Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM PEMODELAN OSEANOGRAFI

PENYELESAIAN NUMERIK BEDA HINGGA PERSAMAAN ADVEKSI


1 DIMENSI
METODE EKSPLISIT CENTER IN TIME AND CENTRAL SPACE

KELOMPOK 6

FELIPA KISSA 1514511001


PUTU YUDI ADITYA PUTRI 1514511002
ANDRE MAULANA 1514511014
I KETUT SUTA NEGARA 1514511018
JANIS KHANSA PUTRI ARGESWARA 1514511031
YAMA WIRATAMA 1514511035
LUH PUTU PRAWIDA BHAKTI CANDANI 1514511038

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
BAB I
DASAR TEORI

1. 1.PERSAMAAN DASAR ADVEKSI SATU DIMENSI


Persamaan adveksi menggambarkan mekanisme transportasi suatu substansi yang
mengalir dalam arah tertentu dengan v menyatakan laju aliran dan u adalah konsentrasi
substansi yang dibawa. Adveksi murni dipahami sebagai gerakan horizontal substansi
tersebut tanpa terjadi proses pencampuran dan hanya dipengaruhi oleh kecepatan aliran
sehingga bentuk gelombangnya diharapkan sama sepanjang daerah aliran (Ribal, 2008).
Berikut merupakan persamaan adveksi satu dimensi yang digunakan :

.....................................................(Persamaan.1)
Dimana :
F = Konsentrasi suatu zat terlarut dalam mg/L
u = Kecepatan (m/detik)
t = Waktu (detik)
x = Arah sumbu horizontal (meter)
(Persamaan.1) dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan beda hingga
yang terdiri dari metode eksplisit dan metode implisit.
1. 2.METODE BEDA HINGGA
Metode beda hingga merupakan metode klasik yang dipergunakan sebagai
pendekatan dalam menghitung turunan numerik dalam rangka menyelesaikan suatu
pemodelan yang memiliki bentuk persamaan diferensial. Metode beda hingga dapat
diturunkan dengan dua cara, yaitu dengan deret Taylor dan dengan hampiran polinom
interpolasi. Kedua cara tersebut menghasilkan rumus beda hingga yang sama.
(Ihsani,Zadid. 2014)
Deret Taylor
f (x) 2  2 f (x) 3  3 f
f ( x  x)  f ( x)  (x)   
x 2! x 2 3! x 3
f (x) 2  2 f (x) 3  3 f
f ( x  x)  f ( x)  (x)
  
x 2! x 2 3! x 3
Pendekatan beda hingga untuk turunan pertama  f 
 
 x 

(x) n  n f
f ( x  x)  f ( x)  
n 1 n! x n
Pendekatan beda maju (forward difference)

f f f
 i 1 i  (x)
x x
Pendekatan beda mundur (backward difference)

f f  f i 1
 i  (x)
x x
Pendekatan beda tengah (central difference)

f f f
 i 1 i 1  (x) 2
x 2x

 2 f 
Pendekatan beda hingga untuk turunan kedua  
 x
2

Untuk turunan kedua pendekatan yang biasa dipakai adalah pendektan beda
tengah(central difference)

2 f f  2 f i  f i 1
 i 1  x 
2

x 2
x 2

1. 3.METODE FTCS (CENTER IN TIME AND CENTRAL SPACE)


Metode Leapfrog merupakan pendekatan yang menggunakan sistem pendekatan beda
pusat untuk turunan ruang dan waktu, yang dikenal juga sebagai metode CTCS atau Center
in Time and Central in Space (Skeel, 1993).
Metode ini sendiri merupakan metode integrasi orde dua, tidak seperti Metode Euler
yang merupakan integrasi orde satu. Akan tetapi keduanya membutuhkan jumlah fungsi
yang sama dalam setiap langkah-langkahnya. Metode Leapfrog ini banyak digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan dynamical system maupun classical mechanics
(Birdsall & Langdon, 1985)
Persamaan adveksi satu dimensi dapat dideskritisasi menjadi:

......................(Persamaan.2)
Nilai Awal dan Syarat Batas Metode Eksplisit CTCS
a. Nilai awal
Konsentrasi polutan di suatu perairan dianggap belum ada, perairan dianggap bersih.
Secara metematis dapat dituliskan:
F = 0 pada t = 0
Atau F0i = 0 untuk i = 1,2,3 …imax
b. Syarat Batas
Sumber polutan dianggap dari hulu dan atau hilir. Jika terdapat sumber kontinu dari
hulu (i = 1) maka secara matematis dapat ditulis:

