Anda di halaman 1dari 56

Syafii, ST, MT, Ph.

SISTEM OTOMASI DAN MONITORING PANEL


SURYA BERBASIS ARDUINO

Penerbit …………, 2016


DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
1. Dasar-dasar Pemograman Arduino 1
2. Rangkaian Sensor Arduino 10
2.1 Pendahuluan 11
2.1.1 Sensor Radiasi Matahari 14
2.1.2 Sensor temperature 15
2.1.3 Sensor arus 24
2.1.4 Sensor tegangan 26
2.2 Pengukuran listrik panel surya 19
3. Konversi Energi Matahari ke Listrik dengan Panel Surya 31
3.1 Energi Matahari 31
3.2 Panel surya 37
4. Sistem Kendali Tracker Matahari 41
4.1 Optimalisasi konversi energy matahai 41
4.2 Solar tracker berbasis sensor radiasi 43
4.3 Sensorless solar tracker berbasis posisi matahari 45
5. Jaringan sensor nirkabel bebasis Zigbee
6. Sistem monitoring nirkabel panel surya 49
7. Energi logger 64

Daftar Pustaka
BAB I

DASAR-DASAR PEMOGRAMAN ARDUINO

1.1 Pendahuluan
Perkembangan zaman diikuti dengan semakin majunya teknologi. Bagi masyarakat
tentu perlu teknologi inovatif yang dapat mempermudah pekerjaan yang dilakukan sehari hari.
Karena kita tidak bisa jauh dari teknologi - teknologi atau peralatan - peralatan canggih yang
ada di sekitar kita. Khususnya para engineer tentu hal ini sangat dibutuhkan dengan semakin
canggihnya peralatan yang digunakan tentu harus bisa mengoperasikannya. Pada zaman
sekarang sebagian besar peralatan sudah dioperasikan menggunakan program yang dijalankan
di komputer. Maka dari itu penting bagi para engineer untuk memahami pemrograman
komputer.

Arduino merupakan salah satu dari sekian produk mikrokontroller yang dirancang
dengan kemampuan bersifat inovatif sebagai proyek rintisan berlisensi terbuka dan mampu
difungsikan sebagai produk akhir sesuai dengan konteks yang dibutuhkan oleh pengguna.
Antar muka Arduino dapat memudahkan pengguna dalam memahami parameter seperti konsep
sensor atau penerapan lainnya yang ingin diamati langsung. Konsep bahasa Arduino dengan
mentargetkan ke pin tertentu yang menjadikan Arduino tersebut mudah dipahami bagi
penggunanya.

1.2 Arduino

Arduino adalah papan rangkaian elektronik yang bersifat open-source diturunkan


dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai
bidang. Hardwarenya memiliki prosesor Atmel AVR dan softwarenya memiliki bahasa
pemrograman sendiri. Arduino dapat juga diartikan sebagai sebuah system computer kecil yang
dapat deprogram dengan perintah untuk berinteraksi dengan berbagai nemtuk input dan output.
Bahasa yang digunakan dalam Arduino bukan assembler yang relatif sulit, tetapi bahasa C
yang sudah dipermudah dengan menggunakan fungsi-fungsi yang sederhana sehingga lebih
mudah dalam memprogramnyadengan bantuan pustaka-pustaka (libraries) Arduino.

Platform arduino terdiri dari arduino board, shield, bahasa pemrograman arduino, dan
arduino development environment. Arduino board biasanya memiliki sebuah chip dasar
mikrokontroler Atmel AVR ATmega8 berikut turunannya. Blok diagram arduino board yang
sudah disederhanakan. Shield adalah sebuah papan yang dapat dipasang diatas arduino board
untuk menambah kemampuan dari arduino board.

Gambar 1.1 Blok diagram Arduino Board


Pemrograman dan system antarmuka pada Arduino dijelaskan dengan contoh
programnya yaitu, sketh atau sketchbook.dan juga dijabarkan fungsi spesifik dari
mikrokontroller seperti penerapan ADC( Analog to Digital Converter) pada mode referensi
tegangan eksternal , EEPROM ( Electrically Erasable Programmable Read Only
Memory),SRAM ( static Random Acces Memory), komunikasi serial, serta fitur-fitur lainnya
dari Arduino.
Adapun macam macam Arduino sebagai berikut :
1. Arduino Uno
2. Arduino Duemilanove
3. Arduno Leonardo
4. Arduino Mega2560
5. Arduino Intel Galile
6. Arduino Pro Micro AT
7. Arduino Nano R3
8. Arduino mini Atmega
9. Arduino Mega ADK
10. Arduino Esplora
Namun tidak hanya itu, system Arduino memungkinkan untuk membuat peralatan yang
dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar dengan menggunakan perangkat input dan output
tanpa batas.begitu juga dengan sensor, indicator, display, motor dan masih banyak lagi yang
bisa di program, interaksi yang tepat diperlukan untuk membuat perangkat berfungsi dengan
baik.
1.3Arduino Mega2560
Arduino Mega 2560 adalah papan pengembangan mikrokontroller yang berbasis
Arduino dengan menggunakan chip ATmega2560. Board ini memiliki pin I/O yang cukup
banyak, sejumlah 54 buah digital I/O pin (15 pin diantaranya adalah PWM), 16 pin analog
input, 4 pin UART (serial port hardware). Arduino Mega 2560 dilengkapi dengan sebuah
oscillator 16 Mhz, sebuah port USB, power jack DC, ICSP header, dan tombol reset. Board ini
sudah sangat lengkap, sudah memiliki segala sesuatu yang dibuthkan untuk sebuah
mikrokontroller. Dengan penggunaan yang cukup sederhana, anda tinggal menghubungkan
power dari USB ke PC anda atau melalui adaptor AC/DC ke jack DC.

Beberapa fitur dari Arduino Mega 2560 ini adalah :

Microcontroller ATmega2560
Operating Voltage 5V
Input Voltage (recommended) 7-12V
Input Voltage (limit) 6-20V
54 (of which 15 provide
Digital I/O Pins
PWM output)
Analog Input Pins 16
DC Current per I/O Pin 20 mA
DC Current for 3.3V Pin 50 mA
256 KB of which 8 KB
Flash Memory
used by bootloader
SRAM 8 KB
EEPROM 4 KB
Clock Speed 16 MHz
Length 101.52 mm
Width 53.3 mm
Weight 37 g
Gambar 1.2 Arduino Mega 2560

Pemrograman board Arduino Mega 2560 dilakukan dengan menggunakan Arduino


Software (IDE). Chip ATmega2560 yang terdapat pada Arduino Mega 2560 telah diisi
program awal yang sering disebut bootloader. Bootloader tersebut yang bertugas untuk
memudahkan anda melakukan pemrograman lebih sederhana menggunakan Arduino Software,
tanpa harus menggunakan tambahan hardware lain. Cukup hubungkan Arduino dengan kabel
USB ke PC atau Mac/Linux anda, jalankan software Arduino Software (IDE).

1.3.1 BAGIAN-BAGIAN DARI ARDUINO MEGA 2560

A. Soket USB

Konektor USB ( Universal Serial Bus) yang berfungsi menghubungakan board ke


komputer. Yang memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Memasok listrik ke board Arduino


2. Meng-upload instruksi kepada board Arduino
3. Mengirim data dan menerima data dari komputer.

Arduino Mega dapat diaktifkan melalui koneksi USB atau dengan catu daya eksternal.
Sumber daya dipilih secara otomatis. Sumber daya eksternal (non-USB) dapat berasal baik dari
adaptor AC-DC atau baterai. Adaptor dapat dihubungkan dengan mencolokkan steker dengan
terminal positif ke ke jack sumber tegangan pada papan. Jika tegangan berasal dari baterai
dapat langsung dihubungkan melalui header pin Gnd dan pin Vin dari konektor POWER.

Arduino ATmega2560 dapat beroperasi dengan pasokan daya eksternal 6 Volt sampai
20 volt. Jika diberi tegangan kurang dari 7 Volt, maka, pin 5 Volt mungkin akan menghasilkan
tegangan kurang dari 5 Volt dan ini akan membuat papan menjadi tidak stabil. Jika sumber
tegangan menggunakan lebih dari 12 Volt, regulator tegangan akan mengalami panas
berlebihan dan bisa merusak papan. Rentang sumber tegangan yang dianjurkan adalah 7 Volt
sampai 12 Volt.

Pin tegangan yang tersedia pada papan Arduino adalah sebagai berikut:

 VIN adalah input tegangan untuk papan Arduino ketika menggunakan sumber daya
eksternal (sebagai ‘saingan’ tegangan 5 Volt dari koneksi USB atau sumber daya ter-
regulator lainnya).
 5V adalah pin yang mengeluarkan tegangan ter-regulator 5 Volt, dari pin ini tegangan
sudah diatur (ter-regulator) dari regulator yang tersedia (built-in) pada papan. Arduino dapat
diaktifkan dengan sumber daya baik berasal dari jack power DC (7-12 Volt), konektor USB
(5 Volt), atau pin VIN pada board (7-12 Volt). Memberikan tegangan melalui pin 5V atau
3.3V secara langsung tanpa melewati regulator dapat merusak papan Arduino.
 3V3 adalah sebuah pin yang menghasilkan tegangan 3,3 Volt. Tegangan ini dihasilkan
oleh regulator yang terdapat pada papan (on-board). Arus maksimum yang dihasilkan adalah
50 mA.
 GND Pin Ground atau Massa.
 IOREFPin ini pada papan Arduino berfungsi untuk memberikan referensi tegangan
yang beroperasi pada mikrokontroler. Sebuah perisai (shield) dikonfigurasi dengan benar
untuk dapat membaca pin tegangan IOREF dan memilih sumber daya yang tepat atau
mengaktifkan penerjemah tegangan (voltage translator) pada output untuk bekerja pada
tegangan 5 Volt atau 3,3 Volt.

B. Memori

Arduino ATmega2560 memiliki 256 KB flash memory untuk menyimpan kode (yang
8 KB digunakan untuk bootloader), 8 KB SRAM dan 4 KB EEPROM (yang dapat dibaca dan
ditulis dengan perpustakaan EEPROM).

