Anda di halaman 1dari 9

STUDI OPERASI WADUK MUARA NUSA DUA UNTUK PENYEDIAAN AIR BAKU

I Gusti Agung Ayu Meyska Kesuma Putri1), I Nyoman Norken2), dan Ida Bagus Ngurah Purbawijaya2)
1
Mahasiswa Jurusan teknik sipil, fakultas teknik, universitas udayana, Denpasar
2
Dosen Jurusan teknik sipil, fakultas teknik, universitas udayana, Denpasar

Abstrak : Waduk Muara Nusa Dua yang terletak di muara Sungai/Tukad Badung, tepatnya di Jembatan by Pass
Ngurah Rai, Suwung, Denpasar, dibangun untuk menyediakan air baku guna memenuhi kebutuhan air bersih.
Sampai saat ini Waduk Muara Nusa Dua telah dibangun Tahap-I seluas 35 Ha dan telah dimanfaatkan untuk
mensuplai kebutuhan air bersih di kawasan Nusa Dua dan Kuta sebesar 300 lt/dt.
Penelitian Studi Operasi Waduk Muara Nusa Dua untuk Penyediaan Air Baku dilakukan dengan pola
operasi waduk berdasarkan debit andalan 80% dan 90% dengan menggunakan analisis data debit Sungai
Badung, dengan memperhitungkan penggunaan air untuk irigasi dengan menggunakan analisis kuantitatif.
Hasil simulasi waduk menunjukan bahwa dalam operasi waduk dengan debit andalan 80% didapat
limpasan tertinggi sebesar 2850,18 lt/dt, limpasan terendah sebesar 1,30.10 6 m3 atau 1002,19 lt/dt. Sedangkan
dengan debit andalan 90% didapat limpasan tertinggi sebesar 2602,36 lt/dt, limpasan terendah sebesar 888,77
lt/dt.

Kata Kunci : Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

OPERATION STUDY OF NUSA DUA ESTUARY DAM FOR PROVIDING RAW WATER

Abstract : Nusa Dua Estuary DAM located at Tukad Badung river, precisely at Ngurah Rai Pass Bridge,
Suwung, Denpasar, was built to provide raw water to meet the needs of clean water. Until now, Phase-I has been
built for 35 Ha and has been utilized to supply clean water needs in Nusa Dua and Kuta area of 300 lt/sec.
The study of Operation Study of Nusa Dua Estuary Dam for Raw Water Supply is done with the
operation pattern of reservoir based on 80% and 90% mainstay discharge by using the analysis of Badung River
debit data, after taking into account the water use for irrigation purposes by using quantitative analysis method.
The results of the reservoir simulation showed that in the reservoir operation with 80% mainstay
discharge the highest runoff was 2850,18 lt/sec, the lowest run was 1,30,106 m3 or 1002,19 lt/sec. While with
the mainstay discharge 90% obtained the highest runoff of 2602.36 lt/sec, the lowest runoff of 888.77 lt/sec.

Keywords: Nusa Dua Estuary DAM, Pattern of operation, Mainstay Debit, Raw water requirement,
Simulation