Nilai konsentrasi di batas dianggap sama dengan nilai di grid sebelumnya:

atau dapat ditulis deskritisasi syarat batasnya adalah:


BAB II

METODOLOGI
2.1. ALGORITMA
2.1.1 Algoritma Program
1. Mulai program
2. Masukkan L, T, FN, FN0, FM2, FM1, D, DX, DT, N, M, U1 dan U2
(L untuk panjang kanal, T untuk lama simulasi, FN untuk Fmn+1 , untuk FN0
untuk Fm n-1 , FM2 untuk Fm+1 n , FM1 untuk F nm-1 ,DX untuk ∆x; DT untuk
∆t; N untuk waktu; M untuk ruang; U1 untuk konstanta polutan kontinu dan
U2 untuk konstanta polutan diskontinu, D untuk lamda)
3. Deklarasikan L, T, FN, FN0, FM2, FM1, DX, DT, N, M, U1 dan U2
4. Tentukan N dan M sebagai bilangan bulat (integer)
5. Input:
- Deklarasikan L=1500, T= 3600
- Deklarasikan DX=50, DT=5, N, M=18 , U1=0.30
- Deklarasikan DX=50, DT=5, N=5, M=5 , U2= 0.40
6. Untuk menghitung rumus lamda D = (U1*DT)/DX untuk kontinu,
D=(U2*DT)/DX untuk diskontinu
7. Jika nilai D kurang dari sama dengan 1, maka ke langkah nomer 8. Jika tidak
kurang dari sama dengan 1 maka nilai tidak didefinisikan
8. Hitung dengan rumus FN= FN0 – U (DT/DX) (FM2-FM1)
(U1 untuk polutan kontinu dan U2 untuk polutan diskontinu)
9. Untuk polutan kontinu hitung secara kontinu pada ruang ke 25, untuk polutan
diskontinu pada waktu 5 dan ruang 15
10. Looping berdasarkan waktu
11. Cetak hasil
12. Akhiri program
2.2. FLOWCHART
2.2.1 Flowchart Program

START

L, U1, DX, DT, A

Mmax = l/dx
Tmax = t/dt
A = (u1*dt)/(dx)

If A ≤ 1

Write F (1,m) = 0

A tidak memenuhi
syarat stabilitas
N=1

N=

M = 2,

F(5,5) =150, F(n,18) =


100
END F(n+1, m) = F(n,m) –
((a1*(f(n,m+1) -f(n,m-1)

F (n+1), 1) = f(n+1,2)
F(n+1, mmax) = f(n+1,
mmax-1)

Cetak Hasil
N =1, n+1

M = 2, mmax-

F(n,m)
2.3. SYNTAX PROGRAM
2.3.1 Syntax Program Kontinu
2.3.2 Syntax Program Diskontinu
2.3.3 Running Program Kontinu

2.3.4 Running Program Diskontinu


BAB III

HASIL
3.1 Output Kontinu

3.2 Output Diskontinu


3.3 Pembuktian
3.3.1 Pembuktian Kontinu
Output hasil : 100

∆𝑡
𝐹 𝑛+1
𝑚= 𝐹 𝑛−1
𝑚− 𝑈1 (𝐹 𝑚+1𝑛−𝐹 𝑚−1𝑛)
∆𝑥
(5)
= 100 – (0,30) (3 − 3)
50

= 100 – (0,30) (0,1) (0)

= 100 – 0

= 100

3.3.2 Pembuktian Diskontinu


Output hasil :150

∆𝑡
𝐹 𝑛+1
𝑚= 𝐹 𝑛−1
𝑚− 𝑈1 (𝐹 𝑛−𝐹 𝑛)
∆𝑥 𝑚+1 𝑚−1
5
= 149,52 – (0,40)(50)(−6 − 6)

= 149,52 – (-0,48)
= 150
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1. Grafik Kontinu Terhadap Ruang

Grafik Konsentrasi Polutan Kontinu terhadap


Ruang
150

100

50

0
157
1
27
53
79
105
131

183
209
235
261
287
313
339
365
391
417
443
469
495
521
547
573
599
625
651
677
703
-50

