Pendukung Teori Tekuk Baja PDF
Pendukung Teori Tekuk Baja PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
kekuatan tarik tetapi cukup lemah dalam menahan tekan, dimana bahan penyusun
umumnya berupa Besi (Fe) dan Carbon (C) dimana memiliki tambahan bahan
menjadi:
karbonnya.
2. Baja paduan rendah mutu tinggi, atau disebut juga HSLA (high
tinggi mengikuti hukum hooke. Dan momen Inersia dari suatu profil
Daktilitas baja cukup tinggi, karena suatu batang baja yang menerima
Agar dapat memahami perilaku suatu struktur baja, maka seorang ahli
struktur harus memahami pula sifat-sifat mekanis dari baja. Model pengujian yang
paling tepat untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik dari material baja, adalah dengan
melakukan uji tarik terhadap suatu benda uji baja. Uji tekan tidak dapat memberikan
data yang akurat terhadap sifat-sifat mekanik material baja, karena disebabkan
ketidak stabilan dari benda uji tersebut, selain itu perhitungan tegangan yang terjadi
pada benda uji lebih mudah dilakukan untuk uji tarik daripada uji tekan.
Dan setelah dilakukan uji tekan, maka hasilnya akan dibuat dalam suatu
pengaruh tegangannya. Nilai tegangan (f) yang terjadi dalam benda uji diplot dalam
pertambahan panjang terhadap panjang mula-mula (ΔL/L) yang diplot dengan sumbu
horizontal.
1. Adanya daerah linier yang juga merupakan bagian yang berlaku Hukum
2. Adanya daerah Elastic, yang pada daerah ini jika beban dihilangkan,
maka benda uji akan kembali ke bentuk semula atau dikatakan bahwa
3. Daerah plastis yang dibatasi oleh regangan antara 1,2-1,5% hingga 2%,
tingkat daktilitas dari material baja tersebut. Perlu kita ketahui bahwa
pada baja mutu tinggi terdapat pula daerah plastis, namun pada daerah
ini tegangan masih mengalami kenaikan. Maka untuk baja mutu tinggi
penguatan regangan.
Jenis-jenis dari potongan melintang pada balok profil baja ditunjukkan dalam
Gambar 5-7. Terdapat dua jenis potongan melintang dari balok profil I yang di
rancang dengan berbagai bentuk dan ukuran sesuai kebutuhannya. Jika kita lihat dari
ukuran dari 3 sampai 24in. Seperti (Gambar 2.2.a). Perlu kita ketahui, dengan
sesuai dengan menyebarkan gulungan demi meningkatkan lebar sayap dan ketebalan
(WF), dimana memiliki modulus bagian yang lebih besar (Gambar 2.2.b), dengan
rentang ukuran dari 4 sampai 36 inci. Dimana pencapaian kenaikan modulus bagian
dengan meningkatkan ukuran sayap dan ketebalan sayap serta ketebalan web dan
lebar sayap. Balok lempeng gabung (Welded Beam ) dan bentuknya yang bermacam-
macam adalah dari bentuk yang persis sama seperti WF namun berat ringan (dan
modulus penampang yang lebih kecil). Beberapa produsen las tiga lempeng untuk
membentuk bentuk yang standar dari dimensi yang sama dengan sisteim pengelasan
(Gambar 2.2.c). Untuk meningkatkan Section Modulus dari Welded Beam dapat
Karena web dari sistim profil I memberikan ketahanan hanya sebagian kecil
dari kekuatan lenturnya, hal ini kadang-kadang membuatnya lebih ekonomis dalam
jika balok dilas dengan baja kekuatan tinggi pada webnya, karena mutu webnya yang
Bagian Kotak (Gambar 2.3.e) juga bagian penampang balok yang sering
dipakai. Mereka tersedia sebagai bentuk rooled, yang disebut tabung struktural,
dalam bentuk persegi panjang mulai dari 3 x 2 sampai 12 x 6 inci. Kotak dengan
metode empat pelat yang dilas ini juga digunakan secara luas.
purlins (balok timpa), balok lintel, girts, struts eave, ambang, dan sebagai gording
dan header untuk tangga dan bukaan lainnya. Mereka kadang-kadang digunakan
e f
Gambar 2.3. Penampang bentuk lain dari balok profil baja
(Gambar dari buku Design of Steel structures-Edwin H.Gaylord Hal.260 )
sering untuk dijadikan balok seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4. Sistim Channel
lokal dari flensa tipis meningkat jika mereka mengalami penegangan pada bagian
bibir flensnya, seperti dalam Gambar 2.4.b. Dua sistim Channels yang mengalami
lantai (Gambar 2.4.c dan d). Penampang dalam Gambar 2.4.g dan h dapat digunakan
sebagai multi web ( penggabungan web), struts eave, sesuai dengan kebutuhan
masing-masing.
