Puji syukur kepada Allah SWT atas semua rahmat yang diberikan kepada kami sehingga
Program Kerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban
Tahun 2018 dapat kami selesaikan. Program kerja ini disusun secara umum yang memaparkan
semua kegiatan yang direncanakan untuk dilaksanakan tahun depan. Program kerja tahun 2018
diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang target yang harus dicapai
untuk satu tahun yang akan datang.
Hasil kerja yang diharapkan dari program ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan untuk dapat meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit
Nahdlatul Ulama Tuban. Selain itu, program kerja ini juga diharapkan mampu mencapai target
dan menjaga kenyamanan serta keselamatan pasien secara menyeluruh, sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban.
Terima kasih atas bantuan dari semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan
baik berupa pemikiran dan ide, sehingga Program Kerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Tuban tahun 2018 dapat terselesaikan.
III. TUJUAN
Tujuan umum
Tersedianya fasilitas yang aman, berfungsi dan mendukung bagi pasien, keluarga, staf
dan pengunjung sesuai dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit
yang ditetapkan perundangan.
Tujuan khusus
a. Terwujudnya kondisi aman, nyaman, dan selamat bagi pasien, keluarga, pengunjung
dan pekerja rumah sakit
c. Pengamanan Kebakaran :
1. Identifikasi risiko kebakaran
2. Analisa risiko kebakaran
3. Evaluasi risiko kebakaran
4. Tata kelola risiko kebakaran
5. Diklat risiko kebakaran
6. Pelaporan dan investigasi insiden kebakaran
e. Peralatan Medis
1. Identifikasi risiko peralatan medis
2. Analisa risiko peralatan medis
3. Evaluasi risiko peralatan medis
4. Tatakelola risiko peralatan medis
5. Diklat risiko peralatan medis
6. Menerima laporan dan melakukan perbaikan peralatan medis yang rusak
Identifikasi bahaya
Program Kesehatan dan keselamatan kerja RSNU Tuban 6
Analisa risiko
Pengendalian
Evaluasi risiko
risiko
Rincian cara melakukan kegiatan managemen risiko adalah :
a. Persiapan/ Penentuan konteks meliputi :
1. Penentuan penanggung jawab dan pelaksana kegiatan manajemen risiko.
2. Ruang lingkup manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja
3. Pertemuan dengan seluruh unit kerja untuk sosialisasi majemen risiko
Tabel 1. Probabilitas/Kemungkinan/Frekuensi/Likehood
Level Frekuensi Kejadian aktual
1 Sangat jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2 Jarang Dapat terjadi dalam 2-5 tahun
3 Mungkin Dapat terjadi tiap 1-2 tahun
4 Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5 Sangat sering Terjadi dalam minggu/bulan
Tabel 2. Dampak/Konsekuensi
Level Dampak DeskrMEi
1 Sangat ringan Tidak cedera
2 Ringan Cedera ringan, pekerja bisa kembali bekerja
3 Sedang Mendapat P3K, bisa kembali bekerja dalam 24 jam
4 Parah Memerlukan tindakan medis lanjut
5 Sangat parah Cacat permanen, meninggal
d. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada
tahapan analisa risiko dengan kriteria standar yang digunakan.
Hasil evaluasi risiko :
1. Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada
2. Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi
3. Gambaran tentang kemungkinan yang mungkin terjadi
4. Pertimbangan dalam tahap pengendalian
Dari seluruh uraian diatas, penjabaran dari tata laksana kegiatan adalah sebagai berikut:
Risiko Keselamatan
Penanggungjawab : K3RS
1. Identifikasi risiko keselamatan
Untuk menentukan jenis risiko keselamatan disusun berdasarkan laporan
kejadian/kecelakaan kerja dari unit, pengamatan proses kerja serta lingkungan
kerja dan masukan dari unit terkait. Sehingga diidentifikasi bahaya potensial
kecelakaan kerja berdasarkan unit kerja sebagai berikut :
Jenis Rangking
No Probabilitas Dampak Risiko
kecelakaan
1 Tertusuk jarum 4 3 12 2
2 Terpeleset 3 4 12 1
3 Kesetrum 3 3 9 2
4 Terjepit 1 3 3 3
5 Tersayat benda 3 3 9 2
tajam
6 Menghirup gas 5 2 10 3
anestesi
7 Terciprat bahan 2 3 6 3
B3
8 Tertumpah cairan 1 3 3 3
panas
Dari uraian dan perhitungan risk grading di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
jenis kecelakaan yang menjadi prioritas dan memerlukan pengandalian adalah
Prioritas 1: terpeleset, terbakar, meledak
Prioritas 2: tertusuk jarum, tersayat benda tajam, terhirup gas buang genset,
kesetrum, jatuh dari ketinggian, gangguan pendengaran, gangguan
muskuloskeletal
Prioritas 3: kontak dengan darah/cairan tubuh, menghirup gas anestesi,
terciprat B3, kontak dengan bahan panas, terjepit
3. Tata kelola
Setelah dilakukan identifikasi dan risk grading, risiko dapat diterima dan
direncanakan upaya pengendalian :
1. Pemeliharaan dan perbaikan genset
2. Pemeliharaan dan perbaikan mesin IPAL
3. Pemeliharaan gardu PLN
4. Pemeliharaan jaringan listrik
5. Sosialisasi cara penanganan kebocoran gas
6. Evaluasi pemakaian APD
7. Penerapan ICRA selama pembangunan dan renovasi
8. Pelaporan insiden kecelakaan kerja, investigasi, rekomendasi, tindak lanjut
dan monitoring.
