Anda di halaman 1dari 11

h

Aspek Sosial Budaya pada Tiap Trimester Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine di mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah, 2008). Kehamilan terjadi selama
kurang lebih 9 bulan. Proses kehamilan dibagi menjadi 3 fase, yaitu trimester pertama (0-3 bulan),
trimester kedua (4-6 bulan) dan trimester ketiga (7-9 bulan). Masa kehamilan menyebabkan perubahan
fisik maupun psikologi ibu. Kehamilan dapat memicu terjadinya perubahan bentuk tubuh secara
anatomis, fisiologis, maupun biokimiawi (Istiany, 2013).

Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni dan budaya. Setiap daerah di Indonesia mempunyai
kebudayaaan atau adat istiadat yang berbeda.Kebudayaan tersebut muncul dari kebiasaan nenek
moyang terdahulu dan seolah-olah sudah melekat dalam jiwa setiap masyarakat. Dukungan sosial
merupakan inti bagi kehidupan bermasyarakat yang efektif.Adanya suatu fakta yang dapat
dipertimbangkan yang menyatakan bahwa :

. dukungan sosial mempengaruhi kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang.

Perubahan sosial dan medis telah meningkatkan harapan hidup manusia

Tenaga kesehatan berada pada posisi memberikan intervensi secara sukses baik langsung maupun
tidak langsung pada area dukungan sosial dengan memfasilitasi pertumbuhan dan pertahanan jaringan
sosial.

penampilan tenaga kesehatan dapat ditingkatkan dengan mengetahui pentingnya dukungan sosial bagi
penanggulangan stres dalam asuhan kebidanan.

Proses kejiwaan pada masa kehamilan

Menurut Mochtar (2002, p.32), proses kejiwaan selama kehamilan meliputi :


1) Trimester I

Pada sebagian wanita, reaksi psikologis dan emosional pertama adalah kecemasn, ketakutan, kepanikan
dan kegusaran terhadap kehamilan. Mual, muntah, dan pusing yang merupakan gejala hamil muda.

2) Trimester II

Ibu yang menganggap kehamilan merupakan suatu identifikasi abstrak, mulai menyadari kenyatan bahwa
kehamilan merupakan identifikasi nyata. Ibu mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan perut
bertambah besar, terasa gerakan janin, dan dokter telah mendengar suara denyut jantung janin. Ibu
mulai mempersiapkan kebutuhannya.

3) Trimester III

Timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan tanggung jawab sebagai ibu pada pengurusan bayi yang
akan dilahirkan. Ada 3 golongan ibu yang mungkin merasa takut:

a) Ibu yang mempunyai riwayat pengalaman buruk pada persalinan yang lalu.

b) Multipara yang usianya diatas 30 tahun, akan merasa takut terhadap janin dan anaknya apabila terjadi
sesuatu atas dirinya.

c) Primigravida yang mendengar tentang pengalaman nyeri dan menakutkan dari orang lain.

Aspek Sosial Budaya yang berkaitan dengan Tiap Trimester Kehamilan

Ø Pada trimester I

Pada trimester I timbul beberapa gangguan , seperti :

Tidak datangnya haid


Lebih sering buang air kecil

Mudah letih dan lelah

Mual, pusing ingin muntah

Seringkali pada awal kehamilan terjadi perubahan pola makan dan menginginkan makan – makanan
( ngidam ), seperti :

Ingin makan yang asam

Tidak mau makan – makanan yang beraroma keras dan harus didapat pada saaat yang diinginkan

Ø Pada trimester II

Aspek sosial budaya yang berpengaruh pada trimester II ,antara lain :

Emosi tidak stabil

Perubahan bentuk tubuh karena perut sudah mulai membuncit

Gejolak perubahan emosi karena janin sudah mulai bergerak

Morning sickness ( mual, muntah, pusing ) sudah berkurang sehingga sudah dapat beraktifitas seperti
biasanya

Turunya rasa percaya diri berhubungan dengan bentuk tubuh

Ø Pada trimester III

Aspek sosial budaya yang berpengaruh, antara lain :

Kesiapan mental menunggu kelahiran sibuah hati

Kegembiraan mengubah perilaku dan tindakan ibu dalam menentukan dan membeli perlengkapan
sibuah hati selama hamil menurut kepercayaan / kebudayaan di masyarakat. Ada kegiatan yang tidak
boleh dilakukan seperti :

– Jangan tidur siang taku bayinya besar

– Jangan duduk atau berdiri didepan pintu nanti persalinanya lama


– Jangan duduk ditembok nanti ari – arinya lengket

– Ibu hamil tidak boleh menyakiti / membunuh binatang

– Ibu hamil tidak boleh memakai selendang yang dibulatkan keleher karena takut tali pusatnya
melilit bayi

– Di akhir kehamilan trimester III ibu hamil dianjurkan untuk minum air kelapa muda agar bayinya
bersih, dan juga disuruh untuk jalan pagi.

