GAMBARAN UMUM
KABUPATEN CILACAP
Kabupaten Cilacap berada di Provinsi Jawa Tengah bagian Barat Barat Daya dan
merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat dan
merupakan salah satu kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN). Kabupaten Cilacap secara geografis berada di antara
108o4’30” – 109o30’30” BT dan 7o30’ – 7o45’20” LS, dengan luas 225.360,84 Ha (termasuk
Pulau Nusakambangan).
Jenis-jenis tanah di Kabupaten cilacap meliputi jenis alluvial, gley humus, litosol,
mediteran, rendzina, regosol, grumosol, latosol dan podzolik.
Tabel 2.2.
Asosiasi Jenis Tanah dengan Batuan Induk dan Fisiografi di Kabupaten Cilacap
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di Kabupaten Cilacap jenis tanah dominan
adalah alluvial terutama alluvial kelabu dan kecoklatan. Lahan di wilayah dataran dengan
tanah aluvial penggunaan lahan didominasi untuk persawahan baik teknis, semi teknis
2.1.1. Iklim
Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan November sebanyak 30 hari,
sedangkan jumlah hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Januari dan April 19 hari
hujan. Suhu maksimum tertinggi tercatat 34.4° C terjadi pada bulan Januari, sedangkan
suhu maksimum terendah 31.4° C terjadi pada bulan Desember.
Secara umum Kabupaten Cilacap beriklim tropis dengan curah hujan yang relatif
rendah, jumlah hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Januari dan April 19 hari hujan.
Suhu maksimum tertinggi tercatat 34.4° C terjadi pada bulan Januari, sedangkan suhu
maksimum terendah 31.4° C terjadi pada bulan Desember. Adapun jumlah hari hujan dan
curah hujan menurut kecamatan dan bulan di Kabupaten Cilacap disajikan pada Gambar
2.2.
Kelerengan lahan di wilayah ini sebagian besar adalah lahan dataran dengan
kelerengan 0-15%, sebagian lainnya adalah antara 16-40% yang terbesar pada daerah
perbukitan dari barat laut hingga bagian tengah wilayah. Sebagian kecil diantaranya
berada pada lereng curam (>40%) yang terletak diwilayah Kec. Dayeuhluhur dan
Majenang. Selengkapnya tentang kelerengan wilayah ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Satuan morfologi ini merupakan daerah dataran yang berada disekitar aliran sungai
2. Satuan Perbukitan
Satuan perbukitan ini dicirikan dengan kelerengan yang terjal sampai landai, dengan
lembah-lembah yang tidak begitu dalam, sebagian besar puncak bukitnya berbentuk
igir memanjang arah barat timur sesuai dengan arah umum sumbu perlipatan,
terbesar dari arah Dayeuhluhur sampai Kroya meliputi Majenang, Cimanggu. Satuan
perbukitan ini juga terdapat di bagian utara Sidareja hingga memanjang ke Jeruklegi,
proses geomorfik yang terjadi di satuan perbukitan adalah erosi dan longsoran.
Satuan perbukitan juga terdapat di Pulau Nusakambangan, khususnya pada
perbukitan dengan batuan bukan karbonat (Batugamping).
Satuan ini tersebar di selatan Jeruklegi dan Adipala, medannya relatif lebih rendah
dibandingkan dengan daerah sekelilingnya, bagian permukaan selalu dalam keadaan
basah. Ditutupi oleh endapan alluvial yang berukuran halus (lempung, lempung
launan) memberntuk rawa dan genangan air, dengan pola aliran yang tak beraturan
serta drainasenya buruk. Satuan morfolofi ini juga dipengaruhi oleh pasang surut air
laut.
Daerah ini membentang dari Kota Cilacap sampai Widarapayung berupa daerah
pematang pantai (Coastal Ridges) yang memanjang sejajar dengan garis pantai,
lahannya sempit dan memanjang, terbentuk oleh endapan pantai utama pasir, lahan
digunakan sebagai sawah, tambak dan permukiman. Sawah dan permukiman
berselang-seling sawah dan tambak berkembang pada swale dan permukiman
berkembang pada igir beting gisik. Elevasi satuan beting gisik pantai rata-rata 5
meter di atas permukaan laut. Pola aliran sungainya menunjukkan pola yang hamir
paralel, umumnya sungai-sungai mengalir ke bagian selatan menuju Samudera
Hindia.
