Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peningkatan kewaspadaan masyarakat, kesadaran masyarakat akan hak-
haknya di muka hukum, terbukanya era pasar bebas, meningkatnya
persaingan nasional dan internasional, dan peningkatan kualitas pendidikan
dasar menjadi sebuah tantangan yang perlu dijawab oleh dunia keperawatan.
Saat ini dunia telah mulai bergerak ke arah kewirausahaan, dimana setiap
anak bangsa harus memulai menjual kreativitas dan kemampuan yang
dimilikinya. Tampaknya hal tersebut akan semakin sulit direalisasikan oleh
generasi keperawatan jika trends dunia tersebut tidak diikuti oleh arahan
penyelenggara pendidikan keperawatan dengan baik. Satu hal yang sangat
terlihat membedakan keperawatan dengan profesional kesehatan lain saat ini
adalah bahwa sampai dengan saat ini keperawatan masih belum menemukan
bentuk layanan pokok yang hanya dapat dilakukan dan menjadi kewenangan
perawat semata.
Kewirausahaan erat kaitannya dengan upaya mandiri untuk
menghasilkan uang tanpa harus banyak bergantung kepada pihak-pihak
tertentu. Mungkin pernyataan tersebut membuat sebagian orang berpikir
tentang perdagangan. Lebih dari itu, sebenarnya kewirausahaan tidak hanya
berbicara soal penjual – pembeli, namun ke arah pengembangan kreativitas
dalam membuka peluang baru untuk menciptakan lapangan kerja sendiri,
menjual ide baru, mengembangkan ide – ide dan peristiwa sehari-hari, dan
mengkombinasikan hal-hal biasa menjadi sesuatu yang luar biasa dan
memiliki selling point and value yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Selama ini rutinitas perawat di ruangan saat pasien telah selesai
diberikan tindakan dan asuhan kaperawatan, seringkali menggunakan waktu
luangnya untuk menyiapkan kasa dan kapas untuk disterilisasi, menyiapkan
set untuk perawatan klien harian dan hal-hal minor yang lain. Boleh menjadi
bayangan bagaimana jika contoh tersebut dikelola sehingga bernilai jual.
Contoh lainnya, saat ini penderita penyakit kronis mengalami peningkatan

1
dari segi kuantitas salah satunya yaitu penderita penyakit DM tipe 2. Di
Indonesia penderita penyakit DM tipe 2 kejadian ulkus kaki diabet mencapai
15% dari seluruh penderita diabetes mellitus tipe 2. Selain itu pula ada
beberapa macam luka lain diantaranya luka post op, luka kanker, luka bakar,
luka DM, luka akibat kecelakaan, dll. Banyaknya kasus atau penyakit yang
memerlukan perawatan luka sehingga mereka perlu perawatan secara kontinu
yang mudah dijangkau.
Contoh lain yang menarik yaitu terapi modalitas. Terapi modalitas ini
juga dikenal sebagai upaya alternatif yang digunakan untuk menyembuhkan
klien dengan gangguan jiwa. Akan tetapi seiring perkembangan ilmu dan
teknologi di kesehatan, terapi ini banyak juga dilakukan untuk terapi
alternative pada klien dengan gangguan fisik serta banyak digunakan dalam
berbagai penelitian-penelitian. Oleh karena itu, terapi modalitas merupakan
salah satu terapi yang banyak diminati oleh masyarakat.
Jika peluang itu dapat ditangkap, maka seharusnya perawat mampu
meningkatkan peranannya baik di rumah sakit maupun di luar. Oleh karena
itu, pengembangan kewirausahaan perlu ditanamkan agar kreatifitas pelaku
keperawatan dapat tumbuh dan menjadi nilai jual dan daya saing tersendiri
bagi pemiliknya kelak sebagai bekal memulai untuk terjun ke dunia kerja.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa itu kewirausahaan dalam keperawatan?
1.2.2. Bagaimana Konsep Wirausaha di Bidang Penelitian ?
1.2.3. Bagaimana teknik perawatan luka dapat dijadikan peluang usaha
dalam keperawatan?
1.2.4. Bagaimana terapi modalitas dapat dijadikan peluang usaha dalam
keperawatan?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui kewirausahaan dalam keperawatan
1.3.2. Untuk mengetahui konsep wirausaha di bidang penelitian
1.3.3. Untuk memahami peluang usaha pada teknik perawatan luka
1.3.4. Untuk memahami peluang usaha pada terapi modalitas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kewirausahaan dalam Keperawatan