Cara menangani masalah Kehamilan pada Tiap Trimester

Trimester I

Relaks

Konsultasikan pada dokter , bidan dan tenaga medis lainya

Menjaga asupan gizi

Trimester II

Hindari aktivitas yang berat

Perbanyak istirahat dan cukup tidur

Ibu hamil makan dengan porsi sedikit namun sering

Hindari depresi atau stres

Lakukan olahraga ringan

Trimester III

Nutrisi lebih diperhatikan asupan gizinya.

Melakukan aktivitas ringan seperti senam hamil dan jalan santai


Jangan terlalu panik pada segala sesuatu yang terjadi pada kehamilan seperti kontraksi dini

Kebutuhan psikologis Ibu hamil Trimester I, II dan III

Suami

Dukungan dan peran suami dalam masa kehamilan meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam melakukan
persalinan

Saat hamil istri lebih sensitif jadi sebisa mungkin memberikan suasana yang mendukung perasaan istri

Keluarga

Ayah, ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan

Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi

Adanya ritual adat isiadat tersendiri yang tidak boleh ditinggalkan

Lingkungan

Doa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi

Membicarakan dan menasehati tentang pengalaman hamil dan melahirkan

Support tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan memberikan perananya melalui dukungan :

Aktif : melalui kelas antenatal

Pasif : memberikan kesempatan pada ibu hamil yang mengalami masalah untuk konsultasi

Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencegah terjadinya
komplikasi dan kematian persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan
janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan ( Antenatal Care ) adalah penting untuk mengetahui
dampak kesehatan bayi dan ibu sendiri. Masih banyaknya ibu- ibu yang kurang menyadari pentingnya
pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor – faktor resiko tinggi yang mungkin
dialami oleh ibu dan bayi.Resiko ini baru diketahui ketika saat persalinan yang sering kali karena
kasusunya sudah terlambat dan menyebabkan kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan dan karena kurangnya informasi. Selain itu kurangnya pengetahuan dan
pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan – permasalahan pada kehamilan dan persalinan
dipengaruhi juga oleh faktor nikah diusia muda yang masih banyak dijumpai didaerah pedesaan.

Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak, khusunya pada beberapa
suku yang menyebabkan istri mengalami kehamilan berturut – turut dalam jangka waktu yang relatif
pendek. Menyebabkan ibu mengalami resiko tinggi fakta saat melahirkan.Permasalahan lain yang cukup
besar pada kehamilan adalah masalah gizi . hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan dan
pantangan – pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara kegiatan mereka sehari – hari tidak
berkurang ditambah lagi dengan pantangan – pantangan terhadap beberapa makanan. Yang sebetulnya
sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif pada kesehatan ibu dan janin.
Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama dipedesaan dikatakn
pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena
kurangnya gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.

Pantangan terhadap makanan tentunya sangat mempngaruhi daya tahan dan kesehatan sibayi. Selain
itu, larangan memakan beberapa buah – buahan bagi wanita hamil juga masih dianut beberapa
masyarakat terutama masyarakat pedesaan.Depkes RI (1998) frekuensi pelayanan ANC yang dianjurkan
minimal 4 kali selama kehamilan yaitu: minimal 1 kali pada tribulan pertama, minimal 1 kali pada
tribulan kedua dan minimal 2 kali pada tribulan ketiga.

Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan ( Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara)

Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan (kondisi geografis) berpengaruh terhadap
kesehatan reproduksi. Situasi budaya dalam hal ini adat istiadat saat ini memang tidak kondusif untuk
help seeking behavior dalam masalah kesehatan reproduksi di Indonesia (Muhammad, 1996). Hal ini
dikemukakan berdasarkan realita, bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya sudah terbiasa
menganggap bahwa kehamilan merupakan suatu hal yang wajar yang tidak memerlukan antenal care.
Hal ini tentu berkaitan pula tentang pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
antenal care dan pemeliharaan kesehatan reproduksi lainnya.