a b c
d e f
Gambar 2.4. Penampang balok profil Cold-Formed
(Gambar dari Journal Research Report of American Steel Institute Hal.3 )
Suatu balok dapat dibayangkan sebagai susunan sejumlah tak berhingga serat
atau batang tipis memanjang (longitudinal). Setiap serat diasumsikan beraksi secara
independen terhadap yang lain, yaitu, tidak ada tekanan lateral atau tegangan geser
diantara serat. Umumnya balok bahkan karena berat sendirinya akan terlendut ke
Perubahan panjang serat ini menghasilkan tegangan dalam serat. Bagian yang
Untuk setiap balok yang mempunyai satu bidang simetri memanjang dan
dikenai momen tekuk M pada suatu penampang melintangnya, tegangan normal yang
bekerja pada serat memanjang pada jarak y dari sumbu netral balok diberikan dengan
persamaan
σ=
(Persamaan ini dikutip dari Diktat Mekanika Teknik I, Teknik Sipil)
Ketika aksi dalam balok masih dalam batas elastis, sumbu netral melewati
centroid atau pusat penampang melintang. Dengan demikian, momen inersia I yang
muncul dalam persamaan diatas untuk tegangan normal adalah momen inersia luasan
melintang balok.
Modulus Penampang
Pada serat terluar balok nilai koordinat y sering dinyatakan dengan simbol c.
σ= atau σ=
simbol Z. Satuannya adalah M3. Dengan demikian tegangan tekuk maksimum dapat
dinyatakan dengan
σ=
diijinkan dimana akan terlentur akibat beban pada bidang simetri, adalah salah satu
masalah yang paling umum dalam desain balok baja. Profil bersayap, seperti profil I
yang digunakan, hampir secara umum terjadi dalam situasi ini, merupakan hal yang
wajar sehingga momen inersia dari sumbu utama yang besar adalah jauh lebih besar
daripada yang mengenai sumbu utama minor. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan
mereka relatif lemah dalam perlawanan terhadap torsi dan tekukan pada sumbu
minornya, dan apalagi tidak dilaksanakan sesuai dengan konstruksi yang baik, maka
Jika seandainya balok tidak dapat tertekuk karena dukungan yang diberikan
oleh lantai atau konstruksi lainnya, maka cukup diperlukan untuk menghitung
momen lentur maxsimum dan kemudian memilih bentuk yang memiliki modulus
section yang sesuai. Karena struktur baja yang dijual berat, maka adanya kebutuhan
yang lebih jauh, dimana kita akan menghitung modulus bagian yang diperlukan.
Rumus analogi dari modulus section dapat kita lihat pada rumus tegangan
σ= =σ=
tegangan, dan berbanding lurus dengan Inersia ( ). Jadi bisa kita ambil kesimpulan
dasar dari lentur, ialah kekuatan suatu balok profil dalam menghadapi lentur juga
dapat ditentukan dari besar penampang, seperti tinggi dan ketebalan sayap, dengan
dan kuat.
Pada sayap, web, dan elemen pelat lain dari anggota struktur dapat
tekuk lokal. Menunjukkan Gambar 2.6.a Baja profil I dan Gambar 2.6.b dengan
masing masing tekuk lokal pada penampang flens dan badan, masing-masing diuji
dalam gaya tekan aksial seragam, yang mengakibatkan dampak melengkung pada
(a)
(b)
Gambar 2.6. Tekuk Lokal pada Flens dan Web Profil I akibat beban aksial
Tegangan kritis untuk pelat persegi panjang dengan berbagai jenis dukungan
tepi, dan dengan beban pada bidang pelat didistribusikan sepanjang tepi dalam
(Rumus diambil dari Buku Design of Steel structures-Edwin H.Gaylord Hal 215)
pada rasio panjang pelat dengan lebar pelat, dan pada keadaan loading.