C. Input dan Output

Arduino Mega terdapat 54 pin digital dapat digunakan sebagai input atau output,
menggunakan fungsi pinMode() , digitalWrite() , dan digitalRead(). Arduino Mega beroperasi
pada tegangan 5 volt. Setiap pin dapat memberikan atau menerima arus maksimum 40 mA dan
memiliki resistor pull-up internal (yang terputus secara default) sebesar 20-50 kOhms. Selain
itu, beberapa pin memiliki fungsi khusus, antara lain:

 Serial : 0 (RX) dan 1 (TX); Serial 1 : 19 (RX) dan 18 (TX); Serial 2 : 17 (RX) dan 16
(TX); Serial 3 : 15 (RX) dan 14 (TX). Digunakan untuk menerima (RX) dan mengirimkan
(TX) data serial TTL. Pins 0 dan 1 juga terhubung ke pin chip ATmega16U2 Serial USB-
to-TTL.
 Eksternal Interupsi : Pin 2 (interrupt 0), pin 3 (interrupt 1), pin 18 (interrupt 5), pin 19
(interrupt 4), pin 20 (interrupt 3), dan pin 21 (interrupt 2). Pin ini dapat dikonfigurasi untuk
memicu sebuah interupsi pada nilai yang rendah, meningkat atau menurun, atau perubah
nilai.
 SPI : Pin 50 (MISO), pin 51 (MOSI), pin 52 (SCK), pin 53 (SS). Pin ini mendukung
komunikasi SPI menggunakan perpustakaan SPI. Pin SPI juga terhubung dengan header
ICSP, yang secara fisik kompatibel dengan Arduino Uno, Arduino Duemilanove dan
Arduino Diecimila.
 LED : Pin 13. Tersedia secara built-in pada papan Arduino ATmega2560. LED
terhubung ke pin digital 13. Ketika pin diset bernilai HIGH, maka LED menyala (ON), dan
ketika pin diset bernilai LOW, maka LED padam (OFF).
 TWI : Pin 20 (SDA) dan pin 21 (SCL). Yang mendukung komunikasi TWI
menggunakan perpustakaan Wire. Perhatikan bahwa pin ini tidak di lokasi yang sama
dengan pin TWI pada Arduino Duemilanove atau Arduino Diecimila.

Arduino Mega2560 memiliki 16 pin sebagai analog input, yang masing-masing


menyediakan resolusi 10 bit (yaitu 1024 nilai yang berbeda). Secara default pin ini dapat
diukur/diatur dari mulai Ground sampai dengan 5 Volt, juga memungkinkan untuk mengubah
titik jangkauan tertinggi atau terendah mereka menggunakan pin AREF dan fungsi
analogReference().

Ada beberapa pin lainnya yang tersedia, antara lain:

 AREF : Referensi tegangan untuk input analog. Digunakan dengan fungsi


analogReference().
 RESET : Jalur LOW ini digunakan untuk me-reset (menghidupkan ulang)
mikrokontroler. Jalur ini biasanya digunakan untuk menambahkan tombol reset pada shield
yang menghalangi papan utama Arduino.
D. Komunikasi

Arduino Mega2560 memiliki sejumlah fasilitas untuk berkomunikasi dengan


komputer, dengan Arduino lain, atau dengan mikrokontroler lainnya. Arduino ATmega328
menyediakan 4 hardware komunikasi serial UART TTL (5 Volt). Sebuah chip ATmega16U2
(ATmega8U2 pada papan Revisi 1 dan Revisi 2) yang terdapat pada papan digunakan sebagai
media komunikasi serial melalui USB dan muncul sebagai COM Port Virtual (pada Device
komputer) untuk berkomunikasi dengan perangkat lunak pada komputer, untuk sistem operasi
Windows masih tetap memerlukan file inf, tetapi untuk sistem operasi OS X dan Linux akan
mengenali papan sebagai port COM secara otomatis.

Perangkat lunak Arduino termasuk didalamnya serial monitor memungkinkan data


tekstual sederhana dikirim ke dan dari papan Arduino. LED RX dan TX yang tersedia pada
papan akan berkedip ketika data sedang dikirim atau diterima melalui chip USB-to-serial yang
terhubung melalui USB komputer (tetapi tidak untuk komunikasi serial seperti pada pin 0 dan
1).

E. Pemrograman

Arduino Mega dapat diprogram dengan software Arduino ATmega2560 pada Arduino
Mega sudah tersedia preburned dengan bootloader yang digunakan untuk meng-upload kode
baru tanpa menggunakan programmer hardware eksternal. Hal ini karena komunikasi yang
terjadi menggunakan protokol asli STK500. Anda juga dapat melewati (bypass) bootloader dan
program mikrokontroler melalui pin header ICSP (In-Circuit Serial Programming).

Chip ATmega16U2 (atau 8U2 pada board Rev. 1 dan Rev. 2) source code firmware
tersedia pada repositori Arduino. ATmega16U2/8U2 dapat dimuat dengan bootloader DFU,
yang dapat diaktifkan melalui:

Pada papan Revisi 1 : Menghubungkan jumper solder di bagian belakang papan (dekat dengan
peta Italia) dan kemudian akan me-reset 8U2.

Pada papan Revisi 2 : Ada resistor yang menghubungkan jalur HWB 8U2/16U2 ke ground,
sehingga lebih mudah untuk dimasukkan ke dalam mode DFU.
Atmel FLIPmerupakan software (sistem operasi Windows) atau DFU
programmer (sistem operasi Mac OS X dan Linux) untuk memuat firmware baru. Atau Anda
dapat menggunakan pin header ISP dengan programmer eksternal (overwrite DFU bootloader).

F. Tombol Reset

Arduino Mega2560 didesain dengan cara me-reset melalui perangkat lunak yang
berjalan pada komputer yang terhubung. Salah satu jalur kontrol hardware (DTR) mengalir dari
ATmega8U2/16U2 dan terhubung ke jalur reset dari ATmega2560 melalui kapasitor 100
nanofarad. Bila jalur ini di-set rendah/low, jalur reset drop cukup lama untuk me-reset chip.

Perangkat lunak Arduino memungkinkan untuk meng-upload kode dengan hanya


menekan tombol upload pada perangkat lunak Arduino. Ini berarti bahwa bootloader memiliki
rentang waktu yang lebih pendek, seperti menurunkan DTR dapat terkoordinasi (berjalan
beriringan) dengan dimulainya upload.Pengaturan ini juga memiliki implikasi lain.
KetikaArduino Mega2560 terhubung dengan komputer yang menggunakan sistem operasi
Mac OS X atau Linux, papan Arduino akan di-reset setiap kali dihubungkan dengan software
komputer (melalui USB). Dan setengah detik kemudian atau lebih.

Bootloader berjalan pada papan Mega2560. Proses reset melalui program ini
digunakan untuk mengabaikan data yang cacat (yaitu apapun selain meng-upload kode baru),
ia akan memotong dan membuang beberapa byte pertama dari data yang dikirim ke papan
setelah sambungan dibuka. Jika sebuah sketsa dijalankan pada papan untuk menerima satu kali
konfigurasi atau menerima data lain ketika pertama kali dijalankan, pastikan bahwa perangkat
lunak diberikan waktu untuk berkomunikasi dengan menunggu satu detik setelah terkoneksi
dan sebelum mengirim data.

G. Perlindungan beban berlebih pada USB

Arduino Mega2560 memiliki polyfuse reset yang melindungi port USB komputer Anda
dari hubungan singkat dan arus lebih. Meskipun pada dasarnya komputer telah memiliki
perlindungan internal pada port USB mereka sendiri, sekring memberikan lapisan
perlindungan tambahan. Jika arus lebih dari 500 mA dihubungkan ke port USB, sekring secara
otomatis akan memutuskan sambungan sampai hubungan singkat atau overload
dihapus/dibuang.

H. Karakteristik Shield dan kompatibilitas Shield

Maksimum panjang dan lebar PCB Mega2560 adalah 4 x 2.1 inch (10,16 x 5,3 cm),
dengan konektor USB dan jack power menonjol melampaui batas dimensi. Empat lubang
sekrup memungkinkan papan terpasang pada suatu permukaan atau wadah. Perhatikan bahwa
jarak antara pin digital 7 dan 8 adalah 160 mil (0.16”), tidak seperti pin lainnya dengan
kelipatan genap berjarak 100 mil. Arduino Mega2560 dirancang agar kompatibel dengan
sebagian shield yang dirancang untuk Arduino Uno, Arduino Diecimila atau Arduino
Duemilanove. Pin Digital 0-13 (pin AREF berdekatan dan pin GND), input analog 0 sampai 5,
header power, dan header ICSP berada di lokasi yang ekuivalen. Selanjutnya UART utama
(port serial) terletak di pin yang sama (0 dan 1), seperti pin interupsi eksternal 0 dan 1 (masing-
masing pada pin 2 dan 3). SPI di kedua header ICSP yaitu Mega2560 dan
Duemilanove/Diecimila. Harap dicatat bahwa pin I2C tidak terletak pada pin yang sama pada
Mega pin (20 dan pin 21) seperti halnya Duemilanove/Diecimila (input analog pin 4 dan pin
5).

I.Jack Baterai/Adaptor

Soket baterai atau adaptor digunakan untuk menyuplai Arduino dengantegangan dari
baterai/adaptor 9V pada saat Arduino sedang tidak disambungkan kekomputer. Pada saat
Arduino disambungkan ke komputer melalui USB, Arduino mendapatkan suplai tegangan dari
USB, jadi tidak perlu memasang baterai/adaptor saatmemprogram Arduino.

