Digital - 20351071 PR Erni
Digital - 20351071 PR Erni
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii
iv
Penulis
2013
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 5 Juli 2013
Yang menyatakan
vi
vii
viii
ix
xi
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
d) Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi
dan pengawasan mutu.
e) Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
*Dikecualikan dari persyaratan bagi pemohon izin industri farmasi milik
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Untuk memperoleh izin industri farmasi, diperlukan sebuah persetujuan
prinsip. Persetujuan prinsip diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal dan
akan diberikan persetujuan setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana
Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan. Setelah persetujuan prinsip
diberikan, pemohon dapat langsung melakukan persiapan, pembangunan,
pengadaan, pemasangan dan instalansi peralatan, termasuk produksi percobaan
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan. Persetujuan
prinsip berlaku selama 3 tahun.
Dalam hal pemohonan persetujuan prinsip oleh industri Penanaman Modal
Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri, diharuskan memperoleh Surat
Persetujuan Penanaman Modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan
penanaman modal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemohon
yang telah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip dapat mengajukan
permohonan izin industri farmasi. Surat izin permohonan izin industri farmasi
harus ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker penanggung jawab
pemastian mutu dengan kelengkapan sebagai berikut :
a) Fotokopi persetujuan prinsip industri farmasi
b) Surat persetujuan penanaman modal untuk industri farmasi dalam rangka
penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri
c) Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan
d) Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya
e) Fotokopi sertifikat upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan
lingkungan atau analisis mengenai dampak lingkungan
f) Rekomendasi kelengkapan administrative izin industri farmasi dari kepala
dinas kesehatan provinsi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a) Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
proses dan sumber daya
b) Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.
Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan
tersedianya personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang
cukup dan memadai. Konsep dasar Pemastian Mutu, CPOB dan Pengawasan
Mutu adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait. Ketiga unsur tersebut
memegang peranan penting dalam produksi dan pengendalian obat.
Quality Assurance (QA) adalah suatu konsep yang luas yang mencakup
semua aspek yang secara kolektif maupun individual mempengaruhi mutu dari
konsep desain hingga produk tersebut ditangan konsumen. Sedangkan Quality
Control (QC) adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian serta dengan organisasi, dokumentasi dan
prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan
relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan
serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya
dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri farmasi hendaklah
mempunyai fungsi pengawasan mutu (QC) dan independen dari bagian lain.
2.2.2. Personalia
Sumber daya manusia merupakan bagian yang penting dalam
pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu serta pembuatan obat yang
benar. Jumlah karyawan di setiap tingkatan hendaklah cukup serta memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya. Sehingga
diperlukan personil yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis dalam jumlah
yang memadai serta tidak dibebani kerja yang berlebihan guna menghindari
resiko buruk terhadap mutu obat.
Struktur organisasi dalam industri farmasi diatur sedemikian rupa sehingga
bagian produksi dan bagian pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang berbeda
dan tidak saling bertanggung jawab satu sama lain. Masing-masing penanggung
Universitas Indonesia
jawab diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai untuk dapat
melaksanakan tugasnya secara efektif. Kepala bagian produksi, manajemen
mutu (pemastian mutu) dan pengawasan mutu hendaklah seorang apoteker
yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki
pengalaman praktis yang memadai di bidang pembuatan obat dan keterampilan
manajerial.
Pelatihan diberikan kepada setiap personil yang kegiatannya dapat
berdampak pada mutu produk. Personil baru diupayakan mendapat pelatihan
sesuai dengan tugas yang diberikan disamping pelatihan dasar dalam teori dan
praktek kerja CPOB. Pelatihan berkesinambungan diberikan dengan efektifitas
penerapan yang dinilai secara berkala. Personil yang bekerja di area bersih atau
area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi diberikan
pelatihan spesifik. Pelatihan kepada seluruh personil tersebut diberikan oleh
orang yang terkualifikasi
2.2.3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas pembuatan obat sebaiknya memiliki ukuran,
rancangan bangunan, konstruksi serta letak yang memadai agar memudahkan
pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan. Sarana kerja harus memadai
untuk menghindari resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan berbagai
kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu obat. Adapun syarat bangunan dan
fasilitas menurut CPOB adalah sebagai berikut:
a) Lokasi bangunan dipilih sedemikian rupa sehingga mencegah terjadinya
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran udara, tanah,
dan air maupun dari kegiatan industri lain yang berdekatan.
b) Kontruksi bangunan dan fasilitas dirancang dan dipelihara dengan tepat
sehingga terlindung dari pengaruh luar seperti cuaca, banjir, rembesan melalui
tanah serta masuk dan bersarangnya binatang kecil, tikus, burung, serangga
atau hewan lainnya.
c) Seluruh bagian bangunan dan fasilitas dirawat dalam kondisi bersih dan
rapi. Peninjauan dilakukan secara berkala dan diperbaiki apabila diperlukan.
d) Instalasi dan pengaturan listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan
ventilasi dirancang secara tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Air merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam pelaksanaan c-GMP.
Tujuan dari sistem pengelolaan air untuk produksi adalah untuk menghilangkan
cemaran sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan. Kualitas air yang
digunakan untuk produksi, tergantung dari persyaratan air yang digunakan
produk yang dibuat. Berikut adalah standar air yang digunakan untuk produksi
sesuai dengan persyaratan CPOB 2006.
Purified water system merupakan sistem pengelolaan air yang dapat
menghilangkan berbagai cemaran (ion, bahan organik, partikel, mikroba dan
gas) yang terdapat di dalam air yang digunakan untuk produksi. Looping system
berfungsi untuk mensirkulasi air secara terus menerus selama 24 jam dan
harus dilengkapi dengan Total organic carbon (TOC) monitor untuk memantau
jumlah senyawa karbon yang terdapat di dalam air (Priyambodo, 2007).
2.2.4. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat memiliki rancang
bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi secara tepat sehingga mutu produk obat terjamin secara seragam
untuk tiap bets dan memudahkan pembersihan serta perawatannya.
Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara,
produk ruahan atau obat jadi tidak boleh bereaksi atau mengabsorpsi bahan lain
sehingga dapat mengubah identitas, mutu atau kemurniannya diluar batas yang
telah ditentukan. Peralatan sebaiknya dapat dibersihkan dengan mudah, baik
bagian dalam maupun luar serta tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan
terhadap produk. Pemasangan dan penempatan peralatan diatur sedemikian rupa
sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pemeliharaan
dan perawatan peralatan dilakukan menurut jadwal yang tepat untuk
mempertahankan fungsi kerjanya tetap dalam kondisi baik dan mencegah
terjadinya pencemaran yang dapat mengubah identitas, mutu atau kemurnian
produk.
2.2.5. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan setiap
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dengan baik. Bahan tersebut tidak boleh dikembalikan ke gudang kecuali jika
telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
2.2.6.7 Pengolahan
Pemeriksaan awal pada pengolahan, baik bahan, kondisi daerah
pengolahan, peralatan, wadah dan penutup mengikuti prosedur tertulis yang telah
ditetapkan. Pencegahan pencemaran silang harus dilakukan pada seluruh tahap
pengolahan.
2.2.6.8 Bahan dan Produk Kering
Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang
terjadi saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus hendaknya
diberikan pada desain, pemeliharaan, serta penggunaan sarana dan peralatan.
2.2.6.9 Bahan Pengemas
Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer dan
bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang
sama seperti terhadap bahan awal.
2.2.6.10 Kegiatan Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan
menjadi obat jadi yang dilaksanakan dibawah pengawasan yang ketat untuk
menjaga identitas, keutuhan dan kualitas produk jadi yang telah dikemas.
Kegiatan pengemasan dilaksanakan berdasar instruksi yang diberikan dan
menggunakan bahan yang tercantum dalam prosedur pengemasan induk.
2.2.6.11 Pengawasan-selama-proses (IPC)
Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis
yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus
dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan metode yang telah disetuji oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(pemastian mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk
memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin
menjadi penyebab variasi karakteristik produk selama proses berjalan.
2.2.6.12 Bahan dan Produk yang Ditolak, Dipulihkan dan Dikembalikan
Bahan dan produk yang ditolak diberi penandaan yang jelas dan disimpan
terpisah di restricted area. Bahan atau produk tersebut dapat dikembalikan
Universitas Indonesia
kepada pemasoknya, diolah ulang atau dimusnahkan. Bahan atau produk dapat
diolah ulang dan dipulihkan asalkan layak untuk diolah ulang melalui prosedur
tertentu yang disahkan serta hasilnya masih memenuhi persyaratan spesifikasi
yang ditentukan dan tidak terjadi perubahan yang berarti terhadap mutunya.
Sisa produk yang tidak layak untuk diolah ulang atau bahan pulihan yang
tidak memenuhi spesifikasi, mutu, kemanjuran atau keamanan tidak boleh
ditambahkan ke dalam bets berikutnya. Langkah apapun yang dilakukan terhadap
bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan harus mendapat
persetujuan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) terlebih dahulu
dan terdokumentasi baik.
2.2.6.13 Karantina Obat Jadi dan Penyerahan Gudang Obat Jadi
Karantina obat jadi merupakan titik akhir pengawasan sebelum obat jadi
diserahkan ke gudang dan siap didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk
diserahkan ke gudang, pengawasan ketat dilakukan untuk memastikan produk dan
catatan pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan.