-100

-150

Series1 Series2 Series3 Series4 Series5 Series6

4.2. Grafik Kontinu Terhadap Waktu

Grafik Konsentrasi Polutan Kontinu terhadap


waktu
700
600
500
400
300
200
100
0
-100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
-200
-300

Series1 Series2 Series3 Series4 Series5 Series6


4.3. Grafik Diskontinu Terhadap Ruang

Grafik Konsentrasi Polutan Diskontinu terhadap


Ruang
200

150

100

50

495
1
27
53
79
105
131
157
183
209
235
261
287
313
339
365
391
417
443
469

521
547
573
599
625
651
677
703
-50

-100

-150

Series1 Series2 Series3 Series4 Series5 Series6

4.4. Grafik Diskontinu Terhadap Waktu

Grafik Konsentrasi Polutan Diskontinu terhadap


Waktu
800

600

400

200

0
0 0 150 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-200

-400

4.5. Pembahasan

1. FELIPA KISSA (1514511001)

Persamaan dasar adveksi satu dimensi pada kasus ini diselesaikan dengan
menggunakan Metode Eksplisit Leapfrog (CTCS). Metode Eksplisit Leapfrog memiliki
pendekatan terpusat, yaitu Center in Time and Central in Space. Metode ini merupakan
metode integrasi orde-2 yang mengubah (diskritisasi) persamaan dasar adveksi satu
dimensi (persamaan 1) sehingga menjadi persamaan 2 dengan nilai nilai awal yang
dianggap belum ada sehingga bernilai 0 dan syarat batas konsentrasi polutan dianggap
berasal dari hulu atau hilir. Adapun Kredit Stabilitas yang digunakan untuk
menyelesaikan persamaan dasar adveksi satu dimensi yang termasuk metode beda
hingga eksplisit adalah
Δ𝑡
𝜆=𝑢 ≤ 1.0
Δ𝑥

Sehingga dapat mendapatkan hasil secara kontinu dan diskontinu seperti yang
ditampilkan pada subbab hasil.

2. PUTU YUDI ADITYA PUTRI (1514511002)

Praktikum kali ini metode FTCS (Forward in Time Center in Space) digunakan
dalam menyelesaikan aliran polutan adveksi satu dimensi. Metode ini merupakan
gabungan pendekatan beda hingga, yakni turunan pertama terhadap waktu dengan beda
maju dan turunan kedua terhadap ruang dengan beda tengah sehingga, FTCS termasuk
ke dalam solusi stabil bersyarat dengan syarat kestabilan. Waktu akan berubah secara
maju atau secara vertikal, sedangkan untuk ruang akan berubah secara horizontal
memusat. Pada perubahan ruang akan mengalami perubahan nilai ke kanan nilai awal
(m+1) dan ke kiri nilai awal (m-1) sedangkan pada perubahan waktu mengalami
perubahan ke atas nilai awal (n+1). Dapat dilihat pada grafik sebaran polutan secara
kontinu, bahwa polutan pada ruang ke 18 dengan konsentrasi 100 (mg/L). Nilainya akan
konstan pada grid ke 18, dari mulai waktu awal sampai terakhir dan konsentrasi perairan
pada grid yang ada di kanan dan kiri nilainya nol (perairan belum tercemar), namun
dengan pertambahan waktu, perairan di daerah tersebut menjadi tercemar dengan
adanya polutan pada ruang ke 18. Hal ini terlihat pada grafik konsentrasi terhadap
waktu dan grafik konsentrasi terhadap ruang. Dari nilai grafik konsentrasi terhadap
waktu terlihat nilai konsentrasi pada ruang ke 18 konstan sebesar 100 (mg/L). Pada
ruang yang dekat dengan grid ke 18 yakni pada grid ke 17 dan 19 nilai konsentrasinya
semakin bertambah seiring dengan petambahan waktu. Hal Ini terjadi karena polutan
bergerak menyebar akibat pengaruh waktu, koefisien difusi, dan ruang. Sedangkan
untuk grid yang berada jauh dari sumber polutan (grid 21) nilai konsentrasinya masih
0.

3. ANDRE MAULANA (1514511014)

Mendeklarasikan input sebagai bilangan real (L,U,DX,DT,A) yakni bilangan dalam


matematika yang dapat menyatakan bilangan dalam bentuk desimal dan bilangan
integer (MMAX, M, N, NMAX) yakni bilangan bulat dalam matematika serta
menentukan range dimensi dari program serta untuk menghasilkan sebuah Output pada
program secara kontinu dengan nama “CTCS (kontinu).txt”. Serta pada program aliran
polutan secara diskontinu akan dihasilkan sebuah Output dengan nama “CTCS
(diskontinu).txt”.