Khas untuk daerah yang terdapat batugamping, terdapat di sebelah selatan (Pulau
Nusakambangan). Perbukitan karst merupakan hasil proses pelarutan batugamping
Jenis tanah di Kabupaten cilacap meliputi jenis alluvial, gley humus, litosol,
mediteran, rendzina, regosol, grumosol, latosol dan podzolik. Ada beberapa macam tanah
alluvial yang ada di Kabupaten Cilacap yang disebabkan oleh proses pembentukannya
dipengaruhi kondisi drainase yang berbeda. Tanah alluvial dicirikan oleh adanya
perlapisan yang disebabkan oleh proses pengendapan dan bukan proses pembentukan
tanah.
Litosol adalah tanah yang tipis dan kontak langsung dengan batuan keras pada
bagian bawahnya. Kedalaman litosol adalah <50 cm. Litosol banyak dijumpai berasosiasi
dengan tanah mediteran dan rendzina. Tanah-tanah tersebut berkembang dari bhan induk
gampingan. Tanah mediteran merupakan tanah yang secara kimia subur, tebal berwarna
coklat kemerahan, berstruktur gumpalan pada bagian kasar gampingan pada profil
tanahnya.
Podzolik merupakan tanah yang berkembang dari batuan induk batupasir kuarsa,
podzolik terbentuk dibawah iklim basah sehingga proses pencucian berlangsung intensif.
Hampir semua senyawa basa yang ada di dalam tanah sudah tercuci. Kesuburan
tanahnya hanya tergantung pada lapisan tanah atas yang kaya akan organik. Lapisan
tanah bawah umumnya berwarna pucat kemerahan yang masam karena kandungan besi
dan aluminium yang tinggi.
Batuan yang tertua yang tersingkap didaerah penyelidikan batuan hasil kegiatan
gunungapi yang tersusun andesit sampai basal, tersingkap di P. Nusakambangan, batuan
ini oleh Asikin dkk. (1992), dinyatakan sebagai formasi Gabon. Umumnya diperkirakan
Oligo-Miosen. Batuan dari Formasi Gabon ditutupi oleh batuan terobosan andesit yang
terjadi pada jaman Miosen. Satuan batuan tersebut diatas ditutupi bagian utamanya oleh
satuan batuan dari formasi Sungaipucang yang berumur Miosen tengah. Formasi
Sungaipucang litologinya berupa batugamping terumbu. Pada kala ini pula terjadi
pengendapan batuan yang terdiri dari serpih, napal selang seling batupasir gampingan.
Satuan batuan ini mengandung banyak foramnifera kecil ketebalan dapat mencapai 300
m (Haar, 1933) formasi ini dikenal dengan Formasi Rambatan. Di daerah Majenang
Formasi Rambatan ditindih di atasnya secara selaras oleh Formasi Halang.
Batuan dari Formasi Halang adalah merupakan hasil endapan turbidit yang terdiri
dari perselang-seliingan batupasir, batulempung napal, dan tuf dengan sisipan breksi.
Pada lingkungan laut dalam diendapkan batuan dari Formasi Batugamping yang
kemudian disebut Formasi Anggota Tapak Sungai (Formasi Tapak). Batugamping yang
kemudian disebut Formasi Anggota Tapak Sungai. Batugamping tersebut adalah jenis
batugamping terumbu koral.
2.1.4. Geologi
Bentuk antiklin umumnya setangkup, dengan lereng utara lebih terjal kecuali
antiklin yang melalui sungai Donan dengan lereng utara lebih landai. Struktur sesarnya
ada yang berupa patahan naik, sesar geser jurus dan sesar turun.
Pada Oligeson Akhir terjadi peningkatan tektonik sampai Miosen Awal, kegiatan
tektonik di daerah Karangbolong dan daerah Gabon menghasilkan Formasi Gabon.
Tektonik ini berpengaruh pada pembentukan cekungan Banyumas, sesarnya terentang di
utara Cilacap arah baratlaut-tenggara melalui Karangbolong sampai di barat Banyumas,
sesar lain terentang melalui Majenang-Cilacap.
Gambar 2.4.
Peta Kondisi Struktur Geologi Kabupaten Cilacap
Pada Akhir Miosen Awal terjadi penerobosan andesit di Karang bolong, yang
diikuti oleh suatu pengangkatan, proses ini menyebabkan daerah tersebut terangkat
muncul di permukaan laut. Tektonik kemudian aktif lagi pada Miosen akhir sampai Pliosen
lereng cekungan labil, sehingga menyebabkan terbentuknya endapan turbidit Formasi
Halang, kemudian terjadi pendangkalan dan terbentuk Formasi Tapak. Pada Kala Pliosen
Akhir terjadi penerobsan basalt yang disusul oleh pengangkatan kemudian pelipatan dan
2.1.5. Hidrogeologi
Cekungan air tanah cilacap letaknya berada di bagian selatan, dipisahkan oleh
pebukitan batuan Tersier yang juga berupa antiklin Siduda-Wagir Jampang.