Deskripsi kondisi sosial budaya setempat


Masyarakat memiliki kebudayaan yang mencakup aturan – aturan, norma – norma, pandangan hidup
yang dijadikan acuan dalam mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat.Latar belakang sosial budaya di
Kecamatan Bangsri dan Kabupaten Jepara adalahmasyarakat suku Jawa. Pada masyarakat Jawa yang
menganut pola garis keturunan patrilineal maka dalam adat kebiasaan keluarga, peranan suami / ayah
sangat berpengaruh. ayah / suamisebagai kepala rumah tangga adalah perantara dalam penentuan nasib
termasuk yang menguasai sumber-sumber ekonomi keluarga (Herkovits dalam Susilowati, 2001). Dalam
masyarakat Jawa, kehamilan (dan kemudian kelahiran bayi) merupakan peristiwayang penting dalam
siklus hidup manusia. Oleh karena itu ibu dan keluarga melakukan serangkaian aktivitas ritual untuk
menyambutnya. Faktor kekerabatan (suami, orang tua, nenek) masih memberikan peran yang penting
dalam tindakan-tindakan si ibu berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan pasca persalinan, baik dalam
memberikan nasehat (karena mereka sudah berpengalaman menjalani peristiwa tersebut) maupun
pengambilan keputusan siapa penolong persalinan dan sarana pelayanan apakah yang akan
dipergunakan.

Selama kehamilan, biasanya si ibu akan melakukan berbagai upaya agar bayi dan ibunya sehat dan dapat
bersalin dengan selamat, normal dan tidak cacat. Sebagian masyarakat masih berpantang makan
makanan tertentu seperti udang atau kepiting dan buah nanas, walaupun menurut kesehatan pantangan
makanan tertentu tidak dibenarkan apalagi kalau makanan tersebut bergizi. Selama kehamilan juga ada
pantangan yang harus diperhatikan ibu dan bapak misal: tidak boleh menyiksa atau membunuh binatang
dan tidak boleh mengejek orang yang cacat supaya si bayi dapat lahir dengan selamat dan tidak
cacat.Seiring dengan kemajuan jaman sudah banyak yang tidak mempercayainya.

keterlibatan/ partisipasi suami selama masa kehamilan istri cukup besar baik dalam bentuk aktivitas
mengantar istri memeriksakan kandungan ke bidan / dokter, berusaha memenuhi keinginan istri yang
sedang nyidam maupun mengingatkan agar istrinya lebih banyak makan makanan yang bergizi. Para
suami terutama yang berpendidikan cukup tinggi cenderung melarang bila istrinya berpantang makanan
tertentu. Menurut pandangan mereka, sepanjang yang dimakan ibu hamil memenuhi kriteria sehat dan
bergizi baik untuk ibu dan bayi maka tidak dibenarkan untuk berpantang walaupun pada masyarakat
sekitar masih berlaku pantangan makan makanan tertentu atau bertingkah laku tertentu pada saat
istrinya hamil.

Ritual di masa kehamilan mulai dilaksanakan saat kehamilan seorang ibu menginjak usia 3, 5, dan 7
bulan. Ritual tersebut sudah merupakan tradisi yang dilakukan sejak nenek moyang mereka. Tujuan
diadakan upacara tersebut adalah sebagai salah cara untuk meminta pertolongan kepada Tuhan Yang
Maha Esa agar si calon ibu dan anak selamat ketika menjalani masa kehamilan. Selain itu, ketika hamil si
calon ibu dipercaya sedang mengalami masa transisi dari seorang wanita menjadi calon ibu. Pada masa
transisi inilah, seorang perempuan dianggap masuk dalam kondisi krisis. Oleh karena itu diperlukan
sebuah ritual agar bisa mengembalikan tatanan yang sempat labil. Masyarakat di Kabupaten Jepara
masih memperingati upacara 7 bulan bayi dalam kandungan khususnya bagi anak pertama, Di daerah
lain pada suku Jawa upacara tersebut disebut mitoni, sedangkan di Kabupaten Jepara disebutmunari.
Munari merupakan upacara selamatan dengan nasi tumpeng yang puncaknya adalah nasi ketan
berwarna kuning yang diibaratkan cahaya sebagai simbol bahwa pada usia kehamilan ketujuh si janin
sudah mempunyai roh atau nyawa. Acara munari ini seringkali dilengkapi dengan upacara seperti halnya
mitoni yaitu si ibu ganti kain tujuh kali, memecahkan kelapa gadingyang berukir gambar tokoh wayang
Dewa Kamajaya dan Dewi Kamaratih (dua dewa /dewi dalam pewayangan yang terkenal ketampanan
dan kecantikannya) dengan harapansi bayi nantinya akan tampan seperti Dewa Kamajaya dan cantik
seperti Dewi Kamaratih.Upacara ini seringkali dipimpin oleh dukun bayi atau orang yang dituakan di
dalam keluargatersebut. Di dalam upacara tersebut suami harus terlibat dalam rangkaian upacara.