Input program berupa angka dengan ketentuan di atas. Untuk program kontinu dan
diskontinu memiliki nilai Input yang sama, hanya berbeda pada nilai koefisien laju
aliran polutan (U). Pada program kontinu memiliki nilai input U=0.30 sedangkan untuk
program diskontinu memiliki nilai input U=-0.40.

Untuk menentukan jumlah grid ruang dan waktu menggunakan rumus panjang kanal
(L) dibagi DX untuk mencari nilai MMAX, lama simulasi (T) dibagi DT untuk mencari
NMAX serta koefisien laju aliran polutan (U) dikali DT dibagi DX untuk mencari nilai
A dengan ketentuan jika A kurang dari sama dengan 1 maka lanjut ke proses berikutnya
sedangkan jika tidak memenuhi syarat maka proses akan berhenti dan nilai tidak
terdefinisi. Pada program kontinu dan diskontinu sama dalam menghitung nilai A pada
kontinu dan z pada diskontinu.
Untuk nilai A yang memenuhi syarat akan diproses pada Perhitungan Kontinu.
Dengan waktu dimulai dari titik awal sampai selesai simulasi. Konsentrasi awal polutan
yang diberikan pada ruang ke 18 adalah 100, dikarenakan program kontinu maka nilai
konsentrasi akan sama sampai simulasi selesai dilakukan. Persamaan yang digunakan
adalah persamaan CTCS seperti yang ditulis pada program.

Saat program telah melalui proses, maka akan didapatkan sebuah keluaran atau
output berupa sebuah matriks hasil.
Untuk menyelesaikan aliran polutan satu dimensi dapat menggunakan metode CTCS
yang memiliki kepanjangan Center in Time Center in Space. Metode tersebut memiliki
prinsip kerja yang dipengaruhi oleh perubahan waktu dan ruang. Waktu akan berubah
secara memusat vertikal, sedangkan untuk ruang akan berubah secara horizontal
memusat. Untuk perubahan ruang akan mengalami perubahan nilai ke kanan nilai awal
atau dapat disimbolkan dengan (m+1) dan ke kiri nilai awal atau dapat disimbolkan
dengan (m-1) sedangkan untuk perubahan waktu mengalami perubahan ke atas nilai
awal atau dapat disimbolkan dengan (n+1). Nilai awal polutan pada perairan dianggap
nol karena perairan diasumsikan masih bersih dan bebas dari polutan, sedangkan nilai
baru yang dicari merupakan nilai perairan yang terindikasi mengalami pencemaran oleh
polutan yang nilainya diperoleh dan berubah ditiinjau dari perubahan masa dan ruang.
Pada grafik sebaran polutan secara kontinu, diketahui bahwa polutan dibuang pada
grid ke 18 dengan konsentrasi sebesar 100 (mg/L). Nilai ini akan konstan pada grid ke
18, dari mulai waktu pertama sampai terakhir. Dan konsentrasi perairan pada grid yang
ada di sekitarnya awalnya bernilai 0, karena perairan belum tercemar. Tetapi dengan
bertambahnya waktu, lama-lama perairan tersebut menjadi tercemar dengan adanya
polutan yang dimasukkan pada grid ke 18. Hal ini dapat terlihat pada grafik konsentrasi
terhadap waktu dan grafik konsentrasi terhadap ruang (grid). Dari nilai grafik
konsentrasi terhadap waktu terlihat bahwa nilai konsentrasi yang ada pada grid ke 18
nilainya konstan yaitu sebesar 100. Pada grid yang dekat dengan grid ke 25 seperti pada
grid ke 17 dan 19 nilai konsentrasinya semakin bertambah seiring dengan
bertambahnya waktu. Ini dikarenakan polutan bergerak menyebar ke segala arah akibat
pengaruh waktu, konstanta kecepatan aliran polutan, dan juga ruang (jarak grid).
Sedangkan untuk grid yang berada jauh dari sumber polutan (grid 20) nilai
konsentrasinya masih 0 atau perairan tersebut masih bersih (belum ada polutan yang
masuk). Lain halnya dengan grafik konsentrasi terhadap waktu, grafik konsentrasi
terhadap ruang perubahan yang paling jelas ditunjukkan pada grid 20 yang mana nilai
tersebut tiba-tiba menjadi tinggi akibat adanya polutan yang masuk ke perairan
sedangkan perairan yang lain masih belum tercemar.
Pada grafik sebaran polutan secara diskontinyu ini sedikit berbeda dengan sebaran
polutan secara kontinyu. Nilai konsentrasi yang dibuang pada grid 5 awalnya sebesar
150. Seiring dengan bertambahnya waktu nilai konsentrasi pada grid ini semakin
berkurang dan menyebar pada grid-grid yang ada di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat
pada grafik konsentrasi terhadap waktu dan grafik konsentrasi terhadap ruang. Pada
grafik konsentrasi terhadap waktu terlihat bahwa sumber poutan yang dibuang pada
grid ke 5 nilainya akan semakin berkurang dengan bertmbahnya waktu. Hal inilah yang
membedakan sebaran polutan secara kontinyu dan diskontinyu. Untuk grid yang ada di
sekitarnya relatif sama dengan sebaran polutan secara kontinyu yang mana nilainya
akan bertambah karena adanya polutan yang masuk dalam suatu perairan. Sedangkan
untuk grafik konsentrasi terhadap ruang hampir sama dengan yang terjadi pada grafik
konsentrasi terhadap ruang secara kontinyu yang mana perubahan yang terlihat jelas
adalah pada grid 5. Tetapi pada grid ini nilai penurunan konsentrasinya juga dapat
terlihat. Ini ditunjukkan dengan adanya perubahan grafik pada grid ke 5.

