Anda di halaman 1dari 33

BAB II

GAMBARAN UMUM
KABUPATEN CILACAP

2.1. KARAKTERISTIK FISIK DASAR

Kabupaten Cilacap berada di Provinsi Jawa Tengah bagian Barat Barat Daya dan
merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat dan
merupakan salah satu kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN). Kabupaten Cilacap secara geografis berada di antara
108o4’30” – 109o30’30” BT dan 7o30’ – 7o45’20” LS, dengan luas 225.360,84 Ha (termasuk
Pulau Nusakambangan).

Kabupaten Cilacap berbatasan dengan wilayah administrasi kabupaten dan


propinsi lainnya, yaitu:

a. sebelah Utara : Kabupaten Brebes

b. sebelah Timur : Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banyumas

c. sebelah Selatan : Samudera Hindia.

d. sebelah Barat : Kabupaten Pangandaran, Kota Banjar dan Kabupaten Kuningan


(Provinsi Jawa Barat)

Secara administratif Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 24 kecamatan dengan


269 desa dan 15 kelurahan. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan
Wanareja (190,63 Km2) dan terkecil adalah Kecamatan Cilacap Selatan (9,11 Km 2) belum
termasuk Pulau Nusakambangan yang masuk wilayah administrasi Kecamatan Cilacap
Selatan. Kecamatan Dayeuluhur menjadi kecamatan dengan jarak terjauh dari ibukota
kabupaten (107 Km). Kecamatan dan desa di daerah kajian secara rinci disajikan pada
Tabel 2.1 sedangkan peta administrasi Kabupaten Cilacap disajikan pada Gambar 2.1.

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-1


Tabel 2.1.
Jumlah Desa, Kelurahan dan Luas Wilayah Kabupaten Cilacap

LUAS JUMLAH JUMLAH


NO KECAMATAN
(Ha) DESA KELURAHAN
1 DAYEUHLUHUR 18.506,10 14 -
2 WANAREJA 18.973,31 16 -
3 MAJENANG 13.856,19 17 -
4 CIMANGGU 16.744,24 15 -
5 KARANGPUCUNG 11.198,95 14 -
6 CIPARI 12.148,00 11 -
7 SIDAREJA 5.495,48 10 -
8 KEDUNGREJA 7.143,90 11 -
9 PATIMUAN 7.530,00 7 -
10 GANDRUNGMANGU 14.319,2 14 -
11 BANTARSARI 9.553,70 8 -
12 KAWUNGANTEN 12.062,26 12 -
13 KAMPUNG LAUT 14.221,80 4 -
14 JERUKLEGI 9.679,50 13 -
15 KESUGIHAN 8.230,62 16 -
16 ADIPALA 6.118,68 16 -
17 MAOS 2.804,15 10 -
18 SAMPANG 2.730,13 10 -
19 KROYA 5.883,39 17 -
20 BINANGUN 5.142,43 17 -
21 NUSAWUNGU 18.009,28 17 -
22 CILACAP SELATAN 910,61 - 5
23 CILACAP TENGAH 2.215,25 - 5
24 CILACAP UTARA 1.883,83 - 5
JUMLAH 225.361,00 269 15
Sumber: Kabupaten Cilacap Dalam Angka 2017

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-2


Gambar 2.1.
Peta Administrasi Kabupaten Cilacap

Jenis-jenis tanah di Kabupaten cilacap meliputi jenis alluvial, gley humus, litosol,
mediteran, rendzina, regosol, grumosol, latosol dan podzolik.

Tabel 2.2.
Asosiasi Jenis Tanah dengan Batuan Induk dan Fisiografi di Kabupaten Cilacap

NO JENIS TANAH BAHAN INDUK FISIOGRAFI LOKASI


Kawunganten, Patimuan,
Kedureja, Adipala, Kroya,
Endapan
1 Aluvial hidromof Dataran Binangun, Pulau
lempung
Nusakambangan bagian
utara
Kedungreja, Sidareja,
Dataran dan Gandrungmangu,
Endapan
2 Aluvial kelabu tua perbukitan karst Kawunganten, Jeruklegi,
Lempung
setempat Pulau Nusakambangan
bagian selatan
Dataran dan
Aluvial coklat Endapan Patimuan, kedungreja,
3 perbukitan
kekelabuan Lempung sidareja, dayeuhluhur
lipatan setempat

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-3


NO JENIS TANAH BAHAN INDUK FISIOGRAFI LOKASI
Aluvial kelabu Endapan Binangun, Nusawungu,
4 Dataran
kekuningan lempung Sampang, Kroya
Asosiasi aluvial
Endapan Dataran dan Dayeuhluhur, Wanareja,
kelabu dan
5 lempung dan perbukitan Sidareja, Kedungreja,
aluvial coklat
pasir lipatan setempat Patimuan
kekelabuan
Asosiasi glei
humus rendah Endapan
6 Dataran Nusawungu
dan aluvial lempung
kelabu
Kompleks Litosol, Dayeuhlihir, Majenang,
7 mediteran dan Endapan pasir Bukit lipatan Karangpucung, Maos,
rendzina Kesugihan, Sampang
Cilacap Selatan, Cilacap
8 Regosol Kelabu Endapan Pasir Dataran Tengah, Kesugihan, Maos,
Adipala
Cilacap Selatan, Cilacap
9 Regosol coklat Endapan Pasir Dataran Tengah, Kesugihan, Maos,
Adipala
Endapan
10 Grumusol Kelabu Dataran Kesugihan, Kawunganten
Lempung
Kompleks
Endapan
11 grumusol, regosol Dataran Cimanggu, Karangpucung
Lempung
dan mediteran
Latosol coklat tua Tuf volkan Volkan dan bukit
12 Majenang, Cimanggu
kemerahan intermediet lipatan
Kompleks latosol
merah Cilacap Selatan,
kekuningan, Gandrungmangu,
latosol coklat, Batuan endapan Volkan dan bukit Kawunganten, Jeruklegi
13
podsolik merah dan vulkanik lipatan Kesugihan, Dayeuhlihir,
merah Wanareja, Majenang,
kekuningan dan Cimangu, Krgpucung
litosol
Kompleks
podsolik merah Sidareja, Kesugihan,
Batu pasir dan
14 kekuningan, Bukit lipatan Gandrungmangu,
batulempung
posolik kuning Kawunganten, Jeruklegi
dan regosol
Sumber: Kompilasi Peta tanah tnjau, puslittanah bogor dan poldas Kabupaten Cilacap

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di Kabupaten Cilacap jenis tanah dominan
adalah alluvial terutama alluvial kelabu dan kecoklatan. Lahan di wilayah dataran dengan
tanah aluvial penggunaan lahan didominasi untuk persawahan baik teknis, semi teknis

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-4


maupun sederhana. Kawasan permukiman juga berkembang di lahan ini yaitu di kawasan
di wilayah Kecamatan Karangpucung, Adimulya, Sidareja, Patimura Kroya, Nusawungu,
Sampang, Kesugihan dan Cilacap.

Tanah berjenis latosol juga berkembang di Kabupaten Cilacap terutama di daerah


pegunungan antara lain di Kecamatan Dayeuhluhur, Wanareja dan sebagian Kecamatan
Majenang dan Cimanggu (bagian utara). Kondisi tanah pada kawasan ini secara umum
sangat tebal dan subur sehingga sangat rentan dan hutan produksi yang terdiri dari
berbagai jenis kayu keras dengan dominasi jenis pinus dan jati. Karena curah hujan yang
tinggi menjadikan kawasan ini menjadi kawasan resapan air yang sangat bagus yang
akan mensuplai air tanah dibagian dataran di selatannya.

2.1.1. Iklim

Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Cilacap,


banyaknya curah hujan tertinggi pada tahun 2016 terjadi pada bulan Oktober (955.0 mm)
dan terendah terjadi pada bulan Maret (159.3 mm).

Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan November sebanyak 30 hari,
sedangkan jumlah hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Januari dan April 19 hari
hujan. Suhu maksimum tertinggi tercatat 34.4° C terjadi pada bulan Januari, sedangkan
suhu maksimum terendah 31.4° C terjadi pada bulan Desember.

Secara umum Kabupaten Cilacap beriklim tropis dengan curah hujan yang relatif
rendah, jumlah hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Januari dan April 19 hari hujan.
Suhu maksimum tertinggi tercatat 34.4° C terjadi pada bulan Januari, sedangkan suhu
maksimum terendah 31.4° C terjadi pada bulan Desember. Adapun jumlah hari hujan dan
curah hujan menurut kecamatan dan bulan di Kabupaten Cilacap disajikan pada Gambar
2.2.

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-5


Gambar 2.2.
Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Kabupaten Cilacap

2.1.2. Kemiringan Lereng

Kelerengan lahan di wilayah ini sebagian besar adalah lahan dataran dengan
kelerengan 0-15%, sebagian lainnya adalah antara 16-40% yang terbesar pada daerah
perbukitan dari barat laut hingga bagian tengah wilayah. Sebagian kecil diantaranya
berada pada lereng curam (>40%) yang terletak diwilayah Kec. Dayeuhluhur dan
Majenang. Selengkapnya tentang kelerengan wilayah ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-6


Gambar 2.3.
Peta Kelerengan Lahan Kabupaten Cilacap

Berdasarkan ciri karakteristik litologi, lingkungan pendendapan, maupun fasenya,


sebagian wilayah cilacap termasuk kedalam Lajur Zona Pengunungan Selatan (Pulau
Nusakambangan), sebagian Lajur Tekukan Tengah (meliputi wilayah Kecamatan
Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Majenang Sidareja dan Kedungreja bagian utara),
dan sebagian lagi termasuk dalam rangkaian pegunungan Serayu Selatan. Pulau
Nusakambangan merupakan kelanjutan pegunungan selatan yang membujur dibagian
selatan pulau Jawa dari bagian timur (sekitar Blambangan di Jawa timur) hingga bagian
barat (sekitar Pelabuhan Ratu di Jawa Barat) namun terputus putus oleh blok turun
(Graben) di beberapa tempat antara lain (Yogyakarta dan dataran aluvial Kebumen).

2.1.3. Morfologi (Bentuk Lahan)

Dari kajian geomorfologi, Kabupaten Cilacap terbagi menjadi lima satuan


Geomorfologi sebagai berikut :

1. Satuan Dataran Alluvial

Satuan morfologi ini merupakan daerah dataran yang berada disekitar aliran sungai

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-7


yang memanjang dari barat ke timur meliputi daerah Kecamatan Cilacap, Maos,
Adipala, Binangun dan Nusawungu, proses geomofik yang dominan adalah deposisi
dan erosi tebing aliran sungai. Dataran alluvial ini merupakan kerentanan banjir yang
tinggi.

2. Satuan Perbukitan

Satuan perbukitan ini dicirikan dengan kelerengan yang terjal sampai landai, dengan
lembah-lembah yang tidak begitu dalam, sebagian besar puncak bukitnya berbentuk
igir memanjang arah barat timur sesuai dengan arah umum sumbu perlipatan,
terbesar dari arah Dayeuhluhur sampai Kroya meliputi Majenang, Cimanggu. Satuan
perbukitan ini juga terdapat di bagian utara Sidareja hingga memanjang ke Jeruklegi,
proses geomorfik yang terjadi di satuan perbukitan adalah erosi dan longsoran.
Satuan perbukitan juga terdapat di Pulau Nusakambangan, khususnya pada
perbukitan dengan batuan bukan karbonat (Batugamping).

3. Satuan Dataran Rawa

Satuan ini tersebar di selatan Jeruklegi dan Adipala, medannya relatif lebih rendah
dibandingkan dengan daerah sekelilingnya, bagian permukaan selalu dalam keadaan
basah. Ditutupi oleh endapan alluvial yang berukuran halus (lempung, lempung
launan) memberntuk rawa dan genangan air, dengan pola aliran yang tak beraturan
serta drainasenya buruk. Satuan morfolofi ini juga dipengaruhi oleh pasang surut air
laut.

4. Satuan Beting Gisik

Daerah ini membentang dari Kota Cilacap sampai Widarapayung berupa daerah
pematang pantai (Coastal Ridges) yang memanjang sejajar dengan garis pantai,
lahannya sempit dan memanjang, terbentuk oleh endapan pantai utama pasir, lahan
digunakan sebagai sawah, tambak dan permukiman. Sawah dan permukiman
berselang-seling sawah dan tambak berkembang pada swale dan permukiman
berkembang pada igir beting gisik. Elevasi satuan beting gisik pantai rata-rata 5
meter di atas permukaan laut. Pola aliran sungainya menunjukkan pola yang hamir
paralel, umumnya sungai-sungai mengalir ke bagian selatan menuju Samudera
Hindia.

5. Satuan Perbukitan Karst

Khas untuk daerah yang terdapat batugamping, terdapat di sebelah selatan (Pulau
Nusakambangan). Perbukitan karst merupakan hasil proses pelarutan batugamping

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-8


oleh air hujan. Perbukitan karst di Kabupaten Cilacap terdapat di Pulau
Nusakambangan, dicirikan oleh kubah, dolin, gua-gua karst dan sungai bawah tanah.

Jenis tanah di Kabupaten cilacap meliputi jenis alluvial, gley humus, litosol,
mediteran, rendzina, regosol, grumosol, latosol dan podzolik. Ada beberapa macam tanah
alluvial yang ada di Kabupaten Cilacap yang disebabkan oleh proses pembentukannya
dipengaruhi kondisi drainase yang berbeda. Tanah alluvial dicirikan oleh adanya
perlapisan yang disebabkan oleh proses pengendapan dan bukan proses pembentukan
tanah.

Perbedaan kondisi drainase menyebabkan perbedaan warna. Tanah yang


mempunyai drainase sangat buruk (tergenang) akan cenderung berwarna kelabu, tanah
yang mempunyai air tanah dangkal dengan muka freatik berfluktuasi akan menyebabkan
terbentuknya tanah alluvial coklat kelabuan dan alluvial coklat kekuningan. Tanah alluvial
yang mempunyai drainase baik akan cenderung mempunyai warna yang kecoklatan
tergantung dari asal bahan induknya.

Litosol adalah tanah yang tipis dan kontak langsung dengan batuan keras pada
bagian bawahnya. Kedalaman litosol adalah <50 cm. Litosol banyak dijumpai berasosiasi
dengan tanah mediteran dan rendzina. Tanah-tanah tersebut berkembang dari bhan induk
gampingan. Tanah mediteran merupakan tanah yang secara kimia subur, tebal berwarna
coklat kemerahan, berstruktur gumpalan pada bagian kasar gampingan pada profil
tanahnya.

Regosol merupakan tanah muda yang belum mengalami perkembangan tanah


yang sebenarnya. Regosol hanya terdiri atas bahan induk saja dan apabila telah dolah
mempunyai horison Ap. Regosol dapat berkembang dari semua jenis bahan induk tanah.
Secara geografis dapat berada pada daerah UpLand hingga daerah pantai berpasir.
Umumnya regosol mempunyai tekstur kasar dengan warna tanah, kesuburan dan
kedalaman tanah yang bervariasi tergantung dari bahan induknya.