Pembiayaan pengendalian
Pembiayaan pengendalian risiko bersumber dari anggaran rumah sakit.
4. Diklat
Melakukan diklat K3 untuk seluruh karyawan rumah sakit.
5. Laporan insiden
1. Mendorong unit kerja untuk melaporkan kondisi tidak aman, tindakan tidak
aman dan kecelakaan kerja di lingkungan kerjanya.
2. Melakukan investigasi dan membuat rekomendasi tindak lanjut
3. Monitoring upaya tindak lanjut berkoordinasi dengan unit terkait
Dari uraian dan perhitungan risk grading di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
risiko keamanan yang menjadi prioritas dan memerlukan pengendalian adalah
Prioritas 1 : Pencurian uang/ barang/ data, kekerasan/ ancaman senjata
Prioritas 2 : penculikan bayi, sabotase, ancaman bom
Dari uraian dan perhitungan risk grading di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
gangguan keamanan menurut tempat kejadian yang menjadi prioritas dan
memerlukan pengendalian adalah
Prioritas 1 : Genset, gardu PLN, IPAL, rawat gabung, VK.
Prioritas 2 : ATM, kasir
Prioritas 3 : IGD, rekam medis dan rawat jalan
3. Tata kelola
Setelah dilakukan identifikasi dan risk grading, risiko dapat diterima dan
direncanakan upaya pengendalian :
1. Patroli sekuriti setiap jam
2. Penambahan CCTV
3. Pengadaan pintu akses di area risiko tinggi
4. Meningkatkan pemberian identitas untuk pengunjung dan penunggu pasien
5. Pemasangan rambu-rambu larangan masuk di area prioritas 1
Pembiayaan pengendalian
Pembiayaan pengendalian risiko bersumber dari anggaran rumah sakit.
Monitoring dan review
Untuk monitoring tindak lanjut pengendalian risiko terkait keamanan dilakukan
dengan cara :
4. Diklat
Sosialisasi SPO keamanan pada seluruh anggota sekuriti dan unit terkait
5. Laporan insiden
1. Mendorong unit kerja untuk melaporkan gangguan keamanan di lingkungan
kerjanya.