Cekungan Cilacap mendapat imbuhan dari celah Sungai Serayu, dan imbuhan dari
Sungai Tajam. Batas bagian selatan cekungan adalah Samudera Indonesia. Formasi
Gabon di G. Selok memberikan juga sedikit imbuhan terhadap cekungan. Batas
bagian barat cekungan Cilacap hanya berupa batas hidrolika saja, diperkirakan
sepanjang aliran Sungai Donan.
Pada bagian tenggara batas cekungan berupa batas hidrolika, yang dicirikan oleh
adanya aliran Sungai Sapuregel dan Sungai Donan. Struktur sesar ini diperkirakan
berpotongan dengan struktur sesar yang memanjang barat laut-tenggara di utara
Nusakambangan, juga sesar ini bertindak sebagai batas cekungan bagian baratdaya.
Beberapa sumber air yang ada di wilayah Kabupaten Cilacap meliputi dua macam
sumber air yaitu sungai dan sumber air dangkal atau mataair. Jumlah masing-masing
sumber air tersebut sebagai berikut:
1. Sungai
Terdapat 132 sungai di Kabupaten Cilacap diantaranya yang cukup besar antara lain
Sungai Donan, Sungai Citanduy, Sungai Serayu dan Sungai Ijo di perbatasan dengan
Kab. Kebumen. Sungai-sungai tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Panjang Panjang
No. Nama Sungai Panjang (Km) No. Nama Sungai No. Nama Sungai
(Km) (Km)
1 Citanduy 70.00 46 Cicadas 1.60 91 Dermaji 13.75
2 Cijolang 28.75 47 Cigayem 1.50 92 Banjarwaru 3.50
3 Cibeeet 8.50 48 Ciburang 14.00 93 Cikranjing 7.75
4 Ariya 8.50 49 Cibala 6.00 94 Rejong 8.40
5 Ciongang 2.00 50 Cilopadang 10.00 95 Cimeneng 8.00
6 Cidayah 7.00 51 Ciranggon 2.00 96 Citepus 4.00
7 Cinila 5.00 52 Leuwi Urug 2.00 97 Beber 8.00
8 Citengah 2.00 53 Ciceleng 3.00 98 Jeruklegi 7.00
9 Cikawalong 11.00 54 Cibatu 16.00 99 Donan 5.00
10 Cianggir 4.50 55 Cipakel 4.00 100 Beji 5.00
11 Cinirih 3.00 56 Cimindi 5.30 101 Cigintung 5.00
12 Citelak Hideng 4.00 57 Ciwaseng 4.00 102 Curug 3.00
13 Cibaganjing 8.00 58 Cipapar 3.00 103 Jambu 3.00
14 Cikapas 2.50 59 Cikondang 7.20 104 Kedungbuaya 6.00
15 Tonjong 9.50 60 Cinangka 1.00 105 Mendala 4.00
16 Cijulang 4.50 61 Cibiuk 5.00 106 Penampen 10.00
17 Cilaca 9.00 62 Ciuyah 5.00 107 Dondong 6.00
18 Cipedagang 2.00 63 Cikuya 8.00 108 Semak 5.00
19 Ciupas 9.00 64 Ciruyung 4.00 109 Jagang 7.00
20 Cilubuk 6.00 65 Ciuntung 2.00 110 Boreh 6.00
21 Cikijing 6.00 66 Ciaur 19.00 111 Lawa 5.00
Ditinjau dari kondisi geologi, Kabupaten Cilacap cukup potensial akan mataair,
terurama di bagian Utara (Sekitar Kecamatan Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang dan
Karangpucung). Dari inventarisasi data instansi terkait didapat beberapa mataair
antara sebagaimana Tabel 2.4.
Tabel 2.4.
Mata Air di Kabupaten Cilacap
1 Majenang 6
2 Dayeuhluhur 10
3 Cipari 4
4 Cimanggu 7
5 Gandrungmangu 5
6 Wanareja 10
7 Kampunglaut 2
8 Kawunganten 4
9 Sidareja 2
10 Karangpucung 3
11 Jeruklegi 3
12 Kesugihan 1
13 Cilacap Selatan 11
TOTAL 68
Sumber: Bappelitbangda Kabupaten Cilacap
Sesuai data BPS Kabupaten Cilacap tahun 2007, luas wilayah Kabupaten Cilacap
meliputi areal 213.850 hektar (tidak termasuk Pulau Nusakambangan), penggunaan lahan
terbesar adalah untuk sawah sebesar 63.094 ha (29,50 %) kemudian untuk tegalan/kebun
sebesar 45.213 ha (21,14 %) dan untuk penggunaan lahan terkecil adalah untuk tambak
sebesar 171 ha (0,08 %). Secara rinci penggunaan lahan di Kabupaten Cilacap
ditampilkan dalam Tabel 2.5.