Struktur Pemrograman Pada Arduino


Setiap program Arduino (biasa disebut sketch). Sketch merupakan source code yang berisi
logika dan algoritma yang akan di upload ke dalam IC mikrokontroler (Arduino).
1. Structure
Structure dasar dari bahasa pemrograman arduino adalah sederhana yang terdiri dari dari
2 program utama yang harus ada dalam pemrograman arduino.
Void setup ( )
{
// Statement
}
Void loop ( )
{
// Statement
}
Dimana Void Setup ( ) suatu bagian untuk inisialisasi yang hanya dijalankan sekali di
awal program, sedangkan loop ( ) untuk mengeksekusi bagian program yang akan dijalankan
berulang ulang untuk selamanya. Statement digunakan untuk membuat suatu catatan pada
program.
2. Setup ( )
Fungsi setup ( ) hanya di panggil satu kali ketika program pertama kali di jalankan. Ini
digunakan untuk pendefinisian mode pin atau memulai komunikasi serial. Fungsi setup ( )
harus diikut sertakan dalam program walaupun tidak ada statement yang dijalankan.
void setup ( )
{
pinMode(7, OUTPUT);// artinya ‘pin 7’ disetting sebagia output
}
3. Loop
Setelah melakukan fungsi setup ( ) maka secara langsung akan melakukan fungsi loop
( ) secara berurutan dan melakukan instruksi-instruksi yang ada dalam fungsi loop ( ).
void loop ( )
{
digitalWrite(7, HIGH); // ‘Pin7’ kondisi berlogika 1 ( hidup )
delay(1000); // Waktu tunda program selama 1 detik
digitalWrite(7, LOW); // ‘Pin7’ kondisi berlogika 0 ( mati )
delay(1000); // Waktu tunda program selama 1 detik
4. PinMode ( )
Digunakan untuk melakukan konfigurasi secara spesifik fungsi dari sebuah pin,
apakah sebagi input atau output.
 pinMode(0, INPUT) konfigurasi pin 0 Arduino sebagai pin input
 pinMode(7, OUTPUT) konfigurasi pin 13 Arduino sebagai pin output
5. digitalRead( )
Digunakan untuk membaca nilai pin digital yang spesifik, apakah bernilai HIGH atau
LOW.
6. digitalWrite( )
Selain membaca nilai ada juga function untuk menuliskan atau memberikan nilai pada
suatu pin digital secara spesifik.
 digitalWrite(7,HIGH) memberikan nilai digital HIGH pada pin 7 Arduino
7. delay( )
Fungsi delay digunakan untuk memberikan waktu tundaan ( dalam satu milisecond)
untuk mengerjakan satu baris program ke baris selanjutnya.
8. analogRead( )
Selain berfungsi membaca nilai digital, juga digunakan untuk membaca nilai analog.
Dengan menggunakan function analogread( ) untuk membaca nilai analog melalui pin analog.
9. Function
Function (fungsi) adalah blok pemrograman yang mempunyai nama dan mempunyai
statement yang akan dieksekusi ketika function di panggil.
Cara pendeklarasian function
Type functionName(parameters)
{
// Statement ;
}

10. { } Curly Braces


Curly braces mendefenisikan awal dan akhir dari sebuah blok fungsi. Apabila ketika
memprograman dan programmer lupa member curly brace tutup makan ketika di- compile akan
terdapat laporan error.

11. Semicolon
Semicolon harus diberikan pada setiap statement program yang kita buat ini merupakan
pembatasan setiap statement program yang dibuat.
12. /*.../* blok comment
Semua statement yang ditulis dalam blok comment tidak akan dieksekusi dan tidak akan
di compile sehingga tidak mempengaruhi besar program yang dibuat untuk di masukkan dalam
board arduino.
13. // Line comment
Sama halnya dengan blok comment, line comment pun sama hanya saja yang dijadikan
komentar adalah perbaris.
Type – Type Data
1. Byte
Type byte ini dapat menyimpan 8-bit nilai angka bilangan asli tanpa koma, tipe byte ini
memiliki range 0 – 255.
Byte biteVariable = 180; // mendeklarasikan ‘biteVariable’ sebagai type byte
2. Integer
integer adalah tipe data yang utama untuk menyimpan nilai bilangan bulat tanpa koma.
Penyimpanan integer sebesar 16-bit dengan range 32.767 sampai -32.768.
Int integerVariable = 1600; // mendeklarasikan ‘integerVariable’ sebagai type integer

3. Long
Perluasan ukuran untuk long integer, penyimpan long integer sebesar 32-bit dengan
range 2.147.483.647 sampai -2.147.483.648
Long log variabel = 500000; // mendeklarasikan ‘longVariabel’ sebagai type long
4. Float
Float adalah tipe data yang dapat menampung nilai decimal, float merupakan
penyimpan yang lebih besar dari integer dan dapat menyimpan sebesar 32-bit dengan range
3.4028235E+38 sampai -3.4028235E+38
Float floatVariable = 3.14; // mendeklarasikan ‘floatVariable’ sebagai type float

5. Array
Array adalah kumpulan nilai yangdapat di akses dengan index number, nilai yangterdapat
dalam array dapat di panggil dengan cara menuliskan nama array dan index number.
Contoh :
Int arraysName[] = {nilai0, nilai1, nilai2. . .}
Int arrayKampus[] = {1,2,3,4,5}
X = arrayKampus[5]; // x sekarang sama dengan 5

Flow Control
1. If
Operator if ,operator ini mengset sebuah kondisi seperti nilai analog sudah berada
dibawah nilai yang kita kehendaki atau belum, apabila terpenuhi maka akan mengeksekusi
baris program yang ada dalam bracket kalau tidak terpenuhi maka akan mengabaikan baris
program yang ada dalam brackets.
Contoh :
If ( someVariabel?? value)
{
//Dosomething;
}
2. If...else
Operator if else mengeset sebuah kondisi apabila tidak sesuai dengan kondisi yang
pertama maka akan mengeksekusi baris program yang ada di else.
If (inputPin ==HIGH)
{
// rencana A;
}
Else
{
//rencana B;
}
3. For
Operator for digunakan dalam blok pengulangan tertutup
Contoh :
For ( basah, kering, lembab)
4. While
Operator while akan terus mengulang baris perintah yang ada dalam bracket sampai
ekspresi sebagai kondisi pengulangan bernilai salah

While ( someVariabel ?? value)


{
//doSomething.
}
5. Do....While
Sama halnya dengan while( ) hanya saja pada operator Do...While tidak melakukan
pengecekan pada awal tapi di akhir, sehingga otomatis akan melakukan satu kali baris perintah
walaupun pada awalnya sudah terpenuhi.
Do
{
// doSomething;
}
While ( someVariabel?? value);
BAB II

RANGKAIAN SENSOR ARDUINO

2.1 Pendahuluan

Transduser adalah suatu alat yang fungsinya itu mengubah suatu


energi ke energi lain, salah satu contohnya adalah sensor.Transduser juga
dibagi dua yaitu transduser aktif dan pasif. Transduser aktif adalah
transduser yang dapat bekerja meskipun tidak energi dari luar, contohnya
adalah potensiometer dia membutuhkan energi listrik untuk mengubah
volume (di speaker aktif), transduser pasif adalah transduser yang bekerja
apabila ada energi dari luar contohnya adalah termokopel yang bekerja jika
suhu sekitar berbeda dengan suhu pembanding maka termokopel akan
langsung menghasilkan arus listrik.

Sensor adalah suatu alat atau komponen yang dapat merubah suatu
besaran mekanik (suhu,cahaya,gerak,dll) menjadi besaran listrik
(hambatan,arus,dll) sehingga dapat dianalisa dengan sebuah rangkaian
listrik. Sensor sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan
pengukuran atau pengendalian. Sensor merupakan suatu peralatan yang
berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari
perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia,
energi biologi, energi mekanik dan sebagainya. Pada saat ini, sensor tersebut
telah dibuat dengan ukuran sangat kecil. Ukuran yang sangat kecil ini sangat
memudahkan pemakaian dan menghemat energi.

Gambar 2.1 Transduser dan Sensor


Perbedaan antara Sensor dan Tranduser :

1. Sensor memerlukan komponen lain utk menghasilkan tegangan,


sementara tranduser tidak.
2. Sensor merubah besaran fisik ke listrik, sementara tranduser merubah
energi ke bentuk energi lain.

Sensor merupakan bagian dari transducer yang berfungsi untuk


melakukan sensing atau “merasakan dan menangkap” adanya perubahan
energy eksternal yang akan masuk ke bagian input dari transducer, sehingga
perubahan kapasitas energi yang ditangkap segera dikirim kepada bagian
konvertor dari transducer untuk dirubah menjadi energi listrik.

Berikut adalah sensor yang digunakan untuk pengukuran Pembangkit


Listrik Tenaga Surya (PLTS) :

2.1.1 Sensor Radiasi Matahari

Sensor OPT101 adalah fotodioda monolitik dengan chip trasimpedance


amplifier. Tegangan keluaran meningkat secara linear terhadap intensitas
cahaya. Amplifier dirancang pada operasi sumber tegangan rangkap atau
tunggal, yang sesuai untuk peralatan battery – operated. Kombinasi yang
terintegrasi antara fotodiode dan transimpedance amplifier pada satu chip
tunggal,mengurangi masalah yang biasa ditemui pada perancangan system
seperti error kebocoran arus, noise yang berlebihan,dan puncak kapasitansi.
Fotodiode yang berukuran 0.09 x 0.09 inci diopersaikan didalam
photoconductive untuk menghasilkan linearitas sempurna dan arus rendah.
Berikut adalah konfigurasi Pin sensor OPT101.

Gambar 2.2 Konfigurasi Pin Sensor OPT101

2.1.2 Sensor Temperature


DHT22 atau AM2302 adalah salah satu sensor yang digunakan untuk
mengukur temperature dan juga dapat digunakan untuk mengukur
kelembangan sekaligus. Output dari sensor DHT22 adalah berupa sinyal
digital. Sensor ini menggunakan teknik pengumpulan eksklusif untuk
sinyal digital untuk memastikan kehandalan dan kestabilan. Eemen
penginderaan ini terhubung dengan 8-bit chip computer tunggal. Setiap
sensor dari model ini adalah temperature yang terkompensasi dan
terkalibrasi secara akurat dan tersimpan dalam memory OTP .