2. Melakukan investigasi dan membuat rekomendasi tindak lanjut
3. Monitoring upaya tindak lanjut berkoordinasi dengan unit terkait
Tabel 10. identifikasi risiko bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya
No Jenis risiko bahan Lokasi potensial
Upaya pengendalian yang
berbahaya terjadi sudah dilakukan
1 Kebocoran bahan Radiologi Pengujian alat radiologi ke
berbahaya Gas medis Bapeten
Dapur Pengujian tabung
Genset penyimpan gas medis
Penerimaan tabung LPG
tersegel
2 Tumpahan bahan Area yang menyimpan Menyediakan spill kit
berbahaya bahan B3 : kimia
Gudang farmasi Petugas yang kontak
Hemodialisa dengan bahan berbahaya
OK dilatih menggunakan spill
Laboratorium kit kimia
ICU
IGD
VK
Rawat Inap
3 Terbakar Genset Tersedia APAR
4 Meledak Gas medis Tersedia APAR
5 Pencemaran lingkungan TPS B3 Kerjasama dengan pihak
Genset ke-3 pengelola limbah B3
IPAL Pemeriksaan baku mutu air
limbah setiap bulan
6 Tumpahan limbah bahan TPS B3 Menyediakan spill kit
berbahaya Genset kimia dan infeksius
Dari uraian dan perhitungan risk grading di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
risiko bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya yang menjadi prioritas dan
memerlukan pengandalian adalah
Prioritas 1 : Terbakar, meledak,pencemaran lingkungan
Prioritas 2 : Kebocoran bahan berbahaya, tumpahan bahan berbahaya dan
tumpahan limbah bahan berbahaya
Tabel 12. Analisa dan evaluasi risiko bahan berbahaya dan limbah bahan
berbahayaberdasarkan tempat kejadian
Dari uraian dan perhitungan risk grading di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
risiko bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya menurut tempat kejadian
yang menjadi prioritas dan memerlukan pengendalian adalah
Prioritas 1 : IPAL, dapur, TPS B3, genset, gas medis
Prioritas 2 : rawat inap, rawat jalan, IGD, radiologi, gudang farmasi,
laboratorium, OK, , ICU, hemodialisa
3. Tatakelola
Pembiayaan pengendalian
Pembiayaan pengendalian risiko bersumber dari anggaran rumah sakit.
4. Diklat
Melakukan pelatihan tentang bahan berbahaya, MSDS, cara penyimpanan dan arti
symbol/ label bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya, cara penanganan
tumpahan bahan berbahaya, pertolongan pertama bila kontak dengan bahan,
prosedur pembuangan bahan berbahaya kadaluarsa dan limbah bahan berbahaya.
5. Laporan insiden
1. Mendorong unit kerja untuk melaporkan kejadian terkait pengelolaan bahan
berbahayadan limbah bahan berbahaya di lingkungan kerjanya.
2. Melakukan investigasi dan membuat rekomendasi tindak lanjut
3. Monitoring upaya tindak lanjut berkoordinasi dengan unit terkait
Peta area berisiko bahan berbahaya dan limbah bahan berbahaya (terlampir)
Dari uraian dan perhitungan risk grading di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
risiko kebakaran yang menjadi prioritas dan memerlukan pengendalian adalah
Prioritas 1 : listrik arus pendek
Prioritas 2 : kebocoran gas LPG, ledakan tabung gas medis, ledakan bahan
bakar, kebakaran bahan berbahaya
Dari uraian dan perhitungan risk grading di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
risiko kebakaran menurut tempat kejadian yang menjadi prioritas dan
memerlukan pengendalian adalah
Prioritas 1 : Perkantoran, rawat inap, hemodialisa,OK, dapur,kantin
Prioritas 2 : IGD, farmasi, gudang farmasi, laboratorium, gas medis, ICU,
tangki solar, genset, gardu PLN
3. Tata kelola
Setelah dilakukan identifikasi dan risk grading, risiko dapat diterima dan
direncanakan upaya pengendalian :
1. Mengembangkan panduan kebakaran (penanganan kebakaran tiap lantai)
2. Pemeliharaan dan pemeriksaan APAR
3. Pembelian tabung APAR baru
4. Pelatihan pemadaman kebakaran
5. Pembuatan denah alur evakuasi tiap ruangan
6. Pemeliharaan sign jalur evakuasi
7. Pembiayaan pengendalian
8. Pembiayaan pengendalian risiko kebakaran bersumber dari anggaran rumah
sakit.
4. Diklat
Program Kesehatan dan keselamatan kerja RSNU Tuban 21
Melakukan pelatihan pemadaman kebakaran untuk seluruh karyawan
5. Laporan insiden
1. Mendorong unit kerja untuk melaporkan kondisi yang potensial menyebabkan
kebakaran di lingkungan kerjanya.
2. Melakukan investigasi dan membuat rekomendasi tindak lanjut
3. Monitoring upaya tindak lanjut berkoordinasi dengan unit terkait
Dari uraian dan perhitungan risk grading di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
risiko bencana internal yang menjadi prioritas dan memerlukan pengendalian
adalah
Prioritas 1 : kebakaran gedung rumah sakit, keracunan makanan/minuman,
wabah dari dalam rumah sakit,ledakan
Dari uraian dan perhitungan risk grading di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
risiko bencana eksternal yang menjadi prioritas dan memerlukan pengendalian
adalah
Prioritas 1 :banjir, gempa bumi
Prioritas 2 : sabotase,kebakaran di pemukiman, wabah dari luar/korban
kecelakaan lalu lintas > 5 orang, gempa bumi
3. Tatakelola
Setelah dilakukan identifikasi dan risk grading, risiko dapat diterima dan
direncanakan upaya pengendalian :
1. Mengembangkan pedoman kewaspadaan bencana (penanganan sabotase,
kebakaran pemukiman di luar rumah sakit, wabah dari dalam rumah sakit,
kecelakaan lalu lintas dengan korban > 5 orang)
2. Identifikasi risiko bencana
3. Sosialisasi prosedur bencana
4. Simulasi penanggulangan bencana 2 kali setahun
5. Pengadaan pompa banjir
6. Pemeliharaan proteksi kebakaran pasif
Pembiayaan pengendalian
Pembiayaan pengendalian risiko bersumber dari anggaran rumah sakit.
