Anda di halaman 1dari 22

Bagian Ilmu Kesehatan Mata Laporan Kasus & Referat

Fakultas Kedokteran Agustus 2017


Universitas Hasanuddin

OS SIKATRIK ECTROPION

Oleh:
Nurul Husna Binti Rashid
C111 12 847

Pembimbing
dr. Muznida Z. Ahmad

Supervisor
dr. Nursyamsi, Sp.M, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa laporan kasus dan
referat dengan judul OS Sikatrik Ektropion , yang disusun oleh:

Nama : Nurul Husna binti Rashid


NIM : C111 12 847
Asal Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Telah diperiksa dan dikoreksi, untuk selanjutnya dibawakan sebagai tugas


pada bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
pada waktu yang telah ditentukan.

Makassar, Maret 2017

Supervisor Pembimbing Pembimbing

dr.Nursyamsi, Sp.M, M.Kes dr. Muznida Z. Ahmad

2
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nona R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 18-08-2001 / 16 tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Makassar
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Tubbi Polewali
No. Register Pasien : 083358
Tanggal Pemeriksaan : 02 Agustus 2017
Pemeriksa : dr. M
Rumah Sakit : Poliklinik Mata PEC

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pada mata kiri
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu, dan memberat sejak 1
minggu yang lalu. Keluhan juga disertai dengan mata merah sebelah kiri
ada, terutama bila terkena debu. Air mata berlebihan ada. Kotoran mata
berlebih tidak ada. Gatal tidak ada. Riwayat trauma ada, kelopak mata kiri
luka sejak 1 tahun lalu setelah terkena pecahan kaca saat pasien terjatuh
terkurap ke lantai. Riwayat keluar darah dari luka ada. Riwayat trauma di
bola mata disangkal. Riwayat berobat di PKM setelah trauma tapi tidak
dijahit, hanya di beri obat tetes mata. Keluhan juga disertai dengan
penurunan penglihatan secara perlahan-lahan. Riwayat memakai kaca
mata sebelumnya tidak ada. Riwayat diabetes melitus (-). Riwayat
hipertensi disangkal. Riwayat alergi tidak ada. Riwayat keluarga dengan
keluhan yang sama tidak diketahui pasien. Riwayat penyakit mata lain
sebelumnya tidak ada.

3
III. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Sakit Ringan/Gizi cukup/Compos Mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,7o C

IV. FOTO KLINIS

Saat pasien menutup mata

4
Ocular Sinistra

V. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
Pemeriksaan OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-) Tampak
sikatrik pada palpebral
inferior, Ektropion (+).
Lagopthalmus (+) saat
menutup mata.

5
Apparatus lakrimalis Hiperlakrimasi (-) Hiperlakrimasi (+)
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (+) minimal
Bola Mata Normal Normal

Mekanisme
muscular

Kornea Jernih Tampak kekeruhan di


inferior
Bilik mata depan Sulit di evaluasi Sulit dievaluasi
Iris Coklat Coklat
Pupil Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Lensa Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi

B. Palpasi
Pemeriksaan OD OS
Tekanan Okular Tn Tn
Nyeri tekan (-) (+)
Massa Tumor (-) (-)
Glandula pre-aurikular Pembesaran (-) Pembesaran (-)

C. Tonometri
NCT : 8/10 mmHg

D. Visus
VOD : 20/25 f  S+0.25, C -0.25 x 180°  20/20f
VOS : 20/25 f  S+2.50  20/20f

E. Sensitivitas Kornea
Tidak dilakukan pemeriksaan

F. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan.