4. I KETUT SUTA NEGARA (1514511018)

Pada praktikum persamaan dengan metode CTCS ini sendiri merupakan metode
integrasi orde dua, tidak seperti Metode Euler yang merupakan integrasi orde satu.
Akan tetapi keduanya membutuhkan jumlah fungsi yang sama dalam setiap langkah-
langkahnya. Metode Leapfrog ini banyak digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan dynamical system maupun classical mechanics. Metode CTCS ini
mempengaruhi perubahan ruang dan waktu, dengan waktu berubah secara vertikal atau
maju sedangkan ruang akan berubah secara horizontal dengan arahnya yang memusat.
Jika nilai awal ruang (m+1) maka ruang mengalami perubahan dan (m-1) niali awal
ruang berubah kekiri., untuk perubahan terhadap waktu ke arah atas (n+1). Dari grafik
continu terhadap ruang mula – mulanya bernilai ruangnya yaitu 0 namun pada ruang
ke 6 mengalami peningkatan angka hingga 100. Pada grafik kontinu terhadap waktu
nilai awalnya yaitu sejajar konstan pada nilai 0 yang berarti pada saat itu belum
tercemar oleh polutan, pada titik 15 terjadi peningkatan konsentraasi jumlah polutan
yang sangat signifikan dimana pada grafik menunjukan angka 200 dan terus meningkat
pada titik 18 hingga jumlah kosentrasi polutannya mencapai 600. Grafik diskontinue
ruang berbentuk gelombang dan grafik grafik diskontinu terhadap waktu pada mulanya
konstan dengan nilai 0 dan mulai terjadi peningkatan hingga pada anggka 700.

5. JANIS KHANSA PUTRI ARGESWARA (1514511031)

Pada praktiku kali ini, ami menggunakan metode CTCS (Central Time-Central
Space). Hasil yang didaptkan melalui syntax dan running program di Cygwin
mendapatkan hasil kontinu yang berbentuk segitiga. Sedangkan yang hasil diskontinu
tidak terlalu berbentuk. Hasil grafik yang didapatkan di ambil dari enam data vertical
(terhadap ruang), dan enam data horizontal (terhadap waktu). Perbedaan CTCS dengan
FTCS adalah hanya rumusnya yang bedanya (n) dan (n-1).