2.2.6.14 Catatan Pengendalian Pengiriman Obat
Sistem distribusi hendaknya dirancang dengan tepat sehingga menjamin
obat jadi yang pertama masuk (first-in-first-out (FIFO)) dan obat jadi yang waktu
kadaluarsanya (first-expired-first-out (FEFO)) paling mendekati didistribusikan
terlebih dahulu.
2.2.6.15 Penyimpanan Bahan Awal, Produk Antara, Produk Ruahan dan Obat Jadi
Bahan disimpan rapi dan teratur untuk mencegah risiko pencampuran atau
pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan. Kondisi
penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera pada
penandaan berdasarkan hasil uji stabilitas.
2.2.6.16 Pengiriman dan Pengangkutan
Bahan dan produk jadi diangkut sedemikian rupa sehingga tidak merusak
keutuhannya dan kondisi penyimpanannya terjaga. Pengiriman dan pengangkutan
bahan obat dilaksanakan setelah terdapat pesanan pengiriman. Tanda terima
pesanan pengiriman dan pengangkutan didokumentasikan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
petugas mendapatkan instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang
harus dilaksanakannya sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan
kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Setiap dokumentasi hendaklah menggambarkan riwayat yang lengkap dari
setiap batch atau lot suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta
penelusuran terhadap batch atau lot produk tersebut. Sistem dokumentasi
digunakan juga dalam pemantauan dan pengendalian seperti lingkungan,
perlengkapan dan personalia.
2.2.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak dilakukan jika suatu industri
membuat produk di industri lain atau sebaliknya. Pembuatan dan analisis
berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk
menghindari kesalahpahaman yang dapat mempengaruhi mutu produk atau
kinerja personil. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dengan penerima kontrak
dibuat secara jelas dalam hal tanggung jawab dan kewajiban masing-masing
pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk
untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian pengawasan
mutu.
2.2.12. Kualifikasi dan Validasi
Kegiatan kualifikasi dan validasi merupakan persyaratan yang tercantum
dalam CPOB untuk industri farmasi sebagai bukti pengendalian terhadap aspek
kritis dari kegiatan yang dilakukan serta perubahan signifikan terhadap fasilitas,
peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk. Pendekatan dengan
kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan
validasi.
Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuasi (match &
reliable) untuk memberikan kepastian (certainty) bahwa alat, prosedur, kondisi
(ruangan dan lingkungan) berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan. Validasi dibagi empat yaitu: validasi pembersihan, validasi
metode analisis, validasi proses, dan validasi ruangan.
Kualifikasi diklasifikasikan menjadi empat yaitu: kualifikasi desain (KD),
kualifikasi instalasi (KI), kualifikasi operasional (KO), dan kualifikasi kinerja
Universitas Indonesia
(KO). KD adalah suatu tindakan untuk memastikan bahwa desain yang dilakukan
telah memenuhi ketentuan CPOB dan didokumentasikan. KI adalah suatu
tindakan untuk memastikan bahwa peralatan atau sistem penunjang terpasang baik
sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan untuk peralatan atau sistem penunjang
tersebut. KO adalah suatu tindakan untuk memastikan bahwa peralatan atau
sistem penunjang telah dapat dioperasikan dengan baik sesuai spesifikasi yang
ditentukan. KK adalah suatu tindakan untuk memastikan bahwa peralatan dan
sistem penunjang dapat memberikan kinerja atau sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan.
Universitas Indonesia
pokok dari pabrik tersebut adalah memproduksi obat obat berdasarkan pesanan
Departemen Kesehatan RI.
Pada tahun 1969-1975 pabrik direnovasi dan tahun 1975 dikeluarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.125/IV/KAB/BU/75
tentang struktur organisasi Departemen Kesehatan yang merupakan pelaksanaan
lebih lanjut dari Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 44 dan 45 tahun
1974. Namun pabrik farmasi Departemen Kesehatan ini tidak tercakup dalam
keputusan tersebut sehingga statusnya tidak jelas. Hal ini berlangsung hingga
tahun 1978.
Adanya kebijakan pemerintah tanggal 15 Nopember 1978 dalam bidang
Ekonomi dan Keuangan, harga obat mendadak melambung tinggi sehingga
persediaan obat terutama di Puskesmas mengalami kekosongan karena kesulitan
mendapatkan obat. Peristiwa ini menyadarkan pemerintah untuk memenuhi
penyediaan obat, sehingga diperlukan alat dan sarana yang dapat digunakan untuk
mengendalikan mekanisme pengadaan obat dalam jumlah yang cukup, dengan
khasiat keamanan dan mutu yang terjamin serta distribusi yang merata dan teratur,
dengan harga terjangkau oleh kemampuan dan daya beli masyarakat.
Oleh karena itu, Pabrik Farmasi diaktifkan kembali sesjuai dengan
fungsinya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
418/Menkes/SK/XII/78 tanggal 6 Desember 1978. Disebutkan pula tentang Pusat
Produksi Farmasi bertugas membantu usaha Pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dibidang Kesehatan, yaitu memproduksi obat-obat
untuk Rumah Sakit Pemerintah dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Obat-obatan yang dimaksud bersifat essensial, artinya obat tersebut banyak
dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk mewujudkannya, maka diputuskan untuk
mendirikan pabrik sebagai pengganti sekaligus memperluas Pusat Produksi
Farmasi Departemen Kesehatan RI. Pada tahun 1980 mulai dilakukan studi
kelayakan pembangunan pabrik farmasi.
Berdasarkan PP No.20 tahun 1981 yang diterbitkan tanggal 11 Juli 1981,
Pusat Produksi Farmasi diubah menjadi Perusahaan Umum dengan nama
Indonesia Farma (Perum Indofarma). Realisasi pelaksanaan PP tersebut baru
diwujudkan pada tanggal 1 April 1983. Tonggak penting lain perjalanan bisnis
Universitas Indonesia
bisnis yang ada melalui restrukturisasi lanjutan yang memberikan otonomi luas
kepada IGM, terutama dalam hal penggarapan penjualan institusi. Dengan
demikian, indofarma dapat lebih memfokuskan pada kegiatan produksi sedangkan
IGM pada kegiatan distribusi dan trading produk farmasi dan alat kesehatan.
Dalam rangka meningkatkan fasilitas produksi guna memenuhi ketentuan
standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) terkini, PT. Indofarma (Persero)
Tbk. sejak tahun 2008 mulai melaksanakan renovasi fasilitas produksi di
Cibitung. Pada tahun 2009, telah masuk pada tahap penyelesaian. Dampak positif
renovasi adalah peningkatan kapabilitas untuk menciptakan kondisi yang ideal
guna terjaminnya kualitas dan stabilitas produk yang baik. Perkembangan yang
terjadi setelah restrukturisasi lanjutan yang bersifat once for all – inilah yang
membuat Indofarma pada tahun 2008 secara konsolidasian meraih penjualan
bersih Rp 1.273,11 milyar dengan membukukan laba bersih Rp 6,67 milyar
ditengah pasar OGB, yang masih merupakan produk utama perusahaan. Pada
tahun-tahun mendatang, organisasi baru yang lebih terspesialisasi diharapkan
dapat mencetak kinerja yang lebih baik.
Saat ini, Indofarma memproduksi 218 item obat, 53 diantaranya termasuk
produk “fast moving”. Guna meletakkan fondasi bisnis yang kuat, perseroan
senantiasa berupaya menetapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance). Pada 22 Februari 2007 organ utama perseroan telah
bersama-sama menandatangani pernyataan komitmen implementasi GCG. Yang
tak kalah penting, perseroan juga berupaya membangun kompetensi personal yang
profesional melalui program pengembangan sumber daya manusia yang terarah,
agar mampu membawa perseroan memasuki era perdagangan bebas sebagai
perusahaan farmasi terkemuka di kawasan ASEAN.
Universitas Indonesia
3.2.2 Misi
Misi PT. Indofarma ( Persero ) Tbk. adalah sebagai berikut :
a) Menyediakan produk dan layanan berkualitas dengan harga terjangkau untuk
masyarakat.
b) Melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif dengan
prioritas untuk mengobati penderita penyakit dengan tingkat prevalensi tinggi.
c) Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia sehingga memiliki
kepedulian, profesionalisme dan kewirausahaan yang tinggi.
3.2.3 Logo
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sistem tata ruang produksi non steril dibagi tiga, yaitu kelas E (grey area)
dan kelas F dan G (black area). Kelas E merupakan daerah yang terkait langsung
dengan proses produksi, misalnya daerah proses, pengemasan primer, hingga
koridor yang berhubungan. Kelas F meliputi daerah pengemasan sekunder dan
kelas G merupakan daerah gudang.
3.6. Produk
3.6.1 Produk Ethical (OGB, Lisensi, Nama Dagang)
PT. Indofarma (Persero) Tbk., memproduksi obat generic ethical sebagai
produk utama di samping memproduksi obat dengan nama dagang dan lisensi.