6
G. Light Sense
Reflek cahaya langsung : (+/+)
Reflek cahaya tidak langsung : (+/+)

H. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Kornea Jernih Tampak kekeruhan
BMD Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, RC (+) Bulat, sentral, RC (+)
Lensa Jernih Jernih

I. Funduskopi:
Tidak dilakukan pemeriksaan.

J. Slit Lamp
SLOD : Palpebra edema (-). Konjungtiva hiperemis (-). Kornea
jernih. BMD VH4. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat, sentral, refleks
cahaya (+). Lensa jernih. Iris shadow (-)
SLOS : Palpebra edema(-), tampak sikatrik pada palpebral inferior,
ectropion (+). Konjungtiva hiperemis (+). Kornea tampak kekeruhan,
Fluroresin (-). BMD VH4. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat sentral,
refleks cahaya (+). Lensa jernih. Iris shadow (-)

K. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan

L. RESUME

7
Seorang remaja perempuan usia 16 tahun datang dengan keluhan nyeri
mata kiri yang dialami sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu, memberat 1
minggu yang lalu. Mata merah ada pada ocular sinistra. Hiperlakrimasi
berlebih ada. Silau ada. Riwayat trauma pada kelopak mata kiri akibat
terkena serpihan kaca saat pasien jatuh terkurap ke lantai. Riwayat keluar
darah dari luka ada. Riwayat berobat di PKM setelah trauma tapi tidak
dijahit, hanya dikasi obat tetes mata. Keluhan juga disertai dengan
penurunan visus. Riwayat penggunaan kacamata tidak ada. Riwayat
hipertensi dan DM disangkal.
VOD : 20/25 f  S+0.25, C-0.25 x 180°  20/20f
VOS : 20/25 f  S+0.25  20/20f
Pada pemeriksaan slit lamp, SLOD : Palpebra edema (-). Konjungtiva
hiperemis (-). Kornea jernih. BMD VH4. Iris coklat, kripte (+). Pupil
bulat, sentral, refleks cahaya (+). Lensa jernih. SLOS : Palpebra edema(-),
tampak sikatrik pada palpebral inferior, ectropion (+). Konjungtiva
hiperemis (+). Kornea tampak kekeruhan, Fluroresin (-). BMD VH4. Iris
coklat, kripte (+). Pupil bulat sentral, refleks cahaya (+). Lensa jernih.

M. DIAGNOSIS
OS Ektropion Sikatrik.

N. PENATALAKSANAAN
 Cendo LFX ED 3x1 gtt/OS
 Cendo Oculenta Gel 3x1 gtt/OS
 Rencana rekonstruksi palpebral inferior kiri

O. PROGNOSIS
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad sanationem : Bonam
Qua ad visum : Bonam
Qua ad kosmeticum : Bonam

8
BAB I
PENDAHULUAN
EKTROPION SIKATRIK

1.1 PENDAHULUAN

Ectropion atau ektropion adalah kelainan eversi dari kelopak mata bawah
sehingga konjungtiva terpapar dunia luar. Sumber lain juga mengatakan ektropion
adalah kelopak mata terbuka ke arah luar. Jadi, ektropion merupakan kelainan
posisi kelopak mata di mana tepi kelopak mata membeber atau mengarah ke luar
sehingga bagian dalam kelopak/konjungtiva tarsal berhubungan langsung dengan
dunia luar. Ektropion ini biasanya terjadi pada kelopak mata kanan dan kiri dan
umumnya ditemukan pada orang yang sudah tua.Keadaan ini sering menyebabkan
iritasi dan dapat membahayakan integritas permukaan okular. Ektropion dapat
terjadi secara kongenital tapi dapat pula didapat sebagai akibat dari involusi,
sikatriks, mekanis, atau proses paralisis1,2
Ektropion dapat diklasifikasikan menjadi ektropion kongential,
involusional, paralitik, sikatrikal dan mekanikal. Sumber lain ada yang
menyebutkan ektropion involusional sebagai ektropion senilis, yang merupakan

9
jenis ektropion yang paling umum dijumpai, dan disebabkan oleh kelemahan
jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis. 1,2,4.
Jika tidak segera dilakukan penatalaksanaan pada kasus ektropion, maka
akan terjadi paparan terus menerus akibat kelopak yang mengarah keluar dapat
menyebabkan mata kering dan penebalan konjungtiva serta ulserasi kornea
(exposure keratitis). Ekzema dan dermatitis dapat terjadi akibat epifora
berkepanjangan1,2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Palpebra