Tabel 2.5.
Sesuai data BPS Kabupaten Cilacap tahun 2017, luas wilayah Kabupaten Cilacap
meliputi areal 213.850 hektar (tidak termasuk Pulau Nusakambangan), penggunaan lahan
terbesar adalah untuk sawah sebesar 63.094 ha (29,50 %) kemudian untuk tegalan/kebun
sebesar 45.213 ha (21,14 %) dan untuk penggunaan lahan terkecil adalah untuk tambak
sebesar 171 ha (0,08 %). Secara terinci jenis dan luas penggunaan lahan di Kabupaten
Cilacap disajikan pada Tabel 2.6.
2.3.1. Transportasi
Sarana dan prasarana transportasi darat merupakan salah satu aspek vital dalam
melakukan aktivitas di wilayah Kabupaten Cilacap. Sarana perhubungan darat yang
melayani aktivitas penduduk di Kabupaten Cilacap antara lain berupa mobil bus kecil
(Angkota), AKAP, AKDP dan Angkudes. Sarana penunjang bagi angkutan-angkutan kota,
pemerintah Kabupaten Cilacap menyediakan sarana terminal dan sub terminal, antara
lain:
1. Terminal
2. Sub Terminal
Jalan raya yang berada di Wilayah Kabupaten Cilacap lebar rata-rata 8 meter dan
dapat dilalui alat angkutan berat/trailer serta dapat diakses dari kota-kota besar seperti :
Bandung, Jakarta, Pekalongan, Semarang, dan Yogyakarta. Serta akan dilalui jalur lintas
selatan yang melewati Banjarsari, Rawa Apu, Cilacap, Adipala, Nusawungu, Kebumen,
Purworejo dan Wates.
Panjang jaringan jalan di Kabupaten Cilacap menurut data yang diperoleh pada
tahun 2007 sama dengan panjang jalan pada tahun 2006, dalam arti tidak ada
penambahan jalan baru, yaitu sepanjang 1.010,120 Km dengan kondisi jalan yang
bervariasi. Berdasarkan jenis permukaannya, hampir semua jaringan jalan yang ada di
Kabupaten Cilacap sudah dalam perkerasan aspal. Namun demikian, jika dilihat dari
kondisi jalan yang ada jalan berkondisi baik sepanjang 552,150 km atau sekitar 54,66%,
dalam kondisi sedang 16,46% dalam kondisi rusak dan 18,19 % dalam kondisi rusak
berat. Jumlah ini sedikit lebih baik dari tahun sebelumnya dimana dari 1.010,120 km
panjang jalan di Kabupaten Cilacap yang berkondisi baik tercatat sekitar 523,791 Km atau
sekitar 51,85%. Diharapkan pada tahun-tahun mendatang persentase jalan yang
berkondisi baik akan semakin tinggi.
Tabel 2.7.
Data Panjang Jalan di Kabupaten Cilacap Tahun 2016
b. Kerikil - -
c. Tanah - -
d. Tidak diperinci - -
2 Kondisi Jalan
a. Kelas IA 97.738 - -
b. Kelas I K1 - -
c. Kelas II A 7.841 - -
Kabupaten Cilacap juga mempunyai jalur kereta api dan beberapa stasiun, Stasiun
Kroya merupakan stasiun di bagian selatan yang berfungsi sebagai jaringan penghubung
jalur selatan seperti: Kroya, Cirebon, Kroya, Bandung. Ada 6 koridor perjalanan kereta api
yang melewati Kabupaten Cilacap di antaranya yaitu Gambir-Cilacap, Bandung-
Surabaya, Jakarta-Surabaya, Bandung-Solo, Jakarta-Solo, dan Jakarta-Yogyakarta.
Pada kondisi saat ini jaringan kereta api di Kabupaten Cilacap telah dimanfaatkan
oleh angkutan penumpang dan angkutan barang, angkutan penumpang dari dan ke
Kabupaten Cilacap dapat menggunakan Stasiun Cilacap dan Stasiun Kroya. Pelayanan
angkutan barang selama ini telah dimanfaatkan untuk mendukung distribusi angkutan
barang umum, barang dari dan ke Pelabuhan Cilacap dan semen yang telah dihubungkan
dengan jaringan rel kereta api.
