Ebn Efusi Pleura Ramdhan Done !!!
Ebn Efusi Pleura Ramdhan Done !!!
Disusun Oleh :
RAMDHAN KUSNAEDI
G3A017257
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2011 memperkirakan jumlah kasus efusi
pleura di seluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ke tiga setelah Ca paru. Efusi
pleura disebabkan oleh infeksi tuberkulosis. Efusi pleura adalah penumpukan cairan
pada pleura (Sumantri, 2008). Terjadi apabila produksi meningkat minimal 30 kali
normal atau adanya gangguan pada absorbsinya (Hariadi, 2010). Cairan pleura
berupa eksudat, transudat dan chylus. Pada cairan pleura eksudat protein rasionya
>0,60. Sedangkan chylus warnanya putih seperti susu dan mengandung lemak.
Eksudat disebabkan oleh karena adanya kerusakan pada capillary bed di paru, pleura
dan jaringan sekitarnya. Transudat disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang
meningkat atau tekanan osmotik yang menurun. Sedangkan pada absorbsi terhambat
disebabkan adanya gangguan kemampuan kontraksi saluran lymphe, infiltrasi pada
kelenjar getah bening dan kenaikan tekanan vena sentral tempat masuknya saluran
lymphe. Adapun penatalaksanaan pada efusi pleura mencegah penumpukan kembali
cairan, menghilangkan ketidaknyamanan serta dispnea. Jika torakosentesis tidak
berhasil maka dilakukan Water Seal Drainage (WSD).
Upaya untuk menurunkan angka kematian akibat sistem pernapasan
memerlukan penangan yang mendasar. Penanganan dasar yang diperlukan berupa
pengamatan pada penderita sesak nafasberupa peningkatan usaha napas melalui
peningkatan RR dan penggunaan otot-otot bantu pernapasan guna memenuhi demand
oksigen di dalam tubuh. Salah satu tindakan keperawatan yang penting adalah
positioning yang bertujuan untuk meningkatkan ekspansi paru sehingga mengurangi
sesak (Dean, 2014).
B. Tujuan
1. Tujuan umum:
Penulis mampu mengaplikasikan proses pemberian asuhan keperawatan pada
klien dengan efusi pleura
2. Tujuan khusus:
a. Penulis mampu merumuskan pengkajian pada klien dengan efusi pleura
b. Penulis mampu merumuskan masalah diagnosa keperawatan pada klien efusi
pleura
c. Penulis mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien efusi pleura
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada klien efusi pleura
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien efusi pleura
f. Penulis mampu mengaplikasikan intervensi pengaruh perubahan posisi
terhadap pola nafas pada pasien gangguan pernafasan
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metoda deskriptif dan
dilaksanakan dengan teknik study kepustakaan dan study kasus, yaitu dengan
membaca, mempelajari buku, jurnal, artikel yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan fraktur tibia fibula dan mengumpulkan data melalui pemeriksaan fisik
dan melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada Ny.N dengan efusi pleura
D. Sistematika Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan sitematika penulisan
yang terdiri dari 6 bab:
1. Bab 1 berisi latar belakang masalah yang melatar belakangi penulis untuk
membuat makalah ini, tujuan penulisan, metode penulisan yang menjelaskan
metode-metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini, dan sistematika
penulisan.
2. Bab 2 yaitu konsep dasar dari asuhan keperawatan efusi pleura
3. Bab 3 berisi Asuhan keperawatan pada Ny. N dengan efusi pleura Di Ruang
Rajawali 3A, yang terdiri dari pengkajian, pengelompokan data, analisa data,
diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan.
4. Bab 4 yatu aplikasi jurnal evidence based nursing riset.
5. Bab 5 yaitu pembahasan tentang evidence based nursing yang telah dilakukan.
6. Bab 6 yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari pembuatan askep
dengan efusi pleura
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan pariental, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan
(terjadi penumpukkan cairan dalam rongga pleura).Efusi dapat berupa cairan jernih,
yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.
Dalam buku pedoman diagnosis dan terapi UPF ilmu penyakit paru (2009)
mengatakan efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa
cairan transudat atau cairan eksudat.
Efusi pleura merupakan kejadian dimana adanya penumpukan cairan di dalam
ruang pleura, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder
akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan
transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2010)
Menurut Smeltzer & Suzanne (2007) Efusi pleura di definisikan sebagai
pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan
parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah
kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi.