Gambar 2.3 Spesifikasi DHT22

Gambar 2.4 Pinout Sensor DHT22


Gambar 2.5 Rangkaian DHT22 dengan Arduino

Perbandingan antara DHT11 dan DHT22

DHT11 :

 Biaya sangat murah


 3 to 5V suplai dan I/O
 2.5mA (arus maksimal yang digunakan selama pengkonversian)
 Good for 20-80% humidity readings with 5% accuracy
 Good for 0-50°C temperature readings ±2°C accuracy
 No more than 1 Hz sampling rate (once every second)
 Body size 15.5mm x 12mm x 5.5mm
 4 pins with 0.1" spacing

DHT22 :

 Biaya murah
 3 to 5V suplai dan I/O
 2.5mA (arus maksimal yang digunakan selama pengkonversian)
 Good for 0-100% humidity readings with 2-5% accuracy
 Good for -40 to 125°C temperature readings ±0.5°C accuracy
 No more than 0.5 Hz sampling rate (once every 2 seconds)
 Body size 15.1mm x 25mm x 7.7mm
 4 pins with 0.1" spacing

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa DHT22 lebih akurat


dan baik selama pada jangkauan yang agak luas.

Listing Program Pengukuran Temperature


#include "DHT.h"

#define DHTPIN 2 // what pin we're connected to

#define DHTTYPE DHT22 // DHT 22 (AM2302)

#define fan 4

int maxTemp = 40;

DHT dht(DHTPIN, DHTTYPE);

void setup() {

Serial.begin(9600);

dht.begin();

void loop() {

// Wait a few seconds between measurements.

delay(2000);

// Reading temperature takes about 250 milliseconds!

// Read temperature as Celsius

float t = dht.readTemperature();

// Check if any reads failed and exit early (to try again).

if (isnan(h) || isnan(t)) {

Serial.println("Failed to read from DHT sensor!");

return;

Serial.print("Temperature: ");

Serial.print(t);

Serial.println(" *C ");

}
Selain sensor suhu digital, dapat juga menggunakan sensor suhu analog untuk mendeteksi
suhu panel surya digunakan sensor suhu LM 35 yang dapat dikalibrasikan
langsung dalam, LM 35 ini difungsikan sebagai basic temperature sensor seperti
pada gambar berkut:

Gambar Sensor Temperatur LM 35


Sensor suhu LM35 mengubah besaran fisis suhu menjadi besaran elektrik
tegangan. Sensor ini memiliki konfigurasi untuk setiap kenaikan 1°C, tegangan
output naik sebesar 10mV dengan batas maksimal keluaran sensor adalah 1,5 V
pada suhu 150°C. Pada perancangan ditentukan keluaran ADC mencapai skala
maksimum pada suhu 100°C, sehingga tegangan keluaran tranduser (10mV/°C x
100°C) = 1V. Pengukuran suhu ruang 30°C, menghasilkan keluaran tegangan
LM35 sebesar 0,3V (300mV). Tegangan ini diolah dengan mengunakan rangkaian
pengkondisi sinyal agar sesuai dangan tahapan masukan ADC.

2.1.3 Sensor Arus

Salah satu solusi untuk pengukuran besar arus di dunia industry,


komersial dan system komunikasi adalah Allegro ® ACS712 yang mana
menyediakan solusi ekonomis dan tepat untuk pengukuran arus AC atau
DC. Perangkat terdiri dari rangkaian sensor efek-hall yang linier, low-offset,
dan presisi. Saat arus mengalir di jalur tembaga pada bagian pin 1-4, maka
rangkaian sensor efek-hall akan mendeteksinya dan mengubahnya menjadi
tegangan yang proporsional seperti yang dapat dilihat pada digram blok
fungsi berikut.
Gambar 2.6 Diagram blok dari IC ACS712.

Gambar 2.7 Konfigurasi pin dari IC ACS712.

Fungsi pin Sensor Arus ACS712

Pin ACS712 Fungsi


IP + Terminal yang mendeteksi arus, terdapat sekring di dalamnya
IP - Terminal yang mendeteksi arus, terdapat sekring di dalamnya
GND Terminal sinyal ground
Terminal untuk kapasitor eksternal yang berfungsi sebagai
FILTER
pembatas bandwith
VIout Terminal keluaran sinyalanalog
Vcc Terminal masukan catu daya

Prinsip Kerja

Cara kerjanya dengan berfungsi sebagai koil induksi yang mendeteksi


perubahan medan magnet yang terjadi di sekeliling konduktor pembawa
arus. Dengan mengukur jumlah arus yang dibangkitkan oleh koil kita dapat
menghitung jumlah arus yang melewati konduktor tersebut (prinsip medan
magnet pada trafo / transformer).
Modul ini sudah memiliki resistor pembagi beban / load sampling
resistor sebesar 200Ω yang mengubah arus menjadi tegangan terukur.

Karakteristik ACS712
 Memiliki sinyal analog dengan sinyal-ganguan rendah (low-noise)
 Ber-bandwidth 80 kHz
 Total output error 1.5% pada Ta = 25 °C
 Memiliki resistansi dalam 1.2 mΩ
 Tegangan sumber operasi tunggal 5.0 V
 Sensitivitas keluaran 66 sd 185 mV/A
 Tegangan keluaran proporsional terhadap arus AC ataupun DC
 Fabrikasi kalibrasi
 Tegangan offset keluaran yang sangat stabil
 Hysterisis akibat medan magnet mendekati nol
 Rasio keluaran sesuai tegangan sumber

Grafik Kerja ACS712

Sensor ACS712 ini pada saat tidak ada arus yang terdeteksi, maka
keluaran sensor adalah 2,5 V. Dan saat arus mengalir dari IP+ ke IP-, maka
keluaran akan >2,5 V. Sedangkan ketika arus listrik mengalir terbalik dari
IP- ke IP+, maka keluaran akan <2,5 V :

Gambar 2.8 Grafik tegangan keluaran sensor ACS712 terhadap arus


listrik yang terukur.

Tipe-tipe IC ACS712.

Part Number Ta (°C) Jangkauan (A) Sensitivas ( mV/A)

ACS712ELCTR-05B-T –40 s.d. +85 ±5 185

ACS712ELCTR-20A-T –40 s.d. +85 ±20 100


ACS712ELCTR-30A-T –40 s.d. +85 ±30 66

Penjelasan Tipe ACS712ELCTR-05B-T :

 Sensitivitas sensor adalah = 185 mV/A, sehingga


𝐼𝑎𝑐𝑠 = (𝑉𝑎𝑐𝑠 − 2.5 𝑉)/0.185 𝑉 .

 Dikarenakan Arus-Listrik adalah besaran vektor, maka hasil positif


atau negatif adalah menunjukkan arah Arus-Listrik.
 Nilai ‘2.5 V’ dari Pers. (1) adalah didapatkan dari grafik pada Gambar
1, yang menunjukkan bahwa saat Arus-Listrik nol, maka tegangan
keluaran dari Sensor adalah 2.5 V.

Gambar 2.9 Rangkaian sensor arus ACS712

Listing Program Pengukuran Arus AC


#define ELECTRICITY_SENSOR A0
float amplitude_current;
float effective_value;

void setup()

{
Serial.begin(9600);
pins_init();
}

Void loop()
{
int sensor_max;
sensor_max = getMaxValue();
Serial.print("sensor_max = ");
Serial.println(sensor_max);

amplitude_current=(float)sensor_max/1024*5/200*1000000;
effective_value=amplitude_current/1.414;

//minimum_current=1/1024*5/200*1000000/1.414=24.4(mA)

//Only for sinusoidal alternating current

Serial.println("The amplitude of the current is(in mA)");


Serial.println(amplitude_current,1);
Serial.println("The effective value of the current is(in mA)");
Serial.println(effective_value,1);

voidpins_init()
{
pinMode(ELECTRICITY_SENSOR, INPUT);
}

/*Function: Sample for 1000ms and get the maximum value from the SIG pin*/

Int getMaxValue()
{
Int sensorValue; //value read from the sensor
int sensorMax = 0;
uint32_t start_time = millis();
while((millis()-start_time) < 1000)//sample for 1000ms
{
sensorValue = analogRead(ELECTRICITY_SENSOR);
if(sensorValue > sensorMax)
{
sensorMax = sensorValue;
}
}
returnsensorMax;
}

Listing Program Pengukuran Arus DC


Sensor arus DC dapat menggunakan variasi dari ACS712. Sensor
ACS712 -5A memiliki arus maksimal 5A buatan LC Electronics yang
kompatibel Arduino sebagai Microcontrollernya. Sensor Arus ACS712 - 5A ini
memang memiliki karakteristik dapat dilihat dari cuplikan dari datasheet
ACS712 - 5A di bawah ini :
Nilai perubahan arus yang terjadi berdasarkan perubahan tegangan
output sensor dengan range 180 - 190 mV/A dengan nilai tengah 185mV/A.
Karakteristik nilai tegangan output sensor tanpa beban terdeteksi pada
tegangan 2.5V dan perubahan tegangan setiap 185mV mengartikan 1, disini
yang akan digunakan adalah nilai idealnya.
Sensor Arus AC

Modul sensor ini bisa digunakan untuk mengukur arus AC (alternate current)
hingga 5 Ampere secara non-invasive (tidak mempengaruhi rangkaian
elektronika yang diukur karena pengukuran dilakukan tanpa kontak elektrik
langsung — juga dikenal dengan istilah "split core current transformer")
dengan cara "penjepitan" (clamping) pada kabel pembawa arus.

Gambar 2.3 Sensor arus AC

Cara kerjanya dengan berfungsi sebagai koil induksi yang mendeteksi


perubahan medan magnet yang terjadi di sekeliling konduktor pembawa
arus. Dengan mengukur jumlah arus yang dibangkitkan oleh koil kita dapat
menghitung jumlah arus yang melewati konduktor tersebut (prinsip medan
magnet pada trafo / transformer).

Modul ini sudah memiliki resistor pembagi beban / load sampling resistor
sebesar 200Ω yang mengubah arus menjadi tegangan terukur.