PENDAHULUAN masing sebesar 100 lt/dt dan 150 lt/dt (Gunawan,


Air merupakan salah satu unsur yang tidak dapat 2015).
dipisahkan dari kehidupan manusia. Dapat dipastikan Waduk adalah danau buatan atau danau alam,
tanpa pengembangan sumberdaya air secara teratur, yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan
peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat (Anonim, 2010). Sampai saat ini telah dibangun
sampai saat ini (Sunaryo, dkk., 2005). Manfaat air bagi Tahap-I seluas 35 Ha dan telah dimanfaatkan untuk
kehidupan antara lain untuk kebutuhan rumah tangga mensuplai kebutuhan air bersih di kawasan Nusa Dua
yaitu sebagai air minum dan Mandi Cuci Kakus, air dan Kuta yang direncanakan sebesar 300 lt/dt. Dalam
irigasi untuk pertanian, kebutuhan industri, dan pengoperasiannya pada tahun 2002 debit air rata–rata
pembangkit listrik tenaga air. yang dapat diambil dari Waduk Muara Nusa Dua
Rekayasa manusia untuk mengoptimalkan sebesar 170 lt/dt (Kuswanto, 2004), tetapi pada tahun
pemanfaatan sumberdaya air dengan merubah 2016 pengambilan air rata-rata 600 l/dt (Anonim,
distribusi air alami menjadi distribusi air secara buatan 2016).
yang diantaranya dengan membangun waduk. Salah Sesuai dengan tujuan dibangunanya Waduk Muara
satu waduk yang dibangun di Bali untuk memenuhi Nusa Dua adalah untuk memanfaatkan sumber daya air
kebutuhan air baku guna memenuhi kebutuhan air dalam pemenuhan air baku dan upaya
bersih di wilayah Badung Selatan adalah Waduk pengembangannya untuk optimalisasi pemenuhan
Muara Nusa Dua. Waduk ini direncanakan menambah kebutuhan air bersih, menampung limpasan air hujan
penyediaan air baku untuk air bersih sebesar 450 lt/dt dari daerah aliran sungai, sebagai pengendali banjir,
dari sistem penyediaan air baku yang telah ada dari dan mendorong peningkatan pariwisata lingkungan
IPA Belusung sebesar 450 lt/dt, selanjutnya (Anonim, 2015).
direncanakan juga penambahan dari IPA Petanu pada Untuk sumber air baku maka perlu dilakukan
tahun 2012 dan IPA Penet pada tahun 2014 masing- “Studi Operasi Waduk Muara Nusa Dua untuk
Penyediaan Air Baku” sehingga dapat diketahui
apakah waduk tersebut mempunyai potensi untuk Q: aliran permukaan yang masuk ke waduk
dikembangkan sebagai penyedia air baku untuk O: aliran keluar dari waduk
wilayah Badung Selatan. Analisis operasi waduk ini I: volume infiltrasi dari waduk ke dalam tanah
merupakan penelitian untuk mengetahui pola operasi ∆S: perubahan volume tampungan
waduk untuk memenuhi kebutuhan air baku dan
mengetahui apakah debit andalan 80% dan 90%
terpenuhi dapat memenuhi kebutuhan air baku.
Kapasitas suatu waduk dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu tergantung pada faktor,
besarnya permintaan kebutuhan, variabilitas aliran
sungai, dan tingkat keandalan waduk.
Secara umum bagian–bagian pokok fisik waduk
dibagi menjadi beberapa zona (Linsley, 1980), yaitu:
a. Tampungan Berguna (Usefull Storage)
b. Tampungan Tambahan (Surchange Storage)
c. Tampungan Mati (Dead Storage)
d. Tampungan Lembah (Valley Storage)
e. Muka Air Normal (Normal Water Level) Gambar 2. Neraca air pada waduk
f. Muka Air Minimum (Low Water Level) Sumber:Triatmodjo (2008)
g. Muka Air saat kondisi banjir rencana
Kehilangan Air pada Waduk
h. Pelepasan (Release)
Kehilangan air di waduk disebabkan oleh:
i. Periode Kritis (Critical Period)
- Kehilangan air karena evaporasi yang dipengaruhi
oleh luas permukaan air dan faktor klimatologi
daerah penelitian. Evaporasi merupakan proses
perubahan fisik suatu bahan padat atau cairan
menjadi gas melaui proses perpindahan panas.
- Kehilangan air karena rembesan atau kebocoran
yang melalui tubuh waduk yang disebabkan oleh
tingkat kepadatan dan sifat permeabilitas bahan
timbunan. Persamaan untuk kehilangan air karena
rembesan (Garg, 1981 dalam Adhiatma, 2014)
sebagai berikut:

Qs = k x p
Dimana:
Qs = kehilangan air karena rembesan (m3/dt/m)
Gambar 1. Zona – zona Tampungan Waduk k = koefisien dari ketentuan Garg berdasarkan bahan
Sumber: Sudjarwadi (1988) pembentuk saluran
p = lebar penampang basah saluran (m)
MATERIAL DAN METODE
Lokasi penelitian terletak pada Waduk Muara Ketersediaan Air
Nusa Dua, Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Ketersediaan air adalah jumlah debit (air) yang
Selatan, Kodya Denpasar. Batas-batas Waduk Muara diperkirakan terus menerus ada di suatu lokasi
Nusa Dua yaitu: Bagian Utara dibatasi oleh DAS bangunan air di sungai dengan jangka waktu tertentu
Tukad Badung, Bagian Timur dibatasi oleh Hutan dan jumlah tertentu pula (Direktorat Irigasi, 1980
Mangrove (bakau), Bagian Selatan dibatasi oleh Bibir dalam Triatmodjo, 2008). Untuk pemanfaatan air,
Pantai Teluk Benua, Bagian Barat dibatasi oleh Hutan perlu diketahui informasi tentang ketersediaan air
Mangrove dan Pertokoan Mall Bali Galeria. berdasarkan data hujan dan data debit.