B. ETIOLOGI
Secara umum penyebab efusi pleura adalah sebagai berikut :
a. Pleuritis karena bakteri piogenik
b. Pleuritis tuberkulosa
c. Efusi pleura karena kelainan intra abdominal, seperti : sirosis hati, pankretitis, abses
ginjal, abses hati, dll.
d. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi, seperti pada decompensasi kordis, emboli
pulmonal dan hipoalbuminemia.
e. Efusi pleura karena neoplasma, seperti : mesolioma, karsinoma bronkhus,
neoplasma metastati, dan limfoma malignum,
f. Efusi pleura karena trauma, yakni trauma tumpul, laserasi, luka tusuk pada dada,
ruptur esophagus (Sarwono Waspadji, 2010 Hal. 931-935)
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri),
sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndrome vena cava superior,
tumor, sindroma meig.
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi, dan
penyakit kolagen
3. Efsusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru,
tuberkolosis
4. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan
penyakit penyebabnya akan tetapi efusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-
penyakit seperti kegagalan jantung, kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru,
tumor dan tuberkolosis.
C. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura.
Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura
parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan
osmotik koloid menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya
permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma, bertambahnya
tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila
terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A, 1998).
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam
kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain:
1. Penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura
2. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi
sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam
rongga pleura
3. Menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga memungkinkan transudasi
cairan yang berlebihan
4. Infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga
pleura, yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein
plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall, 1999)
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak klien akan sesak nafas
2. Adanya gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkolosis), banyak
keringat dan batuk
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,
dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu)
5. Didapati segitiga Garland yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian
atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz yaitu daerah pekak karena
cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura
Transudat
Gangguan
pertukaran gas Penumpukan cairan pada
rongga pleura
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Nyeri
kebutuhan tubuh
Resiko infeksi
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN FOKUS
1. Identitas Klien
a. Nama klien :Ny. N
b. Usia : 31 Tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. No register : 9611041
e. Tanggal masuk : 27 Juni 2018
f. Diagnosa medis : Efusi pleura dextra
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri dan lemas
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan pada bulan juni 2018 klien mulai merasakan sesak dan nyeri
pada daerah belikat kemudian klien melakukan cek kesehatan di rumah sakit
santa maria dan akhirnya dokter mendiagnosis efusi pleura dextra dan dilakukan
fungsi pada paru-paru dan didapatkan 1400 cc cairan berwarna kuning setelah
itu klien melanjutkan perawatan di rumah sakit prima medika dan didapatkan
sebayak 2500 cc cairan efusi dan pada tangal 27 juni klien dirujuk ke Rs.Dr
kariadi semarang diantar oleh keluarganya dan dilakukan tindakan fungsi ndi
IGD dan didapatkan sebanyak 1400 cc cairan eefusi. Setelah itu klien dilakukan
perawatan di ruang rajawali 3A Rs.Dr Kariadi Semarang
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Tampak lemah
b. Tingkat kesadaran : Komposmentis
c. Tanda-tanda vital : TD: 110/70 mmHg, N: 86x/menit, S: 36,8 0C,
RR: 24 x/menit
d. Pengukuran antropometri: BB 43 kg TB : 155 cm
e. Kepala: Bentuk kepala simetris, tidak ada luka, warna rambut hitam bersih, tidak
ada nyeri tekan
f. Mata: Bentuk simetris, konjungtiva ananemis, seklera anikterik, tidak ada sekret,
tidak memakai alat bantu penglihatan, tidak ada nyeri tekan
g. Hidung: Bentuk simetris, tidak ada polip/ luka, fungsi penciuman baik, bersih
dan tidak terlihat adanya cuping hidung
h. Telinga: Bentuk simetris, tidak ada nyeri, tidak ada pembengkakan, kondisi
bersih dan tidak kotor, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
i. Mulut: Membrane mukosa lembab, warna merah muda, kondisi gigi dan gusi
bersih
j. Leher: Tidak ada pemasangan trakeostomy, tidak adanya pembesaran kelenjar
tyroid
k. Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, frekuensi pernafasan regular
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat luka
Perkusi : Terdengar sonor pada paru kiri dan paru sebelah kanan
Tampak redup
Auskultasi : bunyi napas menghilang atau tidak terdengar pada bagian
paru sebelah kanan taktil premitus mengalami penurunan
l. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada luka bekas operasi, kulit bersih
Auskultasi : Bising usus 12 x/menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.