Karakteristik Elektrik
 Koefisien transformasi 1000:1
 Rentang arus terukur / input metered current: 0 ~ 5 Ampere AC
 Rentang arus keluaran / output current: 0 - 5 mA
 Resistor pembagi beban / load sampling resistor: 200Ω
 Tegangan pengukuran keluaran / output sampling voltage: 0 ~ 1 Volt
DC
 Frekuensi operasional: 20 Hz ~ 20 kHz
 Rentang suhu operasional: -55° ~ +85°C
 Kekuatan dielektris / dielectric strength: 6 KVAC / 1 menit
 Antarmuka: pin header 0,1" 3-pin dan antarmuka Grove 4-pin

Sensor tidak bisa digunakan untuk mengukur arus searah / DC (arus searah
tidak menyebabkan time-varying magnetic field yang dibutuhkan untuk
pengukuran dengan metodasplit-transformer), untuk pengukuran arus
searah dapat digunakan sensor berbasis efek Hall.
G= ground
S= analog output
N: Not Connected

#define ELECTRICITY_SENSOR A0
float amplitude_current;
float effective_value;

void setup()

{
Serial.begin(9600);
pins_init();
}

Void loop()
{
int sensor_max;
sensor_max = getMaxValue();
Serial.print("sensor_max = ");
Serial.println(sensor_max);

amplitude_current=(float)sensor_max/1024*5/200*1000000;

effective_value=amplitude_current/1.414;

//minimum_current=1/1024*5/200*1000000/1.414=24.4(mA)

//Only for sinusoidal alternating current

Serial.println("The amplitude of the current is(in mA)");


Serial.println(amplitude_current,1);
Serial.println("The effective value of the current is(in mA)");
Serial.println(effective_value,1);

voidpins_init()
{
pinMode(ELECTRICITY_SENSOR, INPUT);
}

/*Function: Sample for 1000ms and get the maximum value from the SIG pin*/

Int getMaxValue()
{
Int sensorValue; //value read from the sensor
int sensorMax = 0;
uint32_t start_time = millis();
while((millis()-start_time) < 1000)//sample for 1000ms
{
sensorValue = analogRead(ELECTRICITY_SENSOR);
if(sensorValue > sensorMax)
{
sensorMax = sensorValue;
}
}
returnsensorMax;
}

2.1.4 Sensor Tegangan


Sensor Tegangan dapat menggunakan LV 25 P. Sensor ini telah
memiliki isolasi atau pemisahan antara input tegangan tinggi dengan ground
keluarannya. Sensor ini dapat mengukur tegangan dengan rentang 10 V –
500 V. Jika tegangan AC yang diukur, sebelum di inputkan ke voltage
transducer, tegangan disearahkan menggunakan rectifier dan filter, sehingga
input sensor tegangan berupa tegangan DC yang dapat dibaca ADC.
Tampilan sensor dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.10 Sensor Tegangan LV-25P

Koneksi rangkaian sensor tegangan adalah sebagai berikut:


Gambar 2.11 Rangkaian Sensor Tegangan LV-25P

Jenis sensor tegangan yang lain adalah:

Gambar 2.12 Sensor Tegangan 25 Vmak.

2.3 Dual Digital Voltmeter Ammeter

Tegangan input:
4.5 V s/d 30 V

Beban

Gambar koneksi 100V/10A Digital Voltmeter Ammeter


 Black line (thin): vacant or buck circuit (module) negative
 Red line (thin): power supply+
 Black line (thick): COM, common measuring
 Red line (thick): PW+, measuring terminal voltage input positive
Yellow line (thick): IN+, current input+
BAB III

KONVERSI ENERGI MATAHARI KE LISTRIK DENGAN


PANEL SURYA

Panel surya merupakan sistem yang langsung mengubah energy sinar


matahari menjadi bentuk energi yang lebih mudah dimanfaatkan yang
dikenal dengan energi listrik. Daya listrik yang dihasilkan pada terminal
panel surya dapat langsung digunakan untuk penerangan dan motor DC.
Ketika sinar matahari mengenai permukaan modul surya, listrik DC saat itu
langsung dihasilkan. Listrik DC tersebut kemudian diumpankan ke inverter,
yang mengubah listrik DC menjadi listrik AC. Sifat listrik AC harus sesuai
dengan tegangan dan frekuensi grid PLN. Dalam aplikasi sistem grid-
connected, sistem fotovoltaik membutuhkan konverter elektronik untuk
mengontrol tegangan output dan arus serta aliran listrik.
Sebuah sel fotovoltaik pada dasarnya adalah dioda semikonduktor
yang junction p-n terkena cahaya. sel surya yang terbuat dari beberapa jenis
semikonduktor menggunakan proses manufaktur yang berbeda. Bahan
dominan untuk menciptakan panel PV adalah wafer silikon, yang dapat
diproduksi dalam tiga bentuk: monocrystalline, polycrystalline, dan amorf
[56]. Sel-sel silikon terdiri dari lapisan tipis massal Si atau film Si tipis yang
terhubung ke terminal listrik. Salah satu sisi dari lapisan Si didoping untuk
membentuk p-n junction. Sebuah grid logam tipis ditempatkan pada
permukaan menghadap matahari dari semikonduktor. Tingkat generasi
operator listrik tergantung pada fluks cahaya insiden dan kapasitas
penyerapan semikonduktor.
Moodel fotovoltaik yang berasal dari teori semikonduktor [57] yang
dapat dimodelkan sebagai sumber arus secara paralel dengan dioda seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.2. Beberapa penulis telah mengusulkan
model yang lebih canggih yang menghadirkan akurasi yang lebih baik dan
melayani untuk tujuan yang berbeda. Dalam [58], dioda tambahan
digunakan untuk mewakili efek rekombinasi operator. Model tiga-dioda
diusulkan untuk menyertakan pengaruh efek kebocoran arus, yang tidak
dipertimbangkan dalam model-model sebelumnya.
Figure 0.1 Rangkaian ekivalen panel surya

Figure 0.1 shows single-diode photovoltaic model that consists of a current


source driven by sunlight in parallel with a single-diode and resistance (Rp)
series with resistances (RS). The output power and voltage vary according to
sun radiation.
The voltage-current (VI) equation of PV cell is given in [14] [59]:

 kTq ( V  IRS )  1
I  I pv  I 0 e  1  ( V  I RS ) (0.1)
  RP
where:
Ipv, : the current generated by the incident light (directly proportional to
the sun irradiation),
I0 : the reverse saturation of the diode,
q : the electron charge (1.60217646 x 1019 C),
k : the Boltzmann constant (1.3806503 x 10-23 J/K),
T : temperature of the p-n junction and

The voltage across individual cell can be found as folows :

V= Vd – I RS (0.2)

When photovoltaic are wired in series the Vmodule will be:

Vmodule = n (Vd – I RS) (0.3)

where: n is the number of cells


The photocurrent mainly depends on the solar radiation and cell’s working
temperature, which is described as:
𝐺
𝐼𝑝𝑣 = (𝐼𝑝𝑣,𝑆𝑇𝐶 + 𝐾𝐼 ∆𝑡 ) 𝐺 (0.4)
𝑆𝑇𝐶

where:
G = irradiance (W/m2);
GSTC = STC irradiance (1000 W/m2 is used in this study);
Ipv,STC = light current at the STC condition (1000W/m2 and 25 °C);
KI = Current coefficient;
t = Tc- Tc,ref;
Tc = PV cell temperature (°C);
Tc,ref = reference temperature (25 °C is used in this study);
Both Ipv,STC and 𝐾𝐼 can be obtained from manufacturer data sheet.
The diode saturation current I0 and its dependence on the temperature may
be expressed by:

I SC  K I  t
I0 
e( VOC  KV  t ) / aVt  1
(0.5)

where: a : the diode ideality constant.

Plotting the I-V curve requires solving equation (0.1) for I ∈ [0, Isc,n] and V ∈
[0, Voc,n]. Equation (2.4) does not have a direct solution because I = f(V, I)
and V = f(I, V). This transcendental equation must be solved by a numerical
method. Some manufacturers provide I-V curves for several irradiation and
temperature conditions. These curves make easier the adjustment and the
validation of the desired mathematical I-V equation. Basically, this is all the
information one can get from datasheets of photovoltaic arrays.

Figure 0.2 The I-V curve from equation (0.1).

A characteristic I–V curve of a practical PV device as shown in Figure 0.2


has three important points: short circuit (0, Isc ), MPP (Vmp, Imp), and open
circuit (Voc, 0). Short circuit current is the best current produced when the
solar cell is under a short circuited situation which means the voltage is
zero. In other words, Isc = Iph. Then another parameter of photovoltaic is the
open circuit voltage. The open circuit voltage can be obtained during dark
time (night) whereby the current produced is zero and related to voltage drop
across the diode.
Since PV module has nonlinear characteristics, it is necessary to model it for
the design and simulation of maximum power point tracking (MPPT) for PV
system applications. Some MPPT algorithms have been developed by
researchers and published in the papers [60]. In reference [61], Digital
Signal Processing (DSP) chips is proposed to implement the function of
MPPT so that the output of solar modules can approach its maximum power
by continuous perturbing and observing. In [60], the response speed and
applicability of the perturbation and observation and hill climbing methods
are compared for grid connected system. Basically, the MPPT algorithms
discussed have to abide by the condition of dP/dV = 0 to find the maximum
power point of PV modules.
Fill factor (FF) is another parameter used in the solar cell analysis. Fill factor
can be defined as how close the I-V curve can get close to be a square wave.
Another definition of fill factor is the ratio of maximum power that can be
delivered to the load compared to Isc and Voc. In equation 2.7, the formula is
shown clearly.

Pmax V I
FF   max max (0.6)
Voc I sc Voc I sc
Produsen menyediakan, I - persamaan V dan data eksperimen beberapa
tentang karakteristik listrik dan termal dari modul fotovoltaik [62].
Sayangnya, beberapa parameter yang diperlukan untuk menyesuaikan
model berbagai fotovoltaik tidak dapat ditemukan dalam data pabrikan
lembar, seperti saat cahaya yang dihasilkan atau fotovoltaik, seri dan shunt
resistensi, dioda idealistis konstan, dioda terbalik saturasi saat ini, dan
celah pita energi semikonduktor. Semua lembar data modul fotovoltaik
membawa pada dasarnya informasi berikut: nominal terbuka sirkuit
tegangan Voc, n, nominal arus pendek ISC saat ini, n, tegangan pada
maksimum power point Vmp, arus pada maksimum power point Imp,
terbuka -circuit tegangan / suhu koefisien KV, pendek arus koefisien /
temperatur KI, dan maksimum eksperimental daya puncak keluaran Pmax,
e. Informasi ini selalu tersedia mengenai kondisi uji nominal atau standar
(STC) dari suhu dan radiasi matahari.
Daya keluaran dari sistem PV dapat ditemukan dengan mengalikan I dan V.
Solusi untuk sistem ini persamaan tidak ada dalam bentuk analisis.
Namun, solusi perkiraan yang memberikan hasil yang memuaskan tersedia.
Sistem PV memiliki perilaku pola musiman yang berbeda tergantung pada
suhu serta radiasi matahari. Karena koefisien suhu yang berbeda dari
tegangan dan arus, sistem PV memiliki output yang berbeda. Namun, untuk
menyederhanakan pekerjaan, produsen sebagian besar menyediakan data
dinilai dari modul PV di STC (kondisi uji standar).
The effect of temperature on the output power can be quantitatively
evaluated by examining the effects on the current and the voltage separately
[63]. With increasing temperature, the new short-circuit current of the cell
increases as 𝐼sc (1 + 𝛼. ∆𝑇), whereas the open-circuit voltage decreases as
𝑉0c (1 − 𝛽. ∆𝑇). The new output power is given by:
P=V.I=𝐼sc (1 + 𝛼. ∆𝑇). 𝑉oc (1 − 𝛽. ∆𝑇) (0.7)
where:
𝐼𝑠𝑐 and 𝑉𝑜𝑐 are short circuit current and open circuit voltage at
reference temperature;
α and β are temperature coefficient.