Grumosol merupakan tanah yang bertekstur lempungan mempunyai daya


kembang kerut yang tinggi yang disebabkan karena fluktuasi lengas tanah musiman.
Grumosol mempunyai tipe lempung yang spesifik yang disebut sebagai montmoriloriit.
Lempung ini terbentuk pada lingkaran kaya akan basa yang umumnya karena disebabkan
keterpadatan unsur Ca. Oleh karena itu sering kali grumosol, diimplementasikan sebagai
tanah yang berasal dari batuan gampingan. Grumosol mempunyai ciri yang sangat
spesifik selain daya kembang kerut, juga adanya lapisan Slickenside (bidang geser) yang
ditemukan pada profil tanah pada kedalaman lebih dari 50 cm dari permukaan tanah

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-9


Litosol berkembang dari bahan induk vokanik piroklatik. Latosol merupakan tanah
yang tebal dengan konsentrasi lempung pada lapisan bawah permukaan ini disebabkan
karena proses pelindian. Perbedaan kondisi iklim, drainase dan kemasan bahan induknya
menyebabkan latosol berbeda warna pada tingkat macam tanah. Latosol merah merah
kekuningan umumnya didominasi oleh mineral limonit sedang latosol coklat didominasi
oleh mineral geothit dan hematit.

Podzolik merupakan tanah yang berkembang dari batuan induk batupasir kuarsa,
podzolik terbentuk dibawah iklim basah sehingga proses pencucian berlangsung intensif.
Hampir semua senyawa basa yang ada di dalam tanah sudah tercuci. Kesuburan
tanahnya hanya tergantung pada lapisan tanah atas yang kaya akan organik. Lapisan
tanah bawah umumnya berwarna pucat kemerahan yang masam karena kandungan besi
dan aluminium yang tinggi.

Gley humus, merupakan tanah yang keberadaannya berasosiasi dengan alluvial


hidromorf dan terbentuk pada daerah dengan kondisi drainase buruk. Adanya humus
disini disebabkan karena kondisi sisa organik yang tidak dapat terdekomposisi secara
sempurna karena selalu dalam kondisi tereduksi.

Batuan yang tertua yang tersingkap didaerah penyelidikan batuan hasil kegiatan
gunungapi yang tersusun andesit sampai basal, tersingkap di P. Nusakambangan, batuan
ini oleh Asikin dkk. (1992), dinyatakan sebagai formasi Gabon. Umumnya diperkirakan
Oligo-Miosen. Batuan dari Formasi Gabon ditutupi oleh batuan terobosan andesit yang
terjadi pada jaman Miosen. Satuan batuan tersebut diatas ditutupi bagian utamanya oleh
satuan batuan dari formasi Sungaipucang yang berumur Miosen tengah. Formasi
Sungaipucang litologinya berupa batugamping terumbu. Pada kala ini pula terjadi
pengendapan batuan yang terdiri dari serpih, napal selang seling batupasir gampingan.
Satuan batuan ini mengandung banyak foramnifera kecil ketebalan dapat mencapai 300
m (Haar, 1933) formasi ini dikenal dengan Formasi Rambatan. Di daerah Majenang
Formasi Rambatan ditindih di atasnya secara selaras oleh Formasi Halang.

Formasi Nusakambangan, Merupakan hasil aktifitas volkanik dan sedimentasi


turbidit yang terdiri tuff, tuff lapili, pasir, kerikil dai bawah ke atas berselang seling antara
batulempung dan breksi, berumur Miosen Bawah. Formasi Kalipucang, tersusun oleh
sedimen hasil aktifitas biota laut, terdiri batugamping terumbu dengan sayap-sayapnya
yang berumur Miosen Tengah.

Batuan dari Formasi Halang adalah merupakan hasil endapan turbidit yang terdiri
dari perselang-seliingan batupasir, batulempung napal, dan tuf dengan sisipan breksi.

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-10


Struktur penciri endapan turbidit ini antara lain adalah adanya lapisan bersusun, konvolut,
tikas beban (load cast) dan tikas seruling (flute cast), dan kepingan batulempung. Formasi
Halang mempunyai anggota breksi volkanik dengan komponen basal dan sebagian
andesit, kadang-kadang di bagian dasar terdapat komponen batugamping dan napal,
selain itu juga mempunyai anggota batupasir yang berwarna kelabu kebiruan, padat
keras, gampingan, tuffan, dan diperkirakan berumur Mio-Pliosen. Di Utara Cilacap
Formasi Halang ini ditutupi oleh batuan terobosan basal akibat adanya kegiatan
pengangkatan pada Pliosen Akhir. Formasi Halang di daerah Majenang ditutupi oleh
Formasi Kumbang yang terdiri dari breksi, lava andesit, tufa dan di beberapa tempat
mengandung batuapung. Batuan pada formasi ini umumnya padu dan keras.

Formasi Rambatan, beranggotakan batupasir gampingan, konglomerat berselang


seling dengan napal dan serpih, merupakan aktifitas sedimentasi laut dalam dan berumur
miosen atas. Formasi Kumbang tertindih secara tak selaras pula oleh Formasi Tapak
dengan batuannya terdiri dari napal, batupasir kelabu tua, kurang padat. Beberapa
lapisan mengandung kepingan cangkang moluska diantaranya pelecypoda (kerang).
Umur dari Formasi Tapak adalah Pliosen, diendapkan dalam lingkungan laut neritik,
tersingkap di daerah Majenang.

Pada lingkungan laut dalam diendapkan batuan dari Formasi Batugamping yang
kemudian disebut Formasi Anggota Tapak Sungai (Formasi Tapak). Batugamping yang
kemudian disebut Formasi Anggota Tapak Sungai. Batugamping tersebut adalah jenis
batugamping terumbu koral.

2.1.4. Geologi

Struktur geologi yang dijumpai wilayah Kabupaten Cilacap adalah struktur


perlipatan, sesar dan kekar. Struktur tesebut terjadi pada batuan yang berumur Tersier
Awal dan Tersier Akhir, dibeberapa tempat tampak jelas dan tercerminkan oleh bentuk
bentang alamnya, ditempat lain hanya dapat diketahui dari pola sebaran batuan atau dari
hasil penafsiran pengukuran kedudukan bidang perlapisannya. Struktur lipatan sebagian
besar berarah barat-timur, dan sebagian lagi berarah barat laut-tenggara dan timurlaut-
baratdaya.

Bentuk antiklin umumnya setangkup, dengan lereng utara lebih terjal kecuali
antiklin yang melalui sungai Donan dengan lereng utara lebih landai. Struktur sesarnya
ada yang berupa patahan naik, sesar geser jurus dan sesar turun.

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-11


Sesar naik terdapat di bagian barat dan timur, berarah hampir barat-timur. Sesar
geser mendatar dijumpai dengan arah baratlaut-tenggara, utara-selatan, dan timurlaut-
baratdaya. Sesar geser diduga terjadi setelah perlipatan memotong struktur lipatan. Sesar
turun arahnya umumnya barat-timur, sesar inipun memotong lipatan. Struktur kekar-kekar
banyak dijumpai pada batuan berumur tersier, arahnya tak beraturan.

Pada Oligeson Akhir terjadi peningkatan tektonik sampai Miosen Awal, kegiatan
tektonik di daerah Karangbolong dan daerah Gabon menghasilkan Formasi Gabon.
Tektonik ini berpengaruh pada pembentukan cekungan Banyumas, sesarnya terentang di
utara Cilacap arah baratlaut-tenggara melalui Karangbolong sampai di barat Banyumas,
sesar lain terentang melalui Majenang-Cilacap.

Gambar 2.4.
Peta Kondisi Struktur Geologi Kabupaten Cilacap

Pada Akhir Miosen Awal terjadi penerobosan andesit di Karang bolong, yang
diikuti oleh suatu pengangkatan, proses ini menyebabkan daerah tersebut terangkat
muncul di permukaan laut. Tektonik kemudian aktif lagi pada Miosen akhir sampai Pliosen
lereng cekungan labil, sehingga menyebabkan terbentuknya endapan turbidit Formasi
Halang, kemudian terjadi pendangkalan dan terbentuk Formasi Tapak. Pada Kala Pliosen
Akhir terjadi penerobsan basalt yang disusul oleh pengangkatan kemudian pelipatan dan

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-12


pergeseran. Pengangkatan tersebut berlanjut pada Kala Pleistosen ditandai dengan
adanya kegiatan gunungapi kemudian disertai pembentukan alluvium dan endapan pantai
yang berlanjut hingga sekarang.