Neraca Air pada Waduk a. Hidrologi


Neraca air di waduk atau danau merupakan Siklus hidrologi (sikus air) rangkaian peristiwa
persamaan kontinuitas antara air masuk, air keluar, dan yang segala sesuatunya berhubungan dengan air yang
jumlah tampungan. Persamaan neraca air di waduk terjadi dengan air saat jatuh ke bumi (hujan) sampai
secara sistematis dapat dinyatakan dalam bentuk menguap ke udara kemudian jatuh kembali ke bumi.
berikut (Triatmodjo, 2008):

∆S = P + Q – O – I - E
Dimana:
E: volume evaporasi dari waduk
P: hujan yang jatuh di waduk
Etc : kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
IR : kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan
(mm/hari),
WLR : kebutuhan air untuk mengganti lapisan air
(mm/hari),
P : perkolasi (mm/hari),
Re : hujan efektif (mm/hari),
IE : efisiensi irigasi (%),
A : luas areal irigasi (ha).

b. Kebutuhan Air Baku, air baku merupakan air yang


digunakan untuk kepentingan manusia sehari-hari.
Gambar 3. Siklus Hidrologi Menurut Ditjen Cipta Karya (2000) standar kebutuhan
Sumber: www.ebiologi.com
air ada 2 (dua) macam yaitu:
b. Debit
Debit yaitu suatu besaran yang menyatakan a. Standar kebutuhan air domestik, yaitu kebutuhan air
banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber air yang digunakan pada tempat-tempat hunian pribadi
persatuan waktu, untuk memenuhi kebutuhan air seperti, memasak, minum, mencuci dan keperluan
pengairan, debit air harus lebih cukup untuk disalurkan rumah tangga lainnya. Satuan yang digunakan adalah
ke saluran yang telah disiapkan (Dumiary, 1992). Ada liter/orang/hari.
beberapa cara untuk mendapatkan data debit yaitu
dengan cara pengukuran langsung dan dihitung dengan b. Kebutuhan Air non domestik, yaitu kebutuhan air
cara analisis curah hujan. bersih diluar keperluan rumah tangga, antara lain:
kebutuhan air perkantoran ditetapkan sebesar 25
Debit Andalan lt/pegawai/hari, kebutuhan air rumah sakit sebesar 250
Debit andalan (dependable flow) adalah debit (air) lt/tempat tidur/hari, kebutuhan air untuk pendidikan
minimum sumber air (sungai) dengan besaran tertentu sebesar 25 lt/siswa/hari, kebutuhan air untuk rumah
yang mempunyai kemungkinan terpenuhi yang dapat beribadatan sebesar 50 lt/hari/m2, kebutuhan air untuk
digunakan untuk berbagai keperluan (Triatmodjo, hotel sebesar 200 lt/tempat tidur/hari, kebutuhan air
2008). Apabila ditetapkan debit andalan sebesar 80% untuk pemeliharaan sungai tahun 2015 sebesar 300
berarti akan dihadapi resiko debit–debit yang lebih lt/kapita/hari (Triatmodjo, 2008). Persamaan untuk
kecil dari debit andalan yaitu sebesar 20% dari data menghitung kebutuhan air sebagai berikut:
pengamatan (Soemarto, 1995). Untuk keperluan irigasi 𝑞 (𝑓)
biasanya digunakan probabilitas 80%, untuk keperluan 𝑄𝑓 = 365 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 𝑥 𝑃 (𝑛)
1000
air minum dan industri dituntut probabilitas yang lebih Dimana:
basar yaitu 90% sampai dengan 95% terpenuhi, 10% Qf : jumlah kebutuhan air untuk pemeliharaan (m3/th),
sampai dengan 5% lebih kecil (Soemarto, 1995). q(f): kebutuhan air untuk pemelihaan (lt/kapita/hari),
P(n): jumlah penduduk kota (kapita (orang))
Kebutuhan Air
Konsep mengenai kebutuhan air perlu dipahami Pola Operasi Waduk
dengan baik agar pola penggunaan air dapat baik pula. Pola operasi waduk adalah patokan operasional
Untuk itu, evaluasi sumberdaya air penting untuk waktu suatu waduk dimana debit air yang keluar harus
dilakukan, agar potensi air yang ada dapat mengikuti ketentuan untuk menjaga elevasi waduk
diinventarisasikan dan dihitung ketersediaanya sesuai dengan rancangan (Samosir dkk., 2015).
sehingga dapat diupayakan sebuah rencana ideal agar Simulasi yaitu suatu rancangan dalam pemecahan
kebutuhan manusia terpenuhi dan ketersediaan air model–model perencanaan dengan meniru kelakuan
tetap terjaga. sistem yang bersangkutan. Dalam simulasi prilaku
operasi suatu waduk bertujuan untuk mengetahui
a. Kebutuhan Air Irigasi, kebutuhan air irigasi perubahan kapasitas tampungan waduk. Persamaan
dipengaruhi berbagai faktor seperti, klimatologi, yang dapat digunakan yaitu (Soetopo, 2010):
kondisi tanah, koefisien tanaman, pola tanam, pasokan
air, luar daerah irigasi, efisiensi irigasi, penggunaan S t-1 = St – I – O
kembali air drainase untuk irigasi, sistem golongan,
jadwal tanam dan lain sebagainya (Triatmodjo, 2008). Dimana:
Kebutuhan air irigasi dihitung dengan persamaan: S t-1 : tampungan pada periode t akhir
t : jumlah periode analitis
(𝐸𝑡𝑐 + 𝐼𝑅 + 𝑊𝐿𝑅 + 𝑃 − 𝑅𝑒) St : tampungan pada periode t awal
𝐾𝐴𝐼 = 𝑥𝐴 I : total inflow terdiri dari debit dan hujan yang
𝐼𝐸
Dimana: masuk ke waduk selama periode t
KAI : kebutuhan air irigasi (lt/dt), O : total outflow dari waduk selama periode t
Simulasi Operasi Waduk
Dengan menggunakan data debit inflow, data Tabel 2. Curah Hujan ½ Bulanan di Tukad Badung, St.
debit outflow, evaporasi, tampungan waduk, dan luas Buagan Tahun 2006-2015 (mm)
waduk, selanjutnya dibuat simulasi waduk.