6. YAMA WIRATAMA (1514511035)

Pada persamaan adeveksi menggambarkan mekanisme transportasi suatu subtansi


yang mengalir dalam arah tertentu dengan v yaitu laju aliran dan u merupakan
konsentrasi substansi yang dibawa. biasanya akan terbawa secara horizontal dan tidak
terjadi proses pencampuran dan hanya di pengaruhi dengan kecepatan suatu aliran.
Metode beda hingga adalah suatu turunan numerik dalam angka yang menyelesaikan
suatu pemodelan dan memiliki suatu bentuk persamaan diferensial. Dengan metode
CTCS yang merupakan metode pendekatan pusat untuk ruang dan waktu. metode ini
mempengaruhi antara perubahan waktu dan ruang, jika waktu akan berubah secara maju
atau secara vertikal, dan untuk ruang akan berubah secara horizontal dengan arah
memusat. Jika ruang mengalami perubahan maka nilai awal yaitu (m+1) dan ke kiri
dengan nilai awal dengan (m-1), untuk perubahan terhadap waktu ke arah atas dengan
simbol (n+1). Pada grafik kontinu terhadap ruang pada mulanya bermulai dari angka
nol tetapi pada ruang ke 6 mulai dari angka 100. Pada grafik konsentrasi Polutan
Kontinue terhadap waktu pada mulainya sejajar konstan pada nilai nol yang berarti
belum tercemar oleh polutan, pada titik ke 15 terjadi perubahan yang signifikan yang
dimana grafik menunjukan pada angka -200 dan terjadi peningkatan yang masif dengan
nilai 600 pada titik 18. grafik diskontinue ruang berbentuk gelombang dan grafik
diskontinue terhadap waktu pada mulanya konsatn dengan nilai nol dan mulai terjadi
peningkatan hingga pada angka 700.

7. LUH PUTU PRAWIDA BHAKTI CANDANI (1514511038)

Dalam penulisan syntax program, ketelitian dalam menulis rumus/formula metode


sangat diperlukan. Jika salah sedikit, maka persebaran polutan akan menjadi sangat
tidak masuk akal. Pada setiap program, nilai awal n ditulis 1, karena jika kita
menuliskan persebaran polutan pada saat ke n=1 adalah nol, maka langkah waktu
selanjutnya adalah untuk n=2, 3, dst. Contohnya pada penulisan program metode ctcs,
di rumus metode ctcs pada konsentrasi n-1 tidak diketahui, sehingga kita harus
menggunakan metode ftcs pada waktu ke 2 dan 3, lalu ctcs pada waktu ke-4.
Metode FTCS (Forward Time Central Space) adalah metode yang paling tidak
stabil, konsentrasi polutan tersebar merata dari detik polutan itu mulai diberikan, namun
arah persebarannya tidak sesuai dengan yang seharusnya. FTCS tidak stabil karena
tidak adanya syarat kestabilan, dimana syarat itu bisa menahan agar hasil-hasil
pendekatan numerik tidak melenceng jauh. Hasil persebaran polutan untuk FTCS
diskontinu-kontinu agak tersebar tidak masuk akal, karena disamping grid yang
polutannya 50 secara kontinu (dengan kecepatan positif), diakhir-akhir waktu
polutannya berkisar diantara 100. Ini menunjukan bahwa metode FTCS mendekati
gelombang numerik secara tidak konsisten. Pada hasil persebaran konsentrasi
diskontinu, dengan konsentrasi awal 100 mg, lalu berkurang seiring waktu. Dengan
kecepatan u1 (positif) seharusnya arah persebaran konsentrasi ke kanan, tetapi masih
ada yang persebarannya ke kiri. Begitu pun dengan hasil persebaran konsentrasi
kontinu.
Metode Leapfrog adalah metode yang lebih baik daripada metode FTCS, lebih
stabil walaupun tidak konsisten, dikarenakan ada pengaruh syarat kestabilan. Metode
leapfrog pada awalnya menggunakan metode FTCS. Metode Leapfrog tidak konsisten
karena pendekatan numeriknya fluktuatif. Dari grafik diskontinu-kontinu, kontinu, dan
diskontinu, walaupun misalnya penyebaran polutan dimaksudkan ke kanan, tetapi
masih ada penyebaran ke grid sebelah kiri.
Pada pengamatan kali ini persamaan adeveksi menggambarkan mekanisme
transportasi suatu subtansi yang mengalir dalam arah tertentu dengan v yaitu laju aliran
dan u merupakan konsentrasi substansi yang dibawa. biasanya akan terbawa secara
horizontal dan tidak terjadi proses pencampuran dan hanya di pengaruhi dengan
kecepatan suatu aliran. Metode beda hingga adalah suatu turunan numerik dalam angka
yang menyelesaikan suatu pemodelan dan memiliki suatu bentuk persamaan
diferensial. Dengan metode CTCS yang merupakan metode pendekatan pusat untuk
ruang dan waktu. metode ini mempengaruhi antara perubahan waktu dan ruang, jika
waktu akan berubah secara maju atau secara vertikal, dan untuk ruang akan berubah
secara horizontal dengan arah memusat. Jika ruang mengalami perubahan maka nilai
awal yaitu (m+1) dan ke kiri dengan nilai awal dengan (m-1), untuk perubahan terhadap
waktu ke arah atas dengan simbol (n+1). Pada grafik kontinu terhadap ruang pada
mulanya bermulai dari angka nol tetapi pada ruang ke 17 mulai dari angka 100. Pada
grafik konsentrasi Polutan Kontinue terhadap waktu pada mulainya sejajar konstan
pada nilai nol yang berarti belum tercemar oleh polutan, pada titik ke 20 terjadi
perubahan yang signifikan yang dimana grafik menunjukan pada angka -110 dan terjadi
peningkatan yang masif dengan nilai 200 pada titik 15. grafik diskontinue ruang
berbentuk gelombang dan grafik diskontinue terhadap waktu pada mulanya konsatn
dengan nilai nol dan mulai terjadi peningkatan hingga pada angka 199.
BAB V

