Anda di halaman 1dari 3

VULVITIS

Vulvitis adalah peradangan pada vulva [ mons veneris, labia mayora, labiya minora, klitoris,
vestibulum, orifisium uretra externa, glandula bartholini dan glandula para uretra ]

Etiologi Vulvitis

Peradangan pada vulva bisa disebabkan oleh sejumlah kondisi, seperti:

 Infeksi. Tidak hanya vagina, vulva juga dapat terinfeksi bakteri, virus, atau jamur.
Contoh-contoh penyebab infeksi pada vulva adalah herpes genital, jamur candida,
infeksi HPV, kutu kemaluan, dan skabies.
 Iritasi. Beberapa produk rumah tangga dapat menyebabkan iritasi, seperti tisu toilet,
sabun mandi, sampo, dan kondisioner yang mengandung parfum, deodoran, bedak,
semprotan organ intim, spermisida, serta pakaian dalam yang bukan berbahan katun.
Iritasi juga dapat terjadi setelah berenang atau berendam di fasilitas umum, bersepeda,
serta menunggang kuda.
 Penyakit kulit. Beberapa penyakit kulit yang dapat memengaruhi kesehatan vulva, di
antaranya adalah psoriasis, lichen planus, dan lichen sclerosus.
 Estrogen rendah. Vulvitis dapat terjadi akibat kadar estrogen yang rendah, seperti
saat menopause. Vulvitis yang terjadi dikaitkan dengan peradangan vagina akibat
vagina menjadi kering.
 Vulvodynia. Seseorang yang menderita vulvodynia akan mengalami rasa tidak
nyaman atau nyeri, seperti tersengat atau terbakar, yang bersifat kronis pada area
vagina dan vulva, tanpa adanya penyebab yang jelas.
 Kanker vulva. Kanker vulva jarang terjadi, dan umumnya menyerang wanita berusia
di atas 60 tahun. Tandanya diawali dengan benjolan atau luka pada vulva.

Gejala Vulvitis

Vulvitis menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung dari penyebab peradangan pada
vulva. Sangat disarankan untuk tidak menggaruk alat kelamin apabila muncul rasa gatal,
karena berisiko menyebabkan iritasi berkembang menjadi infeksi.

Gejala-gejala vulvitis di antaranya adalah:

 Rasa sangat gatal di alat kelamin, terutama pada malam hari.


 Keputihan.
 Rasa seperti terbakar dan kulit pecah-pecah di sekitar vulva.
 Kulit bersisik dan area putih yang menebal di vulva.
 Bengkak dan merah di labia dan vulva.
 Benjolan berisi cairan (blister) pada vulva.

Perlu diingat bahwa gejala-gejala di atas bisa saja disebabkan oleh penyakit lain, selain
vulvitis. Untuk itu, konsultasikan kepada dokter bila Anda mengalami sejumlah gejala di
atas.

Patogenesis dan patofisiologi


Umumnya vulvitis dapat dibagi dalam 3 golongan :
1. Yang bersifat local.
 Infeksi pada glandula bartholini
Sering timbul karena gonorea, infeksi streptococcus, E.coli.
 Infeksi pada orifisium uretra externa, glandula para uretralis.
Sering disebabkan karena gonorea.
 Infeksi pada kulit, rambut, glandula sebasea, glandula esokrin keringat.bisa timbul karena
trauma luka atau sebab lain.

2. Golongan yang timbul bersama-sama dengan vaginitis atau timbul akibat vaginitis.

3. Yang merupakan permulaan atau manifestasi penyakit umumnya.


Vulvitis pada
 Penyakit kelamin klasik, yaitu gonorea, sifilis, ulkus molle, limfogranuloma venereum.
 Vulvitis yang disebabkan oleh infeksi virus herpes genetalis.
 Vulvitis pada diabetes mellitus.

Diagnosis Vulvitis

Dokter akan memeriksa panggul pasien dan melihat tanda-tanda yang mengindikasikan
vulvitis, seperti merah, bengkak, benjolan berisi cairan (blister), atau luka pada vulva. Selain
itu, dokter akan mengecek adanya keputihan sebagai tanda-tanda infeksi.

Selain menanyakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, dokter dapat melakukan tes
darah, tes urine, dan pap smear guna mendeteksi penyebab peradangan atau infeksi hingga
tanda-tanda kanker. Terkadang diperlukan mengambil sampel jaringan kulit untuk diperiksa
di bawah mikroskop (biopsi kulit), apabila vulvitis tidak membaik dengan pengobatan yang
sudah dilakukan.

Pengobatan dan Pencegahan Vulvitis

Pengobatan vulvitis bergantung pada kondisi yang menyebabkannya. Jika vulvitis disebabkan
oleh infeksi, maka pemakaian obat antibiotik atau antijamur menjadi langkah pengobatan
yang tepat. Dokter dapat meresepkan salep kortikosteroid untuk digunakan beberapa kali
dalam sehari. Salep ini dapat membantu mengurangi rasa gatal dan iritasi pada vulva. Selain
kortikosteroid, krim emolien dan tablet antihistamin juga dapat digunakan untuk mengurangi
gatal.

Dokter juga dapat menyarankan pemakaian krim, pessarium, atau tablet vagina yang
mengandung hormon estrogen, bila vulvitis disebabkan oleh kadar hormon estrogen yang
rendah. Bagi penderita vulvodynia, krim anestesi lokal dan tindakan operasi bisa juga
menjadi bentuk penanganan yang disarankan oleh dokter.

Selain lewat metode pengobatan vulvitis di atas, langkah-langkah berikut ini juga bisa
diterapkan untuk membantu mempercepat penyembuhan sekaligus mencegah terjadinya
vulvitis. Di antaranya adalah:
 Segera menghentikan kebiasaan yang dapat menyebabkan iritasi, misalnya memakai
pakaian yang terlalu ketat. Sebagai gantinya gunakan pakaian yang agak longgar atau
berbahan katun untuk memberikan udara pada organ intim.
 Segera mengganti pakaian dan celana dalam yang basah, baik setelah berolahraga
ataupun berenang.
 Hindari mencuci organ intim dengan sabun atau larutan yang mengandung tambahan
parfum.
 Membersihkan organ intim sekali dalam satu hari dengan air hangat.
 Untuk pemilihan alat kontrasepsi, hindari penggunaan kondom yang dilumasi dengan
spermisida.

Bentuk pengobatan vulvitis dipengaruhi sejumlah faktor, seperti riwayat kesehatan, usia,
penyebab penyakit dan gejala, serta toleransi terhadap obat-obatan tertentu. Konsultasikan
kepada dokter bila Anda mengalami gejala vulvitis, agar mendapatkan pengobatan yang
tepat.

Komplikasi Vulvitis

Vulvitis yang ditangani dengan baik bisa disembuhkan. Jika tidak, kondisi ini bisa
menyebabkan komplikasi. Sebagai contoh, gatal-gatal pada organ intim wanita atau pruritus
pada malam hari dapat menyebabkan gangguan tidur dan mengurangi kualitas hidup. Selain
itu, sikap cemas dan gangguan psikologis lainnya dapat memicu terjadinya gangguan
psikoseksual.

Pemeriksaan terhadap penyakit yang mendasari terjadinya vulvitis harus dilakukan dengan
seksama guna menghasilkan penanganan yang tepat. Karena tidak hanya akan menyulitkan
proses penyembuhan, penyebab vulvitis yang tidak terdeteksi dapat pula berakibat fatal,
misalnya kanker vulva.

Anda mungkin juga menyukai