10000

0
3 7 28 91
NORMAL 11199.997 16111.392 25115.090 35185.335
NACL 2% 15518.256 20547.563 27322.766 36372.811
NACL 5% 16713.478 20686.088 29022.589 38175.246

Gambar 4.10. Perbandingan modulus elastisitas pada beton normal dan beton
penambahan NaCl umur 3,7,28 dan 91 hari

Apabila dibandingkan modulus elastisitas pada umur 91 hari antara beton


normal dengan beton penambahan NaCl 2% terjadi selisih 3,37% lebih tinggi
beton penambahan NaCl 2% dari beton normal. Sedangkan beton normal dengan
beton penambahan NaCl 5% terjadi selisih 8,49% lebih tinggi beton penambahan
NaCl 5% dari beton normal.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai


kuat tekan beton maka semakin besar pula modulus elastisitasnya. Sedangkan
modulus elastisitas dengan penambahan natrium klorida (NaCl) lebih tinggi dari
pada modulus elastisitas dengan tanpa penambahan natrium klorida (NaCl) dapat
dilihat pada Gambar 4.11.

IV-15
MODULUS ELASTISITAS MORTAR (Gpa) 50
50
45
45
40
40
35
35 y = 0.906x + 0.9347
30 R² = 0.8943
30
25
25 normal
20
20 NACL 2%
15
15 NACL 5%
10
10
5
5
0
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
KUAT TEKAN MORTAR (N/mm2)

Gambar 4.11. Hubungan kuat tekan dan modulus elastisitas pada beton

IV-16
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengujian beton normal


dan dengan penambahan NaCl 2% dan NaCl 5%, maka diperoleh
kesimpulan bahwa:

1. Berdasarkan nilai kuat tekan yang dihasilkan pada beton yang


menggunakan larutan natrium klorida (NaCl), menunjukkan nilai kuat
tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beton yang dicampur
dengan air tawar dengan faktor air semen yang sama.
2. Kuat tekan beton meningkat seiring dengan pertambahan umur.
3. Berdasarkan dari nilai modulus elastisitas yang dihasilkan pada beton
juga meningkat seiring dengan peningkatan kuat tekan.
4. Beton umur 91 hari kuat tekannya meningkat sebesar 19,11% dan
20,54% masing-masing dengan penambahan NaCl 2% dan 5% dari
beton normal.
5. Modulus elastisitas meningkat sebesar 3,37% dan 8,49% pada beton
dengan penambahan NaCl masing-masing 2% dan 5% pada umur 91
hari.
6. Dalam penelitian ini menggunakan rancangan campuran mix design
metode JSCE (Japan Society of Civil Enginers)

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka sebagai


bahan pertimbangan, diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi penambahan


NaCl, untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang optimal.

V-1
2. Sebaiknya pada saat adanya penelitian lanjutan diharapkan jumlah
benda uji lebih diperbanyak lagi untuk mendapatkan pengaruh NaCl
terhadap beton normal yang maksimum.
3. Perhatikan proses pemadatan pada saat pembuat benda uji.

V-2
DAFTAR PUSTAKA

ASTM C39-49 Compressive Strength Test.

Emmanuel A.O., Olabode F.A., Olabode Ogunasami. Investigation of Salinity


Effect on Compressive Strength of Reinforced Concrete.

DepartemenPekerjaanUmum 2000.Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder


dengan Cetakan Silinder di dalamTempat Cetakan dengan Standar SK SNI
03-6429-2000. Badan Standarisasi Nasional.

DepartemenPekerjaanUmum 2004.Semen Portland Komposit dengan Standar SK


SNI 15-7064-2004.BadanStandarisasiNasional.

Mohammed, TarekUddindkk.Performance of Seawater-Mixed Concrete in The


Tidal Enviroment.Cement and Concrete Research 593-601. 2004

Mulyono, Tri. TeknologiBeton. Yogyakarta: Andi. 2003

Nugraha, Paul dan Antoni. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi

Otsuki, N., Furuya, D., Saito, T. and Todokoro, Y. (2011). Possibility of Sea Water as
Mixing Water in Concrete. 36th Conference on Our World in Concrete &
Structures. Singapore.

SNI-03-1974-1990 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton

SNI-15-7064-2004 Semen Portland Composite

Standard Specifications for Concrete Structures. 2002 Materials and


Construction.

Stark, David. Long-Term Performance of Plain and Reinforced Concrete in


Seawater Enviroments. Research and Development Bulletin RD119 PCA

Tjaronge, M Wihardi. Teknologi Bahan Lanjut, Semen dan Beton Berongga.


Makassar: CV. TelagaZamzam. 2012

UEDA, Tamon. JSCE Guidelines for Concrete No.6 Standard Specifications For
Concrete Structures-2002 “Material and Construction”.Tokyo. 2005

Anda mungkin juga menyukai