2.1.1. Pengertian Kewirausahaan

2
Etimologi kata kewirausahaan berasal dari kata “wira” dan
“usaha”. “Wira” berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, gagah
berani, dan berwatak agung. “Usaha” berarti perbuatan untuk mencapai
sebuah tujuan. Awalan “ke-” berarti sifat atau watak. Sedangkan akhiran “-
an” mendukung awalan “ke-” dalam membentuk arti “sifat” atau “watak”.
Jadi, secara harfiah kewirausahaan adalah sifat perjuangan yang melakukan
suatu perbuatan untuk mencapai sebuah tujuan.
Menurut Sanusi (1994), kewirausahaan adalah suatu nilai yang
diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak,
tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.
Sedangkan Drs. Joko Untoro mendefinisikan kewirausahaan
sebagai suatu keberanian untuk melakukan berbagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang dilakukan oleh seseorang, berdasarkan kemampuan
dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Sehingga dapat disimpulkan, kewirausahaan adalah sautu proses
dalam mengerjakan sesuatu yang baru atau kreatif dan berbeda (inovatif)
yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.

2.1.2. Nursepreneur
Kewirausahaan dalam keperawatan atau yang biasa disebut
nursepreneur terdiri dari dua kata nurse dan entrepreneur. Entrepreneur
adalah seorang individu yang memiliki kemampuan untuk menciptakan,
mencari, dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan
sesuai dengan yang diidealkan. Nursepreneur merupakan istilah baru dalam
mempopulerkan entrepreneurship yang dikaitkan dengan perawat atau dunia
keperawatan. Seiring dengan gencarnya program gerakan nasional
kewirausahaan pada masyarakan luas, kalangan kampus adalah salah satu
sasarannya. Para calon intelektual yang tengah dalam studi pada berbagai
bidang ilmu berusaha dikenalkan pada dunia wirausaha. Hal ini merupakan
langkah usaha membekali wawasan dan pengetahuan dasar kepada mereka
agar kelak setelah meninggalkan kampus tidak selalu berorientasi pada
keinginan untuk menjadi pegawai atau karyawan, tetapi justru menjadi
pencipta lapangan pekerjaan. Khusus untuk para mahasiswa ilmu

3
keperawatan, maka istilah nursepreneur dipakai untuk mengenalkan dan
memberi pengetahuan dasar tentang kewirausahaan.
Nurse entrepreneur adalah seorang pemilik bisnis yang
menawarkan pelayanan keperawatan meliputi perawatan langsung,
pendidikan, penelitian, administratif atau konsultasi. Perawat yang bekerja
secara mandiri atau perawat wirausaha bertanggung jawab langsung kepada
klien, kepada siapa, atau atas nama siapa, pelayanan keperawatan yang
disediakan (ICN, 2004).
Kewirausahaan dalam keperawatan akan baik untuk perawat
professional dan perusahaan pelayanan kesehatan, karena akan menciptakan
kemandirian dan termotivasi untuk berpikir, lebih produktif, kreatif, dan lebih
dapat bersaing dalam pemasarannya. Mereka akan seperti perusahaan lainnya
mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengontrol kariernya sendiri (ICN,
2004).

2.1.3. Jenis-jenis kewirausahaan


a. Bidang Pelayanan Keperawatan
Dalam bidang ini perawat dapat berperan sebagai
penggagas ide, pengelola, pemilik modal, pemilik saham ataupun
sebagai owner.
1) Home care
Home care adalah pelayanan kesehatan yang
bekesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan
untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit. Selain itu, home care
merupakan pelayanan yang dikelola oleh suatu unit atau sara
ataupun institusi baik aspek administrasi maupun aspek
pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga
profesional dibantu tenaga non profesional di bidang
kesehatan maupun non kesehatan (Depkes, 2002).
2) Konsultan Keperawatan
Konsultan adalah seorang tenaga professional yang
menyediakan jasa nasehat ahli dalam bidang keahliannya.