= poisson's rasio
b = panjang sisi pelat dimuat (kecuali bahwa itu adalah dimensi lateral lebih
t = tebal plat
Persamaan ini untuk mencari tegangan kritis pelat seperti sistim pelat web
(a) (b)
dikompresi pada dua sisi berlawanan pada daerah lebar b. Seperti tekuk pelat dalam
satu gelombang melintang dan satu atau lebih gelombang longitudinal. Nilai
koefisien k dari persamaan diatas untuk kasus ini diberikan dalam Gambar 2.7.b,
terhadap lebar pelat (a / b), disebut aspek rasio. Perlu diketahui untuk satu
seterusnya. Namun, kecuali untuk kasus pelat yang sangat pendek, kesalahan
berkurang dengan bertambahnya a/b. Dan perlu diperhatikan bahwa dalam kasus
biasa, yang a / b ≤ 10
Nilai k untuk lima kasus diberikan dalam Gambar.2.8. Kasus a dalam gambar
ini adalah sama seperti pelat Gambar.2.7. Perilaku pelat di b, c, dan d adalah serupa
dengan pelat a; yaitu, mereka tertekuk dalam satu gelombang transversal dan
sejumlah gelombang longitudinal. Dalam setiap kasus, nilai k pada gambar tersebut
bernilai minimum. Di sisi lain, pelat dengan satu sisi ujung bebas dan yang lainnya
diberi dukungan seperti kasus e, maka tekuk dalam satu gelombang longitudinal
terlepas dari aspek rasio. Nilai dari k pada kasus seperti e mendekati nilai batas 0.456
dengan aspek rasio meningkat. Akan tetapi, untuk pelat dengan perbandingan ukuran
a = 5b nilai k (0,496) hanya beberapa persen lebih besar dari nilai minimum. Oleh
karena itu, kecuali untuk piring yang sangat pendek, nilai minimum adalah
pendekatan yang baik. Gambar 2.6.b dimana lokal buckling terjadi di web oleh
tegangan aksialnya, dimana dalam kasus ini, sisi yang diberi beban aksial tersebut
empat bagian pelat, dengan masing-masing ujung yang sama, tidak ada pemuntiran
di tepi ini ( umumnya bengkok ) karena, semua empat sisi tertekuk secara bersamaan
Tekuknya ditunjukkan pada Gambar 2.6.a adalah sebuah contoh kasus antara
kasus pada pelat d dan e dari Gambar 2.8. Masing-masing dari empat sisi sayap yang
lurus dan ternyata mengalami puntir (tetapi tidak tetap) pada persimpangan terhadap
web.
(Rumus diambil dari Buku Design of Steel structures-Edwin H.Gaylord Hal 148)
yang sama dalam perilaku buckling sebagai rasio kelangsingan pada kolom. Juga,
sebagai analogi formula Euler, Persamaan (2.2) adalah benar hanya jika tegangan
kritis tidak melebihi batas proporsional, tetapi dapat mencapai daerah inelastis
tidak sebesar modulus tangen, seperti dalam kasus kolom. Hal ini karena pelat adalah
anisotropis dan memiliki ketahanan terhadap buckling pada tegangan melebihi batas
sempurna pada awal tekuk. Jadi, untuk plat dimuat seperti pada Gambar 2.7a,
menekankan pada awal tekuk adalah (tekan) dalam arah χ, dan = 0 dalam arah
y. Ini ditunjukkan pada Gambar 2.9, dimana > Fp. Sekarang, jika pelat mulai
terlipat dengan cara yang ditunjukkan dalam Gambar 2.7a, maka tekanan lipatan
(bengkokan) berkembang sesuai arah di χ dan arah y. Gaya pembengkokan pada arah
y diatur oleh E, sejak mereka mulai dengan = 0 seperti Gambar 2.9. Dengan
demikian, sifat kekakuan plat untuk arah ini, yang dilihat berdasarkan setiap bagian
lebarnya, adalah /12(1- ). Di sisi lain, tekanan pada arah x ditambahkan pada
tekan akan memulai pada tingkat , sedangkan tegangan tarik tekuk akan dimulai
pada tingkat E (Gambar 2.9). Dalam hal ini, kekakuan pelat pada setiap bagian lebar
Perlu diketahui juga, pelat bersifat anisotropi, karena kekakuan dalam arah y
Tegangan Kritis pada tekuk pelat dapat dievaluasi dengan menentukan rasio
kelangsingan setara untuk kolom yang akan tertekuk pada tegangan yang sama.
dengan E dan menganalogikan dari lokal buckling seperti rumus diatas ke nilai
(Rumus diambil dari Buku Design of Steel structures-Edwin H.Gaylord Hal 218)
kritis pelat, yang pada gilirannya tergantung pada nilai . Oleh karena itu,
tegangan tekuk elastis harus ditentukan oleh trial and error. Namun, di sisi yang
aman untuk mengabaikan τ, karena ini menghasilkan nilai yang lebih besar dari
nilai τ yang lebih kecil, yang sesuai dengan tegangan luluh. Tegangan kritis benar-
Untuk pelat datar sempurna terbuat dari baja dengan yang rata sisinya dan tanpa
tegangan sisa dan tidak ada eksentrisitas dari tepi tegangan, tegangan kritis diberikan
oleh ABC jika pengerasan regangan diabaikan dan ABFG jika pengerasan regangan
adanya kemungkinan tegangan sisa dan eksentrisitas yang akan mengurangi nilai
tegangan kritis yang diberikan oleh kurva ini, dan kurva tekuk lokal asli adalah
seperti ADEFG. Di sisi lain, DH adalah ciri bagian untuk tekuk inelastik sebuah pelat