Rumah Puskesmas
No. Kecamatan RS/RSB/RSA Puskesmas Posyandu
Sakit Pembantu
1 Dayeuhluhur - - 2 4 63
2 Wanareja - - 2 9 142
3 Majenang 2 - 2 10 128
4 Cimanggu - - 2 7 123
5 Karangpucung - - 2 4 98
6 Cipari - - 1 2 96
7 Sidareja - - 1 1 63
8 Kedungreja - - 1 4 82
9 Patimuan - - 1 2 53
10 Gandrungmangu - - 2 2 95
11 Bantarsari - - 1 3 59
12 Kawunganten - - 1 2 81
13 Kampung Laut - - 1 3 59
14 Jeruklegi - - 2 2 103
15 Kesugihan - 1 2 4 143
16 Adipala - - 2 3 114
17 Maos - - 1 1 67
18 Sampang - - 1 3 77
19 Kroya 1 - 2 4 120
20 Binangun - - 1 6 89
21 Nusawungu - - 2 3 105
22 Cilacap Selatan 2 - 2 2 73
23 Cilacap Tengah 2 1 2 4 77
24 Cilacap Utara 1 - 2 1 76
TOTAL 8 2 38 86 2.149
Sumber: Cilacap Dalam Angka (BPS Kabupaten Cilacap, 2017)
Keterangan :
RB : Rumah Bersalin
RSB : Rumah Sakit Bersalin
RSA : Rumah Sakit Anak
Gambar 2.6.
Sarana Kesehatan di Kabupaten Cilacap
Sejalan dengan itu jumlah sarana peribadatan yang banyak dijumpai di Cilacap
adalah Masjid dan Mushola yang tercatat masing-masing sebanyak 1.936 buah dan 6.303
pada tahun 2016.
2.4.1.Kependudukan
Sex Rasio sebesar 1.005. sementara itu dari distribusi penduduk menurut
kecamatan, Majenang adalah yang paling banyak penduduknya yaitu sebesar 128.856
jiwa (7,21 persen), diikuti Kecamatan Gandrungmangu sebesar 106.190 jiwa (5,95
persen) kemudian Kecamatan Kroya sebesar 104.648 jiwa (5,86 persen). Sedangkan
yang berpenduduk paling kecil adalah Kecamatan Kampung Laut, yaitu sebesar 17.263
jiwa (0,97 persen).
Bila diamati dari umur penduduk, diperoleh jumlah penduduk yang berusia
dibawah 15 tahun (penduduk anak-anak) adalah 460.057 jiwa atau sebesar 25,76 persen,
yang berarti penduduk kabupaten Cilacap termasuk kategori umur “sedang”. Dari umur
pula angka rasio ketergantungan penduduk kabupaten cilacap tahun 2016 sebesar 50,98
persen, yang berarti tiap 100 orang usia produktif harus menanggung 51 orang usia non
produktif.
Tabel 2.9.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Rasio Per Kecamatan di
Kabupaten Cilacap Tahun 2016
Tabel 2.10.
Penerimaan Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2016 (Rp juta)
No Uraian TA 2016
Sumber: Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Cilacap, 2017
Tabel 2.11.
Pengeluaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2016 (Rp juta)
No Uraian TA 2016
I BELANJA DAERAH 3.150.325.840.872,00
I.1 Belanja Tdk Langsung 1.766.337.542.039,00
1. Belanja Pegawai 1.309.350.699.933,00
2. Biaya Subsidi 389.616.000,00
3. Belanja Hibah 67.467.113.372,00
4. Belanja Bantuan Sosial 11.683.000.000,00
5. Belanja Bagi Hasil Kpd Pemerintah Desa 15.208.967.000,00
6. Belanja Bantuan Keuangan Kpd Pemdes 360.498.773.145,00
7. Belanja Tdk Terduga 1.739.372.589,00
I.2 Belanja Langsung 1.383.988.298.833,00
Sumber: Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Cilacap, 2017
Tabel 2.12.
Pembiayaan Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2016 (Rp juta)
No Uraian TA 2016
I PEMBIAYAAN DAERAH 554.716.672.867,36
I.1 Penerimaan Pembiayaan 567.716.672.867,36
1. Sisa lebih perhitungan anggaran daerah
567.716.672.867,36
tahun sebelumnya
I.2 Pengeluaran Pembiayaan 13.000.000.000,00
1. Penyertaan Modal PEMDA 13.000.000.000,00
Sumber: Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Cilacap, 2017