PV Cell PV Module PV Array

Figure 0.3 PV cell, module and array

Hal ini diperlukan untuk menghubungkan sel surya dalam seri untuk
meningkatkan tegangan yang dihasilkan oleh generator PV [64]. Gambar 2.4
menunjukkan bagaimana sel PV tunggal dikelompokkan untuk membentuk
modul dan bagaimana modul terhubung untuk membangun array. Tidak
ada definisi yang tetap pada ukuran modul dan tidak untuk array. Sebuah
modul mungkin memiliki daya output dari beberapa watt ke ratusan watt.
Dan power rating dari sebuah array dapat bervariasi dari ratusan watt
untuk megawatt [63].
The cells connected in parallel increase the current and cells connected in
series provide greater output voltages [65]. If the array is composed of Np
parallel connections of photovoltaic cells, saturation currents may be
expressed as: Ipv =Ipv,cell * Np, and I0 =I0,cell * Np.
BAB IV

SISTEM KENDALI TRACKER MATAHARI

Pada akhir-akhir ini kecenderungan untuk mengembangkan dan


memanfaatkan potensi sumber-sumber daya energi terbarukan telah
meningkat dengan pesat, khususnya di negara-negara maju yang telah mulai
menguasai teknologi, serta didukung oleh finansial yang kuat. Meningkatnya
keperdulian masyarakat terhadap kelesatrian lingkungan dan naiknya harga
bahan bakar, telah merangsang para peneliti dibidang penyediaan tenaga
listrik untuk terus mengembang sistem pembangkit listrik terbarukan yang
ramah lingkungan (Nehrir, H, 2006). Pemanfaatan radiasi matahari dengan
menggunakan sel surya sebagai pengkonversi energy matahari menjadi
energi listrik yang kita kenal dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
merupakan salah satu pembangkit tenaga listrik alternatif yang ramah
lingkungan banyak dikembangkan saat ini. Pengembangan energi surya
sebagai pembangkit listrik terbaharukan semakin memiliki peranan
penting sebagai pengganti energi fosil atau energi tak terbaharukan di
masa datang.

Indonesia sebagai sebuah negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa


akan menerima panas matahari yang lebih banyak daripada negara lain,
mempunyai potensial yang sangat besar untuk mengembangkan pembangkit
listrik tenaga surya sebagai alternatif yang bersih, tidak berpolusi, aman dan
persediaannya tidak terbatas. Dalam aplikasinya secara konvensional panel
surya memiliki banyak kekurangan terutama pada sisi efisensi keluaran
yang tergolong rendah (Surojo et.al., 2010). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi effisiensi daya listrik yang dihasilkan oleh panel surya,
diantaranya: jenis sel surya yang digunakan, besarnya tingkat intensitas
cahaya dan suhu kerja dari panel surya.

Radiasi surya bervariasi tergantung dari perubahan orbital matahari.


Keluaran total radiasi surya dari sinar matahai pada jarak R dari pusat
matahari dapat dihitung sebagai berikut (Sen, 2004) :
S = 4πR2 Q(R)

Fluk radiasi per satuan luas pada jarak R dinyatakan oleh Q(R) dan
berdasarkan pendekatan bumi terletak sejauh 1 AU atau 150x106 km
terhadap matahari. Maka, total radiasi surya yang dikeluarkan adalah sekitar
3.8 x 1026 W. Karena, luas bumi dinyatakan dengan 4πr2, jumlah radiasi per
satuan luas planet yang bulat adalah 340 W/m2. Oleh karena itu energi
matahari memiliki potensi besar sebagi sumber energi terbarukan masa
datang.

2.1 Tracker Posisi Matahari

Unjuk kerja dari panel surya sangat tergantung kepada sinar


matahari yang diterimanya. Kondisi iklim (misal awan dan kabut)
mempunyai efek yang signifikan terhadap jumlah energi matahari yang
diterima modul surya sehingga akan mempengaruhi pula unjuk PLTS
seperti dibuktikan dalam penelitian Youness et. al (2005) dan Pucar dan
Despic (2002). Secara umum matahari akan terbit dari timur kebarat dalam
hitungan detik, menit dan jam. Serta matahari akan cenderung bergeser ke
selatan dan utara dalam sela waktu beberapa bulan. Melihat permasalahan
diatas maka sangat diperlukan suatu alat yang mampu mengatur arah panel
surya untuk selalu menghasilkan keluaran daya maksimal pada setiap
jamnya.

Umumnya panel surya dipasang secara tetap (fixed) pada


dudukannya. Untuk negara-negara subtropis umumnya menggunakan
teknik dengan menghadapkan panel tersebut kearah selatan untuk
negara-negara di belahan bumi utara atau ke arah utara untuk negara-
negara di belahan bumi selatan seperti dalam penelitian Tackle and Shaw
(2007). Berbeda halnya dengan negara-negara tropis yang letak
geografisnya berada dekat garis khatulistiwa, cara pemasangan yang
dilakukan cenderung lebih datar. Teknik-teknik pemasangan seperti ini
akan menyebabkan cahaya matahari pagi hari dan sore hari tidak berada
pada posisi yang tepat terhadap arah datangnya sinar matahari.
Akibatnya jumlah energi listrik yang bisa dibangkitkan menjadi lebih
sedikit daripada seharusnya Cheng et. al. (2007). Oleh karena itu perlu
dirancang suatu alat yang dapat mengatur bagaimana arah sel surya selalu
mengikuti pergeseran dari sumber cahaya dan selalu menghadap tegak lurus
dengan matahari menggunakan sistem tracker posisi matahari. Diharapkan
dengan diaturnya arah panel surya akan dihasilkan keluaran daya listrik
yang optimal.

Mekanisme baru solar tracker berdasarkan posisi matahari dengan


dua pergerakan seperti tampilan gambar 4.2 berikut:

0

(-)
β North

(+) (-)
West East
Solar Tracker

South
(+)

Gambar 4.2 Sudut ,  tracker matahari

Posisi panel surya dinyatakan dalam koordinat α dan β. Sudut α adalah


sudut antara titik zenith kea rah utara dan selatan. Sudut β adalah sudut
yang terbentuk antara titik zenith kea rah timur dan barat. Nilai α dan β
diperoleh dari posisi matahari pada saat sunrise dan sunset dengan
persamaan (4.1) dan (4.2) berikut:

Tt  Tsr
 t   sr  (  ss   sr ) (4.1)
Tss  Tsr

Dimana:
αt = sudut α waktu t.
Tt = panjang waktu t
αsr = sudut α waktu sunrise.
Tsr = panjang waktu sunrise

Tsr = panjang waktu transit (sudut 0)

Dan

Tt  Tsr
 t   sr   sr (4.2)
T0  Tsr
Dimana:
βt = sudut β waktu t.
Tt = panjang waktu t
βsr = sudut β waktu sunrise.
Tsr = panjang waktu sunrise
βss = sudut β waktu sunset.
Tss = panjang waktu sunset

Mekanisme penjejak matahari tersebut ditanam dalam mikrokontroller yang


terdiri dari database posisi sunrise dan sunset selama satu tahun dan
persamaan untuk mendapatkan nilai koordinat arah panel surya setiap
saatnya. Selanjutnya motor servo digunakan untuk menggerakkan panel
surya berada pada posisi intensitas penyinaran matahari maksimum.
Dengan teknik sistem ini tidak diperlukan lagi sensor intensitas radiasi,
karena algoritma yang dirancang berdasarkan perhitungan posisi rotasi dan
revolusi bumi terhadap matahari. Teknik ini juga tidak tergantung pada
keadaan cuaca, meskipun mendung, posisi panel tetap mengarah pada
pencahayaan maksimum saat cuaca kembali cerah nantinya.

Database Posisi Matahari

Database posisi matahari menggunakan fasiltas hasil penelitian oleh Kamshory, Syafii,
(2014). Proses penyusunan database dilakukan dengan memasukkan koordinat posisi panel
surya atau posisi penelitian di Universitas Andalas dimana: latitude -0.9145 dan longitude
100.4595 seperti gambar 5.1.
Gambar 5.1. Pembuatan database untuk lokasi penempatan panel surya

Database waktu sunrise dan sunset databased dihasilkan siperlihatkan seperti gambar
5.2 dan gambar 5.3 berikut:

Gambar 5.2 Sunrise database untuk satu tahun


Gambar 5.3 Sunset database untuk satu tahun

Sedangkan waktu transit adalah:

Gambar 5.4 Transit database untuk satu tahun

Berdasarkan pasangan nilai sunrise dan sunset perhari menggunakan


interpolasi diperolah posisi matahari dalam koordinat sudut (α) dan sudut ()
untuk waktu yang lain. Selanjutnya motor servo motor diset mengarahkan
posisi panel surya pada koordinat bola seperti yang diperlihatkan pada
gambar 4.2.
Sudut α dan  untuk dari solar tracker diambil dari database untuk
sunrise and sunset diperlihatkan pada gambar 5.5 dan gambar 5.6.
Gambar 5.5 Sudut α dari Solar Tracker untuk waktu sunrise dan sunset

Gambar 5.6 Sudut  dari Solar Tracker untuk waktu sunrise dan sunset

Sudut α dari matahari terbit hampir sama dengan sudut α saat


matahari terbenam untuk pergerakan harian. Namun sudut  matahari terbit
berbeda dengan sudut  saat matahari terbenam sekitar 180 seperti yang
ditunjukkan pada gambar 5.6. Oleh karena itu panel surya bergerak di
sekitar 180 ke arah barat-timur untuk melacak setiap hari.