Hujan Evaporasi

Inflow Waduk
Outflow
Period
Period t
t

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan analisis perhitungan simulasi operasi
Waduk Muara Nusa Dua didapat hasil bahwa dalam
kurun waktu 1 tahun operasi Waduk Muara Nusa Dua
tidak terjadi defisit (kekurangan air), yang terjadi Sumber: Hasil Analisis (2017)
hanyalah surplus (kelebihan air).
3. Curah Hujan Andalan, hasil analisis curah hujan
Analisis Hidrologi andalan diperoleh dari data curah hujan ½ bulanan
Persamaan kontinuitas antara air masuk, air keluar yang ada, dilanjutkan diploting dengan metode
dan jumlah tampungan menggambarkan bahwa di rangking, kemudian didapat keandalan 50% (R50),
dalam suatu sistem hidrologi, dapat dievaluasi dalam tingkat keandalan 80% (R80), dan tingkat keandalan
suatu periode tertentu. 90% (R90), dapat dilihat pada Tabel 3.

1. Iklim, untuk mengetahui keadaan iklim di Kota Tabel 3. Curah Hujan Andalan (mm)
Denpasar, dilakukan pencatatan data pada stasiun
penakar hujan yang terdapat di daerah penyelidikan,
yaitu di Stasiun Geofisika Sanglah, Denpasar. Untuk
data iklim di kota Denpasar disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Klimatologi di Kota Denpasar Tahun


2015

Sumber: Hasil Analisis (2017)