yang terbuat dari logam, di mana ordinat untuk D adalah tegangan batas
modulus elastis E , atau dengan menggunakan tegangan kritis euler dengan rasio
melintang baloknya seperti profil I, persegi, dll, dipakai untuk mampu mencapai
moment leleh My. Tetapi untuk hal itu perlu diperhatikan bahwa penekanan pada
sayap harus mampu mencapai tegangan luluh tanpa buckling (tekuk). Dengan kata
lain, ini berarti bahwa harus mampu mencapai tegangan luluh tanpa tertekuk. Tentu
saja, ini berarti bahwa harus mampu menerima regangan akibat tekan (ɛy). Jadi
menurut AISC, ketebalan flens pada profil I harus dibatasi sedemikian rupa
sehingga
b / t ≤ 95 / √
(Persamaan ini dikutip dari Buku Design Of Steel Structure by: Edwin
H.Gaylord, 1972)
dalam satuan kips/square inch. Demikian pula, mengarah pada yang analogi bentuk
b / t ≤ 253 / √
(Persamaan ini dikutip dari Buku Design Of Steel Structure by: Edwin
H.Gaylord, 1972)
Perlu kita ketahui bahwa untuk menambah rasio dan batasan kelangsingan
pelat, maka harus diperhatikan jika bagian potongan melintang balok diusahakan
untuk mencapai Mp saat plastis. Hal ini karena regangan tekan pada flens harus
dimulai sejak pertama pembebanan hingga saat mencapai momen plastis. Untuk
kasus ini, titik F dari Gambar 2.10 memberikan nilai batasan secara teliti karena
Ukuran pada pelat yang diberi tegangan di luar dari nilai hasil ɛy sulit untuk
ditentukan, karena disebabkan oleh beberapa hal yaitu karena perilaku anisotropik
pelat yang tertekuk oleh karena adanya stress atau tambahan tegangan dari
asalnya,misalnya dari pabrik sehingga terjadi pencapaian yield telah dimulai dan
sebagian karena sifat discontinious dari proses pencapaian yield itu sendiri. Seperti
yang kita ketahui tekuk lokal pada pelat dalam kisaran perbedaan tegangan non
Akan tetapi, dalam kasus dimana baja dengan yield pada bagian dari tepi
atasnya Gambar 2.11.b, tampak bahwa adanya perubahan modulus dengan cepat
dari E ke nol pada hasil yieldnya. Bahkan dalam diagram melengkung rata-rata pada
tegangan vs regangan, yang menunjukkan dimana saat ada tegangan sisa awal
Gambar 2.11c, modulus tangen terlihat untuk mendekati nol pada regangan jauh
lebih sedikit pada saat nilai pengerasan regangan. Dengan demikian, dalam situasi
ini, akan terlihat perlawanan yang untuk lokal buckling akan lenyap pada regangan
yang terlalu kecil sehingga memungkinkan saat keadaan plastik untuk berkembang
sepenuhnya. Namun, sistim pelat untuk yang tanpa buckling, pada umumnya
tampaknya bahwa nilai leleh secara nyata benar-benar berkembang dalam bidang
lebar yamg kecil, atau bidang memanjang, di mana strain secara tiba-tiba bertambah
dari nilai elastis-batasan untuk εs nilai pada awal pengerasan regangan. Gabungan
kalibrasi strain setelah pembebanan ini membentuk satu demi satu setelah dimulai
pada titik lemah, seperti inklusi atau titik konsentrasi tegangan. Dengan demikian,
tidak ada sistem material, yang panjang di mana strain diukur, sesuai εy <ε <εs.
Selama tahap ini, materi tidak homogen. Namun, setelah semua materi telah
disesuaikan dengan nilai regangan-pengerasan, ini menjadi homogen lagi dan dan
nilai stress mulai meningkat sesuai dengan regangan pengerasan Es-modulus pada
Gambar 2.11b. Namun demikian, bahan ini anisotropi karena disebabkan oleh
ukuran.
dari b / t sesuai dengan urutan pengerasan regangan. Untuk plat t seragam trength
hanya didukung pada satu bidang yang tak terbebani dan bebas di sisi lain, rumusan
Fcr = (2.4a)
L: panjang pelat
b: Lebar plat
t: tebal plat
Persamaan 2.4a identik dengan rumus pada Persamaan yang untuk tekuk
terputar akibat beban vertikal dari pada balok profil I, yang dimana karena disetiap
titik tubuh bebas mengalami warping (tegangan badan akibat puntir), dimana juga
tidak ada pengekangan pada sayap sehingga Momen tahanan sayap-badan menjadi
Fcr =
memberikan
Fcr =
Fcr =
Fcr = (2.4b)
L: panjang pelat
b: Lebar plat
t: tebal plat
Jadi, satu-satunya perbedaan antara tekuk inelastis dan tekuk elastis adalah
Selain itu, pelat digunakan pada anggota-anggota struktural dengan cukup lama
Fcr = (2.5)
b : Lebar plat
t : tebal plat
untuk mencapai pengerasan regangan awal tanpa terjadinya tekuk, maka Gt sesuai
regangan εs dan kemudian dipuntir. Modulus geser yang pada awal puntiran bisa
cepat pada nilai regangan geser yang kecil. Kemudian, dengan nilai 2000 ksi atau
3000 ksi, itu mulai berkurang lebih lambat. Berdasarkan uji tekuk torsi pada sudut
tunggal, nilai Gt = 2400 ksi disarankan. Oleh karena itu, dari persamaan 2.5.