Algorithma Tracking Posisi Matahati

Pelacakan dari sistem tenaga surya dapat dibuat dalam beberapa cara
yang berbeda. Pelacak dua sumbu telah digunakan dalam penelitian ini
untuk memastikan bahwa panel surya menyerap sinar matahari maksimum
untuk menghasilkan listrik maksimal. Posisi bergerak panel surya
berdasarkan database matahari terbit dan terbenam dari website posisi
matahari dari riset sebelumnya (Kamshory, Syafii, 2014). Prosedur
keseluruhan sumbu ganda tracker surya berbasis pada matahari terbit dan
terbenam database yang ditampilkan dalam diagram alur Gambar 5.7.
Pembacaan lokasi geografis, ketinggian, proses zona waktu, dan membuat
database dari matahari terbit dan terbenam hanya dilakukan satu kali
sebagai inisialisasi saat pertama kalinya tracker diinstal.

Mulai

Baca geographic location, altitude dan


timezone

Buat database dari sunrise α,  Angles and sunset α, 


Angles

Download dan simpan database dalam


Arduino Micro SD

Baca current date, dan waktu


mengunakan RTC

Trace database current sun’s posisition, sunrise, sunset


based on current date dan waktu

Hitung sudut α,  menggunakan Linear Interpolation


eq.(4) dan (5)

Set servo #1 dan servo #2 based on current α,  angles

Set delay(15*60*1000) to activate solar tracker for next


15 minute.

Counter on

Tidak
Selesai counting

Ya
Stop
Gambar 5.7 Algoritma Dual Axis Solar Tracker

Hasil Perhitungan Sudut Solar Tracker

Pada tahap pengujian, panel surya yang digunakan memiliki spesifikasi Sharp NU 185 A1H
dengan maximum power in STC 185 Watt, 30,2 Volt. Waktu pengujian pada hari kamis 14 Mei 2015
dengan database sebagai berikut:

5,14,6,12,18,16,19.59,-90.59,19.71,90.59
arti satu baris database posisi matahari adalah bulan lima, tanggal 14, waktu sunrise 6:12, dengan
posisi matahari berdasarkan sudut α =19.59 dan sudut β = -90.71 (arah timur) dan waktu sunset
18:16, dengan sudut α = 19.71 dan β = 90.59 (arah barat). Selanjutnya sudut α dan β untuk waktu
lainnya dapat dihitung mengunakan persamaan (4.1) dan (4.2).

Hasil perhitungan sudut solar tracker selama satu hari untuk waktu yang lain diperlihatkan
pada tabel 5.1 berikut berikut:

Tabel 5.1 Hasil perhitungan sudut solar tracker

Time Hour*60+minute  angle α angle

6:12 372 -90.59 19.59

8:00 480 -62.48 19.61

9:00 540 -46.86 19.62

10:00 600 -31.24 19.63

11:00 660 -15.62 19.64

12:00 720 0 19.65

13:00 780 14.46 19.66

14:00 840 28.91 19.67

15:00 900 43.37 19.68

16:00 960 57.82 19.69

17:00 1020 72.28 19.70

18.16 1096 90.59 19.71


Rangakaian Elektronika

Rangkaian elektronika solar tracker terdiri dari: Real Time Clock (RTC), Micro SD dan Arduino
Mega 2560. Prinsip kerja rangkaian adalah sistem yang dirancang akan membaca tanggal dan waktu
dari modul RTC, selanjutnya dibandingkan dengan tanggal dan waktu dalam database untuk
mendapatkan sudut latitut dan longitut. Selanjutnya sudut tersebut akan menjadi input arduino untuk
mengarahkan motor servo pergerak mengarahkan panel surya pada posisi tegak lurus cahaya
matahari.

Gambar 5.8 Rangkaian Elektronik Solar Tracker

Berikut algoritma solar tracker yang ditanam pada Arduino Mega 2560:
1. Read current date and time from RTC
RTCval = RTChour*60+RTCminute;
2. SD.open to read database of sun position.
3. Compare RTC date dan time with database date and time to get
sunrise, sunset time and its latitute and longitute.
4. Calculate current latitute and longitude using Lagrange
Interpolation.
5. Set servo #1 based on current α angle.
6. Set servo #2 based on current β angle.
7. SD.close(file) to close database.
8. Set delay(15*60*1000) to activate solar tracker for next 15
minute.

Prototipe Solar Tracker


Rangkaian elektronika dan algoritma solar tracker yang telah dibuat
diuji menggunakan panel surya mini 4 Wp. Kemudian program akan diupload
menggunakan software arduino ke dalam mikrokontroller yang berada di
dalam prototype elektronik. Hasilnya adalah posisi panel surya selalu berada
tegak lurus arah pencahayaan matahari sehingga dihasilkan daya litrik
maksimum. Dari segi waktu yang digunakan oleh prototype ini dengan waktu
yang sebenarnya cukup akurat, karna hanya berbeda kira-kira 7 detik
dengan waktu yang sebernarnya. Prototype Solar Tracker yang terdiri dari
rangkaian elektronika digital dan konstruksi mekanik telah berfungsi
sebagaimana yang diharapkan khususnya untuk panel surya berukuran
kecil 4 Wp seperti gambar 5.9.

Gambar 5.9 Prototype Solar Tracker

Konstruksi Mekanik

Selanjutnya pengujian dilakukan menggunakan panel surya yang lebih besar


yaitu: panel surya dengan spesifikasi Sharp NU 185 A1H dengan maximum power
in STC 185 Watt, 30,2 Volt. Konstruksi solar tracker untuk panel surya 185 Wp
diperlihatkan seperti gambar 5.10. Kostruksi solar tracker tersebut dapat
menggerakan panel surya sebesar 180 untuk pergerakan timur ke barat yang
terjadi setiap harinya dan sebesar ± 25 untuk pergerakan utara dan selatan yang
terjadi setiap 6 bulanan.
Gambar 5.10 Konstruksi Solar Surya 180 Wp

Pengukuran Daya Listrik

Selanjutnya dilakukan pengukuran daya listrik yang dihasilkan antara


posisi panel surya yang terpasang fix datar dengan bergerak tegak lurus
pencahayaan matahari. Pengukuran daya listrik output PLTS antara posisi
datar dibandingkan dengan posisi tegak lurus degan sinar matahari telah
menghasilkan daya listrik yang lebih besar. Daya yang dihasilkan panel
surya terhadap variasi posisi matahari diperlihatkan pada gambar 5.11.
berikut:

Daya (watt)
40
35
32.15 33.62
30 28.71 29.77
25 25.31
20
15 14.69 13.99
12.145
10
7.21
5
0
-62 -46 -31 -15 0 14.45 28.9 43.36 57.81
daya 7.21 12.145 14.69 28.71 32.15 33.62 29.77 25.31 13.99
Sudut matahari
Gambar 5.11 Daya yang dihasilkan panel surya terhadap variasi posisi matahari.

Selama tujuh jam energi ditangkap oleh panel surya pada posisi datar adalah
166,4 watthour. Namun dengan penggunaan solar tracker telah meningkat menjadi
225,05 watthour. Penggunaan solar tracker tanpa sensor telah meningkatkan
output daya dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan efisiensi sekitar 26%.
Dengan demikian metode solar tracker tanpa sensor ini telah meningkatkkan
efisiensi dan daya output Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
BAB V

SISTEM NIRKABEL PEMANTAUAN DAN KENDALI

Dengan perkembangan mikroprosesor dan elektronika digital sistem


kontrol dengan teknik digital telah mulai dikembangkan sejak tahun 1960.
Sejak dari itu semakin banyak peneliti yang tertarik dengan bidang tersebut
dengan terbitnya berbagai artikel yang membahas teknik digital untuk
aplikasi sistem tenaga. Sistem akuisisi dan kontrol beban digital memiliki
keunggulan dari sistem elektromagnetik/elektromekanik diantaranya lebih
andal, fleksibel, ekonomis dan menguntungkan seiring dengan
perkembangan teknologi mikroelektronik dan pemrosesan sinyal digital yang
terus meningkat (Xiaoman W. et.al., 2010). Ciri-ciri dan fungsi lainnya adalah
dapat diprogram, sebuah sistem akuisisi dan kontrol beban digital dapat
digunakan untuk berbagai fungsi sekaligus misalnya pada monitoring dan
proteksi pembangkit (Paithankar Y.G. dan Bhide S.R., 2010). Implementasi
smart monitoring dan kontrol pada pengoperasian pembangkit listrik baru
dan terbarukan akan meningkatkan efisiensi dan keandalan serta
menurunkan biaya operasional dan emisi CO2 (Shahinzadeh.H and
Khosroshahi.A.H, 2014).