4. Debit Sungai, untuk data debit sungai DAS Tukad


Badung tercatat pada bagian hulu terletak pada
koordinat 115015’55” BT 08039’48” LS, tepatnya di
hulu daerah irigasi (DI) Mergaya dan di hilir daerah
Sumber: Stasiun Geofisika Sanglah, Denpasar (2017)
irigasi (DI) Batannyuh. Untuk data debit ½ bulanan
Sungai Badung, dapat dilihat pada Tabel 4.
2. Curah Hujan, data pencatatan curah hujan didapat
dari stasiun penakar hujan Buagan di daerah aliran
sungai (DAS) Tukad Badung selama 10 tahun yaitu
pada tahun 2006-2015. Data curah hujan DAS Tukad
Badung ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 4. Debit Sungai ½ Bulanan Tukad Badung 1. Pola Tanam, penyusunan rencana pola yaitu padi-
Tahun 2006-2015 (m3/dt) padi-palawija pada daerah irigasi (DI) Mergaya dan
(DI) Tukad Badung. Dasar penyusunan rencana pola
tanam tergantung pada musim kemarau dan musim
penghujan. Awal penanaman padi dilakukan pada
bulan Nopember-Januari, selanjutnya penanaman padi
kedua dilakukan pada bulan Maret-Mei, setalah itu
penanaman berikutnya dilanjutkan dengan palawija
yaitu jagung yang berlangsung pada bulan Juni-
September. Pembagian pola tanam dapat dilihat pada
Tabel 12 dan Tabel 13.

2. Evapotranspirasi Potensial (ETo) atau kebutuhan


air untuk tanaman, dalam perhitungan ini
menggunakan rumus-rumus teoritis dengan
Sumber: Hasil Analisis (2017) menggunakan faktor-faktor klimatologi setempat.
Untuk hasil analisis evapotranspirasi potensial dapat
dilihat pada Tabel 7. Persamaan evapotranspirasi
5. Debit Andalan, perhitungan debit andalan DAS
Penman Modifikasi oleh FAO adalah sebagai berikut
Tukad Badung diperoleh dari data debit Tukad Badung
(J.Doorenbos & Pruitt, 1977):
yang ada, selanjutnya diploting dengan metode
rangking, kemudian digunakan probabilitas 90% (R90)
ETo = Eto* x C
dan probabilitas 80% (R80) yang ditampilakan pada
rangking 2 dan 3, dapat dilihat pada Tabel 5. Eto*= w(0.75 Rs – Rn1) + (1 – w) f(u) (es – ed)
Dimana:
Tabel 5. Debit Andalan (m3/dt)
w : faktor yang berhubungan dengan temperatur (T)
dan elevasi daerah
Rs : (0.25 + 0.54 n/N) Ra
Ra :angka angot yang dipengaruhi letak lintang daerah
Rn1 : radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
f(t) . f(ed).f(n/N)
f(t) : fungsi suhu
f(ed) : fungsi tekanan uap (0.34 - 0.044 √ed)
𝑛
f( ) : fungsi kecerahan (0.1 + 0.9 n/N)
𝑁
f(u) : fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2 m
(m/dt) 0.27 (1 + 0.864 U2)
U2 : kecepatan angin (m/dt)
Sumber: Hasil Analisis (2017)
es-ed : perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan
uap sebenarnya
Luas Sawah ed : tekanan uap sebenarnya (mbar)
Daerah Aliran Sungai (DAS) Badung memiliki es * RH
sebagai pendukung sarana dan prasarana di bidang RH : kelembaban udara relatif (%)
sumber daya air di wilayah Kota Denpasar. Untuk es : tekanan uap jenuh (mbar)
penelitian ini daerah irigasi (DI) yang digunakan yangC : angka koreksi Penman
letaknya dibagian hilir daerah pencatatan debit seluas
836 Ha, yang terdiri dari 2 Daerah Irigasi yaitu daerah Tabel 7. Perhitungan Evapotranspirasi Potensial
irigasi (DI) Mergaya dan DI Tukad Badung, untuk Metode Penman Modifikasi
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Daerah Irigasi dan Luas Lahan Pertanian di


wilayah DAS Badung
Indeks Uraian Luas (Ha)

DI Mergaya 372

DI Tukad 464
Badung
Total 836 Sumber: Hasil Analisis (2017)

Sumber: Balai Wilayah Sungai Bali-Penida (2017)


Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan Tabel 9. Koefisien Tanaman Padi
Penyiapan lahan adalah pekerjaan pengolahan No Bulan Varitas Lokal Varitas Unggul
tanah secara basah mulai dari pemberian air yang 1 0,5 1,10 1,10
pertama, membersihkan jerami dan sisa-sisa akar 2 1,0 1,10 1,10
tanaman padi yang lalu sampai siap ditanami. Lama 3 1,5 1,10 1,05
waktu pekerjaan penyiapan lahan tergantung jumlah 4 2,0 1,10 1,05
tenaga kerja, hewan dan peralatanyang digunakan serta 5 2,5 1,10 0,95
faktor-faktor sosial setempat. Hasil dari kebutuhan air 6 3,0 1,05 0
untuk penyiapan lahan disajikan pada Tabel 8.
7 3,5 0,95 -
Persamaan yang digunakan untuk penyiapan lahan,
8 4,0 0 -
yaitu (Anonim, 1986:160):
Sumber: Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010,1985
𝑒𝑘
LP = M( )
𝑒 𝑘−1 Tabel 10. Koefisien Tanaman Palawija
Dimana :

LP : kebutuhan air irigasi disawah (mm/hari)


M : kebutuhan air untuk mengganti kehilangan
air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah
yang telah dijenuhkan (mm/hari)
M = Eo + P
Dimana:
Eo : evaporasi air terbuka = 1.1 x Eto (mm/hari)
Eto : evapotranspirasi potensial menurut Penman
P : perkolasi
𝑇
k :M( )
𝑆
Sumber: Kriteria Perencanaan, KP-01
e : bilangan rasional (2.7182818)
T : jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S : kebutuhan air untuk penjenuhan Perkolasi
Kehilangan air di sawah, diperhitungkan karena
Tabel 8. Perhitungan Kebutuhan Air untuk Penyiapan adanya rembesan air dari daerah tidak jenuh ke daerah
Lahan jenuh air (perkolasi). Pada penelitian ini besarnya nilai
perkolasi diambil 2 mm/hari sesuai dengan jenis tanah
di lahan yang tercantum pada KP-01.

Curah Hujan Efektif (Re)


Perhitungan curah hujan efektif untuk padi
mengacu pada KP-01 diambil dari 70% dari curah
hujan minimum 15 harian dengan periode ulang 5
tahun (probabilitas 80%), yang dinyatakan dengan
Sumber: Hasil Analisis (2017) hubungan sebagai berikut (Anonim, 1986:165):
Re = 0,7 x (R80)
Koefisien Tanaman (Kc) Dimana:
Besarnya nilai koefisien tanaman tergantung pada Re : curah hujan efektif (mm/hari)
fase pertumbuhannya. Pada perhitungan ini digunakan R80 : curah hujan dengan probabilitas 80% (mm)
koefisien tanaman untuk padi dengan varietas unggul
menurut metode FAO, karena perhitungan ETo Curah hujan efektif palawija
dihitung bedasarkan metode Penman Modifikasi Curah hujan efektif palawija menurut KP-01,
menurut FAO di dalam KP-01. Harga koefisien dapat ditentukan dengan periode bulanan dan
tanman padi disajikan pada Tabel 9 dan koefisien dihubungkan dengan curah hujan rata-rata bulanan
tanaman palawija disajikan pada Tabel 10. terpenuhi 50% (R50) serta memperhitungkan rata-rata
bulanan evapotranspirasi tanaman. Tabel perhitungan
curah hujan efektif padi dan palawija dapat dilihat
pada Tabel 11.
Tabel 11. Perhitungan Curah Hujan Efektif Padi dan bulan Juli sebesar 1457 lt/dt. Sedangkan debit air
Palawija permukaan dengan pobabilitas 90% terbesar terjadi
pada bulan Desember yaitu sebesar 2999 lt/dt dan debit
air permukaan terkecil terjadi pada bulan Juni yaitu
sebesar 1343 lt/dt. Data kebutuhan air irigasi dan data
debit air permukaan dapat dilihat pada Tabel 12 dan
Tabel 13.

