Anda di halaman 1dari 24

Nama Fadilla Sherlyna

NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

TIKET MASUK PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PENGENALAN ALAT DAN BUDAYA K3

1. PRELAB
1.1 Sebutkan budaya kesehatan dan keselamatan kerja apa saja yang terdapat
pada laboratorium.
Penerapan budaya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki 3
aspek yang saling berkaitan dengan satu sama lain. 3 aspek tersebut adalah
psikologis, perilaku, dan organisasi. Keselamatan kerja di laboratorium
menyangkut keselamatan pengguna (teknisi, peneliti dan praktikan), sarana
fisik, alat dan bahan yang digunakan. Maka dari itu, dibuatlah peraturan
laboratorium, peringatan, dan sebagainya untuk meminimalisir kecelakaan
(Hartutik, 2012).
K3 bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi ataupun bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat memengaruhi efisiensi
dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa
maupun kerugian materi, tetapi juga dapat mengganggu proses praktikum
secara menyeluruh (Mulyono, 2017).
Adapun hal-hal yang harus dilaksanakan praktikan di laboratorium:
1) Tahap persiapan
Praktikan harus mengetahui secara pasti apa yang akan dikerjakan saat
praktikum. Membaca petunjuk praktikum, mengetahui tujuan dan cara kerja
serta bagaimana data percobaan akan diperoleh, mengetahui hal yang
harus dihindari. Praktikan harus mengetahui sifat-sifat bahan yang akan
digunakan (Finster dan Hill, 2016).
Praktikan wajib mengetahui alat dan bagaimana merangkai alat serta
cara kerjanya. Praktikan harus mempersiapkan peralatan pelindung tubuh.
Contoh pelindung tubuh adalah jas laboratorium, sepatu tertutup, masker,
sarung tangan, kacamata (goggles), dan sebagainya (Finster dan Hill,
2016).
2) Tahap pelaksanaan
Praktikan wajib mengenakan peralatan pelindung tubuh dengan baik.
Praktikan harus mampu mengambil dan memeriksa peralatan dan bahan
yang akan digunakan serta merangkai alat yang digunakan dengan tepat
dan mengambil bahan kimia secukupnya karena penggunaan secara
berlebihan bisa menimbulkan pencemaran. Praktikan diharuskan untuk
membuang sampah atau limbah pada tempatnya. Wajib bekerja dengan
tertib, tenang, dan tekun (Finster dan Hill, 2016).
3) Tahap paska pelaksanaan
Praktikan harus mengembalikan alat dan bahan yang digunakan sesuai
posisi semula. Hindari bahaya yang mungkin terjadi dengan mematikan
listrik, kran air, dan menutup tempat bahan kimia dengan rapat. Praktikan
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

harus membersihkan laboratorium dan keluar dengan tertib (Finster dan Hill,
2016).
1.2 Berikan contoh bahan kimia pada simbol berbahaya masing-masing 2 beserta
gambar simbol bahayanya.
 Harmful
Contoh bahan yang berbahaya adalah diklorometana dan etilena glikol
(Nugroho dan Rahayu, 2016).

(Nugroho dan Rahayu, 2016)


 Toxic
Contoh bahan yang dikategorikan beracun adalah metanol dan benzena
(Nugroho dan Rahayu, 2016).

(Nugroho dan Rahayu, 2016)


 Explosive
Contoh bahan yang mudah meledak adalah amonium nitrat dan nitrogliserin
(Nugroho dan Rahayu, 2016).

(Nugroho dan Rahayu, 2016)


 Corrosive
Karakteristik kimia bahan uji yang korosif (dapat merusak jaringan hidup)
adalah asam (ph < 2) dan basa (ph > 11,5). Contoh bahan yang korosif
adalah H2SO4 dan NaOH (Nugroho dan Rahayu, 2016).

(Nugroho dan Rahayu, 2016)

 Highly Flammable
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

Contoh bahan dengan sifat mudah terbakar misalnya aseton dan etanol.
Bahan-bahan ini sering digunakan di laboratorium sebagai solven (Nugroho
dan Rahayu, 2016).