2.1.5. Hidrogeologi

Hidrogelogi Cilacap secara regional secara keterdapatannya hampir semua


formasi batuan memiliki akuifer, tergantung pada sifat fisik batuan terhadap kandungan air
tanahnya. Berdasarkan hal tersebut di atas maka setiap jenis akuifer di wilayah Cilacap
dibedakan menurut cara terdapatnya serta sistem penyalurannya yaitu:

1. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir

2. Akuifer dengan aliran melalui celah dan ruang antar butir

3. Akuifer dengan aliran melalui celah, rekahan dan saluran

4. Akuifer bercelah dan produksi rendah

5. Daerah air tanah dangkal diatas air tanah asin

Masing-masing formasi batuan mempunyai karakteristik dan ciri fisik tersendiri


terhadap kemampuan penyimpanan air tanah, tergantung pada sistem ruang antar butir,
celah, rekahan, ataupun struktur sekunder lainnya. Umumnya sebaran batuan yang muda
dan belum terkonsolidasi cukup baik mengandung dan mengalirkan air tanah.
Berdasarkan ciri litologi, fasies dan lingkungan pengendapan dan batuan yang tersingkap
di daerah Cilacap, maka dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) cekungan air tanah potensial
sebagai berikut:

1. Cekungan Air Tanah Cilacap

Cekungan air tanah cilacap letaknya berada di bagian selatan, dipisahkan oleh
pebukitan batuan Tersier yang juga berupa antiklin Siduda-Wagir Jampang.
Cekungan Cilacap mendapat imbuhan dari celah Sungai Serayu, dan imbuhan dari
Sungai Tajam. Batas bagian selatan cekungan adalah Samudera Indonesia. Formasi
Gabon di G. Selok memberikan juga sedikit imbuhan terhadap cekungan. Batas
bagian barat cekungan Cilacap hanya berupa batas hidrolika saja, diperkirakan
sepanjang aliran Sungai Donan.

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-13


2. Cekuangan Air Tanah Majenang

Cekungan Majenang mendapat imbuhan yang cukup penting dari bagian


pegunungan di sebelah utara. Cekungan ini dilalui oleh sungai kecil yang bermuara
hampir seluruhnya ke Sungai Cikawung di bagian baratdaya Majenang, sungai
Cikawung sendiri bermuara nantinya di Sungai Citanduy.

3. Cekungan Air Tanah Sidareja

Cekungan ini memanjang arah baratlaut-tenggara, pinggir cekungannya adalah


sebagai berikut: dibagian baratlaut diperkirakan batasnya berupa puncak antiklin
Pasir Angin yang diperkirakan menerus ke Cikotok-Pengantungan-Sindangangin
sampai jalan raya Banjar-Sidareja membelok ke Cipari. Di bagian ini terutama ke
arah sayap antiklin bagian selatan muncul secara setempat-setempat di cekungan,
hal ini menunjukan bahwa cekungan di daerah ini bagian dasarnya mempunyai
morfologi bergelombang (undulating). Cekungan Sidareja menjadi lebih dalam ke
arah aliran Sungai Citanduy. Sedangkan ke arah timurnya disamping ditempati oleh
batuan tersier juga batas lainnya adalah berupa struktur sesar.

Pada bagian tenggara batas cekungan berupa batas hidrolika, yang dicirikan oleh
adanya aliran Sungai Sapuregel dan Sungai Donan. Struktur sesar ini diperkirakan
berpotongan dengan struktur sesar yang memanjang barat laut-tenggara di utara
Nusakambangan, juga sesar ini bertindak sebagai batas cekungan bagian baratdaya.

Beberapa sumber air yang ada di wilayah Kabupaten Cilacap meliputi dua macam
sumber air yaitu sungai dan sumber air dangkal atau mataair. Jumlah masing-masing
sumber air tersebut sebagai berikut:

1. Sungai

Terdapat 132 sungai di Kabupaten Cilacap diantaranya yang cukup besar antara lain
Sungai Donan, Sungai Citanduy, Sungai Serayu dan Sungai Ijo di perbatasan dengan
Kab. Kebumen. Sungai-sungai tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-14


Tabel 2.3.
Jenis Sungai yang ada di Kabupaten Cilacap

Panjang Panjang
No. Nama Sungai Panjang (Km) No. Nama Sungai No. Nama Sungai
(Km) (Km)
1 Citanduy 70.00 46 Cicadas 1.60 91 Dermaji 13.75
2 Cijolang 28.75 47 Cigayem 1.50 92 Banjarwaru 3.50
3 Cibeeet 8.50 48 Ciburang 14.00 93 Cikranjing 7.75
4 Ariya 8.50 49 Cibala 6.00 94 Rejong 8.40
5 Ciongang 2.00 50 Cilopadang 10.00 95 Cimeneng 8.00
6 Cidayah 7.00 51 Ciranggon 2.00 96 Citepus 4.00
7 Cinila 5.00 52 Leuwi Urug 2.00 97 Beber 8.00
8 Citengah 2.00 53 Ciceleng 3.00 98 Jeruklegi 7.00
9 Cikawalong 11.00 54 Cibatu 16.00 99 Donan 5.00
10 Cianggir 4.50 55 Cipakel 4.00 100 Beji 5.00
11 Cinirih 3.00 56 Cimindi 5.30 101 Cigintung 5.00
12 Citelak Hideng 4.00 57 Ciwaseng 4.00 102 Curug 3.00
13 Cibaganjing 8.00 58 Cipapar 3.00 103 Jambu 3.00
14 Cikapas 2.50 59 Cikondang 7.20 104 Kedungbuaya 6.00
15 Tonjong 9.50 60 Cinangka 1.00 105 Mendala 4.00
16 Cijulang 4.50 61 Cibiuk 5.00 106 Penampen 10.00
17 Cilaca 9.00 62 Ciuyah 5.00 107 Dondong 6.00
18 Cipedagang 2.00 63 Cikuya 8.00 108 Semak 5.00
19 Ciupas 9.00 64 Ciruyung 4.00 109 Jagang 7.00
20 Cilubuk 6.00 65 Ciuntung 2.00 110 Boreh 6.00
21 Cikijing 6.00 66 Ciaur 19.00 111 Lawa 5.00

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-15


Panjang Panjang
No. Nama Sungai Panjang (Km) No. Nama Sungai No. Nama Sungai
(Km) (Km)
22 Cikawung 26.00 67 Jambe Asem 6,50 112 Lancar 4.00
23 Cigegeuneuh 5.50 68 Cibulakan 3.50 113 Sabuk 10.00
24 Ciglagah 7.00 69 Pananggapan 1.20 114 Yasa 8.00
25 Ciherang 1.20 70 Lengkong 1.50 115 Sitobong 6.00
26 Cibongkal 5.00 71 Cijantake 5.00 116 Trebaya 3.00
27 Cihajo 15.00 72 Cilangkap 6.00 117 Jangkar 4.00
28 Cihajo 6.00 73 Cibaringkeng 5.00 118 Kaleng 9.00
29 Cijalu 15.00 74 Cilempuyang 3.00 119 Doplang 5.00
30 Bingang 4.00 75 Cikopeng 5.00 120 Bengawan Tipar 10.00
31 Pahonjean 3.00 76 Ciherang 7.00 121 Pakuncen 2.50
32 Ciserah 2.00 77 Citelaga 2.00 122 Ayamalas 2.50
33 Ciseda 2.00 78 Cireey 4.00 123 Gintung 2.50
34 Cisurian 1.00 79 Cicadas 1.00 124 Secang 10.00
35 Cibunut 1.00 80 Cipodol 1.00 125 Pedasong 3.00
36 Cimanik 3.20 81 Cigobang 6.00 126 Wates 4.50
37 Cinegara 10.00 82 Citonjong 6.50 127 Danasari Lor 4.30
38 Cigarugak 2.00 83 Cibeureum 33.00 128 Danasri Kidul 5.20
39 Cikondang 3,50 84 Cijambe 5.50 129 Klumpit 8.00
40 Cilemeuh 14.00 85 Curugeulis 2.00 130 Ontor 15.00
41 Cieeg 1.20 86 Cibatu 10.00 131 Sudetan 6.00
42 Cikokol 0.50 87 Cipaingan 3.50 132 Serayu 15.00
43 Citangkur 1.00 88 Cikalong 6.75
44 Ciranji 1.00 89 Ciloning 6.75