4
Perbedaan antara seorang konsultan dengan ahli biasa adalah
konsultan bukan merupakan karyawan di perusahaan,
melainkan seseorang yang menjalankan usahanya sendiri
serta berurusan dengan berbagai klien dalam satu waktu. Tidak
hanya menyediakan jasa, konsultan juga bisa memberikan
layanan konsultasi atau konseling secara langsung pada klien.
Konseling adalah proses membantu pasien untuk
menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah
sosial, untuk membangun hubungan interpersonal yang baik
dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang dimana di
dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
(Mubarak dan Nur Chayatin, 2009). Konseling dapat
membantu dan memotivasi klien untuk lebih bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi masalahnya.
Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan
penerimaan diri, proses belajar dari berperilaku tidak adaptif
menjadi adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang
lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya “know about”
tetapi juga belajar “how to” sesuai dengan kualitas dan
kuantitas.

3) Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan
penyakit yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis yang konvensional. Di Indonesia, ada tiga
jenis teknik pengobatan komplementer yaitu akupuntur medik,
terapi hiperbarik, dan terapi herbal medik.
4) Nursing Care Center
Nursing care center adalah lembaga keperawatan yang
memberikan akses langsung pada klien dalam pelayanan
keperawatan profesional yang berorientasi pada kebutuhan
masyarakat sesuai dengan masalah yang dihadapi masyarakat.

5
Nursing care center merupakan pengelolaan terpadu dalam
pelayanan, pendidikan dan penelitian keperawatan melalui
pemberdayaan seluruh potensi yang ada secara optimal. Dalam
nursing care center pun selalu diupayakan untuk memandang
keperawatan sebagai suatu kesatuan yang utuh, sehingga
nursing care center memiliki karakteristik tertentu.
5) Pelayanan Fisioterapi
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pelayanan
kesehatan untuk mengembalikan fungsi organ tubuh dengan
memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi, tenaga alam yang
dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage
dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan
batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan
(Krausen, 1985). Perawat yang dibekali ilmu dan kompetensi
terkait fisioterapi memiliki kewenangan untuk memberikan
pelayanan kesehatan tersebut kepada klien yang
membutuhkannya. Salah satu uapaya fisioterapi yang dapat
dilakukan perawata yaitu fisioterapi dada. Fisioterapi dada itu
merupakan prosedur keperawatan atau metode pemenuhan
kebutuhan oksigen.
6) Klinik Praktik Bersama
Perawat dapat berkolerasi dengan tenaga kesehatan lain
seperti dokter, apoteker, atau bidan dalam membuka klinik
praktik bersama sebagai kolega. Pada kolaborasi tersebut
terjadi proses komplek yang membutuhkan saling satu sama
lain dalam bersama-sama membangun bisnis di bidang
kesehatan. Prinsip yang sama mengenai kebersamaan, kerja
sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab, dan
tanggung gugat juga menjadi awal terbentuk kolaborasi yang
baik untuk menuju kesuksesan bersama.
b. Dalam Bidang penelitian
Banyaknya permasalahan dalam bidang kesehatan
terutama yang dihadapi oleh lembaga penyelenggara pelayanan

6
kesehatan juga membuka peluang usaha tersendiri bagi perawat.
Dengan membentuk tim riset profesional seperti:
1) Teknik perawatan luka.
2) Terapi modalitas.
c. Dalam Bidang Pendidikan
Semakin meningkatnya permintaan masyarakat tentang
layanan kesehatan dirumah dapat membuka peluang perawat
untuk mendirikan lembaga pelatihan ataupun konsultan yang
bergerak dibidang pendidikan seperti:
1) Lembaga Pelatihan Baby Sister.
2) Pelatihan Perawatan Lansia atau Anak.

