JURNAL
Oleh:
NIM: 145010107111129
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2018
PELAKSANAAN PASAL 35 AYAT 1 HURUF C PERATURAN KEPALA
KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT
IZIN MENGEMUDI BERKAITAN DENGAN SYARAT KARAKTERISTIK
PEMBUATAN SIM D BAGI DISABILITAS (Studi di Kantor Satuan Polisi Lalulintas
(Satlantas) Kepolisian Resor (Polres) Kota Malang)
RR. Alysia Gita Purwasaputri, Dr. H. Setyo Widagdo SH, M.Hum., Lutfi Effendi, SH.
M.Hum.
Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya
alysia_gita@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai pelaksanaan penerapan Pasal 35 ayat 1
huruf c Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Surat
Izin Mengemudi. Dalam Pasal 35 ayat 1 huruf c tersebut mengatur mengenai syarat
karakteristik secara fisik seseorang dalam memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM). Namun
dalam pelaksanaan Pasal 35 Ayat 1 Huruf c Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2012 tentang Surat Ijin Mengemudi di Kota Malang bagi penyandang
Disabilitas, syarat karakteristik secara fisik untuk calon penerima Saurat Izin Mengemudi
(SIM) D atau Surat Izin Mengemudi (SIM) D yang diperuntukkan untuk penyandang
disabilitas di Kota Malang tidak berjalan sesuai peraturan yang berlaku karena adanya
beberapa faktor, salah satunya adalah tidak diaturnya syarat karakteristik fisik khusus bagi
penyandang disabilitas. Jadi untuk pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan yang berada
di lapangan. Adapun jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian empiris
dengan metode penelitian yuridis sosiologis yang dilakukan dengan cara penelitian langsung
untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan Pasal 35 Ayat 1 Huruf c Peraturan Kepala
Kepolisian Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 tentang Surat Ijin Mengemudi di Kota
Malang bagi penyandang Disabilitas. Metode pengambilan data dilakukan dengan cara studi
di lapangan dengan melakukan wawancara kepada anggota Satlantas Kepolisian Resor
(Polres) Kota Malang. Analisis data yang digunakan oleh penulis menggunakan metode
Deskriptif kualitatif merupakan uraian dalm bentuk kalimat yang teratur, runtut, logis dan
efektif. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan penerapan
Pasal 35 Ayat 1 Huruf c Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2012 tentang Surat Ijin Mengemudi mengenai syarat karakteristik untuk kepemilikan Surat
Izin Mengemudi (SIM) bagi penyandang disabilitas belum berjalan dengan baik karena
terhambat oleh beberapa faktor.
RR. Alysia Gita Purwasaputri Dr. H. Setyo Widagdo SH, M.Hum., Lutfi Effendi, SH.
M.Hum.
ABSTRACT
This research is aimed to find out the implementation of Article 35 Paragraph (1) letter c on
the regulation of the head of Indonesian National Police Number 9 Year 2012 on Driver
License. Article 35 Paragraph (1) letter c regulates characteristic requirement especially
related to physical condition of a person in terms of the approval of driver license. However,
in reality, Article 35 Paragraph (1) letter c of the Regulation of the Head of Indonesian
National Police Number 9 Year 2012 on Driver License for Disabled People in Malang,
characteristic requirement regarding physical condition for the candidate disabled holders of
driver license type D in Malang is not yet implemented accordingly due to several factors,
one of which is physical characteristic requirement for disabled people is not yet regulated.
So far the implementation is simply adjusted to what is seen in the field. This research is
categorized as empirical with socio-juridical approach to directly obtain data from research
field related to Article 35 Paragraph (1) letter c of the Regulation of the Head of Indonesian
National Police Number 9 Year 2012 on Driver License for Disabled People in Malang city.
Data collection was conducted by directly obtaining data from the field through interview
with Traffic Police Unit members of Malang city. Data was analyzed by using descriptive-
qualitative method, jotted down into well-organized, chronological, logical and effective
sentences. From the research result, it can be concluded that the implementation of Article 35
Paragraph (1) letter c of the Regulation of the Head of Indonesian National Police Number 9
Year 2012 on Driver License for Disabled People in terms of characteristic requirement to
hold driver license for disabled people is not yet well implemented due to several factors.
Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban dalam menjunjung tinggi hukum
yang berada di negaranya. Pengaturan Hak Asasi Manusia dianggap sangat penting untuk
mencegah kesenjangan sosial yang ada di masyarakat. Hak Asasi Manusia sendiri adalah hak
fundamental yang dimiliki oleh manusia sejak di dalam kandungan dan Negara diwajibkan
Maka dari itu seseorang yang berkebutuhan khusus atau yang disebut sebagai
penyandang disabilitas harusnya lebih mendapatkan perlakuan yang khusus dari pemerintah
yang berkaitan dengan sarana dan prasarana umum agar penyandang disabilitas dapat
Penyandang disabilitas sendiri adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama, yang dalam berinteraksi
dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Hal tersebut
Disabilitas. Penyandang disabilitas juga mempunyai hak yang harusnya diperhatikan oleh
Negara, Hak-hak disabilitas yang tertuang dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8
Dari banyaknya berbagai fasilitas yang ada dan penyandang Disabilitas layak
mendapatkan, salah satunya fasilitas yang layak didapatkan adalah fasilitas mengenai
1
Supriadi, Etika dan Tanggung jawab Profesi Hukum di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafita, 2006,
Hlm. 127
Maka dari itu setiap alat transportasi wajib mempunyai tanda pengenal atau suatu
tanda bukti yang disebut STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) oleh masyarakat kita.
Selain itu, pengandara juga wajib memiliki suatu tanda pengenal yang menandakan bahwa
masyarakat tersebut layak untuk berkendara, tanda pengenal itu disebut dengan SIM (Surat
Izin Mengemudi).
SIM yaitu suatu tanda bukti legitimasi kompetensi, alat kontrol, dan data forensik
kepolisian bagi seseorang yang telah lulus uji pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
untuk mengemudikan kendaraan bermotor dijalan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang tertuang dalam pasal 77 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyatakan
bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki Surat
Izin Mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan. Untuk
pengaturan SIM D dijelaskan dalam pasal 80 huruf e yang menyatakan bahwa SIM D berlaku
Peraturan tentang Surat Ijin Mengemudi, selain diatur di dalam pasal 77 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga
diperjelas melalui Peraturan Kapolri Nomor 9 Tahun 2012 tentang Surat Ijin Mengemudi. Di
dalam peraturan tersebut secara jelas dijabarkan mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan
Surat Ijin Mengemudi seperti persyaratan mengenai hal-hal seseorang dapat memiliki Surat
Ijin Mengemudi. Adapun persyaratan seseorang untuk memiliki Surat Ijin Mengemudi sesuai
2
Peraturan kepala kepolisian republik indonesia Nomor 9 Tahun 2012 tentang Surat Izin
Mengemudi
dengan yang tertuang dalam Pasal 34 Peraturan Kapolri Nomor 9 Tahun 2012 tentang Surat
b. Kesehatan rohani.
a) Pengelihatan;
b) Pendengaran; dan
Kesehatan jasmani yang dimaksud diatas telah sesuai dengan ketentuan Pasal 35 Ayat
1 Huruf c Peraturan Kepala Polisi Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 tentang
Surat Izin Mengemudi. Adapun kesehatan jasmani yang dimaksud dalam Pasal 35 Peraturan
Kapolri Nomor 9 Tahun 2012 berlaku untuk pembuatan SIM Perseorangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Kapolri Nomor 9 Tahun 2012. Namun melihat dari
persyaratan yang telah dimaksud pada Pasal 35 Peraturan Kapolri Nomor 9 Tahun 2009 huruf
C tidak dapat diberlakukan oleh masyarakat atau Warga Negara Indonesia yang menyandang
Disabilitas karena mereka tidak mempunyai fisik secara normal sebagaimana mestinya.
Melihat pentingnya hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam penerbitan Surat
Ijin Mengemudi (SIM) untuk penyandang Disabilitas terutama pada persyaratan fisik
sebagaimana telah dimaksud dalam Pasal 35 Ayat 1 huruf c Peraturan Kapolri Nomor 9
Tahun 2012, penulis ingin meneliti terkait pelaksanaan mengenai persyaratan fisik seperti
apakah yang dimaksud untuk penyandang Disabilitas agar memiliki Surat Ijin Mengemudi
(SIM) D, maka dari itu penulis mengangkat judul “PELAKSANAAN PASAL 35 AYAT 1
MALANG.”