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-16


Panjang Panjang
No. Nama Sungai Panjang (Km) No. Nama Sungai No. Nama Sungai
(Km) (Km)
45 Cibunut 1.00 90 Cihaur 22.00

Sumber: Bappelitbangda Kabupaten Cilacap

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-17


2. Mata Air

Ditinjau dari kondisi geologi, Kabupaten Cilacap cukup potensial akan mataair,
terurama di bagian Utara (Sekitar Kecamatan Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang dan
Karangpucung). Dari inventarisasi data instansi terkait didapat beberapa mataair
antara sebagaimana Tabel 2.4.

Tabel 2.4.
Mata Air di Kabupaten Cilacap

No. Kecamatan Jumlah Mata Air

1 Majenang 6
2 Dayeuhluhur 10
3 Cipari 4
4 Cimanggu 7
5 Gandrungmangu 5
6 Wanareja 10
7 Kampunglaut 2
8 Kawunganten 4
9 Sidareja 2
10 Karangpucung 3
11 Jeruklegi 3
12 Kesugihan 1
13 Cilacap Selatan 11
TOTAL 68
Sumber: Bappelitbangda Kabupaten Cilacap

2.2. PENGGUNAAN LAHAN

2.2.1. Jenis dan Luasan Penggunaan Lahan

Sesuai data BPS Kabupaten Cilacap tahun 2007, luas wilayah Kabupaten Cilacap
meliputi areal 213.850 hektar (tidak termasuk Pulau Nusakambangan), penggunaan lahan
terbesar adalah untuk sawah sebesar 63.094 ha (29,50 %) kemudian untuk tegalan/kebun
sebesar 45.213 ha (21,14 %) dan untuk penggunaan lahan terkecil adalah untuk tambak
sebesar 171 ha (0,08 %). Secara rinci penggunaan lahan di Kabupaten Cilacap
ditampilkan dalam Tabel 2.5.
Tabel 2.5.

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-18


Data Penggunaan Lahan di Kabupaten Cilacap menurut BPS Kabupaten Cilacap
Tahun 2017

No. Penggunaan Lahan Luas %

1 Sawah 63.094,000 29,50

2 Pekarangan 32.920,000 15,39

3 Tegal/Kebun 45.213,000 21,14

4 Ladang/Huma 719,000 0,34


5 Sementara tidak diusahakan 211,000 0,10
6 Ditanami pohon/Hutan rakyat 4.205,000 1,97
7 Hutan Negara 43.519,000 1,97
8 Perkebunan 9.579,000 4,48
9 Rawa-rawa 3.069,000 1,44
10 Tambak 171,000 0,08
11 Kolam/Empang 554,000 0,26
12 Lain-lain 10.595,000 4,95
TOTAL 213.850,000 100,00
Sumber: Cilacap Dalam Angka (BPS Kabupaten Cilacap, 2017)

Sesuai data BPS Kabupaten Cilacap tahun 2017, luas wilayah Kabupaten Cilacap
meliputi areal 213.850 hektar (tidak termasuk Pulau Nusakambangan), penggunaan lahan
terbesar adalah untuk sawah sebesar 63.094 ha (29,50 %) kemudian untuk tegalan/kebun
sebesar 45.213 ha (21,14 %) dan untuk penggunaan lahan terkecil adalah untuk tambak
sebesar 171 ha (0,08 %). Secara terinci jenis dan luas penggunaan lahan di Kabupaten
Cilacap disajikan pada Tabel 2.6.

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-19


Tabel 2.6.
Luas Lahan Menurut Kecamatan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2017 (Ha)

Luas Sawah Tanah Kering Jumlah


No Kecamatan Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Dayeuhluhur 2.976 4.60 15.530 10.41 18.506 8.65
2 Wanareja 4.229 6.53 14.744 9.89 18.973 8.87
3 Majenang 4.229 6.53 9.627 6.46 13.856 6.48
4 Cimanggu 3.288 5.08 13.456 9.02 16.744 7.83
5 Karangpucung 1.728 2.67 9.471 6.35 11.199 5.24
6 Cipari 2.150 3.32 9.998 6.70 12.148 5.68
7 Sidareja 1.450 2.24 4.045 2.71 5.495 2.5
8 Kedungreja 4.646 7.18 2.497 1.67 7.143 3.34
9 Patimuan 3.836 5.92 3.694 2.48 7.530 3.52
10 Gandrungmangu 4.831 7.46 9.488 6.36 14.319 6.69
11 Bantarsari 2.271 3.51 7.282 4.88 9.553 4.47
12 Kawunganten 4.662 7.20 7.400 4.96 12.062 5.64
13 Kampung laut 2.556 3.95 12.042 8.07 14.598 6.83
14 Jeruklegi 1.123 1.73 8.556 5.74 9.679 4.53
15 Kesugihan 3.138 4.85 5.093 3.42 8.231 3.85
16 Adipala 3.219 4.97 2.900 1.94 6.119 2.86
17 Maos 1.984 3.06 820 0.55 2.804 1.31
18 Sampang 1.954 3.02 726 0.52 2.730 1.28
19 Kroya 3.212 4.96 2.671 1.79 5.883 2.75
20 Binangun 2.935 4.53 2.207 1.48 5.142 2.40
21 Nusawungu 3.355 5.18 2.771 1.86 6.126 2.86
22 Cilacap Selatan 101 0.16 810 0.54 911 0.43
23 Cilacap Tengah 286 0.44 1.929 1.29 2.215 1.04
24 Cilacap Utara 579 0.89 1.305 0.88 1.884 0.88

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-20


Luas Sawah Tanah Kering Jumlah
No Kecamatan Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jumlah 64.738 100 149.112 100 213.850 100
Sumber: Cilacap Dalam Angka, 2017

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-21


2.3. KONDISI SARANA DAN PRASARANA

2.3.1. Transportasi

Sarana dan prasarana transportasi darat merupakan salah satu aspek vital dalam
melakukan aktivitas di wilayah Kabupaten Cilacap. Sarana perhubungan darat yang
melayani aktivitas penduduk di Kabupaten Cilacap antara lain berupa mobil bus kecil
(Angkota), AKAP, AKDP dan Angkudes. Sarana penunjang bagi angkutan-angkutan kota,
pemerintah Kabupaten Cilacap menyediakan sarana terminal dan sub terminal, antara
lain:

1. Terminal

− Terminal Gunung Simping Cilacap : Tipe A

− Terminal Adipala : Tipe B

− Terminal Kroya : Tipe B

− Terminal Karangpucung : Tipe B

− Terminal Majenang : Tipe B

− Terminal Sidareja : Tipe B

2. Sub Terminal

− Sub Terminal Jeruklegi : Tipe Terminal Dayeuhluhur

− Sub Terminal Kawunganten : Tipe Terminal Wanareja

− Sub Terminal Rawa Apu : Tipe Terminal Kesugihan

− Sub Terminal Cipari : Tiper Terminal Sampang

2.3.2. Kondisi Jaringan Jalan

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk menunjang


kegiatan perekonomian. Pembahasan kondisi jaringan jalan ini akan meliputi panjang
jalan, jenis perkerasan jalan, kerusakan jalan, fungsi jalan dan kelas jalan. Dilihat dari
jaringan jalan yang terbentuk, Kabupaten Cilacap berbentuk memanjang dengan jaringan
jalan cenderung linear. Dilihat dari jaringan jalan yang terbentuk, terdapat 2 (Dua) jaringan
jalan linear dari bagian Timur ke arah Baratlaut dengan fungsi jalan arteri dan kolektor
primer. Kedua jalan tersebut sejajar tetapi dimulai dari simpul yang sama (Kecamatan

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-22


Jeruklegi) dan diakhiri pada simpul yang sama juga (Kecamatan Wanareja). Jaringan
jalan yang berada di Wilayah Kabupaten Cilacap sepanjang 6.740.935 km yang terdiri
dari:

− Jalan Nasional : 100.985 Km

− Jalan Provinsi : 123.320 Km

− Jalan Kabupaten : 1.010.120 Km

− Jalan Kecamatan/Desa : 5.506.510 Km

Jalan raya yang berada di Wilayah Kabupaten Cilacap lebar rata-rata 8 meter dan
dapat dilalui alat angkutan berat/trailer serta dapat diakses dari kota-kota besar seperti :
Bandung, Jakarta, Pekalongan, Semarang, dan Yogyakarta. Serta akan dilalui jalur lintas
selatan yang melewati Banjarsari, Rawa Apu, Cilacap, Adipala, Nusawungu, Kebumen,
Purworejo dan Wates.

Panjang jaringan jalan di Kabupaten Cilacap menurut data yang diperoleh pada
tahun 2007 sama dengan panjang jalan pada tahun 2006, dalam arti tidak ada
penambahan jalan baru, yaitu sepanjang 1.010,120 Km dengan kondisi jalan yang
bervariasi. Berdasarkan jenis permukaannya, hampir semua jaringan jalan yang ada di
Kabupaten Cilacap sudah dalam perkerasan aspal. Namun demikian, jika dilihat dari
kondisi jalan yang ada jalan berkondisi baik sepanjang 552,150 km atau sekitar 54,66%,
dalam kondisi sedang 16,46% dalam kondisi rusak dan 18,19 % dalam kondisi rusak
berat. Jumlah ini sedikit lebih baik dari tahun sebelumnya dimana dari 1.010,120 km
panjang jalan di Kabupaten Cilacap yang berkondisi baik tercatat sekitar 523,791 Km atau
sekitar 51,85%. Diharapkan pada tahun-tahun mendatang persentase jalan yang
berkondisi baik akan semakin tinggi.

Berdasarkan fungsinya, jaringan jalan yang ada di Kabupaten dibedakan dalam


jaringan jalan Arteri, Kolektor Primer, Kolektor Sekunder dan Lokal. Fungsi Jalan Arteri
merupakan jalan penghubung antar kota Ordo I dengan Ordo I atau Ordo I dengan Ordo II
yang mnghubungkan kegiatan utama kota dari arah luar kota dan dilewati kendaraan
berat. Jaringan jalan Kolektor Primer adalah jalan utama kota yang berfungsi sebagai
jalan penghubung antar kegiatan utama yang ada dalam kota. Jaringan jalan Kolektor
Sekunder adalah Sedangkan jaringan jalan Lokal sama seperti kolektor primer tetapi tidak
boleh dilewati oleh kendaraan berat. Sedangkan jaringan jalan Lokal adalah jalan-jalan
lingkungan dalam kota yang menghubungkan antar lingkungan atau dalam lingkungan.

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-23


Gambar 2.5.
Kondisi Jalan di Kabupaten Cilacap

Panjang jalan arteri di Kabupaten Cilacap adalah sepanjang 131,735 Km.


Panjang jalan kolektor primer di Kabupaten Cilacap adalah sepanjang 199,860 Km.
Panjang jalan kolektor sekunder di Kabupaten Cilacap adalah sepanjang 10,705 Km.
Sedangkan sisanya merupakan jaringan jalan lokal yaitu sepanjang 667,82 Km. Perincian
dari kondisi jaringan jalan di Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7.
Data Panjang Jalan di Kabupaten Cilacap Tahun 2016

Panjang Jalan (Km)


No. Kriteria Jalan Nasional Provinsi Kabupaten
2015 2016 2015 2016 2015 2016
Jenis
1
Permukaan
a. Diaspal 186.974 93.120 82.626 1.287.082 1.287.082

b. Kerikil - -

c. Tanah - -

d. Tidak diperinci - -

Jumlah I 186.974 93.120 82.626 1.287.082 1.287.082

2 Kondisi Jalan

a. Baik 91.535 123.140 89.120 55.152 612.007 732.727

b. Sedang 95.439 42.400 4.000 17.974 214.170 181.617

c. Rusak 8.000 9.500 210.438 179.613

d. Rusak Berat 250.466 193.124

Jumlah II 186.974 173.540 93.120 82.626 1.287.082 1.287.082

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-24


Panjang Jalan (Km)
No. Kriteria Jalan Nasional Provinsi Kabupaten
2015 2016 2015 2016 2015 2016
3 Kelas Jalan

a. Kelas IA 97.738 - -

b. Kelas I K1 - -

c. Kelas II A 7.841 - -

d. Kelas III A 26.169 - -

e. Kelas III K1 58.228 - -

f. Kelas III A K2 27.360 - -

g. Kelas III B K2 12.810 - -

h. Kelas III B K3 52.950 - -

i. Kelas III C 1.287.082 1.287.082

Jumlah II 186.974 173.540 93.120 82.626 1.287.082 1.287.082

Sumber: Cilacap Dalam Angka (BPS Kabupaten Cilacap, 2017)

2.3.3. Kondisi Jaringan Kereta Api

Kabupaten Cilacap juga mempunyai jalur kereta api dan beberapa stasiun, Stasiun
Kroya merupakan stasiun di bagian selatan yang berfungsi sebagai jaringan penghubung
jalur selatan seperti: Kroya, Cirebon, Kroya, Bandung. Ada 6 koridor perjalanan kereta api
yang melewati Kabupaten Cilacap di antaranya yaitu Gambir-Cilacap, Bandung-
Surabaya, Jakarta-Surabaya, Bandung-Solo, Jakarta-Solo, dan Jakarta-Yogyakarta.

Pada kondisi saat ini jaringan kereta api di Kabupaten Cilacap telah dimanfaatkan
oleh angkutan penumpang dan angkutan barang, angkutan penumpang dari dan ke
Kabupaten Cilacap dapat menggunakan Stasiun Cilacap dan Stasiun Kroya. Pelayanan
angkutan barang selama ini telah dimanfaatkan untuk mendukung distribusi angkutan
barang umum, barang dari dan ke Pelabuhan Cilacap dan semen yang telah dihubungkan
dengan jaringan rel kereta api.

2.3.4. Sarana Kesehatan

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-25


Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat esensial,
karena kondisi kesehatan seseorang akan sangat mempengaruhi kelancaran aktifitasnya.
Kepedulian Pemerintah terhadap masalah kesehatan diwujudkan antara lain melalui
penyediaan beberapa sarana kesehatan seperti Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Posyandu yang keberadaannya telah menyebar di tiap kecamatan.