Kelopak mata atau palpebra berperan dalam melindungi bagian depan bola
mata dari kerusakan lokal. Selain itu, palpebra juga meregulasi cahaya yang
masuk ke mata, menyebarkan air mata ke seluruh kornea saat berkedip, juga
dalam proses pengaliran air mata, yaitu dalam pemompaan conjunctival sac dan
lacrimal sac 2,3
Struktur yang menyusun palpebra antara lain adalah kulit; jaringan
subkutan; otot orbikularis okuli; jaringan areolar submuskular; lapisan fibrosa
yang terdiri dari tarsal dan septum orbita; pengangkat kelopak mata atas dan
bawah; lapisan lemak retroseptal dan konjungtiva2,3
Palpebra superior berbatas hingga ke alis, yang memisahkannya dengan
dahi. Palpebra inferior berbatas hingga ke bawah cekungan orbita tepat sebelum
pipi, membentuk lipatan dimana jaringan ikat longgar palpebra bertemu dengan
jaringan padat dari pipi2.

10
Gambar 1. Anatomi Palpebra Inferior

Sulkus palpebra superior berkisar 8-11 mm di atas batas palpebra dan


terbentuk dari perlekatan insersi superfisial dari serat levator aponeurotik. Lipatan
palpebra inferior, yang lebih jelas terlihat pada anak-anak, berjarak 3mm dari
inferior ke batas medial bawah palpebra hingga 5mm dari inferior ke batas lateral
palpebra2.

Gambar 2: Anatomi superfisial palpebral

11
Lipatan nasojugal berawal dari bawah dan samping regio kantus bagian
dalam sejajar dengan lekukan dari pemisah orbikularis okuli dan levator labii
superior membentuk saluran air mata2.
Mata yang terbuka merupakan celah palpebra, ruang fusiformis diantara kedua
batas palpebra dengan panjang kurang lebih 28-30mm dan lebar maksimal 9mm.
Cekungan natural dari palpebra superior merupakan sebuah fungsi statik dari
bentuk tarsus yang berkombinasi dengan adaptasi palpebra terhadap
kelengkungan bola mata2.

2.1.1. Kulit dan Jaringan Subkutan


Kulit palpebra merupakan yang tertipis di seluruh tubuh dengan ketebalan
kurang dari 1 mm dan tidak memiliki lapisan lemak subkutan. Bagian medial dari
kulit palpebra memiliki bulu yang lebih halus dan lebih banyak kelenjar sebaseus
dari bagian lateral yang menyebabkan bagian ini lebih halus dan lebih berminyak.
Bagian transisi dari kulit yang lebih tipis ke bagian kulit yang lebih tebal menuju
alis (sekitar 10mm dibawah rambut-rambut alis bagian bawah) penting secara
klinis. Batasan ini harus diperhatikan dalam pembedahan kelopak mata
rekonstruktif 2,3.
Jaringan subkutan terdiri dari jaringan ikat longgar. Lemak sangat tipis
pada kulit preseptal dan preorbital dan tidak ada sama sekali pada kulit pretarsal.
Jaringan subkutan tidak dijumpai pada ligamen palpebra medial dan lateral,
dimana kulit melekat pada jaringan fibrosa dibawahnya. Dermatochalasis,
blepharochalasis dan epicanthicfolds adalah beberapa kondisi yang secara primer
melibatkan kulit dan jaringan subkutan dari palpebra3.