= ≈ (2.6)
Dimana Fy satuan dalam kips per inci persegi. Analisis dari I flens dibawah
keadaan tertekan, dengan terjadinya rotasi dari web, menunjukkan bahwa nilai ini
Analisis pelat yang diberi tekanan yang sama pada keempat sisi, maka
keadaannya akan mengarah ke persamaan yang mirip dengan persamaan (a). Jika
≤ (2.7)
Untuk A36 baja, Persamaan 2.6 dan 2.7 memberikan b / t = 8,2 dan
persamaan (5-3) memberikan b / t = 32. Untuk meringkas hasil artikel ini, kita
pelat yang menghalangi tekuk lokal dini dari flensa kompresi balok:
Selain terjadinya lentur geser dan penahanan tegangan dalam web balok, ada
tegangan tekan dalam arah vertikal karena diberikan beban di atas sistim sayapnya.
Pada balok yang ditunjukkan pada Gambar 2.12, kita dapat melihat bahwa harus ada
penekanan secara vertikal tepat di atas pelat bantalan. Bahkan lebih jauh lagi, karena
tidak ada beban pada flens yang diletakkan di atas dukungan, sistem tekanan yang
diberikan secara vertikal akan berkurang terhadap bagian horizontal yang lebih
tinggi, sampai menjadi nol pada flens atas. Dan dari hal itu kita bisa mengambil
horizontalnya. Dan lebih jauh lagi untuk menentukan tegangan ini, kita meninjau
sebagian dari balok di bawah bagian 1-1 di tepi fillet dan ke kiri dari bagian 1-2
sesuai SNI ) dari ujung kanan pada pelat bantalan. Kemiringan bagian 1-2 adalah
tekan untuk lebih merata bagian 1-1, dan sesuai penjelasan gambar,
Gambar 2.12. Sistim balok yang diberi beban diatas flens yang simetris dengan web
dikontrol dengan memvariasikan panjang dari pelat bantalan. Dan tekanan serupa
yang diterima oleh bantalan akan diteruskan pada kolom, balok maupun jenis
struktur lainya yang mendukung, dan untuk lebih jelas kita asumsikan tentang
distribusi yang ada pada sistim dukungan, kita anggap itu untuk didistribusikan di
area di bagian 3-3 yang berakhir pada bagian 3-4 ditarik pada 45 derajat dari masing-
tekanan vertikal padai web secara berlebihan disebut dengan berbagai nama, seperti
direct compression, web crimpling ( kerutan badan ), dan web crippling ( lipatan
badan). Tegangan AISC diperbolehkan untuk web crippling ( lipatan badan) adalah
0.75Fy, dimana dalam hal ini, tegangan dan tekanan yang menyebabkan web
crippling yang dimaksud adalah tekanan yang terjadi pada bagian 1-1 dan 3-3 pada
Gambar 2.12. Ini adalah perlindungan terhadap batasan tegangan yield lokal pada
badan profil. Jika tegangan ijin terlampaui, maka pengaku web (stiffeners) harus
disediakan. Pengaku akan mendukung beban terkonsentrasi pada flens yang ada di
atas balok yang diperlihatkan pada Gambar 2.13. Pengaku adalah berupa pelat yang
dilas ke web balok. Pelat pengaku ini akan menguatkan atau menambah ketahanan
pada web dan akan mengurangi lipatan tegangan. Bahkan rumus-rumus praktis
tinjauan dari SNI atau atau yang dari luar negri seperti AREA telah menentukan
suatu batasan dari stres yang diperbolehkan untuk situasi ini. Namun, AREA
membutuhkan pengaku web di bantalan dan pada titik akhir kaitan beban
tekuk, maka untuk menyelesaikan masalah ini dengan tepat, diperlukan analisa
kestabilan dari seluruh bagian web dengan tidak seperti sistem beban yang diletakkan
sepanjang flens,tetapi hanya tepat di tengah flens di atas web. Akan tetapi mengingat
hal tersebut, pendekatan yang baik dapat dikembangkan untuk balok pendukung
beban w merata yang berada di atas sayapnya. Dan dalam hal ini, pembebanan
vertikal di web bervariasi dari w di tepi atas ke nol di bagian bawah. Karena
tegangan geser pada bagian vertikal web didistribusikan hampir seragam, maka
variasi dalam tekanan vertikal akan sangat hampir linier. Dengan demikian, web
dapat diperlakukan sebagai pelat dengan mengalami gaya aksial terbagi merata
titik akhir kolom bahkan dapat mendukung sekitar dua kali beban atau lebih yang
ujungnya. Secara gambarannya dapat ditunjukkan dengan analogi pelat yang diberi
beban atau muatan dengan cara yang sama. Dari hal itu bisa mengetahui, bahwa
tegangan tekan kritis vertikal untuk web sebuah balok dapat mendukung beban
terbagi merata pada dua sisi berlawanan. Untuk memikirkan analisa web yang
dianalogikan dengan sistim pelat, dimana bisa kita analogikan seperti tegangan kritis
tekuk pelat yang terlihat dalam bentuk gelombang yang searah sesuai arah gaya
tekanan aksialnya.