Efektifitas pelayanan kesehatan sangat dipengaruihi oleh tersedianya sarana


pelayanan kesehatan yang memadai, tenaga kesehatan yang cukup dan profesional,
serta kemudahan penduduk untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Di Kabupaten
Cilacap, telah terdapat 5 buah rumah sakit yang terdapat di Kecamatan Majenang,
Kecamatan Cilacap Selatan, Kecamatan Cilacap Tengah dan Kecamatan Cilacap Utara.
Selain rumah sakit juga terdapat 36 unit puskesmas, setiap kecamatan telah memiliki
minimal satu Puskesmas. Bahkan di beberapa kecamatan yang berpenduduk banyak
telah berdiri dua Puskesmas, sehingga rasio Puskesmas terhadap penduduk pada tahun
2007 adalah satu Puskesmas rata-rata melayani 48.068 penduduk. Dari 36 puskesmas,
12 diantaranya telah dilengkapi pelayanan rawat inap. Keadaan ini tentu sangat
membantu masyarakat, terutama bagi pasien yang penanganan sakitnya harus melalui
opname. Mengingat rumah sakit (RS) di Kabupaten Cilacap hanya 9 buah yang terdiri dari
5 Rumah Sakit Umum (RSU), 3 Rumah Sakit Bersalin ( RSB Aprilia, RSB Anisa dan RSB
Duta Mulya ), dan satu Rumah Sakit Anak (RSA Afdila Menganti Kesugihan). Empat RSU
terletak di wilayah eks Kotip Cilacap (RSUD Cilacap, RS Pertamina, RS Islam Fatimah,
RS Santa Maria), dan satu RSUD di Majenang. Upaya mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat ditunjang pula dengan tersedianya sarana kesehatan lain
seperti 78 Puskesmas Pembantu, dan RB/RSB/RSA ada 11/3/1 buah. Untuk lebih
jelasnya terkait sarana kesehatan di Kabupaten Cilacap dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 2.8.
Data Sarana Kesehatan Per-Kecamatan di Kabupaten Cilacap Tahun 2017

Rumah Puskesmas
No. Kecamatan RS/RSB/RSA Puskesmas Posyandu
Sakit Pembantu
1 Dayeuhluhur - - 2 4 63
2 Wanareja - - 2 9 142
3 Majenang 2 - 2 10 128
4 Cimanggu - - 2 7 123
5 Karangpucung - - 2 4 98
6 Cipari - - 1 2 96
7 Sidareja - - 1 1 63
8 Kedungreja - - 1 4 82
9 Patimuan - - 1 2 53

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-26


Rumah Puskesmas
No. Kecamatan RS/RSB/RSA Puskesmas Posyandu
Sakit Pembantu

10 Gandrungmangu - - 2 2 95
11 Bantarsari - - 1 3 59
12 Kawunganten - - 1 2 81
13 Kampung Laut - - 1 3 59
14 Jeruklegi - - 2 2 103
15 Kesugihan - 1 2 4 143
16 Adipala - - 2 3 114
17 Maos - - 1 1 67
18 Sampang - - 1 3 77
19 Kroya 1 - 2 4 120
20 Binangun - - 1 6 89
21 Nusawungu - - 2 3 105
22 Cilacap Selatan 2 - 2 2 73
23 Cilacap Tengah 2 1 2 4 77
24 Cilacap Utara 1 - 2 1 76
TOTAL 8 2 38 86 2.149
Sumber: Cilacap Dalam Angka (BPS Kabupaten Cilacap, 2017)
Keterangan :
RB : Rumah Bersalin
RSB : Rumah Sakit Bersalin
RSA : Rumah Sakit Anak

Gambar 2.6.
Sarana Kesehatan di Kabupaten Cilacap

2.3.5. Sarana Peribadatan

Dalam bidang keagamaan diupayakan adanya hubungan yang harmonis antara


umat beragama yang ada di Kabupaten Cilacap, demikian pula adanya pembangunan

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-27


sarana ibadah dari berbagai agama yang ada, sehingga ratio antara banyaknya masing-
masing umat beragama terhadap tempat ibadahnya semakin baik. Kabupaten Cilacap
merupakan pemeluk Agama Islam. Pada tahun 2016 tercatat sekitar 97,64% persen
penduduk Kabupaten Cilacap memeluk agama islam. Sedangkan jumlah pemeluk agama
Kristen (Katolik Dan Protestan) tercatat sekitar 1,82 persen dan sisanya merupakan
pemeluk Agama Budha, Hindhu dan Lainnya.

Sejalan dengan itu jumlah sarana peribadatan yang banyak dijumpai di Cilacap
adalah Masjid dan Mushola yang tercatat masing-masing sebanyak 1.936 buah dan 6.303
pada tahun 2016.

2.4. KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI

2.4.1.Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Cilacap menurut hasil regristasi penduduk pada


akhir 2016 mencapai 1.785.971 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 895.201 jiwa dan
perempuan sebanyak 890.770 jiwa. Selama 5 tahun terakhir rata-rata pertumbuhan
penduduk per tahun sebesar 0,35 persen, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada
tahun 2012 (0,50 persen), dan terendah pada tahun 2013 (0,26 persen), yang merupakan
pertumbuhan penduduk terendah sejak tahun 1994.

Sex Rasio sebesar 1.005. sementara itu dari distribusi penduduk menurut
kecamatan, Majenang adalah yang paling banyak penduduknya yaitu sebesar 128.856
jiwa (7,21 persen), diikuti Kecamatan Gandrungmangu sebesar 106.190 jiwa (5,95
persen) kemudian Kecamatan Kroya sebesar 104.648 jiwa (5,86 persen). Sedangkan
yang berpenduduk paling kecil adalah Kecamatan Kampung Laut, yaitu sebesar 17.263
jiwa (0,97 persen).

Bila diamati dari umur penduduk, diperoleh jumlah penduduk yang berusia
dibawah 15 tahun (penduduk anak-anak) adalah 460.057 jiwa atau sebesar 25,76 persen,
yang berarti penduduk kabupaten Cilacap termasuk kategori umur “sedang”. Dari umur
pula angka rasio ketergantungan penduduk kabupaten cilacap tahun 2016 sebesar 50,98
persen, yang berarti tiap 100 orang usia produktif harus menanggung 51 orang usia non
produktif.

Bertambahnya penduduk menyebabkan kepadatan penduduk juga meningkat,


yaitu dari 833 jiwa/km2 pada tahun 2015 menjadi 835 /km2 pada tahun 2016. Seperti
tahun sebelumnya, penduduk yang terpadat berada di Kecamatan Cilacap Selatan (8,628

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-28


jiwa/km2), dan yang paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan Kampung Laut (118
jiwa/Km2). Pada Tabel 2.9 disajikan struktur penduduk Kabupaten Cilacap.

Tabel 2.9.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Rasio Per Kecamatan di
Kabupaten Cilacap Tahun 2016

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Rasio


1 Dayeuhluhur 24.711 25.119 49.830 984
2 Wanareja 49.101 49.638 128.856 989
3 Majenang 64.312 64.544 128.856 967
4 Cimanggu 48.740 48.382 97.122 1.007
5 Karangpucung 36.608 37.350 73.958 980
6 Cipari 31.614 31.558 63.172 1.002
7 Sidareja 28.588 29.116 57.704 982
8 Kedungreja 40.822 40.523 81.345 1.007
9 Patimuan 23.167 23.311 46.478 994
10 Gandrungmangu 53.098 53.092 106.190 1.000
11 Bantarsari 35.346 34.624 69.970 1.021
12 Kawunganten 40.063 41.372 81.435 968
13 Kampung Laut 8.849 8.414 17.263 1.052
14 Jeruklegi 33.731 32.740 66.471 1.030
15 Kesugihan 49.248 48.656 97.904 1.012
16 Adipala 39.605 39.420 79.025 1.005
17 Maos 24.721 24.266 48.987 1.019
18 Sampang 19.014 18.802 37.816 1.011
19 Kroya 52.274 52.374 104.648 998
20 Binangun 33.770 32.900 66.670 1.026
21 Nusawungu 39.391 38.787 78.178 1.016
22 Cilacap Selatan 37.715 38.982 78.697 1.019
23 Cilacap Tengah 42.337 42.104 84.441 1.006
24 Cilacap Utara 36.376 34.696 71.072 1.048
Jumlah/Total 890.770 1.785.971 1.785.971 1.005