Saat ini PT. Indofarma (Persero) Tbk., mulai memperluas target pasar dengan
memproduksi obat branded generic atau obat generik dengan nama dagang
Universitas Indonesia
c) Kapsul
Cefadroxil 500 mg, Cefixime 100 mg, Celfixime 100 mg, Cephalexin 500 mg,
Cetirizine 10 mg, Chloramphenicol 250 mg, Clindamycin 150 mg dan 300 mg,
Doxycycline 100 mg, Lansoprazole 30 mg, Lincomycin 500 mg, Omeprazole
20 mg, Piroxicam l0 mg dan 20 mg, Rifampicin 300 mg dan 450 mg,
Tetracycline 250 mg, Thiamphenicol 500 mg dan Tramadol 50 mg.
d) Injeksi
Ampicillin l,0 g Injeksi Kering, Atropine 0,25mg/ml, Cefotaxim 1,0 g Injeksi
Kering, Cefritaxone 1,0 g Injeksi Kering, Cyanocobalamine 500mcg/ml,
Dexamethason 5mg/ml, Diazepam 5mg/ml, Furosernide 10mg/ml, Gentamycin
40mg/ml, Lidocaine Compositum 2%/2ml, Ondansetron 4mg/2 ml dan 8mg/4
ml, Piracetam 3g, Ranitidine 25mg/ml dan Tramadol 50mg/ml.
e) Sediaan Cair
Ambroxol 15mg/5ml sirup, Amoxicillin 125mg/5ml Sirup Kering, Ampicillin
125mg/5ml Sirup Kering, Cefadroxil 125 mg/5 ml sirup, Celfixime 100mg/5ml
sirop kering, Cotrimoxazole 240mg/5ml Suspensi, Dextromethorphan
10mg/5ml sirup, Erythromycin 200mg/5ml Sirop Kering, Mebendazole
100mg/5ml sirup dan Paracetamol 120mg/5ml sirup.
f) Kaplet
Pyrantel 125 mg (basa), Amoxicillin 250 mg dan 500 mg, Ampicillin 250 dan
500 mg.
g) Serbuk
Mineral mix dan oralit 200 mL.
h) Krim
Acyclovir 5% dan Hydrocortisone 2,5%.
i) Salep
Oxytetracycline 3%, Bacitracin Polymyxin B, Gentamycin 0,1%.
j) Tetes Mata
Gentamycin 0,3%.
Cetaler 10 mg, Flamesin 100 mg, Gluconin 5 mg, Inacid 500 mg TSS,
Inamycin 500 mg TSS, Inapril 25 mg, Inavir 200 dan 400 mg, Inciclav 625 mg
TSS, Incifam 40 mg TSS, Inciflox 500 mg TSS, Indrol 4 dan 16 mg, Ineuron
1200 mg TSS, Inflasic 25 dan 50 mg TSS, Insetron 4 dan 8mg TSS, Invastin
10 dan 20 mg TSS dan Zinkid 20 mg dispersible tablet.
b. Injeksi
Incephin 1,0g Injeksi Kering, Incetax 1,0g Injeksi Kering, Indoran 25mg/ml,
Ineuron 3g/15ml, Insetron 4mg/2ml, 8mg/4ml dan Intradol 50mg/ml.
c. Kapsul
Dextina 2,5mg, Hitrol Kapsul Lunak, Inazol 30mg dan Infix 100mg.
d. Kaplet
Floxinaf 400mg Salut Selaput, Inamox 500mg dan Inastan 500mg.
e. Sirup
Inamycin 125mg/5ml dan Infix 100mg/5 ml Sirop Kering.
f. Krim
Inavir 5 %
g. Serbuk
Indoralyte
h. Suspensi
Vermic 20 mg/5ml
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Direktur Utama
Operasi dan
PPIC Keuangan Riset Pasar Pengembangan
Usaha Induk
Sales & Marketing
Produksi I Akuntansi Operasi dan
Institusi
Pengembangan
Anggaran & Anak Perusahaan
Sales & Marketing
Produksi II Pengendalian & Mitra
Regular
Keuangan Strategi
Sales & Marketing Pengembangan
Litbang
SDM Export Produk Kesehatan
Pengembangan
Quality Control Group Product Jasa Teknik
Umum
(Health Care)
Logistik Bahan Marketing Support
Awal & Monitoring Coorporate
Performance
Teknik & Logistik Produk Management
Pemeliharaan jadi
Purchasing
Sales & Marketing
OTC
Coorporate Risk
Satuan Teknologi Supply Chain Quality
Secretary Management
Pengawasan Informasi Data Management Assurance
& GCG & Complience
Keterangan :
Direktur
Asisten Manager
Universitas Indonesia
Direktorat Produksi
Litbang
Pemastian
Mutu
Produksi I
Produksi II
Teknik &
Pemeliharaan
PPPP
Universitas Indonesia
Alur proses kegiatan bidang PPPP dibagi menjadi dua tahap, yaitu alur
proses perencanaan dan alur proses pengendalian bahan. Alur proses perencanaan
dimulai setelah bidang pemasaran menyerahkan rencana penjualan satu tahun
kepada bidang PPPP. Berdasarkan hal tersebut PPPP membuat Rencana Produksi
satu tahun dan Rencana Kebutuhan satu tahun yang diajukan kepada Direktur
Produksi. Kedua rencana tersebut digunakan sebagai dasar pembuatan Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang disusun setiap tahun. Hal tersebut
dijabarkan dalam Konsep Rencana Produksi Periodik (KRPP) dan Konsep
Rencana Kedatangan Bahan (KRKB) perkuartal. Berdasarkan KRPP dan KRKB
perkuartal dibuat Rencana Produksi Bulanan (RPB). RPB ini digunakan untuk
menyiapkan Perintah Pengolahan (PP) dan Perintah Kemas (PK) serta penyiapan
Surat Pesanan Permintaan Barang (SPPB) untuk dimintakan persetujuan Direktur
Produksi.
Alur proses pengendalian produksi dimulai dari diterbitkannya Perintah
Pengolahan (PP) kemudian keluar Perintah Kemas (PK) sekaligus berlaku sebagai
bon permintaan bahan ke gudang penyimpanan bahan baku dan bahan pengemas.
Berdasarkan PP dan PK bidang produksi membuat Rencana Produksi Mingguan
(RPM) yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman proses produksi. Proses
produksi dilaporkan dalam bentuk laporan produksi dan ditujukan antara lain
kepada bidang PPPP sebagai informasi untuk fungsi pengendalian produksi.
Bidang Pengadaan kemudian memberikan informasi mengenai proses pengadaan
bahan kepada PPPP untuk fungsi pengendalian bahan.
Seksi Toll Manufactoring di PT Indofarma (Persero) Tbk. melakukan 2
jenis kegiatan, yakni Toll In dan Toll Out. Toll In merupakan penerimaan
pembuatan produk dari pabrik farmasi lain. Sedangkan Toll Out merupakan
pembuatan produk PT Indofarma ke pabrik farmasi lain. Proses pembuatan
produk kedua jenis Toll Manufactoring tersebut di atas dapat dilakukan hingga
menjadi produk jadi atau hanya produk ruah. Hal tersebut disesuaikan dengan
kapasitas dan fasilitas produksi yang terdapat pada masing-masing pabrik.
Universitas Indonesia
b) Bidang Produksi I
Bidang Produksi I dipimpin oleh seorang manager yang membawahi
empat seksi, yaitu Seksi Solid I yang bertanggung jawab dalam pembuatan massa
tablet dan kapsul; Seksi Solid II yang bertanggungj awab dalam pencetakan tablet,
filling kapsul dan coating tablet; Seksi Pengemasan yang bertanggung jawab
dalam pengemasan tablet dan kapsul non ß-laktam; dan Seksi Herbal yang
bertanggung jawab dalam ekstraksi dan pengolahan produk berbahan herbal.
Proses produksi tablet di Bidang Produksi I dilakukan dengan metode
vertical closed system, yaitu sistem vertikal tertutup dimana proses produksi
dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Metode ini dilaksanakan di
Bidang Produksi I karena bentuk bangunan memungkinkan metode tersebut
dilakukan (3 lantai) dan produksinya besar sehingga efisiensi tenaga tercapai.
Keuntungan sistem ini adalah dapat meminimalkan terjadinya kontaminasi silang,
batch dapat dibuat dalam kapasitas besar, efisiensi dari segi waktu, tenaga, tempat
maupun energi. Adapun Lingkup tugas Bidang Produksi 1, antara lain :
1) Memproduksi sediaan padat oral (tablet dan kapsul) non beta laktam dan non
cephalosporin serta produk herbal
2) Kurang lebih 151 item produk yang aktif diproduksi dengan kapasitas 2,3
milyar butir pertahun
3) Mulai dari pembuatan massa, pencetakan atau pengisian, penyalutan sampai ke
pengemasan
4) Produksi herbal : mulai dari pencucian simplisia, ekstraksi, formulasi sampai
ke pengemasan
Universitas Indonesia
disetujui oleh Manajer Produksi I akan digunakan sebagai Bon Permintaan Bahan
Awal (BPBA) kepada bidang Logistik Bahan Awal (LBA). Di gudang, bahan
yang diminta, disiapkan dan diserahkan ke bidang Produksi I setelah dilakukan
penimbangan oleh petugas dispensing disaksikan oleh petugas IPC.