Penggunaan teknik digital untuk monitoring dan kontrol sistem tenaga


masih terus dikembangakan dan disempurnakan, sehingga masih terbuka
peluang bagi para peneliti untuk mendapatkan algoritma-algoritma mutakhir
yang lebih cepat, tepat dan andal. Salah satu pengembangan yang akan
dilakukan dalam penelitian ini adalah pengembangan sistem monitoring dan
kendali pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berbasis jaringan nirkabel
ZigBee untuk server lokal. Sistem monitoring yang akan dirancang harus
mampu membaca parameter penting panel surya dan mendeteksi awal
kegagalan serta memberikan perintah trip yang tepat kepada alat pemutus.
Untuk mensupervisi panel surya yang berbeda lokasi akan dikembangkan
rancangan monitoring dan kedali terpusat berbasis web menggunakan
jaringan internet.
Sebuah sistem monitoring dan kotrol digital dapat dipandang sebagai suatu
sistem real-time. Pada sistem real-time terjadi interaksi yang kontinyu antara
sistem dengan lingkungan (Anto, Syafii & Atmoprawiro, 2000). Menurut John
dan Salman (1995) sistem monitoring dan kontrol digital terdiri atas 3
subsistem dasar yaitu :

(1) subsistem pengkondisian sinyal (SCS = signal conditioning


subsystem)
(2) subsistem pengkonversian sinyal (CS = conversion subsystem)
(3) subsistem pengolahan data digital (DPS = digital processing
subsystem).
Ketiga subsistem tersebut diperlihatkan pada Gambar 2.1.
Dua subsistem pertama pada umumnya sama untuk setiap jenis
sistem monitoring dan kontrol digital, sedangkan subsistem ketiga berbeda-
beda bergantung pada jenis sistem monitoring dan kontrol digital yang
diinginkan. Subsistem ketiga yaitu subsistem pemrosesan data dapat berupa
komputer digital, chip pemrosesan sinyal digital (Digital Signal Processing =
DSP) atau mikrokontroller. Keseluruhan kerja kontrol digital dikendalikan
oleh mikroprosesor. Makin cepat kerja mikroprosesor makin baik, karena
kecepatan mikroprosesor akan mempengaruhi waktu tanggap dari alat
kontrol digital. Pada umumnya dipilih mikroprosesor dari keluarga INTEL
xx386 keatas atau mikrokontroller Atmel AT9xSxx atau yang kompatibel
dengannya. Instruksi-instruksi kendali yang diberikan oleh mikroprosesor
disebut program dan tersimpan didalam unit memori berupa EEPROM
(electrically erasable programable read-only memory) atau memori tambahan
SD flash memori. Data-data yang diperlukan oleh program seperti data
pengukuran dan hasil eksekusi program sementara disimpan dalam bentuk
RAM (random access memory). Data-data dari blok CS dan dari/ke peralatan-
peralatan masukan/keluaran lainnya akan ditampung di unit
masukan/keluaran. Peralatan-peralatan masukan/keluaran menggunakan
paraller port interface (PPI 8255). Modul masukan yang dapat menampung
masukan digital seperti posisi ON/OFF saklar atau pengukuran digital 8 bit
dan modul keluaran yang dapat menggerakkan keluaran digital seperti relai
atau suatu alarm, komunikasi dengan sistem komputer lain dan sebagainya.
1. SCS = signal conditioning subsystem
Blok SCS 2. CS = conversion subsystem

T, S Blok CS
3. DPS = digital processing subsystem
Kom
REAL
LPF S/H Blok DPS
WORLD
Sinyal
MUX D/A
S/H Analog A/D Trip
Display,
mikroprosesor D/O
dari blok SCS lain
 Record,
S/H Kirim
unit
D/I memory

Keterangan
Remote data
(T,S, Kom = Transduser, Sensors, Modul Komunikasi)

(LPF = low pass filter); (S/H sample/hold)

Konverter analog ke digital (A/D) dan Digital ke Analog (D/A)

D/I = DigitalGambar
input; D/O2.1 Blok output
= Digital Subsistem suatu alat monitoring dan kontrol digital

5.2 Jaringan Sensor Nirkabel Berbasis Zigbee


Akuisisi data karakteristik PLTS secara real-time dapat menggunakan sensor
nirkabel dengan modul komunikasi Zigbee. Zigbee adalah standar protocol
komunikasi berdaya rendah diatur dalam standar IEEE 802.15.4, digunakan
untuk komunikasi data pada sistem kontrol dan monitoring atau yang
disebut teknologi Machine to Machine (M2M). Teknologi M2M merupakan
infrastruktur monitoring dan kontrol sistem yang mendukung smart grid (Liu
Hua, 2014). Teknologi ZigBee ini mampu mengatur jaringannya sendiri,
maupun mengatur pertukaran data pada jaringan. Zigbee adalah standar
protocol komunikasi berdaya rendah untuk teknologi jaringan sensor
nirkabel (JSN). Teknologi JSN cendrung membutuhkan bandwidth yang kecil,
sehingga penggunaan protocol zigbee pada teknologi ini cenderung lebih
hemat daya jika dibandingkan dengan teknologi nirkabel lain seperti Wifi dan
Bluetooth (Mustofa, 2011).

5.2.1 Zigbee downloader

Foca ini adalah adapter / converter dari USB ke serial yang dilengkapi
dengan soket BEE (20 pin - 2 mm). Di dalam modul ini sdh terdapat IC FT232,
sehingga dapat digunakan untuk melakukan pemrograman atau
berkomunikasi dengan aplikasi MCU. Selain itu, dengan modul ini
memungkinkan untuk menghubungkan PC dengan berbagai macam aplikasi
nirkabel melalui BEE.

Fitur-fitur :
- Tombol reset untuk modul BEE.
- Dual power output : 3,3V dan 5V.
- Tegangan I/O kompatibel 3,3V dan 5V.
- Protokol USB 2.0
- Tersedia mode BitBang.
- Menggunakan chipset FT232RL.
- Daya dari USB mempunyai pelindung arus lebih.
- Indikator komunikasi RXD / TXD.
- Definisi pin : DTR, RXD, TX, VCC, CTS, GND.
- Pitch : 2,54 mm.
- Dimensi : 36 x 17,5 (mm)
- Antarmuka : mini USB.
BAB VI

ENERGI LOGGER

Pemantauan dan kendali sistem tenaga sangat penting untuk menjaga


kelangsungan penyediaan energi listrik ke pelangan-pelangang (Pei Zhang
et.al, 2010). Salah satu alat untuk memantau keadaan sistem tenaga dapat
menggunakan data logger dan untuk pengendalian menggunakan alat
pemutus. Data logger adalah peralatan elektronik untuk merekam data yang
terbaca pada lokasi penempatan sensor dari waktu ke waktu. Kondisi saat
ini masih banyak pembangkit energi terbarukan yang tidak dilengkapi
dengan peralatan akuisisi data dan sarana komunikasi sehingga sistem
monitoring dan kontrolnya dilakukan secara manual dan komunikasi lokal
melalui kabel data. Kebutuhan data logger untuk melengkapi sistem
monitoring dan kontrol pembangkit listrik energi terbarukan baik yang
isolated atau yang terhubung ke sistem mini grid semakin besar.

Dengan perkembangan teknologi komunikasi data, pengoperasikan


sistem tenaga listrik dapat disupervisi dan dimonitor dari jarak jauh.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembangkitan,
pendistribusian dan pemakaian energi listrik terus meningkat yang dikenal
dengan smart grid (Petinrin J.O, Shaaban M, 2012). Teknologi tersebut
mengintegrasikan sistem informasi dan komunikasi ke dalam operasi dan
distribusi energi listrik. Sehingga terdapat dua infrastruktur penting sistem
smart grid untuk menfasilitasi aliran listrik dan aliran data informasi seperti
gambar berikut:

(a) Infrastruktur listrik


(b) Infrastruktur komunikasi data
Gambar 2.1 Infrastruktur Smart Grid [Rochester Institute of
Technology, 2012]

Teknologi smart grid telah banyak diterapkan dinegara maju. Teknologi


smart grit baru dimulai di Indonesia dengan diresmikannya pilot project
dengan tema "Plant Smart Micro Grid" yang merupakan pendekatan baru dan
pertama di Indonesia untuk mengoperasikan sistem tenaga listrik yang
memanfaatkan teknologi komunikasi, komputer, dan siber (AntaraNews.com,
2012). Smart Grid yang telah diresmikan oleh Menegristek tersebut
didukung berbagai teknologi maju baik peralatan elektronik maupun piranti
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kendala utama dalam penerapan
teknologi smart grid ini adalah tidak adanya infrastruktur komunikasi data
yang dimiliki oleh pihak penyedia energi listrik dan umumnya perangkat
meteran listrik yang dipasang di sisi konsumen tidak memiliki kemampuan
untuk mengirimkan data. Cukup besar investasi peralatan yang harus
dilakukan pihak penyedia listrik jika harus mengganti semua meteran listrik
yang telah ada sekarang. Oleh karena itu, demi suksesnya penerapan smart
grid, diperlukan penelitian yang intensif memanfaakan teknologi maju dalam
monitoring, operasi dan kendali sistem tenaga listrik sangat dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA

Cheng, C. L., Chan, C.Y., and Chen, C.L., (2007) An empirical approach to
estimating monthly radiation on south-facing tilted planes for building
application, Amsterdam, Journal of Energi, Volume 31, Issue 14, pp. 2940-
2957.

H. Nehrir, Wang C., Shaw S. R. Fuel cells: promising devices for distributed
generation. Power and Energy Magazine, IEEE. Jan.-Feb. 2006, 4(1): 47 - 53.

Jiang J. A, Huang T.L, Hsiao Y.T and Chen C.H (2005),” Maximum Power Tracking
for Photovoltaic Power System, Tamka Journal of Science and Engineering, Vol
8, No 2, pp 147-153

Refdinal. N., dan Ahmad. T., 2009, Analisis ManfaatTeknis Pengintegrasian PLTM
Tersebar pada Sistem Distribusi (StudiKasus pada Rencana Pembangunan
PLTM Muaro Sako di WilayahKerja PLN Ranting Balai Selasa, Kab. Pesisir
Selatan, Sumatera Barat). Proceedings of National Seminar on Applied
Technology, Science, and Arts (1 APTECS), Surabaya, 22 Dec. 2009.

Sen, Z, 2004, Solar Energy in Progress and Future Research Trends, Progress in
Energy and Combustion Science, January 2004, (30)4, 367-416

Surojo, Ashari, Mochammad, Purnomo, Mauridhi H., 2010, ”Desain dan Simulasi
Maximum Power Point Tracking (MPPT) Sel Surya Menggunakan Fuzzy Logic
Control Untuk Kontrol Boost Konverter, 7th Basic Science National Seminar
Proceeding, Malang, Februari, 2010

Takle, E. S., and Shaw, R. H. (2007) Complimentary Nature of Wind and


Solar Energy at a Continental Mid-Latitude Station. New York.
International Journal of Energy Research, Volume 3, Issues 2, pp. 103-112

Youness, S., Claywell, R., and Muneer, T., (2005). Quality Control of Solar
Radiation Data: Present Status and Proposed New Approaches, Amsterdam,
Journal of Energi, Volume 30, Issue 9, pp. 1533-1549.

Anda mungkin juga menyukai