Sumber: Cilacap Dalam Angka, 2017

2.4.2.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dicerminkan dari


beberapa indikator makro. Salah satu indikator makro yang sering dipakai untuk melihat
keberhasilan pembangunan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Besarnya

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-29


nilai PDRB yang berhasil dicapai dan perkembangannya merupakan refleksi dari
kemampuan daerah dalam mengelola sumberdaya alam dan sumber daya manusia.
Berlangsungnya pelaksanaan pembangunan Kabupaten Cilacap saat ini juga ditunjukkan
oleh adanya perkembangan sektor jasa yang yang cenderung naik. Sifat sektor jasa
adalah mudah tumbuh seiring banyaknya pelaksanaan pembangunan fisik, mudah
dimasuki masyarakat tanpa memerlukan ketrampilan rumit, dan dari segi ekonomi lebih
menjanjikan. Di sisi lain, sektor pertanian mengalami kecenderungan sulit naik atau lebih
cenderung kearah stagnan, yang menandakan adanya kejenuhan dalam
perkembangannya. Kedua fenomena di atas menunjukkan adanya transformasi ekonomi
dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Perkembangan sektor yang cenderung
menurun adalah pada Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pertambangan dan Penggalian,
Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan dan Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran, tetapi kondisi ini belum dapat menjadi gambaran akan kejenuhan masing-
masing sektor, karena sangat dimungkinkan belum digali secara maksimal. Kontributor
sektor terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Cilacap berasal dari Sektor
Pertanian, yaitu 9,29 persen. Penyumbang terbesar ke dua adalah Industri Pengolahan
(64.09 %). Sedangkan penyumbang terkecil PDRB Kabupaten Cilacap adalah Jasa
Perusahaan. Penyumbang terkecil ke dua adalah Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial. Kondisi ini menunjukkan bahwa Sektor Pertanian saat ini masih menjadi andalan
sebagai sumber mata pencaharian masyarakat Cilacap, tetapi di masa mendatang aspek
manajemen kelembagaan harus mendapatkan perhatian yang serius yaitu terobosan
kebijaksanaan yang berarti, karena dampaknya langsung mengena pada laju
perkembangan. Besarnya jumlah penduduk yang masih bergerak dalam tenaga usaha
pertanian (sektor pertanian) mengindikasikan bahwa sektor pertanian masih memegang
peranan penting dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Cilacap dan hal tersebut berarti
adanya kesesuaian antara sumber daya yang ada dengan pemanfaatannya untuk
kesejahteraan masyarakat.

2.5. FUNGSI DAN PERANAN KABUPATEN CILACAP

2.5.1.Fungsi Kabupaten Cilacap

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-30


1. Fungsi Kabupaten berdasarkan RTRW Nasional adalah strategi dan arahan
kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah negara yang meliputi tujuan nasional dan
arahan pemanfaatan ruang yang memperhatikan keterkaitan antar pulau dan antar
propinsi. RTRW Nasional disusun pada tingkat ketelitian skala 1:1.000.000 dengan
jangka waktu perencanaan selama 25 tahun.

2. Fungsi Kabupaten berdasarkan RTRW Provinsi adalah strategi dan arahan


kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah propinsi yang berfokus pada keterkaitan
antar kawasan/kabupaten/kota karena perkembangan suatu wilayah tidak dapat
dilepaskan dari wilayah lain di sekitarnya. RTRW Propinsi disusun pada tingkat
ketelitian skala 1:250.000 dengan jangka waktu perencanaan selama 15 tahun.

2.5.2.Peran Kabupaten Cilacap

1. Peran Kabupaten berdasarkan RTRW Nasional adalah menitikberatkan pada strategi


pembangunan nasional dengan memberikan indikasi kawasan andalan dan kawasan
tertentu yang dapat memacu pembangunan. Kawasan andalan adalah kawasan yang
mempunyai nilai strategis dalam rangka mendukung pertumbuhan daerah sehingga
pengembangannya perlu dilakukan secara bersama-sama oleh Pusat dan Daerah.

2. Peran Kabupaten berdasarkan RTRW Provinsi adalah ditandai dengan kawasan-


kawasan fungsional yang terdapat dalam wilayah propinsi dan mendapat prioritas
pengembangan.

2.6. KONDISI KEUANGAN DAERAH

2.6.1. Penerimaan Daerah

Penerimaan daerah adalah penerimaan yang merupakan hak pemerintah daerah


yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih.

Tabel 2.10.
Penerimaan Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2016 (Rp juta)

No Uraian TA 2016

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-31


No Uraian TA 2016
I.1 Pendapatan Asli Daerah 428.598.349.897,42
1. Pajak Daerah 137.808.910.786,00
2. Retribusi Daerah 31.090.888.236,00
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yg dipisahkan 13.879.983.079,00
4. Lain-lain PAD yg sah 245.818.567.796,42
I.2 Bagian Dana Perimbangan 1.941.145.933.885,00
1. Bagi Hasil Pajak/Bkn Pajak 72.636.973.831,00
2. Dana Alokasi Umum 1.384.695.514.000,00
3. Dana Alokasi Khusus 483.813.446.054,00
I.3 Lain2 Pend.Daerah Yg Sah 426.266.060.872,00
1. Bagi Hasil Pajak Provinsi 171.104.713.572,00
2. Bantuan Keuangan dr Provinsi 66.802.098.000,00
3. Pendapatan Hibah 5.106.432.300,00
4. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 1.267.419.000,00

Sumber: Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Cilacap, 2017

2.6.2. Pengeluaran Daerah

Pengeluaran daerah adalah pengeluaran biaya/belanja yang terdiri dari Belanja


Operasi, Belanja Modal, Transfer ke Desa/Kelurahan dan Belanja Tak Terduga.

Tabel 2.11.
Pengeluaran Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2016 (Rp juta)

No Uraian TA 2016
I BELANJA DAERAH 3.150.325.840.872,00
I.1 Belanja Tdk Langsung 1.766.337.542.039,00
1. Belanja Pegawai 1.309.350.699.933,00
2. Biaya Subsidi 389.616.000,00
3. Belanja Hibah 67.467.113.372,00
4. Belanja Bantuan Sosial 11.683.000.000,00
5. Belanja Bagi Hasil Kpd Pemerintah Desa 15.208.967.000,00
6. Belanja Bantuan Keuangan Kpd Pemdes 360.498.773.145,00
7. Belanja Tdk Terduga 1.739.372.589,00
I.2 Belanja Langsung 1.383.988.298.833,00

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-32


1. Belanja Pegawai 111.144.249.415,00
2. Belanja Brg dan Jasa 428.857.795.985,00
3. Belanja Modal 843.986.253.460,00

Sumber: Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Cilacap, 2017

2.6.3. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik


penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau
memanfaatkan surplus anggaran.

Tabel 2.12.
Pembiayaan Daerah Kabupaten Cilacap Tahun 2016 (Rp juta)

No Uraian TA 2016
I PEMBIAYAAN DAERAH 554.716.672.867,36
I.1 Penerimaan Pembiayaan 567.716.672.867,36
1. Sisa lebih perhitungan anggaran daerah
567.716.672.867,36
tahun sebelumnya
I.2 Pengeluaran Pembiayaan 13.000.000.000,00
1. Penyertaan Modal PEMDA 13.000.000.000,00

Sumber: Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Cilacap, 2017

Penyusunan Dokumen RISPAM Kabupaten Cilacap II-33

Anda mungkin juga menyukai