Bahan baku kemudian diproses oleh Seksi Solid I untuk menjadi produk
antara berupa massa granul siap cetak lalu dibuat BPPA (Bukti Penyerahan
Produk Antara). BPPA dibuat setelah produk antara dinyatakan memenuhi syarat
laboratorium melalui IPC yang kemudian diserahkan ke Seksi Solid II untuk
dicetak atau filling capsule sehingga menjadi produk ruahan. Setelah diperoleh
produk ruahan, Seksi Solid II membuat Bukti Penyerahan Produk Ruahan (BPPR)
ke Seksi Pengemasan, tembusan ke bidang PPPP sebagai dasar untuk dibuat PK
(Perintah Kemas). BPPR dibuat setelah produk ruahan dinyatakan memenuhi
syarat oleh bidang Quality Control (QC) yang ditandai dengan keluarnya Laporan
Analisa Memenuhi Syarat (LAMS).
Berdasar Perintah Kemas dari bidang PPPP, seksi pengemasan akan
membuat bon permintaan bahan pengemas ke bagian LBA sesuai dengan
kebutuhan pengemasan. Setelah proses pengemasan selesai baru kemudian
diperoleh produk jadi. Produk jadi dalam kemasan sekunder akan dikemas ke
dalam karton yang telah disablon sesuai isinya, dikemas dalam karton, kemudian
dikarantina, lalu dilakukan inspeksi akhir (diambil contoh pertinggal/retained
sample untuk tiap batch sebagai bahan penelusuran apabila ada keluhan di
kemudian hari) oleh bidang QC, baru kemudian diserahkan ke bidang Logistik
Produk Jadi dengan membuat Bukti Penyerahan Produk Jadi (BPPJ). Produk jadi
yang memenuhi syarat akan didistribusikan. Setiap penyimpangan pada proses
produksi akan dicatat dalam catatan penyimpangan produksi.
1) Seksi Solid I
Seksi solid I bertugas untuk memproduksi sediaan tablet dan kapsul.
Tahap pertama dalam proses produksi sediaan tablet adalah pembuatan massa.
Seksi ini bertugas dalam persiapan pengolahan, penyiapan bahan awal dan
pembuatan massa. Sebelum ditimbang, beberapa jenis bahan tertentu diberi
perlakuan praformulasi yang dilakukan oleh seksi dispensing bidang LBA
seperti pengeringan dan pengayakan dengan ukuran mesh tertentu untuk
Universitas Indonesia
c) Bidang Produksi II
Bidang Produksi II dipimpin oleh seorang manager. Bidang ini
membawahi tiga seksi, yaitu Seksi Salep, Sirup dan Serbuk; Seksi β-Laktam
dan Seksi Produksi steril. Bidang Produksi II bertugas untuk memastikan
Universitas Indonesia
tersedianya produk tablet, kapsul dan sirup kering β-laktam, salep, sirup,
serbuk dan produk steril sesuai dengan target dengan cara merencanakan,
mengkoordinasi dan mengendalikan aktivitas pengolahan, pengemasan dan
kegiatan terkait.
Proses produksi oralit menggunakan vertical closed system untuk
menghindari kontak dengan lingkungan. Sedangkan proses produksi sediaan β-
laktam, salep dan sirup menggunakan horizontal closed system dimana
penyiapan bahan awal sampai produk akhir diproses pada lantai yang sama
karena sediaan yang diproduksi dalam jumlah relatif kecil.
1) Seksi Sediaan Salep, Sirup dan Serbuk
Sediaan salep, sirup, dan serbuk memproduksi sediaan sirup cair,
suspensi, salep kulit, krim, serbuk dan reagen untuk tes garam beryodium.
Alur proses produksi sediaan salep kulit adalah sebagai berikut. Pertama,
penimbangan bahan awal yang telah lolos uji. elelehan basis di dalam vessel
(tanpa pengaduk). Kedua, basis dipindahkan ke dalam vessel yang
dilengkapi pengaduk melalui pompa dengan filter, kemudian dilakukan
pengeringan basis. Massa basis selanjutnya didinginkan dan dilakukan
pemeriksaan kadar air oleh bagian IPC. Ketiga, bahan aktif, penolong dan
pengawet ditambahkan ke dalam massa basis sambil diaduk. Keempat,
massa salep dihomogenkan dengan menggunakan homogenizer dan
kemudian divakumkan untuk mengusir udara yang terperangkap. Terakhir,
massa salep yang telah lolos uji dipindahkan ke dalam penampung stainless
steel, lalu diisikan ke dalam tube-tube alumunium menggunakan filling
machine
Alur proses produksi sediaan krim adalah sebagai berikut. Pertama,
penimbangan bahan awal yang telah lolos uji. Kedua, pembuatan fase
minyak dan fase air, menurut sifat kelarutan masing–masing bahan
penolongnya. Ketiga, pencampuran fase minyak dan fase air di dalam vessel
untuk pembentukan emulsi. Pada tahap ini proses dilakukan secara hati–hati
agar krim tidak pecah. Setelah ditambahkan bahan aktif ke dalamnya. Massa
krim yang terbentuk ini divakumkan untuk menghilangkan udara yang
Universitas Indonesia
terperangkap. Bila hasil pengujian IPC memenuhi syarat maka massa krim
siap untuk diisikan ke dalam tube dan dikemas
Produksi Sediaan Oralit. Oralit merupakan contoh sedian padat (serbuk)
berbentuk granul yang dikemas dalam sachet kedap udara. Pengadukan
oralit dilakukan dalam mixer diosna. Pemeriksaan kualitas terhadap masa
oralit dilakukan oleh bagian Pengawasan Mutu yang meliputi kadar, warna,
homogenitas dan kadar air. Untuk oralit kelembaban udara ruangan harus
rendah karena produk mempunyai sifat sangat higroskopis. Pengendalian
proses yang dilakukan antara lain penetapan kadar air dan penetapan kadar
seluruh komponen untuk meyakinkan bahwa campuran sudah homogen.
Massa yang telah memenuhi syarat dimasukan ke dalam sachet dengan
mesin pengisi yang dilengkapi dengan penghisap debu. Selama proses
pengisian, operator mesin dan petugas pengawasan mutu melakukan
pemeriksaan keseragaman bobot dan kebocoran wadah.
Produksi Sediaan Sirup Cair dan Sirup Kering. Sirup yang diproduksi
oleh Bidang produksi II ada dua macam, yaitu sirup cair dan sirup kering.
Proses pengolahan keduanya dilakukan secara horizontal closed sistem dan
proses pengemasannya secara in line process.
Tahap pertama produksi sediaan sirup cair adalah pembuatan sirup cair
diawali dengan pemeriksaan air (deionized water/DIW) yang akan
digunakan sebagai bahan baku. Kedua, dispensing bahan-bahan awal yang
telah dinyatakan memenuhi syarat. Ketiga, Pembuatan larutan bahan dalam
DIW dan larutan induk (larutan gula). Kemudian, kedua larutan tersebut
dicampur dalam vessel yang dilengkapi pengaduk, flavouring agent
ditambahkan pada suhu larutan 40ºC. Massa sirup yang telah lulus uji
dialirkan ke filling machine melalui pompa. Filling machine dilengkapi
dengan mesin peniup udara kering, mesin penutup botol dan mesin
penempel etiket. Pengemasan ke dalam wadah pengemas sekunder dan
tersier
Proses produksi sirup kering diawali dengan pengayakan, granulasi,
penimbangan, pencampuran dan dilanjutkan dengan pengisian serta
pengemasan.Untuk pembuatan sirup kering, kelembaban udara diatur
Universitas Indonesia
akhir apabila ada resiko di luar kebiasaan atau untuk pengisian produk
larutan yang akan disaring dengan metode aseptis. Kelas D merupakan zona
untuk pembuatan larutan secara sterilisasi akhir pada tahap penyiapan
komponen sebelum proses pengisian atau untuk penanganan komponen
setelah pencucian pada metode aseptis.
Untuk mencapai kualitas ruangan yang memenuhi persyaratan jumlah
cemaran dan partikel maka dilakukan lay out bahan, barang dan karyawan.
Selain dengan pengkondisian tersebut juga dilakukan sanitasi ruangan dan
peralatan secara berkala yang dilakukan secara harian, mingguan dan
bulanan. Sanitasi harian meliputi pembersihan lantai dan dinding dengan
dipel. Setiap Jumat malam dilakukan sanitasi mingguan dengan pemberian
gas formaldehid dan setiap Senin pagi dilakukan evakuasi untuk
menghilangkan gas tersebut dengan penyedotan udara ruangan. Tekanan
udara antara ruangan dikendalikan untuk mencegah terjadinya kontaminasi
silang.
3) Seksi Sediaan β-laktam
Seksi sediaan β-laktam bertugas memproduksi sediaan antibiotika yang
mempunyai inti β-laktam. Bentuk sediaannya berupa tablet, kapsul dan sirup
kering. Gedung dan fasilitas produksi β-laktam secara fisik dipisahkan dari
produksi lain (non β-laktam). Pemisahan ini dilakukan sebagai tindakan
pengamanan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang dengan produk
lain.
Arus keluar-masuk di gedung β-laktam menggunakan air locked system
untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang. Air locked system
mempunyai tekanan udara lebih rendah dari ruangan lainnya. Pengendalian
udara dilakukan dengan sistem Air Handling Unit (AHU) dimana gedung β-
laktam terpisah dari gedung non β-laktam. Ruangan β-laktam terdiri dari
dua kelas, yaitu kelas E yang digunakan untuk proses dispensing, mixing
dan filling, tableting dan pengemasan primer. Sedangkan kelas F untuk
proses pengemasan sekunder sampai obat jadi.