b
Fxt
a
Gambar 2.14. Sistim gelombang pada pelat saat diberi gaya aksial
Hal ini membutuhkan persyaratan bahwa aspek rasio Panjang (a) berbanding
lebar (b) kurang dari √ 2, atau a/b ≤ √2 seperti gambar diatas. Untuk kasus web
balok, seperti Persamaan 2.8 dibawah, adalah adanya a yang berpengaruh sebagai
tinggi sebuah balok dan b sebagai bentang panjangnya, dimana pelat dianggap
(2.8)
kecil nilainya sehingga kita dapat memakai rumus analogi yang dasar, yang
menurunkan rumus ke bentuk yang lebih sederhana dari Persamaan dasar diatas,
yaitu
(2.9)
beban tepat diatas sayapnya adalah dua kali nilai dari Persamaan 2.9. Oleh karena
itu,
= (2.10a)
Di mana b adalah tinggi web dan t ketebalan web. Namun, besar tegangan
kritis dari Persamaan 2.9, tidak boleh dua kali lipat jika balok juga diberi tekanan
yang sama pada flens berlawanan, karena dalam hal ini kompresi web seragam di
= (2.10b)
Persamaan ini tidak boleh digunakan jika web telah memiliki pengaku
(stiffeners) melintang. Selain itu, harus diingat bahwa Persamaan 2.10 memberikan
Tegangan kritis dari persamaan 2.10 meningkat jika web adalah mendapat
tegangan baru dari sayap profil yang berotasi atau berputar. Sebagai contoh, jika kita
ingin web dicegah dari perputaran pada sayap, maka koefisien yang efektif adalah
0,7 untuk web terkompressi seragam dari persamaan 2.10b dan nilai akan dua
kali lipat. Di sisi lain, untuk web di mana kompresi vertikal bervariasi dari
maksimum pada flens terkompresi ke nol pada flens berketegangan, maka nilai
tegangan kritisnya menjadi 2,75 kali nilai dari Persamaan 2.10a. Hasil peningkatan
yang besar dari bukti menunjukkan bahwa penurunan terbesar di perpindahan lateral
web adalah di daerah di mana kompresi vertikal terbesar juga terjadi. Tentu saja
Tekuk akibat beban terkonsentrasi lebih sulit untuk dievaluasi. Gambar 2.16
menunjukkan tegangan vertikal pada tiga bagian sistim horizontal dari sebuah
potongan balok dari sisi lebarnya dan kedalaman d yang mendukung suatu beban
Akan dicatat bahwa, di semua tiga tingkat, dimana sistim tekanan akan berdampak
sepanjan bagian dari balok yang sebanding dengan d. Tegangan pada pertengahan
kedalaman bervariasi dari nol pada setiap akhir panjang d hingga 0.90P / d di pusat.
stres rata-ratanya, penurunan tekanan dengan kedalaman adalah sama dengan beban
merata. Tidak ada cara sederhana untuk mengevaluasi stabilitas web di bawah
dilaporkan telah didasarkan pada tes, terdiri dalam asumsi tekanan vertikal di web
yang akan didistribusikan secara seragam atas panjang bantalan dari beban
terkonsentrasi ditambah d / 2 untuk beban interior dan d / 4 untuk dan nilai reaksi
Desain spesifikasi yang umum tidak mencakup tekuk vertikal dari web balok
kecuali sejauh mungkin dihindari dengan ketentuan untuk kelumpuhan web itu
Ketahanan tekuk vertikal berkurang dalam setiap bagian web balok yang
mengalami lentur. Perlu diketahui, bahwa kompresi vertikal kritis seragam untuk
pelat baja persegi yang didukung di keempat sisinya hanya sepertiga nilai dari
persamaan 2.10b dimana jika plat juga dikenakan tegangan lentur 75 persen dari
tegangan kritis. Tentu saja, nilai ini meningkat jika tekanan vertikal melalui
Dan untuk sistim Balok Cold Formed, web cripplingnya diperburuk oleh
tekuk lentur karena aplikasi eksentrisitas beban yang dihasilkan dari transisi
melengkung di simpang sambungan dari flens dan web. Dan faktanya, web pada
balok Cold Formed, sering tipis yang pada akhirnya buckling juga sering terjadi.
AISI.