m. Genital: Tidak terpasang kateter
n. Ekstremitas
1) Atas: Integritas kulit utuh, terpasang infus RL di tangan kanan, tidak ada tanda
infeksi didaerah infus tonus otot 4
2) Bawah : tidak tedapat luka tonus otot 4
3. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.4 g/dL 12.00-15.00
Hematokrit 37.8 % 35-47
Eritrosit 4.31 10^6/ul 4.4-5.9
MCH 28.8 pg 27.00-32.00
MCV 87.7 fL 76-96
MCHC 32.8 g/dL 29.00-36.00
Leukosit 11.8 10^3/ul 3.6-11
Trombosit 517 10^3/ul 150-400
RDW 15.3 % 11.60-14.80
MPV 8.9 fL 4.00-11.00
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 96 mg/dL 80-160
Ureum 13 mg/dL 15-39
Kreatinin 0.4 mg/dL 0.60-1.30
Natrium 139 mmol/L 136-145
Kalium 4.5 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 105 mmol/L 98-107
Therapy obat:
Metylepredisolon 62,5 mg/8 jam (intra vena)
Nasetilsistein 1 tab/8 jam (PO)
RL 20 tpm
Ketorolac 30 mg/ 8 jam ( intra vena)
B. Analisa Data
No Data focus Rumusan pernyataan
Obyektif Subyektif Etiologi Problem
1 DO: DS: Agen injuri Nyeri akut
- TD: 110/70 mmHg Klien mengatakan
- N: 88x/menit nyeri, nyeri
- R: 24x/menit seperti di tusuk,
- S: 36,80C nyeri di punggung
- Tepasang pigtail belakang daerah
pleura pada belikat dan pada
thorax sebelah paru-paru kanan,
kanan skala nyeri 4,
nyeri hilang
timbul dan pada
saat bernapas
2 DO: DS: Penurunan Ketidakefektifan
- Klien tampak sesak Klien ekspansi paru pola napas
- Klien tepasang O2 nasal mengatakan: sekunder
kanul 3lt/menit - Saya sesak
- Napas cepat RR 24x/ napas
menit
- Tepasang pigtail pleura
pada thorax sebelah
kanan
- SPO2 98%
- Cairan pleura 500 CC
(berwarna merah)
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri
2. Ketidakefektifan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam dalam rongga pleura
D. Intervensi Keperawatan
No Waktu Tujuan dan Kriteria NIC Rasional
dx (NOC)
2. Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri secara 1. Untuk mengetahui
asuhan keperawatan komprehensif tingkat nyeri klien
selama 2x24 jam 2. Ajarkan teknik 2. Agar nyeri yang
diharapkan masalah nonfarmakologi dirasakan klien tidak
nyeri akut dapat teratasi 3. Kolaborasi dengan dokter bertambah
dengan kriteria hasil: untuk pemberian analgetik 3. Pemberian analgetik
- Mampu mengontrol 4. Kaji TTV dapat mengurangi rasa
nyeri nyeri klien
- Melaporkan bahwa 4. Untuk mengetahui
nyeri berkurang kondisi umum klien
dengan menggunakan
manajemen nyeri
- TTV dalam batas
normal
A. Identitas Klien
Nama : Ny.N
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
No. CM : C704422
Diagnosa medis : Efusi Fleura Dextra
B. Data Fokus Klien
Data Subjektif
Klien mengatakan:
- Nyeri pada punggung dan sesak
P: Efusi fleura dextra
Q: Seperti di tusuk
R: Punggung dan dada
S: Vas 4 sedang (0-10)
T: Hilang timbul dan padasaat bernapas (±5 menit)
Data Objektif:
Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 27 Juli 2018 klien sebelumnya klien merasakan
sesak semenjak sebulan yang lalu klien pernah menjalani perawatan di Rumah sakit
santa maria dan prima medika pada bulan juli dan didapatkan cairan punksi sebanyak
1400 -2500 cc dan kemudian klien di rujuk ke Rumah Sakit Dr.Kariadi Semarang.
Keadaan klien terlihat lemas, klien tampak sesak, terpasang infus RL 20 TPM di tangan
kanan, Terpasang vigtail pleura sebelah kanan terdapat 500 cc cairan berwarna merah
klien tampak selalu dibantu oleh keluarga dalam melakukan ADL, TD: 110/70 mmHg,
N: 86x/menit, R: 24x/menit, S: 36,80C SPO2 98%
C. Diagnosa Keperawatan yang Berhubungan dengan Jurnal Evidence Based
Nursing Riset yang Diaplikasikan
Ketidakefektifan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam dalam rongga pleura
D. Evidence Based Nursing Practice yang Diaplikasikan
Pengaruh perubahan posisi terhadap pola nafas pada pasien gangguan pernafasan
E. Analisa Sintesa Justifikasi
Peradangan pleura
Eksudat
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis proses – proses
penyakit. Jakarta : EGC