Ruangan kelas E dan kelas F dipisahkan berdasarkan perbedaan tekanan
dimana tekanan udara kelas E lebih rendah daripada tekanan udara di kelas
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
T
Kemas & Uji Trial Penyediaan a
Stabilitas Formulasi II Bahan h
u
n
Praregistrasi Uji BE Registrasi
1) Seksi Formulasi
Seksi ini bertugas menyiapkan formula dan proses pembuatan produk
baru, mendesain formula, merancang metode pembuatan, pengembangan
bahan substitusi, optimasi produk-produk existing (reformulasi dan
substitusi). Penelitian formulasi meliputi penelitian spesifikasi produk,
penentuan spesifikasi bahan baku yang akan digunakan (menggunakan
referensi USP, British Pharmacopeia, Europe Pharmacopeia, Japanese
Pharmacopeia, Chinese Pharmacopeia dan SNI), penelitian formula,
pembuatan master formula, pembuatan alur proses produksi dengan
merencanakan dan mengusahakan proses produksi yang pendek, pendesain
formula yang mudah dianalisis, Validasi formula dengan cara Prospektif (3
batch pertama divalidasi) dan Retrospektif (20 batch produksi) serta
pelakukan efisiensi formula untuk produk-produk existing.
2) Seksi Metode Analisis dan Stabilitas
Tugas dari seksi metode analisis dan stabilitas diantaranya adalah
memilih dan mempersiapkan metode analisis untuk bahan aktif, bahan baku
penolong, produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang mengacu
pada Farmakope (metode tersebut harus mempunyai ketepatan, ketelitian
yang tinggi, sama atau lebih ketat persyaratannya dari Farmakope dengan
menggunakan peralatan dan reagensia yang efisiensinya tinggi), validasi
dari metode analisa yang digunakan, optimasi metode analisa, kalibrasi alat-
alat bersama dengan Quality Assurance (QA), menyediakan dan standarisasi
ulang dari working standard.
Penelitian stabilitas produk dilakukan untuk produk baru, produk
reformulasi dan substitusi bahan. Metode uji stabilitas produk yang
digunakan PT Indofarma (Persero) Tbk. adalah Accelerated Test dan Real
Stability. Accelerated Test atau uji stabilitas dipercepat dengan
menggunakan alat Climatic Chamber yang dilakukan pada suhu 40 ± 2 0C
dengan kelembaban relatif (RH) 75 ± 5 % dalam jangka waktu 6 bulan. Tiap
produk harus dianalisis (dievaluasi) setiap minggu. Produk yang jatuh
tempo harus diperiksa, juga diamati secara organoleptis. Perhitungan
dilakukan dari orde reaksi. Sedangkan Real Stability dilakukan dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dari suatu batch, diambil contoh dengan mengikuti rumus √n+1, dimana n
adalah jumlah wadah bahan baku batch yang bersangkutan dari sekali
penerimaan), analisis bahan awal (pemerian, identifikasi bahan aktif dan
penolong, uji kemurnian, pH, kadar air, kadar bahan aktif dan uji cemaran
mikroba).
Air sebagai bahan baku digunakan oleh Bidang Produksi dan Bidang
Pengawasan Mutu. Pengujian yang dilakukan terhadap air antara lain pH,
kandungan mineral dan cemaran mikroba. Pengambilan contoh bahan
pengemas sesuai military standard. Pengujian dilakukan terhadap bahan
pengemas primer, sekunder maupun tersier.
2) Seksi Pengujian Produk dan IPC (In Process Control)
Tugas Seksi Pengujian Produk dan IPC meliputi pengujian terhadap
produk antara dan produk ruahan. Jenis pengujian yang dilakukan untuk
setiap jenis sediaan berbeda. Uji yang dilakukan terhadap produk antara
sediaan tablet adalah identifikasi, distribusi partikel atau ukuran partikel,
bulk density, tapping density, waktu alir serbuk dan kadar zat aktif.
Sedangkan uji pada produk ruahannya adalah keseragaman bobot, waktu
hancur, kekerasan, friabillity, diameter dan tebal, kadar zat aktif dan
disolusi.
Uji yang dilakukan pada produk antara sediaan kapsul yaitu identifikasi,
keseragaman massa/kadar zat aktif. Sedangkan uji yang dilakukan pada
produk ruahannya adalah keseragaman bobot, waktu hancur, kadar zat aktif
dan disolusi. Uji yang dilakukan terhadap produk antara sediaan injeksi
adalah kejernihan, pH dan kadar. Sedangkan uji terhadap produk jadinya
adalah kejernihan, keseragaman volume, pH, kadar dan sterilitas.
Uji yang dilakukan terhadap produk antara sediaan oralit adalah
distribusi ukuran partikel, bulk & tapping density, kadar air dan
homogenitas. Sedangkan uji terhadap produk jadinya adalah kadar air, kadar
tiap komponen, keseragaman bobot, pH dan warna. Uji yang dilakukan
terhadap produk antara sirup dan eliksir adalah bobot jenis, pH, kadar dan
kekentalan. Sedangkan uji terhadap produk jadinya adalah keseragaman
volume, kekuatan penutup botol, kadar, pH, bobot jenis dan kandungan
Universitas Indonesia
mikroba untuk produk tertentu. Uji yang dilakukan terhadap produk antara
sirup kering adalah kadar zat aktif, kadar air, kekentalan, pH, dan bobot
jenis. Sedangkan uji terhadap produk jadinya adalah kadar air, kekentalan,
pH, bobot jenis, kadar dan kandungan mikroba.
Pengawasan dalam proses (In Process Control) dimulai dari
penimbangan bahan awal sampai produk jadi yang siap didistribusikan.
Tugas pokok bagian In Process Control (IPC) antara lain analisis fisik,
sampling, kontrol keliling, pengawasan dispensing, inspeksi bahan awal,
inspeksi akhir, administrasi, pengolahan dan pengawasan sampel yang
merupakan titik kritis pada proses pengawasan yaitu kontrol line clearance
sebelum proses pengemasan.
3) Seksi Pengujian Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi merupakan suatu pengujian yang dilakukan
dengan menggunakan jasad renik (virus, jamur, ragi, algae dan protozoa).
Uji mikrobiologi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu produk
atau penunjang produksi (bahan awal, peralatan, operator dan ruangan) telah
memenuhi persyaratan mikrobiologi. Sumber kontaminasi mikrobiologi dari
air, peralatan dan operator. Air berasal dari tanah, air hujan atau tanaman
yang membusuk. Peralatan disebabkan oleh proses pembersihan yang tidak
sempurna, pencucian dengan air yang tidak memenuhi persyaratan dan debu
yang melekat. Sedangkan operator berasal dari keringat, hidung (nafas) dan
air ludah.
Jenis uji yang dilakukan oleh seksi Pengujian Mikrobiologi meliputi uji
potensi, uji sterilitas, uji kontaminan, uji endotoksin dan pemantauan
mikrobiologi ruangan-air. Uji potensi bertujuan untuk membandingkan
dosis sediaan uji terhadap dosis sediaan pembanding yang masing-masing
menghasilkan derajat hambatan pertumbuhan yang sama pada biakan jasad
renik yang peka dan sesuai. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
lempeng silinder.
Uji Sterilitas bertujuan untuk menentukan adanya kemungkinan jasad
renik (mikroba) hidup atau yang mempunyai daya hidup dalam produk
steril, baik terhadap produk yang dihasilkan secara aseptis atau sterilisasi.
Universitas Indonesia
Cara pengujian sterilitas ada dua cara, yaitu cara langsung dengan
memasukkan sampel langsung ke dalam media pembenihan dan cara tak
langsung dengan menyaring sampel melalui membran dan memasukkannya
ke dalam media pembenihan. Uji sterilitas meliputi uji air untuk injeksi,
pengujian jumlah kandungan jasad renik per mililiter produk antara injeksi
sebelum diadakan proses sterilisasi dan uji terhadap produk akhir. Pengujian
sterilitas dilakukan di dalam LAF Kabinet. Sebelum digunakan, LAF
Kabinet disinari lampu UV selama 10 menit, kemudian disemprot dengan
disinfektan.
Uji kontaminan (Batas Cemaran) bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana suatu sampel serta sarana pendukung lainnya (ruangan, peralatan
maupun operator) telah terkontaminasi oleh jasad renik.
Pengujian endotoksin (Tes LAL) bertujuan untuk menguji endotoksin
dalam sampel atau di permukaan sampel dengan LAL. Endotoksin adalah
toksin yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif yang dapat dihancurkan
dengan pemanasan 180ºC - 3,5 jam atau 250ºC - 0,5 jam.