Perbedaan antara lipatan web (web crippling) dan tekuk web (web buckling),
akibat beban pada flens, sudah dibahas sebelumnya. Cripling pada web dari
penyangga plat tidak berbeda dari lipatan dari web di balok gulung (rolled beams),
sehingga prosedur yang dijelaskan dalam subbab 2.7.1 berlaku juga untuk pelat
girder. Tekuk vertikal juga merupakan fenomena yang sama untuk keduanya, tetapi
karena gelagar pelat mungkin memiliki sistim pengaku melintang, Persamaan 2.10
harus diubah. Persamaan ini berasal dari Persamaan 2.8, untuk pelat sederhana yang
hanya didukung pada keempat sisi dengan asumsi harus cukup kecil,
dibandingkan dengan penyatuan, menjadi berkurang. Oleh karena itu, ini berlaku
untuk sistim pelat girder dengan jarak pemasangan yang lebar. Dengan notasi bab ini
= (2.11a)
untuk jarak dekat pengaku harus mendekati nilai yang diberikan oleh rumus tekuk
pelat seperti rumusan-rumusan diatas, dengan k = 4. Dengan notasi bab ini, hal ini
memberikan
= (2.11b)
flensa, bukan pada satu seperti dalam Formula 2.11a. Bahwa rumus Basler adalah
= (2.11c)
Nilai dari persamaan ini hampir mendekati dari Persamaan 2.11a jika
adalah kecil dan pada persamaan 2.11b jika adalah besar. Dengan faktor
= ( ksi ) (2.12a)
Yang merupakan rumus AISC untuk girders dengan sayap terpuntir bebas
akibat tekan. Dalam Subbab 2.7.1, disebutkan bahwa tegangan kritis untuk web di
balok dengan sayap tidak terpuntir bebas akibat tekan adalah 2,75 kali nilai untuk
menetapkan
= ( ksi ) (2.12b)
Sejak Pers.2.12 yang diturunkan untuk beban merata, ketentuan harus dibuat
untuk memperluas mereka dalam kasus beban terpusat atau beban didistribusikan
melalui jarak kurang dari panjang panel a. Menurut spesifikasi AISC, seperti sebuah
beban dibagi dengan lebih kecil dari daerah atau yang setara untuk
tidak terpenuhi, maka baik web harus dibuat lebih tebal atau pengeras bantalan
Sebuah balok umumnya didukung pada tembok atau beton yang biasanya
harus dilengkapi dengan pelat bantalan yang sesuai dengan kemampuan dan
ukurannya. Dalam hal ini, selain memiliki panjang yang searah panjang balok untuk
yang cukup untuk memberikan faktor keamanan yang memadai untuk menghindari
kehancuran fatal dari materi pendukung. Karena mereka dapat ditempatkan dibawah
balok, maka pelat beban juga memfasilitasi ketahanan ereksi. Untuk alasan ini maka
Bearing plate kadang-kadang dan sering dipakai, sehingga balok tersebut memiliki
hampir tidak mungkin untuk menentukan distribusi gaya yang bekerja di atasnya.
Sebagai hasil dari lendutan balok, tekanan bantalan lebih besar di tepi dari pelat yang
terdekat pusat balok daripada mereka di akhir. Tekanan pada kedua ujung-ujungnya
akan berkurang oleh pengaruh pembengkokan dari pelat dalam arah normal balok,
dan sebagai akibatnya distribusi tekanan di arah ini juga tidak seragam.
seragam, yang beberapa asumsi mengatakan bahwa pelat dirancang untuk bantalan
batu maupun perletakan sesuai dengan tegangan ijin yang ditentukan, dan
normal balok.
Berkenaan dengan yang terakhir dari persyaratan ini ada pertanyaan dari
lokasi bagian yang akan menahan momen maksimum. Karena ada sebagian
anggapan tentang sistem perletakan di suatu tempat antara tengah pelat dan tepi flens
balok. Jika flens balok tidak memiliki pengaku, maka momen maksimum dalam pelat
terdapat di tengah, tetapi jika flange ini berpengaku, itu adalah di tepi flange. Karena
kesatuan sistem akan melakukan fungsinya untuk mendistribusikan beban pelat maka
adanya moment maksimum suatu tempat di dekat pusat pelat dan untuk mengabaikan
desain didasarkan pada tempat di bagian 1-1 di tepi fillet flange, seperti gambar 2.17.
Gambar 2.17, menunjukkan pelat pengaku yang terdiri dari pelat dilas pada
web sebuah balok. Mereka juga harus dipasang erat terhadap flens yang dibebani.