Tabel 12. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Tukad


Badung dengan Debit Andalan 80%

Sumber: Hasil Analisis (2017)

Keterangan:
[1] = Bulan
[2] = Periode
[3] = Jumlah hari Sumber: Hasil Analisis (2017)
[4] = Curah Hujan Andalah dengan Probabilitas 80%
[5] = Curah Hujan Andalah dengan Probabilitas 50% Tabel 13. Perhitungan Kebutuhan Irigasi Tukad
[6] = 0.7*[4] Badung dengan Debit Andalan 90%
[7] = [6] / [3]
[8] = [5] / [3]

Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi didasarkan pada asumsi bahwa
sebagian dari jumlah air akan hilang baik di saluran
maupun di petak sawah. Kehilangan air disebabkan
oleh evaporasi, rembesan, dan kegiatan eksploitasi.
Kehilangan air akibat evaporasi dan rembesan pada
umumnya relative lebih kecil dibandingkan kehilangan Sumber: Hasil Analisis (2017)
akibat kegiatan eksploitasi (Triatmodjo, 2008).
Sehingga efisiensi irigasi secara keseluruhan dalam
Operasi Waduk Muara Nusa Dua
studi ini adalah 65% dan hasil analisis disajikan pada Simulasi operasi waduk ini dilaksanakan dengan
Tabel 12 dan Tabel 13. menggunakan data inflow yaitu data debit yang dicatat
melalui AWLR (Automatic Water Level Recorder) dan
Kebutuhan Air Irigasi dan Ketersediaan Air memperhitungkan kebutuhan air untuk keperluan
Permukaan irigasi dengan analisis debit andalan 80% dan 90%
Kebutuhan air irigasi untuk DAS Tukad Badung terpenuhi, serta ditambahkan data hujan andalan 80%
yang mencangkup daerah irigasi (DI) Mergaya dan DI dan 90% terpenuhi. Sedangkan data kebutuhan yang
Tukad Badung dengan kebutuhan air irigasi terbesar digunakan yaitu untuk kebutuhan air baku diwilayah
terjadi pada bulan Desember sebesar 1148 lt/dt. Air Badung Selatan yang diambil dari waduk. Untuk
permukaan yaitu air yang mengalir secara terputus- rembesan tidak diperhitungkan. Persamaan yang
putus atau berkesinambungan dalam suatu alur saluran digunakan dalam simulasi Waduk Muara Nusa Dua
tertentu, dimana ini merupakan bagian dari sistem yaitu (Soetopo, 2010):
sungai secara menyeluruh. Air permukaan meliputi
waduk, danau, saluran (stream), air sungai (rivers), S t-1 = St – I – O
dan sumber mata air (springs) (Suripin, 2002 dalam Dimana:
Purnami, 2015). S t-1 : tampungan pada periode t akhir
Ketersediaan air permukaan pada penelitian ini T : jumlah periode analitis
diperoleh dari data debit Tukad Badung dengan St : tampungan pada periode t awal
menggunakan probabilitas 80% dan probabilitas 90% I : total volume air terdiri dari debit dan hujan yang
yang tercatat 15 harian dikurangi kebutuhan air untuk masuk ke waduk selama periode t
irigasi. Debit air permukaan terbesar dengan O : total volume air yang keluar dari waduk selama
probabilitas 80 % terjadi pada bulan Desember sebesar periode t
3422 lt/dt dan debit air permukaan terkecil terjadi pada
Berdasarkan analisis perhitungan simulasi operasi atau 1403,43 lt/dt. Sedangkan dengan debit
Waduk Muara Nusa Dua didapat hasil bahwa dalam andalan 90% didapat optimasi debit tertinggi
kurun waktu 1 tahun operasi Waduk Muara Nusa Dua sebesar 3,89.106 m3 atau 3003,59 lt/dt yang
tidak terjadi defisit (kekurangan air), yang terjadi terjadi pada bulan Desember, sementara debit
hanyalah surplus (kelebihan air). Surplus (kelebihan terendah sebesar 1,67. 106 m3 atau 1290,01
air) terbesar terjadi pada bulan Desember (15 hari lt/dt yang terjadi pada bulan Juni (15 hari
periode pertama) yaitu sebesar 2850,18 lt/dt dan kedua).
surplus (kelebihan air) terkecil terjadi pada bulan Juli 2. Operasi Waduk Muara Nusa Dua dengan
(15 hari periode pertama) yaitu sebesar 1002,19 lt/dt debit andalan 80% didapat limpasan tertinggi
dengan probabilitas debit andalan 80% pada Tabel 14. sebesar 3,69 106 m3 atau 2850,18 lt/dt yang
Sedangkan dengan probabilitas debit andalan 90%, terjadi pada bulan Desember (15 hari
surplus (kelebihan air) terbesar terjadi pada bulan pertama), limpasan terendah sebesar 1,30.10 6
Desember yaitu sebesar 2602,36 lt/dt dan surplus m3 atau 1002,19 lt/dt yang terjadi pada bulan
(kelebihan air) terendah terjadi pada bulan Juni (15 Juli (15 hari pertama), dan rata-rata limpasan
hari periode kedua) 888,77 lt/dt pada Tabel 15. sebesar 1772,10 lt/dt. Sedangkan dengan debit
Berdasarkan hasil simulasi Waduk Muara Nusa andalan 90% didapat limpasan tertinggi
Dua, masih terjadi surplus (kelebihan air) dan sebesar 3,37 106 m3 atau 2602,36 lt/dt pada
potensial untuk dikembangkan pembangunan Tahap II bulan Desember (15 hari pertama), limpasan
untuk memenuhi kebutuhan air baku di wilayah terendah sebesar 1,15 106 m3 atau 888,77 lt/dt
Badung Selatan. pada bulan Juni (15 hari kedua), dan rata-rata
limpasan sebesar 1550,56 lt/dt. Hal ini
Tabel 14. Simulasi Operasi Waduk Muara Nusa Dua menunjukan bahwa debit andalan dapat
dengan Debit Andalan 80% digunakan sebagai salah satu sumber air
untuk memenuhi kebutuhan air baku di
wilayah Badung Selatan.