Pemantauan mikrobiologi ruangan dan air. Fasilitas yang diuji meliputi
udara, lantai, dinding dan peralatan. Metode uji yang digunakan ada 4
macam, yakni Setting Plate, Slit to Agar, Contact Plate dan Swab. Pada
Setting Plate, lempeng agar dibiarkan terbuka selama 30 menit kemudian
ditutup dan diinkubasi. Slit to Agar dilakukan dengan cara mengontak
volume tertentu udara ruangan pada permukaan contact plate kemudian
ditutup dan diinkubasi. Contact plate merupakan metode dimana plate
langsung ditempelkan pada permukaan yang datar (lantai atau dinding)
dengan sejumlah luas tertentu kemudian diinkubasi. Swab (apus) dilakukan
dengan cara mengapus sejumlah tertentu permukaan yang berlekuk atau
permukaan rata kemudian disebarkan ke atas permukaan agar lempeng
kemudian diinkubasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e) Bidang Umum
Bidang umum dibagi menjadi dua bagian yaitu : bagian pelayanan
operasional dan pelayanan rumah tangga serta keselamatan dan kesehatan kerja
dan analisis mengenai dampak lingkungan (K3 dan Amdal). Bagian ini meliputi
kopama, poliklinik dan apotek, program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL).
Tujuan pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3)
adalah untuk mengelola dan mengkoordinasikan segala sumber daya demi
tercapainya lingkungan yang terkendali, aman dan nyaman serta terjaminnya
keselamatan dan kesehatan kerja melalui proses perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggiatan (actuality) dan pengendalian
(controlling). Dasar hukum dari pengelolaan LK3 adalah UU No. 32 Tahun 2009
Prosedur/Protap Internal (Pengelolaan Lingkungan) dan Perda 3 Tahun 1992 PKB
Periodde 2010-2012 (Pengelolaan LK3). Pengelolaan LK3 meliputi manajemen
lingkungan, manajemen sistem pemadam kebakaran, manajemen pencegahan
kebakaran dan manajemen zero accident.
Lingkup kerja bidang LK-3 juga mencakup Analisa mengenai dampak
lingkungan seperti pengolahan air limbah melalui Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), pengolahan asap dan lain sebagainya yang dapat membahayakan
keselamatan lingkungan sekitar perusahaan mutlak diperlukan. Hal ini
dikarenakan masyarakat sekitar yang akan merasakan dampak pertama kali
sehingga masyarakat menjadi sangat terganggu akan keberadaan perusahaan
tersebut. Sebagai wujud tanggung jawab dari perusahaan maka perusahaan
tersebut harus melakukan tindakan-tindakan yang ramah lingkungan.
Limbah yang dihasilkan oleh PT Indofarma (Persero) Tbk. berupa limbah
cair, padat dan gas. Untuk menjaga kelestarian lingkungan maka limbah tersebut
harus ditangani dengan sebaik-baiknya. Limbah Gas/Asap di PT Indofarma
(Persero) Tbk. berasal dari boiler-boiler yang kapasitasnya 50 ton/jam. Emisi dari
limbah ini tidak boleh lebih dari Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah
ditetapkan. Limbah padat yang dihasilkan antara lain berupa drum kosong, kertas,
karton, debu hasil tangkapan (dust collector engine), filter yang kotor, botol,
ampul dan sebagainya. Limbah tersebut dipilah-pilah, limbah padat B3 dapat
Universitas Indonesia
diolah dengan dibakar melalui incenerator dan didaur ulang oleh pihak kedua di
luar pabrik.
Abu sebagai sisa pembakaran dari incinerator ditimbang kemudian dicatat
dan disimpan sampai 90 hari kemudian diserahkan ke pengelola. Untuk limbah
ampul digiling menggunakan mesin penggiling ampul (Disk Mill). Cairan ampul
yang merupakan jenis limbah cair B3 ditampung di drum-drum beserta air bilasan
ampul yang telah digiling. Limbah padat non B3 yang terdiri dari kardus, drum
kardus tempat bahan baku, drum berbahan plastik tempat bahan baku cair
dikumpulkan kemudian dikelompokkan sesuai jenisnya. Selanjutnya dibawa ke
gudang KOPAMA dimanfaatkan sesuai fungsinya. Hasil penjualan dijadikan
SHU dan dibagikan pada karyawan.
Penanganan limbah cair di PT Indofarma (Persero) Tbk. dibagi menjadi
tiga bagian, yakni Sewer System Instalation, Sanitary System Instalation dan
Drainage/Paping System Instalation. Sewer System Instalation (Sistem Instalasi
Limbah Produksi) merupakan instalasi yang mengolah semua limbah cair yang
berasal dari produksi, laboratorium dan utilities dialirkan ke IPAL Farma yang
terletak di bagian belakang pabrik. Limbah cair yang masuk ke IPAL Farma
berasal dari 3 saluran, yaitu : limbah cair yang berasal dari produksi non
betalaktam, limbah cair yang berasal dari produksi betalaktam, limbah cair yang
berasal dari utilities yang mengandung minyak, serta bekas pencucian produksi
salep. Sebelum sampai di IPAL Farma, terdapat bak-bak kontrol setiap 25-30 m.
Limbah yang mengandung minyak (dari utilities) dialirkan dulu ke grease box
untuk dipisahkan dari minyaknya. Sedangkan limbah cair betalaktam, sebelum
dialirkan menuju IPAL Farma diuraikan terlebih dahulu menggunakan NaOH
hingga pH 10-11, kemudian dinetralisir dengan HCl agar cincin betalaktam pecah.
Setelah diolah di IPAL Farma, limbah tersebut dialirkan ke sungai Cikedokan.
Sanitary System Instalation (Sistem Instalasi Limbah Rumah Tangga)
adalah instalasi yang mengolah limbah yang berasal dari kamar mandi. Limbah
tersebut dialirkan ke septik tank agar kotorannya yang berupa partikel padat
diendapkan sedangkan airnya dialirkan ke rembesan yang terletak di belakang
pabrik. Tanah tempat rembesan ini tersusun dari ijuk, batu apung, dan pasir/kerikil
yang tersusun berlapis-lapis dan berfungsi sebagai filter.
Universitas Indonesia
Bidang Logistik Produk Jadi berfungsi untuk memastikan agar produk jadi
dan promo material tersimpan dengan aman, rapi dan terjaga kualitasnya dan
mendistribusikan produk jadi dan promo material sesuai dengan SO. Bidang
Logistik Produk Jadi memiliki wewenang, antara lain menerima atau menolak
pengiriman barang, mengkoordinasi penerimaan barang, menetapkan sistem
penyimpanan barang, menetapkan lokasi penyimpanan produk jadi di dalam
gudang dan mengesahkan Surat Pengantar Barang (SPB) berdasarkan SO.
PT Indofarma (Persero) Tbk. memproduksi obat generik berlogo (OGB),
nama dagang, lisensi, obat tradisional dan obat merek dagang. Untuk memenuhi
berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan disamping produk-produk tersebut, juga
dipasarkan produk lainnya hasil kerjasama berbagai pihak termasuk kerjasama
dengan luar negeri, yaitu alat kesehatan, diagnostic kit, desinfektan untuk
keperluan rumah sakit dan kosmetika.
Unsur-unsur pemasaran yang meliputi produk, harga, promosi dan
personalia harus diperhatikan untuk memperoleh strategi yang paling tepat dalam
kebijakan yang diambil di bidang pemasaran. Dari segi produk PT Indofarma
(Persero) Tbk. menghasilkan obat sangat esensial bagi pola penyakit yang
sekarang ada di Indonesia. PT Indofarma (Persero) Tbk. memproduksi obat dalam
skala besar yang memungkinkan dapat menurunkan biaya produksi sehingga
harga jualpun dapat ditekan.
dipengaruhi oleh harga perolehannya. Pada umumnya mutu dan harga berbanding
lurus. Mutu bahan awal yang baik akan mempunyai harga yang tinggi. Dengan
demikian menjadi suatu tantangan untuk mendapatkan bahan bermutu baik
dengan harga relatif rendah. Terlebih lagi bagi Indofarma yang mengemban misi
sebagai produsen utama obat generik berlogo yang ditujukan untuk konsumsi
masyarakat luas. Bidang pengadaan melayani permintaan bahan farmasi dan
nonfarmasi yang sangat kompleks. Oleh karena itu tanpa adanya spesifikasi yang
jelas, prosedur dan sistem administrasi yang baik maka akan sulit mencapai hasil
yang diinginkan.
Pengadaan terbagi menjadi dua seksi, yaitu Seksi Pengadaan Bahan I dan
Seksi Pengadaan Bahan II. Seksi Pengadaan Bahan I bertugas mengadakan barang
impor yaitu bahan baku, bahan penolong, bahan-bahan lain yang dibeli dari luar
negeri serta mengadakan bahan baku lokal yang dibeli di dalam negeri. Seksi
Pengadaan Bahan II bertugas mengadakan barang umum non farmasi seperti
peralatan laboratorium, produksi, peralatan umum, alat tulis kantor, barang-barang
investasi dan lain-lain.
Bidang Pembelian dan Pengadaan memperhatikan masalah QCD (Quality,
Cost, Delivery). Upaya yang dilakukan dalam pengadaan barang/bahan
berkualitas dengan cara membeli sesuai spesifikasi dan membuat daftar approved
supplier/producers. Untuk bahan baku, pengemasan dan penolong mengikuti
spesifikasi yang telah dibuat Bidang Pemastian Mutu dan Litbang. Masalah paling
sulit adalah meningkatnya harga pembelian bahan baku dan menurunnya nilai
tukar rupiah terhadap valuta asing.
3.7.2 Non-Direktorat
Selain empat direktorat di atas, ada enam bagian lain yang langsung
bertanggung jawab pada Direktur Utama yaitu Corporate Secretary & GCG, Risk
Management & Compliance, Satuan Pengawas Internal, Teknologi Informasi dan
Data, Supply Chain Management dan Quality Assurance.