Perawatan Kehamilan Etnis Bugis

Pengetahuan ibu hamil, keluarga ibu hamil dan bidan atau dukun adalah segala sesuatu yang diketahui
tentang perawatan kehamilan, kemudian menjadi pendukung dalam merawat kehamilan. Sebagian besar
ibu hamil dan keluarga ibu hamil mengganggap perawatan kehamilan pada trimester satu tidak perlu
dilakukan apa-apa. Masyarakat Bugis yang masih menyakini dukun bayi sebagai penolong persalinan,
pada awal masa kehamilan atau masa trimester 1 akan mengadakan Makkatenni Sanro, ritual tersebut
dimaksudkan untuk mempercayakan keselamatan kehamilan pada seorang dukun, hal ini tentunya
dengan persetujuan para keluarga ibu hamil. Sedangkan menurut bidan pada masa trimester 1
merupakan masa ibu hamil harus banyak-banyak istirahat dan memenuhi kebutuhan nutrisi bagi
kehamilannya. Dalam penelitian Saswita (2011), pemberian minuman jahe efektif dalam menurunkan
mual muntah pada ibu hamil Trimester I. Mereka menghubungkan kebiasaan makan di setiap Negara
dan memperkirakan bahwa mual muntah yang terjadi pada ibu hamil ada hubungannya dengan
kebiasaan makan.

Pada trimester kedua masih ada ibu hamil yang merasakan ngidam, yang menyebabkan ibu hamil merasa
mual terus dan muntah-muntah. Namun, adapula yang mengungkapkan bahwa masa ini rasa mual akan
mulai berhenti dan nafsu makan sudah mulai ada pada bulan ke empat. Pada masa tirmester kedua ibu
hamil harus lebih selektif dalam memilih makanan, posisi plasenta dan kesempurnaan janin sudah mulai
dicek, serta melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah di setiap pemeriksaan
yang harus rutin dilaksanakan dalam empat minggu sekali. keluarga ibu hamil mengajarkan dan
mengenalkan pantangan-pantangan kehamilan pada trimester kedua ini. Ibu hamil juga tidak melakukan
upaya perawatan apapun terhadap kehamilannya. Pemberian berbagai macam pantangan selama
ngidam, bertujuan agar ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang perawatan kehamilan
akan terhindar dari hal-hal yang dapat membahayakan kehamilan.
Dalam masa perkembangan janin trimester ketiga, mengadakan ritual yang disebut ma’cera wettang.
Ritual ini merupakan budaya masyarakat Bugis dalam kehamilan yang dilaksanakan pada bulan ke tujuh
kehamilan atau memasuki trimester ketiga, masa anggota tubuh janin telah lengkap. Ritual ini dipercaya
dapat menjadikan posisi janin sempurna, persalinan lancar dan tidak ada gangguan dari makhluk-
makhluk halus. Hingga saat ini masyarakat juga masih percaya terhadap bantuan dukun bayi dalam
merawat kehamilannya. Ritual ma’cera wettang dihadiri oleh banyak tamu yang merupakan keluarga dan
kerabat dekat ibu hamil. Para tamu yang berdatangan memberikan ucapan selamat kepada ibu hamil,
setelah pemberian ucapan selamat selesai, para tamu dipersilahkan untuk menyuguhi hidangan yang
tersedia. Proses ma’cera wettang kemudian dimulai dengan memanggil seorang dukun bayi yang
dipercaya dapat merawat ibu hamil dan bayinya kelak. Dalam proses ma’cera wettang tersebut dukun
menggunakan minyak goreng yang dicampur bawang merah untuk mengurut perut ibu hamil. Guna
ritual tersebut agar anak lahir dengan selamat dan selama kehamilan terhindar dari gangguan makhluk-
makhluk halus. Setelah pengurutan selesai, ibu hamil ibu hamil dibawa keluar untuk dibacakan sebuah
doa yang dipimpin oleh seorang Imam, pemberian doa ini diikuti oleh seluruh keluarga ibu hamil. Di
depan Imam tersebut diletakkan sebuah dupa-dupa.