DAFTAR PUSTAKA
Adhiatma, Prayogi. 2014. Studi Pemberian Air Irigasi
Berdasarkan Faktor Jarak Sebagai Upaya
Pemenuhan Kebutuhan Air di Daerah Irigasi
KedungKandang Kabupaten Malang, Jurnal
Ilmiah Teknik Pengairan. Jurusan Pengairan
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Anonim. 2015. Waduk Muara Nusa Dua Kota
Sumber: Hasil Analisis (2017) Denpasar. Balai Wilayah Sungai Bali-Penida.
Anonim. 2010. Peraturan Pemerintah Republik
Tabel 15. Simulasi Operasi Waduk Muara Nusa Dua Indonesia Nomor 37 tentang Bendungan.
dengan Debit Andalan 90% Doorenbos, J. & Pruitt. 1997. Guidelines For Predictng
Crop Water Requirements. Rome: FAO
Dumiary. 1992. Ekonomika Sumber Daya Air. BPFE,
Yogyakarta.
Gunawan, I.W.H. 2015. Analisis Kebutuhan Air Baku
Pada Sistem Penyediaan Air Minum di
Wilayah Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan.
(Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan,
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Udayana, 2015).
Kuswanto. 2004. Evaluasi Operasi Waduk Muara
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Nusa Dua Tahap I Di Kota Denpasar. (Tugas
Akhir yang tidak dipublikasikan, Jurusan
KESIMPULAN Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik Udayana, 2004).
kesimpulan sebagai berikut: Purnami, N.M.R. 2015. Analisis Neraca Air Di Tukad
1. Pada simulasi Waduk Muara Nusa Dua Badung. (Tugas Akhir yang tidak
berdasarkan debit andalan 80% didapatkan dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas
optimasi debit tertinggi terjadi pada bulan Teknik Universitas Udayana, 2015).
Desember (15 hari pertama) dengan debit Samosir, Cahaya Santoso., Soetopo, Widandi dan
sebesar 4,21.106 m3 atau 3251,41 lt/dt, Yuliani, Emma. 2015. Optimasi Pola Operasi
sementara yang terendah terjadi pada bulan Waduk Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi
Juli (15 hari pertama) sebesar 1,82.10 6 m3 Pembangkit Listrik Tenaga Air (Studi Kasus
Waduk Wonogiri). Jurnal Magister Teknik
Pengairan Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya. Vol. 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm.
108-115.
Soemarto, CD. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga,
Jakarta.
Soetopo. W. 2010. Operasi Waduk Tunggal. CV.
Asrori, Malang.
Sosrodarsono,Suyono. 1977. Bendungan Tipe Urugan.
PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Sudjarwadi. 1988. Operasi Waduk. KMTS Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Sunaryo, T.M. dkk. 2005. Pengelolaan Sumber Daya
Air. Bayu Media, Malang.
Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Beta
Offset, Yogyakarta.
http://www.ebiologi.com/2016/03/siklus-hidrologi-
pengertian-proses.html

Anda mungkin juga menyukai