Anda di halaman 1dari 4

PERJANJIAN KERJA SAMA

DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMENEP


DENGAN
BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUMENEP
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH NON MEDIS

Nomor :
Nomor :

Pada hari ini jum’at tanggal dua puluh enam Mei tahun dua ribu tuju belas yang bertanda tangan
di bawah ini:
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep selaku penanggungjawab puskesmas se
Kabupaten Sumenep yang berkedudukan dan berkantor di Jalan Dr. Cipto No. 33
Sumenep yang untuk selanjutnya disebut sebagai “PIHAK PERTAMA”,
2. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sumenep yang berkedudukan dan berkantor
di Jalan KH. Mansur No.25 Sumenep yang untuk selanjutnya disebut sebagai “PIHAK
KEDUA”.

Bahwa PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut “PARA PIHAK”
dan secara sendiri-sendiri disebut “PIHAK”.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA mengadakan perjanjian kerjasama (selanjutnya disebut
“Perjanjian“) dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur lebih lanjut dalam Perjanjian ini.

PASAL 1
PENUNJUKAN
PIHAK PERTAMA menunjuk PIHAK KEDUA untuk memberikan pelayanan pengelolaan
sampah non medis di Puskesmas se Kabupaten Sumenep meliputi pengangkutan dari Puskesmas
ke tempa pembuangan akhir (TPA) sesuai dengan prosedur yang berlaku, dan PIHAK KEDUA
menerima penunjukan tersebut.

PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud dari Perjanjian ini adalah untuk melakukan pengelolaan sampah non medis di
Puskesmas se Kabupaten Sumenep yang belum mempunyai tempat pembuangan akhir
(TPA).
2. Tujuan Perjanjian ini adalah agar sampah non medis tidak mencemari lingkungan.
PASAL 3
RUANG LINGKUP KERJASAMA
Fasilitas dan sarana yang diberikan oleh PIHAK KEDUA dalam perjanjian ini adalah
pengangkutan ke tempa pembuangan akhir (TPA).

PASAL 4
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
1. PIHAK PERTAMA berhak:
a. Memperoleh jasa pengangkutan sampah non dari PIHAK KEDUA
2. PIHAK PERTAMA berkewajiban:
a. Mengumpulkan sampah non medis agar memudahkan PIHAK KEDUA dalam
pengangkutan
b. Melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan yang diberikan oleh PIHAK KEDUA
c. Membayar jasa pengangkutan yang dilakukan PIHAK KEDUA

PASAL 5
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA

1. PIHAK KEDUA berhak:


a. Memperoleh umpan balik atas hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh
PIHAK PERTAMA
b. Melakukan klarifikasi jika terdapat keluhan atau pengaduan dari PIHAK PERTAMA

2. PIHAK KEDUA berkewajiban:


a. Memberikan jasa pengangkutan sampah non medis ke tempat pembuangan akhir

PASAL 6
TARIF PENGELOLAAN

1. Atas Pelayanan pengolahan sampah non medis yang diberikan oleh PIHAK KEDUA ,
maka PIHAK KEDUA berhak mengenakan tarif pelayanan pengolahan
sampah non medis yang telah disetujui dan disepakati oleh PARA PIHAK, dimana
PIHAK KEDUA sewaktu waktu berhakmelakukan perubahan atas tarif
pelayanan pengolahan sampah non medis dengan pemberitahuan secara tertulis
pada PIHAK PERTAMA selambat lambatnya 1 (satu ) bulan sebelum perubahan tarif di
lakukan.
2. Atas perubahan tarif pelayanan pengolahan sampah non medis tersebut wajib
diadakan kesepakatan tertulis oleh PARA PIHAK dimana kesepakatan tersebut
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini serta secara otomatis
membatalkan tarif pelayanan pengolahan sampah non medis yang berlaku sebelumnya.
PASAL 7
JANGKA WAKTU BERLAKU

a. Perjanjian ini berlaku sejak tanggal ditanda tangani dan berlaku selama 5 (lima) tahun
dan akan ditinjau kembali apabila ada ketidak sesuaian.

b. Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu Perjanjian


Kerjasama ini, PARA PIHAK sepakat saling memberitahukan maksudnya apabila hendak
memperpanjang Perjanjian Kerjasama ini.

c. Apabila selambat-lambatnya sampai dengan 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya jangka


waktu Perjanjian ini tidak ada surat pemberitahuan dari PIHAK PERTAMA untuk
memperpanjang waktu Perjanjian, maka Perjanjian ini berakhir dengan sendirinya.

PASAL 8
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)

a. Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (selanjutnya disebut “Force Majeure”) adalah
suatu keadaan yang terjadinya di luar kemampuan, kesalahan atau kekuasaan PARA
PIHAK dan yang menyebabkan PIHAK yang mengalaminya tidak dapat melaksanakan
atau terpaksa menunda pelaksanaan kewajibannya dalam Perjanjian ini. Force Majeure
tersebut meliputi bencana alam, banjir, wabah, perang (yang dinyatakan maupun yang
tidak dinyatakan, pemberontakan, huru-hara, pemogokkan umum, kebakaran dan
kebijaksanaan Pemerintah yang berpengaruh secara langsung terhadap pelaksanaan
Perjanjian ini.

b. Dalam hal terjadinya peristiwa Force Majeure, maka PIHAK yang terhalang untuk
melaksanakan kewajibannya tidak dapat dituntut oleh PIHAK lainnya. PIHAK yang
terkena Force Majeure wajib memberitahukan adanya peristiwa Force Majeure tersebut
kepada PIHAK yang lain secara tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sejak saat
terjadinya peristiwa Force Majeure, yang dikuatkan oleh surat keterangan dari pejabat
yang berwenang yang menerangkan adanya peristiwa Force Majeure tersebut. PIHAK
yang terkena Force Majeure wajib mengupayakan dengan sebaik-baiknya untuk tetap
melaksanakan kewajibannya sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini segera setelah
peristiwa Force Majeure berakhir.

c. Apabila peristiwa Force Majeure tersebut berlangsung terus hingga melebihi atau diduga
oleh PIHAK yang mengalami Force Majeure akan melebihi jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari kalender, maka PARA PIHAK sepakat untuk meninjau kembali jangka waktu
Perjanjian ini.
d. Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah salah satu PIHAK sebagai akibat
terjadinya peristiwa Force Majeure bukan merupakan tanggung jawab PIHAK yang lain.

PASAL 9
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

a. Setiap perselisihan, pertentangan dan perbedaan pendapat yang timbul sehubungan


dengan Perjanjian ini akan diselesaikan terlebih dahulu secara musyawarah dan mufakat
oleh PARA PIHAK.

b. Apabila penyelesaian secara musyawarah tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah


mufakat, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan
tersebut melalui Pengadilan.

PASAL 10
ADDENDUM

Apabila dalam pelaksanaan Perjanjian Bersama ini PARA PIHAK merasa perlu melakukan
perubahan, maka perubahan tersebut hanya dapat dilakukan atas kesepakatan PARA PIHAK
yang dituangkan dalam Addendum Perjanjian ini yang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari Perjanjian ini.

Demikian, Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) asli, masing-masing sama bunyinya, di
atas kertas bermaterai cukup serta mempunyai kekuatan hukum kerjasama setelah ditandatangani
oleh PARA PIHAK.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Sebagai Pihak Pertama Sumenep Sebagai Pihak Kedua

dr. H. Fatoni, M.Si

Anda mungkin juga menyukai