2.2. Wirausaha di Bidang Penelitian


Penelitian/riset pada umumnya sering diasosiasikan dengan
lembaga pendidikan karena riset yang bergerak di pendidikan atau kesehatan
banyak dilakukan oleh dunia pendidikan. Padahal, area ini merupakan lahan
bisnis yang memanfaatkan inteletualitas, pengelolaan pengetahuan, serta
sumber daya manusia (SDM).
Selain itu, banyaknya permasalahan dalam bidang kesehatan
terutama yang dihadapi oleh lembaga penyelenggara pelayanan kesehatan
juga membuka peluang usaha tersendiri bagi perawat.
Oleh karena itu, perawat yang senang mengembangkan dan
memiliki relasi yang terjun di dunia penelitian, tidak ada salahnya mencoba
menekuni area cakupan bidang usaha ini, seperti membentuk tim riset
profesional terkait permasalahan kesehatan pada umumnya dan keperawatan
pada khususnya, atau sebagai jasa pengolah data dan promosi suatu produk.
Berikut ini 3 hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan lahan bisnis
ini antara lain:
a. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
1. Metodologi riset yang sudah baku
2. Ruang lingkup bidang yang menjadi sasaran riset
3. Program aplikasi pengolahan data riset.
4. Kemampuan untuk berkoordinasi dan bekerjasama dengan ahli di
bidang riset dan lainnya
b. Modal yang diperlukan
1. Ruangan yang nyaman untuk pertemuan, diskusi kelompok (metode
kualitatif), dan kerja
2. Komputer untuk mengolah data dan pekerjaan administratif
3. Biaya operasional untuk lisrik, telepon, alat tulis kantor, dan karyawan

7
c. Kiat menjalankan usaha
1. Rancang bidang riset yang akan ditawarkan. Pemilihan bidang
sebaiknya harus sesuai dengan kemampuan SDM yang kitamiliki,
sebab lahan bisnis ini merupakan pekerjaan inteletual. Misalnya,
perusahaan kita memutuskan bergerak di riset kualitatif atau
kuantitatif atau keduanya.
2. Kerja sama dengan ahli riset, baik sebagai karyawan atau joint
venture untuk menjalankan usaha ini.
3. Rekrut orang-orang yang mempunyai kompetensi di bidangnya,
misalnya pengolah data (riset kuantitatif) dan ahli interview (riset
kualitatif).
4. Lengkapi peralatan kantor, misalnya meja bundar untuk diskusi panel
dan komputer dengan program pengolahan data.
5. Pasarkan usaha ke perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki divisi
riset khusus.

2.3. Teknik Perawatan Luka


Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang
kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat besar untuk menunjang
praktik perawatan luka. Penyakit degeneratif dan kelainan metabolik semakin
banyak ditemukan, sehingga perawat dituntut untuk berinovasi dan kreatif
dalam menggunakan peluang tersebut. Selain itu yang harus dipahami adalah
berkaitan dengan cost effectiveness yang dikedepankan oleh manajemen
perawatan luka modern. Sehingga kedepannya, status kesehatan masyarakat
dapat meningkat dengan adanya usaha perawatan luka yang mudah dijangkau
oleh masyarakat.
2.3.1. Tujuan
Tujuan apabila usaha mandiri perawatan luka dilaksanakan:
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan di bidang perawatan luka
dengan tenaga professional
2. Mengurangi resiko terjadinya komplikasi akibat kurangnya
pengetahuan masyarakat dalam perawatan luka.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam perawatan luka di
rumah
4. Menerapkan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan.
5. Menciptakan lapangan pekerjaan khusunya untuk tenaga medis.
2.3.2. Manfaat

8
Dapat memberikan pelayanan perawatan luka yang optimal dalam
pencegahan komplikasi yang mungkin saja terjadi, untuk
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat serta dapat menambah
wawasan bagi masyarakat dalam melakukan perawatan luka secara
mandiri di rumah
2.3.3. Dampak Usaha
1. Ekonomi: Meningkatkan pendapatan tenaga keperawatan dan
masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah mampu
memberikan perawatan luka bagi keluarganya
2. Sosial: Kesadaran kesehatan masyarakat akan pentingnya
perawatan pada luka mereka menjadi tinggi
3. Budaya: Usaha ini akan memberikan pengaruh kebudayaan atau
kebiasaan seorang jika mengalami luka untuk segera mendapatkan
penanganan atau perawatan.
2.3.4. Contoh Jasa yang Ditawarkan
1. Perawatan luka : kegiatan ini akan dilakukan oleh perawat yang
berkompeten dengan menggunakan prinsip perawatan luka yang
benar dan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai contoh:
Perawatan luka bersih, luka kotor dan luka gangren.
2. Layanan kunjungan rumah : bagi klien yang tidak dapat datang ke
rumah perawatan luka dan menginginkan perawatan luka dirumah
maka dapat memesan melalui aplikasi online atau media sosial
yang akan kami validasi melalui telfon.
3. Konsultasi perawatan luka : bagi klien atau keluarga klien yang
menginginkan penjelasan lebih lanjut mengenai perawatan luka
pada klien maka dapat melakukan konsultasi. Hal-hal yang kurang
jelas dapat dikonsulkan dengan perawat yang melakukan tindakan.