2.2. EKTROPION

12
Ektropion adalah kelainan eversi dari kelopak mata (bawah) sehingga
konjungtiva terpapar ke dunia luar. Sumber lain juga mengatakan ektropion
adalah kelopak mata terbuka ke arah luar. Jadi, ektropion merupakan kelainan
posisi kelopak mata di mana tepi kelopak mata melebar atau mengarah ke luar
sehingga bagian dalam kelopak/konjungtiva tarsal berhubungan langsung dengan
dunia luar. Keadaan ini sering menyebabkan iritasi dan dapat membahayakan
integritas permukaan okular. Ektropion dapat terjadi secara kongenital tapi dapat
pula didapat sebagai akibat dari involusi, sikatriks, mekanis, atau proses
paralisis3,4
Ektropion dapat diklasifikasikan menjadi ektropion kongential,
involusional, paralitik, sikatrikal dan mekanikal. Sumber lain ada yang
menyebutkan ektropion involusional sebagai ektropion senilis, yang merupakan
jenis ektropion yang paling umum dijumpai, dan disebabkan oleh kelemahan
jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis. Selain pengklasifikasian di
atas, ada juga yang menyebutkan ektropion spastik, namun jarang ditemukan..
Ditemukan pada anak-anak dan remaja yang disertai dengan spasme orbikularis
dimana kelopak terpapar ke dunia luar3,4
Inflamasi serius dapat terjadi hingga akhirnya merusak mata. Ektropion
dapat didiagnosis dengan pemeriksaan mata rutin tanpa memerlukan pemeriksaan
tambahan. Patofisiologi terjadinya ektropion tergantung dari tipenya.3
Secara umum ektropion terjadi akibat relaksasi jaringan sejalan dengan
bertambahnya usia oleh karena itu sering terjadi pada usia tua. Namun hal ini juga
dapat terjadi akibat paralisis nervus fasialis (Bell’s Palsy), trauma, bekas luka
ataupun jenis operasi lainnya.3

2.3 KLASIFIKASI

a. Ektropion Involusional/Senilis
Ektropion senilis adalah jenis ektropion yang paling umum dijumpai pada
usia lanjut dan hanya mengenai kelopak bagian bawah. Sumber lain mengatakan

13
bahwa ektropion involusional dapat terjadi bilateral. Jenis ini diakibatkan
kelemahan jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis. 2,4

Gambar 3: Ektropion Involusional

b. Ektropion Sikatrikal
Ektropion sikatrikal jarang terjadi , diakibatkan oleh adanya skar atau
kontraktur pada kulit dan jaringan di bawahnya sehingga menyebabkan
tertariknya kelopak mata dan dapat mengenai satu atau kedua kelopak mata.
Penyebab yang paling sering terbentuknya jaringan parut pada kulit adalah akibat
terbakar api, bahan kimia, luka akibat trauma, dan ulkus4.

14
Gambar 4. Ektropion Sikatrikal

c. Ektropion Paralisis

Ektropion paralisis jarang terjadi, hal ini terjadi akibat paralisis dari nervus
ketujuh yang berhubugan dengan dengan retraksi kelopak mata dan bawah.
Terutama mengenai bagian bawah kelopak mata. Dimana akhirnya akan
menyebabkan penyempitan celah palpebra Penyebab kelemahan saraf ini
diantaranya adalah Bell’s palsy, trauma kepala, dan infeksi telinga tengah.4

Gambar 5. Ektropion Paralisis


d. Ektropion Mekanis
Ektropion mekanis jarang terjadi, diakibatkan oleh massa atau tumor sehingga
menyebabkan kelopak mata bawah tertarik ke bawah atau terdorong ke luar dan
kebawah.4

e. Ektropion Kongenital
Ektropion kongenital merupakan keadaan yang jarang ditemukan, namun
bisanya terjadi pada Down syndrome dan Bleharophimosis syndrome. Ektropion
kongenital ini dapat terjadi pada kedua kelopak mata atas dan bawah. Chlamydia
trachomatis merupakan penyebab ektropion kongenital 4

15
Gambar 6. Ektropion Kongenital

2.4 GEJALA KLINIS

a. Ektropion Involusional
Ektropion involusional memiliki gejala yang khas dan tidak khas. Gejala
khas ektropion involusional adalah apabila kelopak mata bawah ditarik menjauhi
letaknya maka kelopak tidak dapat kembali ke tempat semula. Gejala tidak khas
yang paling sering adalah ektropia,iritasi mata, mata kemerahan, epifora, infeksi
mata berulang, kelopak mata terbalik ke arah luar serta iritasi konjungtiva
(keratitis)3

b. Ektropion Sikatrik
Gejala dari ektropion berupa jaringan parut sehingga kulit di sekitar
kelopak mata tidak elastis. Hal ini bisa disebabkan oleh trauma seperti luka bakar
akbibat panas maupun kimiawi1,2.