B. Rumusan Masalah
3. Apa hambatan dan solusi atas pelaksanaan Pasal 35 Ayat 1 Huruf c Peraturan Kepala
Kepolisian Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 tentang Surat Ijin Mengemudi di
C. Pembahasan
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
yuridis empiris. Metode penelitian yuridis empiris adalah penelitian yang melihat
Kepolisian Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 tentang Surat Izin Mengemudi
Disabilitas, terdapat beberapa macam hak bagi disabilitas tetapi dalam penelitian ini
lokasi suatu hubungan anatar satu sama lain. Meskipun bagi penyandang disabilitas
disabilitas juga tetap harus melakukan ketentuan peraturan yang sudah ada, seperti
Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah salah satu syarat yang wajib dimiliki oleh
pengendara. Ketentuan ini tecantum dalam pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan bahwa setiap
orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dijalan raya wajib memiliki Surat Izin
dalam pasal 77 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas
dan Angkutan Jalan menerangkan bahwa, untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi
atau dalam bahasa inggris disebut actuating adalah suatu tindakan yang dilakukan
untuk mengusahakan agar semua orang atau semua anggota atau kelompok berusaha
untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan dan/atau usaha-usaha
pengorganisasian.
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang
sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah
bahwa kata pelaksanaan bermuara pada aktivitas, adanya aks, tindakan, atau
bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara
Surat Izin Mengemudi (SIM) sebagaimana tecantum dalam pasal 77 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan, maka pihak
yang berwenang atau kepolisian dalam pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) harus
sebagaimana yang dimaksud penulis adalah pihak yang berwenang dalam pembuatan
Surat Izin Mengemudi (SIM) merupakan aparatur pelaksana penegakan hukum yang
penegakan hukum kepolisian harus bersikap adil dan tegas demi terciptanya
Penegak hukum atau pihak berwenang dalam pembuatan Surat Izin Mengemudi
(SIM) disini adalah aparat kepolisian Satlantas Polres Malang Kota yang melakukan
pada Pasal 35 Ayat 1 Huruf c Peraturan Kepala Polisi Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2012.
daerah Kota Malang, aparat yang berwenang telah melakukan beberapa kali
tersebut dilakukan tidak lain untuk menegakkan hukum yang berlaku didalam
biasanya banyak dilakukan secara kolektif baik melalui perkumpulan maupun yayasan
dimana yayasan tersebut menaungi orang-orang yang menyandang disabilitas dan hal
yang tidak sadar hukum untuk membuat Surat Izin Mengemudi (SIM) D itu sendiri.
Mereka berfikiran bahwa Surat Izin Mengemudi (SIM) D tersebut tidak begitu
seluruh masyarakat yang mengendarai kendaraan bermotor wajib memiliki Surat Izin
Hal tersebut terjadi karena anggota Kepolisian Satlantas Polres Kota Malang
Selanjutnya mengenai sarana dan prasarana yang tersedia saat pembuatan Surat
dialaminya. Karena dari pihak kepolisian Satlantas Polres Malang Kota tidak
sesuai dengan kecacatan yang dialaminya dan harus disesuaikan sendiri dengan
kebutuhannya.3
pelaksanaan pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) D belum efektif dilakukan oleh
pihak yang berwenang yaitu anggota kepolisian Satlantas Polres Malang Kota.
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 belum cukup baik dan efektif dalam
pelaksanaannya.
Mengemudi (SIM), adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sesuai
dengan yang tertuang dalam Pasal 34 Peraturan Kapolri Nomor 9 Tahun 2012 tentang
b. Kesehatan rohani.
3
Berdasarkan Wawancara dengan Bripka Widodo Anggota Satlantas Polres Malang Kota tanggal 22 November
2017
a. Pengelihatan;
b. Pendengaran; dan
yaitu pengelihatan, pendengaran dan perawakan pada pasal 35 ayat 1 adalah sebagai
berikut :
1. Kesehatan penglihatan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diukur dari
dengan cara sebelah mata melihat jelas secara bergantian melalui alat bantu
snellen chart dengan jarak ± (kurang lebih) 6 (enam) meter, tidak buta warna
parsial dan total, serta luas lapangan pandangan mata normal dengan sudut
lapangan pandangan 120 (seratus dua puluh) sampai dengan 180 (seratus delapan
puluh) derajat.