4. Diklat
Melakukan pelatihan penanggulangan keadaan darurat untuk seluruh pekerja
5. Laporan insiden
1. Mendorong unit kerja untuk melaporkan kondisi yang potensial menyebabkan
bencana di lingkungan kerjanya.
2. Melakukan investigasi dan membuat rekomendasi tindak lanjut
3. Monitoring upaya tindak lanjut berkoordinasi dengan unit terkait
Dari uraian dan perhitungan risk grading di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
risiko kegagalan peralatan medis yang menjadi prioritas dan memerlukan
pengendalian adalah
Prioritas 1 : Peralatan medis tidak dapat digunakan optimal, kerusakan
peralatan medis
Prioritas 2 : peralatan medis tidak tersedia
Prioritas 3 : -
Pembiayaan pengendalian
Pembiayaan pengendalian risiko bersumber dari anggaran rumah sakit.
4. Diklat
Mengikuti pelatihan tentang pemeliharaan alat medis untuk pekerja teknik
pemeliharaan alat medis
5. Laporan insiden
1. Mendorong unit kerja untuk melaporkan kegagalan peralatan medis
2. Melakukan pemeriksaan dan membuat rekomendasi tindak lanjut
3. Monitoring upaya tindak lanjut berkoordinasi dengan unit terkait
Dari uraian dan perhitungan risk grading di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
risiko kegagalan utilitas yang menjadi prioritas dan memerlukan pengendalian
adalah
Prioritas 1 : kegagalan suplai listrik
Prioritas 2 : kegagalan suplai air bersih
Prioritas 3 : kegagalan suplai gas medis
3. Tatakelola
Setelah dilakukan identifikasi dan risk grading, risiko dapat diterima dan
direncanakan upaya pengendalian :
1. Mengembangkan panduan utilitas
2. Mengembangkan panduan system
3. Kerjasama dengan pihak ke-3 penyedia air bersih
4. Melakukan uji coba air bersih
5. Melakukan uji coba air minum
6. Melakukan uji coba genset
Pembiayaan pengendalian
Pembiayaan pengendalian risiko bersumber dari anggaran rumah sakit.
4. Diklat
Sosialisasi penggunaan dan pemeliharaan system utilitas untuk petugas ME
5. Laporan insiden
1. Mendorong unit kerja untuk melaporkan kegagalan system utilitas
2. Melakukan investigasi dan membuat rekomendasi tindak lanjut
3. Monitoring upaya tindak lanjut berkoordinasi dengan unit terkait
Jadwal
No Risiko Kegiatan TW TW TW TW
Anggaran
1 2 3 4
Kegiatan TW TW TW TW
1 2 3 4
1. Mengembangkan x
4 Manajemen pedoman
Emergency kewaspadaan
bencana
(penanganan
sabotase, kebakaran
pemukiman di luar
rumah sakit, wabah
dari dalam rumah
sakit, kecelakaan lalu
lintas dengan korban
> 5 orang)
2. Identifikasi risiko x
bencana
3. Sosialisasi prosedur x
bencana
4. Simulasi x x
penanggulangan
bencana 2 kali setahun
5. Pengadaan pompa banjir x
VIII. EVALUASI
Evaluasi program Manajemen Risiko Fasilitas dan Keselamatan dilakukan berkala untuk
menjamin tercapainya program. Evaluasi dilakukan dengan cara :
1. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program dilakukan oleh K3RS berkoordinasi
dengan unit kerja terkait
2. Evaluasi program manajemen risiko dilakukan setiap 3 bulan
Demikian program ini disusun untuk memberikan gambaran tentang program Kesehatan dan
Keselamatan Keja di Rumah SakitNahdlatul Ulama Tuban Mojokerto