c. Ektropion Paralitik
Ektropion paralitik terjadi akibat dari kelemahan otot orbikularis dan otot
wajah sehingga menyebabkan lagophtalmus dimana penderita tidak dapat

16
menutup matanya sehingga kornea terpapar dunia luar. Akibat dari terpaparnya
kornea menyebabkan mata menjadi merah1.

d. Ektropion Mekanik
Ektropion mekanik terjadi karena adanya massa atau tumor yang menekan
kelopak mata1.

e. Ektropion Kongenital
Ektropion kongential memiliki gejala seperti blepharophimosis syndrome yaitu
telechantus, epichantus serta ptosis.2

2.5 PEMERIKSAAN MATA

Ada beberapa pemeriksaan mata spesifik yang dapat dilakukan pada kasus
ektropion antara lain pemeriksaan kelopak mata secara horizontal dan vertikal,
kekuatan tendon canthus pada kelopak mata, tonus otot orbikularis serta adanya
perubahan kulit sekitar kelopak mata5.

a. Pemeriksaan kelopak mata


Kelopak mata bawah ditarik menjauhi tempatnya. Apabila jaraknya 10 mm
antar kelopak mata bawah dengan tempat semula berarti ada kelainan dan
dipastikan sebagai kelemahan horizontal. Atau, apabila kelopak mata ditarik ke
bawah secara perlahan menjauhi tempat semula, perhatikan kembalinya kelopak
mata ke psosisi semula apakah kelopak mata kembali cepat atau lambat. Apabila
ada kelemahan pada kelopak mata, maka kembalinya kelopak mata akan lambat
bahkan harus dibantu dengan kedipan. Normalnya pabila kelopak mata ditarik
makan kelopak mata segera kembali ket tempat semula. Jika sudah yakin adanya
kelemahan kelopak mata mka harus dipikirkan penyebabnya apakah ada kelainan
struktur anatomi atau lainnya4

b. Pemeriksaan tendon canthus

17
Untuk pemeriksaan tendon canthus lateral, sudut tendon canthus harus
dievaluasi pada saat kelopak mata istirahat. Normalnya harus ada acute angular
contour dan berada 1-2 mm medial ke lateral rima orbita. Apabila tendon canthus
tampak bulat, maka dapat dipastikan ada kelemahan tendon. Bagian lateral dari
kelopak mata di tarik secara medial dan pergerakan dari sudut lateral canthus
dinilai. Normalnya sudut canthus tidak lebih dari 1-2 mm5,6

c. Pemeriksaan otot orbikularis


Kelemahan oto orbikularis disebabkan oleh adanya kelumpuhan saraf
wajah lenkap atau sebagian. Otot orbikularis ini dinilai saat kelopak mata ditutup
secara paksa, maka akan didapati lagopthalmus dan kekuatan otot berkurang.
Kelemahan otot orbikularis ini dapat terjadi secara bilateral5,6.

d. Perubahan kulit
Perubahan kulit disekitar mata terjadi akibat trauma, sehingga
menyebabkan pemendekan kulit di sekitar mata sehingga kelopak mata terb alik ke
arah luar.6

2.6 DIAGNOSIS

Diagnosa ektropion dapat di ditegakkan berdasarkan anamnesa yang


lengkap serta pemeriksaan spesifik pada mata. Pada anamnesa yang kita tanyakan
misalnya riwayat trauma pada mata, kelumpuhan saraf wajah atau pernah ada
riwayat operasi kelopak mata.6

2.7 TATALAKSANA

18
Sebelum langsung kepada terapi pembedahan, dapat dilakukan digital
masase yang dapat meregangkan bekas luka. Atau jika tidak berhasil, dapat
dipertimbangkan pemberian injeksi steroid9. Tergantung derajat keparahannya
dapat dilakukan beberapa cara operasi seperti:

a) V-Y operation.
Operasi dilakukan untuk ektropion derajat ringan. Pada insisi a V-shaped
di kulit dan dijahit dengan bentuk Y7,8

Gambar 7 : V-Y operation

b) Z-plasty (Elschnig’s operation).