2. Kesehatan pendengaran, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, diukur dari
kemampuan mendengar dengan jelas bisikan dengan satu telinga tertutup untuk
setiap telinga dengan jarak 20 cm (senti meter) dari daun telinga, dan kedua
3. Kesehatan fisik atau perawakan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
diukur dari tekanan darah harus dalam batas normal dan tidak ditemukan
keganjilan fisik.
4. Dalam hal peserta uji mempunyai cacat fisik, pengukuran kesehatan fisik,
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), menilai juga bahwa kecacatannya tidak
sampai dengan ayat (4), dilakukan oleh dokter yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter.
6. Dokter, sebagaimana dimaksud pada ayat (6), harus mendapat rekomendasi dari
Kedokteran Kepolisian.
Surat Izin Mengemudi (SIM) sebagaimana tecantum dalam pasal 77 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan yang
menyatakan bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dijalan raya
wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang
maka pihak yang berwenang dalam pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) harus
seseorang yang dapat memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) harus memenuhi syarat
sehat rohani dan jasmani. Untuk kesehatan jasmani telah dijabarkan pada Pasal 35
ayat 1 dan yang perlu kita ketahui pada huruf c Pasal 35 telah disampaikan bahwa ada
syarat yang harus dipenuhi yaitu kesehatan jasmani dalam fisik atau perawakan untuk
adalah orang-orang yang tidak memiliki fisik atau perawakan yang sempurna. Adapun
dibawah ini beberapa ketentuan yang harus dimiliki oleh penyandang disabilitas,
diantaranya yaitu:4
4
Data Diperoleh Berdasar Hasil Wawancara Dengan Bripka Widodo Anggota SATLANTAS Malang Kota,
Tanggal 21 November 2017
. Kendaraan
1 Motor 1. Sehat (Jasmani maupun rohani)
2. Tidak buta (buta warna, buta permanen)
3. Tidak tuli dan tidak bisu
4. Mempunyai tangan lengkap (minimal mempunyai
satu tangan lengkap)
2 Mobil 1. Sehat (Jasmani maupun rohani)
2. Tidak buta (buta warna, buta permanen)
3. Tidak tuli dan tidak bisu
4. Minimal mempunyai satu tangan
5. Kaki harus lengkap
Selain keterangan yang ada pada tabel tersebut, berdasarkan hasil wawancara
yang penulis peroleh saat berada di Satlantas Polres Malang Kota, syarat karakteristik
yang harus dipenuhi oleh penyandang disabilitas tersebut untuk memperoleh Surat
Izin Mengemudi (SIM) D adalah tidak tuli, tidak buta, sanggup bisa mengendarai
kendaraan bermotor.5
Namun perlu diingat bahwa tidak semua penyandang cacat atau penyandang
disabilitas dapat memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM) D, karena ada juga
seseorang yang mengalami kecacatan secara fisik mereka memperoleh Surat Izin
Mengemudi (SIM) A, B1, B2 dan C. Hal tersebut dikarenakan kecacatan secara fisik
yang dialami oleh penyandang disabilitas tersebut tidak sampai untuk membuat
seseorang yang kehilangan satu jarinya, ia disebut sebagai penderita cacat fisik atau
memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) A, B1, B2 dan C, bukan Surat Izin
untuk memenuhi kebutuhannya dengan kata lain kecacatan yang dialaminya tersebut
5
Data Diperoleh Berdasar Hasil Wawancara Dengan Aiptu Zainul Arifin Anggota SATLANTAS Malang Kota,
Tanggal 17 September 2017
kendaraan pada umumnya tanpa adanya modifikasi untuk merubah kendaraan
tersebut.6
Pada intinya seseorang berkebutuhan khusus atau penderita cacat fisik atau
disabilitas yang mengalami kecacatan hanya memiliki 1 (satu) kaki, maka ia harus
bermotor untuk melakukan pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) D, dengan alasan
masih menggunakan hati nurani. Meskipun sudah jelas ada peraturan yang mengatur
kewajiban seseorang untuk memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) tidak terkecuali
penyandang disabilitas saat mengendarai kendaraan bermotor yang termuat dalam pasal
Selain itu juga mengenai sarana dan prasarana yang menjadi kebutuhan yang diajadikan
6
Data Diperoleh Berdasar Hasil Wawancara Dengan Brigadir Wasito Anggota SATLANTAS Malang Kota,
Tanggal 21 November 2017
7
Data Diperoleh Berdasar Hasil Wawancara Dengan Brigadir Wasito Anggota SATLANTAS Malang Kota,
Tanggal 21 November 2017
memperhatikan Pasal 35 ayat 1 Huruf c Peraturan Kepala Kepolisian Republik
Mengemudi (SIM). Seperti misalnya pihak kepolisian Satlantas Polres Kota Malang
tidak menyediakan kendaraan untuk melakukan uji tes praktik dengan alasan setiap
orang mempunyai kecacatan fisik yang berbeda-beda. Selain itu, sarana prasarana lain
seperti misalnya jalan yang dikhususkan untuk penyandang disabilitas, kamar mandi
Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) saat ini yang menganggap kurang
masyarakat sangat rendah dalam pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) D tersebut.