Harus ada wilayah kontak yang cukup antara pengaku dan sayap untuk mengarahkan
dan memberikan beban pada pengaku, dan pengaku harus memadai terhadap tekuk,
dan sambungan ke web harus cukup untuk mengantarkan beban. Dan perlu di ingat
Tegangan pada pengaku pada area kontak antara pengaku dan sayap adalah
analog dengan tegangan tekan di persimpangan dari web dan flens dari balok guling
(rolled beam) yang dikenai beban terkonsentrasi. Karena merupakan stres dari
bantalan pengaku, nilai yang diijinkan dapat relatif besar. Spesifikasi AISC
yang kuat atau sambungan penetrasi penuh alur-las, yang diizinkan bantalan
Sejak tekuk pengaku bantalan analog dengan buckling dari web pada titik-
titik beban terkonsentrasi, momen inersia yang dibutuhkan pengaku tidak mudah
untuk dievaluasi. Pengaku yang tertekuk mungkin seperti gambar untuk web balok
pada Gambar 2.15, tergantung bagaimana cara flensnya terkendali saat menerima
gaya yang dipikulnya. Dalam kebanyakan kasus, flens yang tertekan girder akan
dengan balok rangka ke dalamnya, sehingga tekuk akan mendekati bentuk akhir
kolom. Bahkan jika flensa bebas untuk memutar, pengaku tidak perlu dianggap
sebagai akhir engsel kolom karena beban terpusat pada salah satu ujung pengaku ini
ditahan oleh gaya yang didistribusikan bersama sambungan ke web, bukan oleh
Sesuai spesifikasi AISC bahwa panjang kolom yang efektif dari sepasang
pengaku diambil pada tidak kurang dari tiga-perempat dari tinggi balok tersebut. Jika
ditinjau pelat web dengan lebar tidak lebih dari , dimana adalah ketebalan dari
web, dianggap menjadi bagian dari penampang jika pengaku berada pada titik
interior girder tersebut. Untuk pengaku pada akhir gelagar itu, lebar plat pengaku
dirancang sebagai kolom tetapi tidak menentukan panjang efektif. Bagian efektif web
mengembangkan perlawanan geser yang diperlukan dari sebuah panel. Yang terakhir
Kriteria yield dari von Mises menunjukkan bahwa pencapaian batas kekuatan
bahan dimulai ketika invariasi (resultan) tegangan deviatorik kedua J2 mencapai nilai
kritis k. Untuk alasan ini, kadang-kadang disebut plastisitas-J2 atau teori aliran J2.
Ini adalah bagian dari sebuah teori plastisitas yang berlaku terbaik untuk bahan ulet,
Dalam ilmu rekayasa material, kriteria yield von Mises dapat juga
diformulasikan dalam bentuk tegangan von Mises atau stres tarik equivalent ( σv ),
nilai skalar stres yang dapat dihitung dari tensor stres. Dalam hal ini, material
dikatakan untuk memulai batas yield ketika tegangan von Mises mencapai nilai kritis
yang dikenal sebagai kekuatan luluh, ( σy ). Von Mises stress digunakan untuk
memprediksi batas kekuatan bahan dalam setiap kondisi pembebanan dari hasil tes
sederhana tarik uniaksial. Tegangan von Mises memenuhi keadaan yang menyatakan
dua arah tegangan dengan energi distorsi yang sama telah menyamai stres von Mises.
Karena akan kita perjelas dibawah, pada awal luluh, besarnya tegangan luluh geser
dalam geser murni adalah √3 kali lebih rendah daripada tegangan luluh tarik dalam
Atau
seperti pada gambar yang kurva yield, atau persimpangan dengan arah deviatorik,
adalah lingkaran dengan jari-jari , atau . Ini berarti bahwa kondisi hasil
luluh dari material σy, yang merupakan properti material yang khas. Dalam
prakteknya, parameter ini memang ditentukan dalam uji tarik sesuai kondisi stres
uniaksial. Hal ini juga cocok untuk mendefinisikan sebuah tegangan tarik setara atau
tegangan von Mises, σv, yang digunakan untuk memprediksi batas luluh bahan di
bawah kondisi beban multiaksial menggunakan hasil dari tes sederhana tarik
Dalam kasus ini, luluh terjadi ketika tegangan bekerja, σv, mencapai
kekuatan luluh material dalam tegangan sederhana, σy. Sebagai contoh, gabungan
bagian tegangan pada balok baja yang di tekan berbeda dari gabungan tegangan dari
baja di bawah torsi, bahkan jika spesimen keduanya dari bahan yang sama.
ini terwujud di enam derajat kebebasan, karena tensor stres memiliki enam
komponen independen. Oleh karena itu, sulit untuk mengatakan mana dari dua
dengan menggunakan kriteria hasil von Mises, yang semata-mata tergantung pada
nilai tegangan skalar von Mises yaitu, satu derajat kebebasan, perbandingan ini
sangat mudah: semakin besar nilai von Mises akan membuat bahwa bahan tersebut
Untuk kasus tegangan geser murni σ12 = σ21 ≠ 0, sementara semua σij
Ini berarti bahwa, pada awal luluh, besarnya tegangan geser di geser murni
sebesar √3 kali lebih rendah daripada tegangan tarik dalam kasus ketegangan
sederhana. Tegangan luluh Von Mises menghasilkan kriteria tegangan geser murni,