Operasi ini ditujukan untuk ektropion derajat ringan sampai sedang8

Gambar 8. Z-plasty

c) Excision of scar tissue and full thickness skin grafting.


Ini dilakukan untuk kasus ektropion sikatrikal yang berat. Skin graft
diambil dari kelopak mata atas, belakang telinga, atau sisi dalam lengan atas.8

2.8 KOMPLIKASI

19
Paparan yang terus menerus dapat menyebabkan kekeringan dan
penebalan pada konjungtiva dan ulkus kornea (keratitis akibat pajanan).
Dermatitis dapat terjadi akibat epipora yang berkepanjangan8

BAB 3
KESIMPULAN

Ektropion adalah kelainan posisi kelopak dimana terjadi eversi atau


mengarah keluarnya tepi kelopak mata atau margo palpebra sehingga konjungtiva
tarsalis terpapar ke dunia luar. Ada beberapa klasifikasi ektropion antara lain,
ektropion senilis/involusional, ektropion sikatriks, ektopion paralisis, ektropion
mekanik, ektropion kongenital. Ektropion ini dapat menyebabkan iritasi, dan dapat
merusak integritas permukaan bola mata.
Ektropion dapat diadiagnosa dengan anamnesa yang lengkap, seperti
riwayat kelainan kelopak mata, riwayat trauma dan riwayat pernah operasi mata
sebelumnya.
Penatalaksanaan awal adalah untuk melindungi kornea. Mata dapat
dilindungi dengan cara memfiksasikan palpebra inferior ke bawah dan
menggunakan lubrikasi dengan obat tetes mata ataupun salep. Terapi pembedahan
yang dapat dilakukan adalah skin flap atau skin grafting.
Akan tetapi, ketika kornea yang terpapar menunjukkan tanda keratopati
yang signifikan, dianjurkan untuk dilakukan tindakan pembedahan segera.
Paparan terus menerus akibat kelopak yang mengarah keluar dapat menyebabkan
mata kering dan penebalan konjungtiva serta ulserasi kornea (exposure keratitis).

20
DAFTAR PUSTAKA
1. Tsai J.C. et.al.; Lids, in Oxford American Handbook of Opthalmology;
Chapter 4; Oxford University Press, New York; 2011: 117-8

2. Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology;


Chapter 14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007:
351-3

3. Ilyas, Sidarta. 2011. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Kanski J.J.; Eyelids; in Clinical Opthalmology; Chapter, 6th Edition;
Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007; 27-8
5. Patel, Buphendra, 2013. Eyelid Anatomy in:
http://emedicine.medscape.com/article/834932-overview#aw2aab6c12
[ Accessed: 17 Desember 2014]
6. Riordan-Eva, Paul et al. 2007. Vaughan & Asbury’s General
Ophtalmology 17th edition. London : McGraw Hill Company

7. American Academy of Ophtalmology.; Eyelid, in Orbit, Eyelids, and


Lacrimal System; Chapter 9, 7th Section; American Academy of
Ophtalmology; 2011-20012: 134-5, 146, 192-3
8. Olver J.; Common Eyelid Malpositions, in Ophtalmology at a Glance;
Chapter 25; Blackwell Science Ltd, Massachusetts; 2005: 56-
9. Miletic, Daliborka; Our Approach to Operative Treatment of Lower Lid
Ectropion, in Operative Treatment of Eyelid Ectropion. Volume 49, No.
3,2010
10. 14. Marzouk, A. Mohamed. Lateral Tarsal Strip Technique for Correction of
Lower Eyelid Ectropion in Journal of American Science; 2011.

21
22

Anda mungkin juga menyukai