3.7.2.1 Coorporate Secretary & GCG
3.7.2.2 Risk Management and Complience
3.7.2.3 Satuan Pengawasan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
68 Universitas Indonesia
4.2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
karena itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Universitas Indonesia
dari sisi lain kerugian juga dapat dirasakan baik secara langsung maupun tidak
langsung, diantaranya pihak managemen harus melakukan pelatihan-pelatihan
yang berkala terhadap karyawan yang baru dan hal ini membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Selain itu dapat menghambat proses produksi karena keterampilan
karyawan akan kembali ke tingkat awal lagi dan dari karyawan akan timbul rasa
gelisah ketika mendekati akhir masa kontrak yang menyebabkan timbulnya beban
psikologis sehingga dapat menurunkan kinerja karyawan.
4.5. Produksi
Bidang produksi melakukan proses produksi dengan mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan dalam CPOB yang senantiasa
menjamin hasil produksi yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Bidang produksi merupakan bagian yang
utama dalam rangka menghasilkan dan menambah kegunaan dari barang dan jasa.
Proses produksi PT. Indofarma (Persero) Tbk. melibatkan semua bidang yang
berada dibawah direktorat produksi, yakni Perencanaan Produksi dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
jadwal, kapasitas produksi dan peralatan yang tersedia. Fungsi PPPP akan optimal
jika didukung dengan sumber daya manusia yang menguasai pengetahuan dan
keterampilan di bidang sistem informasi.
4.5.7. Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) merupakan suatu unit
fungsional yang berada di bawah direktorat produksi yang mempunyai ruang
gerak yang luas dan fleksibel. Pada negara-negara industri, peranan Litbang
sangat besar dalam pengembangan dan penemuan produk baru melalui suatu riset
yang terencana. Bidang Litbang di PT. Indofarma (Persero) Tbk. dituntut untuk
melakukan efisiensi formula produk baru dan yang sudah exist meliputi proses
pembuatan, stabilitas sediaan, penampilan fisik dan bentuk kemasan sehingga
dapat bersaing dengan produk lain. Selain itu, melalui seksi metode analisis
Litbang juga melakukan optimasi atau pengembangan metode analisis bahan awal
dan produk jadi sehingga dapat bersaing dengan produk lain.
Peran bidang Litbang sangat penting dalam mendukung kegiatan
operasional dan pengembangan perusahaan. Produk utama PT. Indofarma
(Persero) Tbk. merupakan obat-obat generik, bidang Litbang sangat dibutuhkan
untuk mampu membuat formula yang efektif dan efisien bagi produk-produk yang
akan dibuat, yang biasanya berupa me too produk. Kendala utama yang dihadapi
yaitu pasokan bahan baku yang terbatas sehingga tidak mencukupi skala produksi
PT. Indofarma (Persero) Tbk. yang sangat besar. Dalam keadaan seperti itu,
dibutuhkan adanya alternatif produsen bahan baku agar produk yang dibutuhkan
tetap dapat dibuat dan tetap memenuhi persyaratan.
Disini peran bidang Litbang dibutuhkan untuk melakukan substitusi bahan
agar produk yang dihasilkan tetap memenuhi persyaratan. Selain menghasilkan
obat generik, saat ini PT. Indofarma (Persero) Tbk. telah melakukan
pengembangan ke arah produk fitofarmaka sehingga bagi bidang Litbang
merupakan suatu tantangan untuk dapat terus melakukan inovasi dan
pengembangan produk-produk baru.
Universitas Indonesia
pekerjaan dan paham mengenai CPOB. Inspeksi diri hendaknya dilakukan oleh
orang yang kompeten dari perusahaan dengan atau tanpa bantuan tenaga ahli dari
luar. Keseluruhan prosedur dan pencatatan mengenai inspeksi diri ini harus
didokumentasikan. Pelaksanaan untuk inspeksi diri dilakukan sesuai kebutuhan
dan minimal terlaksana sekali dalam setahun. Laporan inspeksi diri mencakup
data dari hasil penilaian, kesimpulan dan usulan tindakan perbaikan yang akan
direspon oleh pimpinan perusahaan.
Dalam hal produktivitas kerja, disetiap proses produksi di PT. Indofarma
(Persero) Tbk. dilakukan pengukuran man hour dengan tujuan mengetahui
kapasitas kerja karyawan sehingga dapat diperkirakan kapan dan berapa lama
suatu proses produksi dapat diselesaikan dengan jumlah karyawan dan kapasitas
mesin yang ada.
4.9. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang
meliputi spesifikasi, prosedur, metode, instruksi, perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat.
Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas
mendapatkan instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus
dilaksanakannya sehingga memperkecil resiko terjadinya kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan dan sebagai bukti
bahwa bahan baku, lingkungan dalam pabrik, proses produksi serta obat jadi
memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan.
Universitas Indonesia
dan sarana penunjang, metode analisis, kalibrasi instrumen, bahan awal dan bahan
pengemas, proses produksi, prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan
induk, prosedur pembersihan, sistem komputerisasi dan personil.
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
1. Secara umum, PT Indofarma (Persero) Tbk. telah menerapkan prinsip-
prinsip CPOB dalam aspek kegiatan produksinya untuk menjamin
mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi standar penjaminan
mutu dan kepuasan konsumen, memperkecil resiko kesalahan dalam
memproduksi obat serta mempermudah pengawasan proses produksi.
2. Seorang apoteker dalam industri farmasi memiliki peranan
penting, yaitu menjadi personil kunci sebagai kepala produksi, kepala
pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu.
5.2. Saran
1. Diadakan pelatihan CPOB secara terprogram dan berkesinambungan
kepada seluruh sumber daya manusia (SDM) yang ada di PT.
Indofarma (Persero) Tbk. agar setiap personil memahami konsep
CPOB dan senantiasa menerapkannya dalam setiap kegiatan yang
berkaitan dengan kualitas mutu obat yang dihasilkan.
2. Hubungan kerja sama dan koordinasi antara instansi pendidikan dengan
industri farmasi perlu ditingkatkan sebagai salah satu upaya untuk
membentuk calon apoteker yang berkualitas.
84 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2006). Pedoman Cara Pembuatan
Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2009). Petunjuk Operasional
Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawasan
Obat dan Makanan RI.
Bidang PPPP. (2012). Peran, Fungsi dan Manajemen PPIC. Cibitung: PT.
Indofarma (Persero) Tbk.
Bidang SBD. (2012). Strategi, Pengembangan Produk dan Bisnis. Cibitung: PT.
Indofarma (Persero) Tbk.
Bidang Produksi I. (2012). Tinjauan Umum Bidang Produksi I. Cibitung: PT.
Indofarma (Persero) Tbk.
Bidang LBA. (2012). Logistik Bahan Awal. Cibitung: PT. Indofarma (Persero)
Tbk.
Bidang SDM. (2012). Kebijakan, Penanganan SDM beserta Problematikanya.
Cibitung: PT. Indofarma (Persero) Tbk.
Bidang Pengadaan. (2012). Bidang Procurement. Cibitung: PT. Indofarma
(Persero) Tbk.
Bidang Teknik dan Pemeliharaan. (2012). Operasional Bidang Teknik dan
Utilities. Cibitung: PT. Indofarma (Persero) Tbk.