2.4. Terapi Modalitas


Terapi modalitas berasal dari kata modality yang berarti modal,
kekuatan, atau potensi. Terapi modalitas menurut Perko dan Kreigh (1998)
merupakan suatu tindakan terapi dimana memiliki pendekatan tertentu baik
secara langsung dan fasilitatif sesuai dengan teoir dan kiat terapis dengan
menjadikan kekuatan klien sebagai modal utama untuk berubah (Susana S.A.
et al., 2007). Terapi modalitas ini juga dikenal sebagai upaya alternatif terapi
yang digunakan untuk menyembukan klien dengan gangguan jiwa. Akan

9
tetapi seiring perkembangan ilmu dan teknologi di kesehatan, terapi ini
banyak juga dilakukan untuk terapi alternatif pada klien dengan gangguan
fisik serta banyak digunakan dalam berbagai penelitian-penelitian.
Meningkatnya penyakit-penyakit di kalangan masyarakat
disebabkan oleh faktor biologis, psikologis, dan sosial. Terapi modalitas
adalah salah satu terapi alternatif yang dapat menangani permasalahan secara
holistik baik permasalahan fisik, psikologis, maupun sosial.

Gambar 1. Terapi Modalitas

Terapi modalitas saat ini yang berkembang mencakup terapi


psikofarmakologi, terapi perubahan perilaku dan kognitif, terapi manajemen
agresi, terapi somatik, terapi komplementer dan alternatif, terapi kelompok
terapeutik, dan terapi keluarga (Videbeck S.L, 2008; Fontaine K.L, 2009;
Stuart, 2013; Halter M.J, Pollard C.L, Ray S.L., Haase M, 2014; Stuart G.W.,
Keliat B.A & Pasaribu J., 2016)

2.4.1. Terapi perilaku kognitif


Terapi perilaku kognitif atau yang dikenal dengan Cognitive
Behavioural Therapy (CBT) merupakan salah satu terapi yang digunakan
untuk mengatasi masalah kesehatan teruatama pada mental dalam jangkauan
yang lebih luas, misalnya saja seperti fobia, depresi, OCD, dan masih banyak
lainnya. Teori ini memang lebih memfokuskan pada pasien agar dapat melihat
diri anda sendiri dari sudut pandang yang berbeda dibandingkan sebelumnya.
Teori ini memang cukup efektif untuk mengatasi gangguan mental yang
sehari hari terjadi dan membuatnya lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Terapi perilaku kognitif atau CBT sebenarnya memiliki prinsip
yaitu permasalahan yang dialami oleh pasien bukanlah berawal dari sebuah
situasi melainkan bagaiamana orang tersebut menginterpretasikan masalah