yang relatif dekat yang membuat mereka berfikiran tidak terlalu penting untuk
a. Hambatan Eksternal
Hambatan eksternal itu sendiri berasal dari masyarakat yaitu tentang rendahnya
(SIM) D
b. Hambatan Internal
Adapun hambatan internalnya antara lain berasal dari kepolisian Satlantas Polres
Kota Malang, yaitu mengenai penyediaan sarana dan prasarana yang ada di Satlantas
Polres Malang Kota yang sangat kurang bahkan hampir tidak ada sama sekali. Jadi
penyandang disabilitas yang hendak mau melakukan pembuatan Surat Izin Mengemudi
(SIM) D pasti akan terhambat atau menuai kesusahan saat melakukan aktifitasnya.
2. Solusi
Solusi yang telah dilakukan oleh Satlantas Polres Malang Kota tersebut antara
perkumpulan penyandang disabilitas, yayasan dan aparatur desa yang ada di Kota
Mengemudi bagi penyandang disabilitas yaitu Surat Izin Mengemudi (SIM) D. Hal ini
lebih sadar tentang pentingnya pembuatan dan kepemilikan Surat Izin Mengemudi
D. Penutup
Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 tentang Surat Ijin Mengemudi di Kota Malang
bagi penyandang disabilitas belum cukup baik diterapkan di Kota Malang dengan
melihat keadaan yang ada dilapangan saat pembuatan Surat Ijin Mengemudi (SIM)
pelaksanaan pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) D belum cukup baik dan
kurang efektif dilakukan oleh pihak yang berwenang yaitu anggota kepolisian
2. Kriteria fisik yang diberlakukan bagi penyandang Disabilitas untuk dapat memiliki
Surat Ijin Mengemudi (SIM) D adalah tidak tuli, tidak buta, sanggup bisa
bermotor. Namun perlu diingat bahwa tidak semua penyandang cacat atau
ada juga seseorang yang mengalami kecacatan secara fisik mereka memperoleh
Surat Izin Mengemudi (SIM) A, B1, B2 dan C. Hal tersebut dikarenakan kecacatan
secara fisik yang dialami oleh penyandang disabilitas tersebut tidak sampai untuk
Seperti contoh seseorang yang kehilangan satu jarinya, ia disebut sebagai penderita
cacat fisik atau penyandang disabilitas, namun dalam khasus tersebut penderita
tersebut dapat memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) A, B1, B2 dan C, bukan
Surat Izin Mengemudi (SIM) D karena ia tidak harus untuk melakukan modifiksi
3. Hambatan dan solusi atas pelaksanaan Pasal 35 ayat 1 Huruf c Peraturan Kepala
a. Hambatan
2) Selain itu juga mengenai sarana dan prasarana yang menjadi kebutuhan
kendaraan bermotor dengan jarak tempuh yang relatif dekat yang membuat
Mengemudi (SIM) D.
b. Solusi
1. Solusi pertama yang dapat diberikan penulis untuk hambatan yang pertama
adalah, seharusnya penegak hukum atau pihak yang berwenang atau yang
(SIM).
2. Pada hal mengenai sarana dan prasarana yang ditujukan bagi masyarakat
disabilitas tersebut.
3. Satlantas Polres Kota Malang tersebut antara lain yaitu aparat Kepolisian
A. Saran
Saran yang dapat penulis berikan terkait hasil penelitian dan pembahasan dalam
Mengemudi (SIM)
Daftar Pustaka
Buku :
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004,
Masyhur Effendi. Dimensi dan Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum Nasional
dan Internasional, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994,
Peraturan kepala kepolisian republik indonesia Nomor 9 Tahun 2012 tentang Surat Izin
Mengemudi