Koordinator PPKPA. (2012). Pengenalan PT. Indofarma (Persero) Tbk. Cibitung:
PT. Indofarma (Persero) Tbk.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 Tentang Industri Farmasi.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
85 Universitas Indonesia
Ke arah Cikarang
Sungai Sedang
YKK
Ke Arah Cikampek
Ke Arah Jakarta
I
J H
G
M
Keterangan :
A. Head office O. Electrical panel
B. Training center P. Solvent storage
C. Cafeteria Q. Pengolahan limbah
D. Koperasi R. Water reservoir
E. Poliklinik dan apotek S. Laundry
F. Masjid T. Gas storage
G. Laboratorium (QC dan Litbang) U. Tempat parkir
H. Gedung produksi β-laktam V. Pos keamanan
I. Gedung produksi (I dan serbuk, W. Sarana olah raga
salep, sirup) X. Incinerator
J. Gedung water system
K. Gedung produksi steril
L. Gedung produksi herbal
M. LBA dan LPJ
N. Utilities Building
DIREKTUR UTAMA
90
Laporan praktek…., Erni Dwi Noviytanti, FF, 2013
Lampiran 4. Struktur Organisasi Non Direktorat
DIREKTUR UTAMA
Strategic Manajemen
Corporate Resiko, SPI
Business SCM
Secretary Compliance &
Development
GCG
Staf Ahli
Manager
91
Laporan praktek…., Erni Dwi Noviytanti, FF, 2013
Lampiran 5. Struktur Organisasi Direktorat Produksi
PRODUKSI
Solid II Salep , Sirup Pengadaan Pemeliharan Perencanaan & Metode IPC & Kalibrasi,
& Serbuk Bahan II Produksi Pengendalian Analisis Pengujian Kualifikasi dan
Produksi I Produk Validasi
Manager
Asisten Manager
92
Laporan praktek…., Erni Dwi Noviytanti, FF, 2013
Lampiran 6. Struktur Organisasi Direktorat Pemasaran
PEMASARAN
Manager
Key Account
Asisten Manager
93
Laporan praktek…., Erni Dwi Noviytanti, FF, 2013
Lampiran 7. Struktur Organisasi Direktorat Umum dan SDM
Pelayanan
Industrial Bahan Baku Produk Jadi Operasional
Relation & Adm. Gudang
Pemeliharaan
HR System Dispensing
Manager & Perbaikan
94
Laporan praktek…., Erni Dwi Noviytanti, FF, 2013
Lampiran 8. Struktur Organisasi Direktorat Keuangan
KEUANGAN
Pool IT
Group Akuntansi Treasury Pelaporan
Keuangan Manajemen
Verifikasi Manager
Asisten Manager
95
Laporan praktek…., Erni Dwi Noviytanti, FF, 2013
Lampiran 9. Alur Proses Pembuatan Sediaan Tablet
Lantai III
96
Laporan praktek…., Erni Dwi Noviytanti, FF, 2013
97
Registrasi BPOM
Distribusi
IPC
Penimbangan
Pengayakan Penimbangan Loading Station
Bahan Baku
Lantai III
Polishing
Lantai II
IPC
Lantai I
Filtrasi
IPC Filling
IPC &
Pengemasan
Karantina
Produk Jadi
Granulation/sieving Penimbangan
Lantai III
Mixing
Lantai II
Filling
Lantai I
Pengemasan
Filing IPC
Produk Jadi
Premixing Loading
Dispensing (THUMBLER) Station
Lantai III
Mixing
(DIOSNA)
Lantai II
Filling
Pengepakan
(Manual)
Lantai I
Identifikasi
Identifikasi
Penimbangan Packaging
Material
Mixing IP
C Washing/Blowing
Filtering
Sterilization
Filling
Sterilisasi
IPC
Leaking test
IPC
Visual
Inspection IP IP
C C
Lampiran 17. Alur Proses Produksi Sediaan Steril Aseptis (Dibawah LAF)
IPC
Pencucian ampul Blowing
Botol OTM
Sterilisasi ampul :
- Oven Pengisian
- Radiasi sinar Gamma
Uji Kebocoran
Pengujian Produk
Ruah
Inspeksi Visual
Pelabelan
Pengemasan
Penerimaan Penimbangan
IPC Pembuatan
larutan
Pencucian ampul
Penyaringan
Sterilisasi ampul
IPC
Oven 180oC, 2
Pengisian
jam
Pemeriksaan
kejernihan
Pencucian ampul
Pelabelan IPC
Pengemasan
Gudang
BR
PPPP(P4) Bidang Produksi QC
PP/PK
IPC
Penimbangan
Pencetakan
Keterangan:
PP/PK : Perintah Produksi/Perintah Kemas
BR : Batch Record
BPR : Batch Production Record
IPC Produk Ruahan
IPC Produk
Pengemasan
Pengemasan
BPOJ QC
PPPP
BP PK
Bidang R Bidang Bidang
Produksi Pengemasan Penyimpanan
Bahan Kemas
Produk Coding &
Ruahan Sablon
Proses Pengemasan
Bottling, Stripping,
Sacheting,
Blistering
IPC
Pengepakan : Sortir,
Penampilan etiket,
Memasukkan ke
Kotak, Memasukkan
ke Karton, Segel
Karantina IPC
Obat Jadi
Bidang
Pemastian BPO
Mutu J
Gudang
Obat
Jadi
Tepat Waktu
Tepat Mutu
Customer Satisfaction Tepat Jumlah
Tepat Harga
Tepat
Pelayanan
Sumber Informasi :
Marketing
Produksi
Pengadaan
Teknik
Akuntansi
Pengawasan Mutu
Litbang
Penyimpanan
Input
PPPP
Analisa Data
Pelaporan
Bidang Bidang
Litbang & Penyimpana
QC n
Bidang
Produksi
Produk Jadi
Kepuasan
Pelanggan
Deep Weel
Iron Removal
Bak Penampung
Sand Fil
Carbon
Filter
HDW MDW AX
80o C 45o C 30o C
UV Sterilizer
Keterangan:
AP : Aqua Pottabile MDW : Medium Dringkin Water
AF : Fire Fight Water DMW : Demineralized Water
DW : Dringking Water DIW : Deionized Water
HDW : Hot Dringling AX : AP suhu tertentu untuk
Water pemanasan Heating Coil
VI : Industry Steam
VD : Clean Steam
AE : AP suhu 70o
Bangunan di PT.
Septikt Penampungan Penampungan Rembesan
Indofarma
ank
2
Keterangan:
1. Tempat
2
8 7 Penampungan
Limbah
2. Bak Arang
3. Bak Pemisah Benda
Apung
10 6 4. Bak Homogenisasi
5. Bak Sedimentasi I
6. Bak Aerasi
5
9 1 7. Bak Sedimentasi II
2
8. Bak Aerasi Utama I
9. Bak Aerasi Utama II
4 3 10. Bak Penenang
Udara dingin
Udara dengan
kelembaban rendah
Ruang
Produksi
Udara
Bersih
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii
iii
Tabel 4.1 Tabel Hasil Pemantauan Bets Produksi Tahun 2009 ...................... 14
Tabel 4.2 Hasil Analisis Kapabilitas Proses Parameter Pelulusan Utama ....... 15
iv
1 Universitas Indonesia
1.2. Tujuan
Peninjauan Produk Tahunan (PPT) krim Asiklovir 5% dibuat untuk
mengevaluasi proses produksi yang dilakukan tahun 2012 agar memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.
.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
7 Universitas Indonesia
8 Universitas Indonesia
2012.
c. DLI 186 SB Revisi 07 digunakan untuk bets: 1210084 – 1212102. Perubahan
menjadi revisi 07 karena perubahan jenis tube sesuai artwork tube terbaru.
4.1.2.4 Kemasan Induk
Kemasan induk krim asiklovir 5% pada tahun 2012 terdapat 2 macam yaitu
DLK 186 SEB Revisi 01 dan 02. Setiap perubahan revisi kemasan induk dicatat
dalam catatan produksi bets dan pada dokumen peninjauan produk tahunan bagian
perubahan proses produksi.
a. DLK 186 SEB Revisi 01 digunakan untuk bets: 1201001– 1211086. Perubahan
menjadi revisi 01 karena perubahan brosur dari edisi 01 menjadi edisi 02.
b. DLK 186 SEB Revisi 02 digunakan untuk bets: 1211087– 1212102. Perubahan
menjadi revisi 02 karena penambahan proses coding HET pada tube produk
ruah.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.1.9 Keluhan
Sediaan krim asiklovir 5% yang telah diproduksi tahun 2012 dan sudah
dipasarkan hingga saat ini tidak ada keluhan dari konsumen. Tidak ada penarikan
dan pengembalian produk karena produk tidak bermasalah dan produk tersebut
masih bermutu baik.
Universitas Indonesia
Persyaratan kadar untuk krim asiklovir adalah 90-110%. Kadar dari hasil
produksi selama tahun 2012 adalah 94%-107,1%, sehingga dapat dinyatakan
kadar dari seluruh bets telah memenuhi persyaratan.
b. Isi minimum
Spesifikasi : 5,0 – 5,1 g
Hasil : 5,0 – 5,1 g
Universitas Indonesia
minimu m memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan yaitu berkisar antara 5,0
– 5,1 g.
Universitas Indonesia
Kadar (%)
Syarat: 90-110%
No. No. Bets Uji 2 3
Awal tahun tahun
1 AV91054 95,1 98,22 98,21
2 AV91055 97 99,51 98,71
3 AV91056 101,0 102,56 101,16
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Rumus perhitungan
USL LSL
Cp
6SD
X : nilai rata-rata
Peninjauan produk tahunan memerlukan analisis kapabilitas proses untuk
mengetahui kemampuan suatu proses untuk menghasilkan produk sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan. Dalam analisis kapabilitas proses produksi
asiklovir digunakan beberapa nilai indeks yaitu Cp dan Cpk. Berdasarkan hasil
perhitungan Cp dan Cpk didapatkan hasil yang sangat baik untuk parameter kadar.
Kapabilitas yang sangat baik menunjukkan bahwa selama proses produksi, kecil
kemungkinan parameter-parameter tersebut menyimpang dari spesifikasi.
Parameter isi minimum memiliki kapabilitas kurang baik yaitu nilai Cpk 0,81,
hal ini dikarenakan hasilnya terlalu mendekati batas atas dan bawah spesifikasi.
Hasil yang kurang baik dapat diartikan bahwa produk cacat (penyimpangan
produk) kadang kala muncul, proses harus diperiksa lebih ketat untuk
mengeliminasi produk cacat.
4.3. Evaluasi
Selama tahun 2012, produk krim asiklovir 5% telah diproduksi sebanyak
102 bets. Tidak ada bets yang gagal/ tidak memenuhi syarat. Parameter pelulusan
utama (kadar, isi minimum, dan RSD) untuk semua bets memenuhi syarat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
Selama tahun 2012, produk krim asiklovir 5% telah diproduksi sebanyak
102 bets. Tidak ada bets yang gagal dan semua bets hasilnya memenuhi syarat
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja operator
terkait dengan pemenuhan SOP proses produksi.
2. Perlu dilakukan kualifikasi HVAC.
3. Perlu dilakukan pemantauan kadar untuk produk dengan umur 4 tahun
(ED)
18 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.
19 Universitas Indonesia