10
yang ada ke dalam pikirannya. Hal ini yang akhirnya akan berpengaruh pada
perasaan serta tindakan yang dilakukannya. Di dalam terapi ini, bertujuan
untuk dapat menghentikan pola pikiran pikiran negatif tdengan cara
mengidentifikasi reaksi negatif yang nantinya diproses oleh otak pasien.
Pada terapi perilaku kognitif, ada dua aspek yang akan ditawarkan
kepada pasien yaitu aspek kognitif dan aspek behavioral. Tentunya kedua hal
ini memiliki tujuan yang berbeda, namun intinya adalah untuk membuat
pasien menjadi lebih baik dari sebelumnya.
1. Aspek Kognitif
Dalam aspek kognitif ini, akan lebih ditekankan pada bagaimana pasien
dapat memiliki pola pemikiran yang berbeda. Tak hanya pada pola pikir
saja, namun juga pada sikap, imajinasi, serta asumsi yang berbeda.
Pasien juga diharapkan untuk mampu memfasilitasi diri dalam hal belajar
untuk mengetahui kesalahan kesalahan dalam aspek kognitif sehingga
membuat pasien dapat memperbaiki kesalahannya tersebut.
2. Aspek Behavioral
Aspek behavioral dalam terapi perilaku kognitif akan menjadi sebuah
jembatan untuk pasien yang digunakan untuk mengubah hubungan yang
sudah menjadi kebiasaan yang salah dalam memperlihatkan reaksi
permaslaahan dengan realita yang ada dari kondisi tersebut. Pasien juga
akan dibimbing untuk belajar mengubah tingkah lakunya sendiri agar
menjadi lebih positif dari sebelumnya. Terapi ini dapat menjadikan
pasien menjadi lebih tenang serta mampu mengendalikan tubuh serta
pemikirannya sendiri. Sehingga lebih mudah untuk menghindari resiko
stress karena pasien akan mampu berpikir secara realistis.

2.4.2. Terapi komplementer dan alternatif


Terapi komplementer dan alternative atau Complementary and
alternative medicine (CAM) merupakan salah satu terapi yang saat ini banyak
diminati oleh masyarakat. Terapi komplementer dan alternatif (CAM)
menurut The National Center for Complementary and alternative Medicine
(NCCAM) di AS adalah suatu pengobatan secara integratif sebagai sebagai
upaya menggabungan terapi medis utama dan terapi komplementer serta
alternatif (CAM) (Stuart G.W., Keliat B.A, Pasaribu J., 2016). Terapi

11
komplementer dan alternatif sebagai upaya pengembangan terapi tradisional
dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang dapat mempengaruhi
keseimbangan diri individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual
(Widyatuti W, 2008).
The National Center for Complementary and Alternative Medicine
(NCCAM) dalam Stuart G.W., Keliat B.A, Pasaribu J., (2016) di AS telah
mengembangkan sistem klasifikasi lima domain utama terapi komplementer
dan alternatif seperti berikut:
1. Sistem Medikal Keseluruhan, contoh terapi Ayurveda, naturopati,
pengobatan tradisional cina, homeopati.
2. Tindakan pikiran-tubuh, contoh meditasi, hipnotis, doa, yoga,
petunjuk gambar, biofeedback, seni, music dan terapi dansa.
3. Terapi biologis, contoh terapi herbal, diet khusus, orthomolecular dan
terapi biologis individu
4. Metode manipulative tubuh, contoh chiropractic, pijat dan kerja tubuh,
refleksologi.
5. Terapi Energi, contoh Qigong, Reiki, terapi sentuhan, elektromagnet

2.4.3. Hipnoterapi
Terapi hipnotis atau Hipnoterapi adalah salah satu terapi yang dapat
merelaksasikan pikiran dan perasaan dalam membantu klien mengatasi
permasalahan yang dialaminya seperti nyeri, stress, cemas maupun
depresi. Hipnoterapi berfokus pada relaksasi yang dalam, konsentrasi yang
tinggi serta adanya sugesti yang tinggi. Hal ini tentu saja menuntut perawat
memiliki kemampuan dan keahlian khusus untuk dapat melakukannya. Salah
satu teknik hipnoterapi yang dapat dilakukan dan mudah dilakukan oleh
perawat maupun klien adalah hipnotis 5 jari.

2.4.4. Terapi Relaksasi Otot Progresif


Terapi Relaksasi Otot Progresif merupakan terapi yang
menggabungkan tindakan pikiran dan tubuh dimana terapi itu dilakukan
dengan proses mengencangkan dan merelaksasikan sekelompok otot untuk
mendapatkan kontrol atas masalah yang diatasinya yang dapat merangsang
pikiran dan ketegangan otot. Terapi ini juga menerapkan tehnik imajinasi
terpimpin, latihan napas berulang, latihan autogenenik dan biofeedback.