KESIMPULAN
5.1 Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :

1. FELIPA KISSA (1514511001)

Seperti yang kita ketahui, sebuah persamaan dapat diselesaikan dengan berbagai
metode numerik. Setiap metode numerik menggunakan berbagai pendekatan khusus
untuk menyelesaikan persamaan tadi. Sama halnya dengan persamaan dasar adveksi
satu dimensi, yang dapat diselesaikan dengan beberapa metode, diantaranya adalah
Metode Eksplisit Leapfrog dengan pendekatan Center in Time and Central in Space
(CTCS) dan Metode Eksplisit Upstream.

2. PUTU YUDI ADITYA PUTRI (1514511002)

Pada praktikum kali ini dapat di simpulkan bahwwa metode FTCS kontinu
persebarannya rata, dari titik awal berubah meluas seiring bertambahnya waktu.
Sedangkan metode ftcs diskontinu perubahannya meluas dengan bertambahnya
waktu namun penyebarannya tidak merata.

3. ANDRE MAULANA (1514511014)

Nilai Konsentrasi polutan di pengaruhi oleh waktu, jarak, grid dan juga koefisien.
Polutan yang bergerak secara kontinu nilai konsentrasinya konstan, polutan yang
bergerak secara diskontinu nilai konsentrasinya akan mengalami perubahan

4. I KETUT SUTA NEGARA (1514511018)

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan


metode CTCS sebaran polutan lebih merata karena metode ini memiliki syarat
kestabilan yang harus dipenuhi, sebaran polutan secara kontinu nilai kosentrasinya
menyebar secara konstan atau konsentrasinya tetap sedangkan konsentrasi
penyebaran polutanya akan berkurang seiring berjalannya waktu.

5. JANIS KHANSA PUTRI ARGESWARA (1514511031)

Dapat disimpulkan bahwa metode CTCS yang dipraktikan pada praktikum ini
sesuai dengn teori. Hasil kontinu yang dihasilkan berbentuk segitiga e atas,
sedangkan hasil diskontinu berbentuk sembarang.

6. YAMA WIRATAMA (1514511035)

Metode CTCS kontinue dimensinya menyebar secara rata. Dan CTCS


diskontinue menyebar namun tidak merata dalam perambatanya.
7. LUH PUTU PRAWIDA BHAKTI CANDANI (1514511038)

Berdasarkan analisis grafik yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa aliran


polutan pada analisis terhadap ruang selalu menunjukan aliran yang konstan (tetap
mengalir) sedangkan pada grafik terhadap waktu aliran polutan tidak selalu terjadi
DAFTAR PUSTAKA

Birdsall, C.K. & Langdon, A.B. (1985). “Plasma Physics via Computer Simulations”.
McGraw-Hill International Edition. Pennsylvania, New York City, USA.

Ribal (2008). “Metode Beda Hingga”. Draft Lecture Note on Finite Difference
Methods. FMIPA UNHAS, Makassar.

Skeel, R.D. (1993). “Variable Step Size Destabilizes the Stomer/Leapfrog/Verlet


Method” Volume 33. BIT Numerical Mathematics. Springer
Science+Business Media, Berlin, Germany.

Anda mungkin juga menyukai