keluarga ibu hamil menganjurkan ibu hamil mengonsumsi sayur, buah-buahan, kacang-kacangan dan
susu khusus bagi ibu hamil, meskipun ada yang lebih memilih makanan yang, manis-manis dan
bermacam-macam. Banyaknya makanan pantangan yang dipercaya bahaya bagi kehamilan
mengakibatkan ibu hamil kekurangan nutrisi, sehingga asupan makanan ibu hamil dibantu dengan
mengonsumsi susu ibu hamil seperti susu kedelai yang memgandung protein yang tinggi, selain itu
mengonsumsi sayur, buah-buahan dan kacang-kacangan dapat menambah nutrisi yang dibutuhkan oleh
ibu hamil. Saat ini ritual yang masih dijalankan ibu hamil di masyarakat Bugis Bone yaitu makkatenni
sanro dan ma’cera wettang atau makkarawa babua. ritual ma’cera wettang atau makkarawa babua
dilaksanakan pada saat kehamilan memasuki bulan ke tujuh. Makna dari upacara tersebut bagi
masyarakat Bugis adalah dipercaya dapat menjadikan posisi janin sempurna, persalinan lancar dan tidak
ada gangguan dari makhluk-makhluk halus. Perawatan kehamilan ibu hamil juga tidak terlepas dari
bantuan seorang dukun bayi, sampai saat ini masih banyak masyarakat Bugis yang mempercayakan
keselamatan ibu hamil dan calon bayinya kepada seorang dukun bayi. Selain itu, budaya masyarakat
Bugis juga yang sangat sukar dihilangkan yaitu banyak pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh
seorang ibu hamil, baik itu dari makanan maupun hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil.

Pesan-pesan yang disampaikan oleh orang tua atau keluarga harus dilaksanakan, seperti halnya
pantangan-pantangan pada masa kehamilan, oleh karena apabila hal tersebut tidak dilakukan,
masyarakat menyakini bahwa mereka akan mendapat balasan yang buruk karena tidak mendengar
petuah orang tua atau keluarga, mereka dianggap berdosa karena tidak mematuhi perintah orang tua.
Perawatan kehamilan masyarakat Bugis terkesan repot untuk dijalankan, karena ada beberapa hal yang
dianggap berbahaya bagi kehamilan. Seperti mengurut yang dapat membahayakan tali pusat. Tindakan
mengurut perut ibu hamil, terutama pada masa trimester tiga, tidak dibenarkan dalam praktik
kedokteran/kebidanan yang aman. Indikasi pengurutan hanyalah bila posisi bayi sungsang, itupun harus
dilakukan dengan manuver khusus dan dipantau oleh dokter spesialis kebidanan (Liwang, 2012).

Kesimpulan

Tradisi budaya di Nusantara terkandung nilai – nilai adat istiadat yang merupakan warisan leluhur. Ada
dampak positif dan negatifnya terutama terhadap kesehatan ibu dan anak. Bagi seorang bidan yang
ditempatkan dipedesaan memiliki banyak tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan
budaya di masyarakat yang memiliki dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Khususnya
mengenai beberapa pantangan dan mitos – mitos yang berkembang di masyarakat khususnya
masyarakat pedesaan yang sangat memegang teguh warisan leluhur tersebut. Kadangkala bagi seorang
ibu yang sedang hamil terjebak dalam lingkungan yang menganut budaya tradisional yang sangat kental
akan bingung karena harus mengikuti atau meninggalkanya. Namun kita tidak harus meninggalkan
semua budaya tersebut. Ambillah hal – hal positif yang yang tidak merugikan bagi ibu hamil tersebut.
Jangan lupakan periksa teratur selama kehamilan baik pada dokter maupun bidan agar mendapat
bimbingan yang benar dalam menjaga kesehatan selama kehamilan dan bisa terdeteksi mulai dini jika
ada masalah – masalah yang terjadi.

Daftar pustaka

Hesty, Muh Arsyad Rahman, Suriah. Konsep Perawatan Ibu Kehamilan etnis Bugis pada ibu hamil di desa
Buareng kecamatan Kajuara kabupaten Bone.2013.www. Repository.unhas.ac.id.di akses pada tanggal 14
Desember 2015 pukul 20.00

Chriswardani Suryawati.2007.Faktor Sosial budaya dalam praktik perawatan kehamilan, persalinan dan
pasca persalinan ( studi di kecamatan Bangsari kabupaten Jepara ).www. Ejournal.undip.ac.id.di akses
pada tanggal 14 Desember 2015 pukul 20.15

Anda mungkin juga menyukai