2.4.5. Terapi Kelompok Terapeutik

12
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk
dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media
kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok
klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien,
meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptif.
Tahapannya meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase
orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan
dalam interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas
tersebut dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model
peran dengan cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang
biasa terjadi di awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di
antara anggota kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja. Di
fase kerja terapis membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus
pada keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing
anggota kelompok melakukan kegiatan yang disepakati di fase permulaan
untuk mencapai tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di
mana klien bersama kelompoknya melakukan kegiatan untuk mencapai target
perubahan perilaku dengan saling mendukung di antara satu sama lain
anggota kelompok. Setelah target tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan
maka diakhiri dengan fase terminasi. Fase terminasi dilaksanakan jika
kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan dalam hubungan interpersonal antar
anggota. Peran perawat adalah mendorong anggota kelompok untuk saling
memberi umpan balik, dukungan, serta bertoleransi terhadap setiap perbedaan
yang ada. Akhir dari terapi kelompok adalah mendorong agar anggota
kelompok berani dan mampu menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di
masa mendatang.

2.4.6. Terapi keluarga


Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga
adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran
utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa

13
melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya. Dalam terapi
keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi
dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut
digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga
mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-
masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk
mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan
fungsi keluarga seperti yang seharusnya. Proses terapi keluarga meliputi tiga
tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase 3 (terminasi). Di fase
pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu
keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase
kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai
terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga,
meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga,
eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama
ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan
melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan
cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat
mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Menurut Sanusi (1994), kewirausahaan adalah suatu nilai yang
diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga
penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis. Nurse entrepreneur
adalah seorang pemilik bisnis yang menawarkan pelayanan keperawatan
meliputi perawatan langsung, pendidikan, penelitian, administratif atau
konsultasi. Kewirausahaan dalam keperawatan akan baik untuk perawat
professional dan perusahaan pelayanan kesehatan, karena akan
menciptakan kemandirian dan termotivasi untuk berpikir, lebih produktif,
kreatif, dan lebih dapat bersaing dalam pemasarannya.
Jenis-jenis kewirausahaan ada beberapa yaitu Home care, Konsultan
Keperawatan, Terapi Komplementer, Nursing Care Center, Pelayanan
Fisioterapi, Klinik Praktik Bersama. Adapun jenis kewirausahaan di
bidang penelitian yang di bahas adalah teknik perawatan luka dan terapi
modalitas.

3.2 Saran
Diharapkan bagi setiap mahasiswa khususnya di jurusan keperawatan
memahami makalah ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan
menambah wawasan mengenai kewirausahaan dalam keperawatan guna
untuk meningkatkan mutu kualitas perawatan kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Retna. 2017. Penggunaan Terapi Modalitas dan Komplementer Berbasis


Evidence-Based.
https://www.researchgate.net/publication/319929971_PENGGUNAAN_TE
RAPI_MODALITAS_DAN_KOMPLEMENTER_DALAM_PRAKTEK_K
EPERAWATAN_BERBASIS_EVIDENCE_BASED. Diakses 06 September
2018
Dosen Psikologi. 2017. Terapi Perilaku Kognitif.
https://dosenpsikologi.com/terapi-perilaku-kognitif. Diakses pada 06
September 2017
Febrian, Rio. 2015. Bidang-bidang Cakupan Usaha Nursepreneur.
https://www.kompasiana.com/riodeners/566779f793fdfd65048b456e/bidang
-bidang-cakupan-usaha-nursepreneur-bagian-1?page=all. Diakses pada 05
September 2017
Raka. 2016. Proposal Klinik Perawatan Luka.
https://www.scribd.com/document/332655594/Proposal-Klinik-Perawatan-
Luka#. Diakses pada 05 September 2018
Sumber Pengertian. 2018. Pengertian Kewirausahaan Menurut Para Ahli.
http://www.sumberpengertian.co/pengertian-kewirausahaan. Diakses pada
05 September 2018.
Sundberg, D, Winebarger, A, Taplin, J. 2007. Psikologi Klinis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Wida, Musthika, dkk. 2016. Kewirausahaan. https://docuri.com/download/nurse-
preneur_59bf3908f581716e46c3ae51_pdf. Diakses pada 05 September 2016

16

Anda mungkin juga menyukai