(Nugroho dan Rahayu, 2016)


1.3 Carilah MSDS (Material Safety Data Sheet) pada bahan kimia yang anda
sebutkan di atas.
1) Diklorometana
Kondisi fisik dan kimia dari diklorometana (CH2Cl2) adalah cair
(fluida), tidak berwarna, dan memiliki bau yang manis-lembut. Informasi pH
dari diklorometana tidak tersedia. Diklorometana memiliki titik cair/titik
beku -95°C pada 101,3 kPa serta titik didihnya 40 °C pada 101,3 kPa.
Tekanan uap air untuk diklorometana adalah 58.400 Pa pada 25 °C dan
kelarutan air 13,2 g/l pada 25 °C. Diklorometana tidak memiliki sifat
eksplosif maupun sifat pengoksidasi (Carlroth, 2016).
Diklorometana memiliki beberapa pernyataan berbahaya. Yang
pertama ada H302 yaitu berbahaya jika tertelan. Lalu, H319 yang artinya
menyebabkan iritasi mata yang serius dan H335 berarti dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan (Carlroth, 2016).
Pencegahan dari hal-hal yang tidak diinginkan yaitu jangan menghirup
debu/asap/gas/kabut/uap/semburan. Praktikan diwajibkan untuk memakai
pelindung bagi tubuh. Contoh pelindung yaitu masker, sarung tangan, dan
lain-lain (Carlroth, 2016).
Diklorometana harus disimpan di tempat berventilasi baik. Wadahnya
tertutup rapat. Jika ingin dibuang, buanglah ke pabrik pembakaran industri
(Carlroth, 2016).
Tindakan pertolongan pertama untuk diklorometana. Pertama, lepaskan
pakaian yang terkontaminasi dan cuci sebelum dipakai kembali. Jika
terhirup, beri udara segar. Jika ragu, atau bila gejala tetap berlanjut, minta
nasihat dari pihak medis. Jika terkena kontak dengan kulit, bilas dengan air.
Jika terjadi iritasi pada kulit, segera berkonsultasi dengan dokter (Carlroth,
2016).
Jika mata terkena kontak dengan diklorometana, alirkan air bersih yang
banyak selama minimal 10 menit sembari membuka kelopak mata. Jika
tertelan, Bilas mulut dengan air (hanya apabila orangnya dalam kondisi
sadar). Segera temui dokter jika terjadi kecelakaan atau sakit (Carlroth,
2016).
Jika melakukan kontak langsung dengan diklorometana dapat
menyebabkan batuk, muntah-muntah, kelegapan kornea, vertigo, mual,
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

iritasi, dyspnoea, pusing, mengantuk, narkosis, dan kehilangan kesadaran.


Maka dari itu, praktikan harus melindungi diri sendiri dengan memakai
kacamata (goggles), masker, sarung tangan yang sesuai. Praktikan
disarankan untuk membawa krim/salep sebagai pelindung tambahan bagi
kulit (Carlroth, 2016).
2) Etilena glikol
Kondisi fisik dan kimia dari etilena glikol (C2H6O2) adalah cair
(fluida), tidak berwarna, dan tidak berbau. Informasi pH dari etilena glikol
adalah 6 - 7,5 pada 100 g/l 20 °C. Etilena glikol memiliki titik cair/titik
beku -14 °C hingga -10 °C serta titik didihnya 197,6 °C pada 1.013 hPa.
Tekanan uap air untuk etilena glikol adalah 0,053 hPa pada 20 °C dan
kelarutan air 1.000 g/l pada 20 °C. Etilena glikol tidak memiliki sifat
eksplosif maupun sifat pengoksidasi (Merck, 2018).
Pernyataan bahaya untuk etilena glikol adalah H302 yaitu berbahaya
jika tertelan. Lalu, H373 yang berarti etilena glikol dapat menyebabkan
kerusakan pada organ (ginjal) melalui paparan yang lama atau berulang
jika tertelan. Etilena glikol harus disimpan di tempat dengan suhu yang
direkomendasikan dari label produk dengan kondisi tertutup rapat (Merck,
2018).
Tindakan pertolongan pertama jika praktikan menghirup etilena glikol
adalah hirup udara segar. Bila terjadi kontak kulit, tanggalkan segera
semua pakaian yang terkontaminasi dan bilas dengan air. Jika terjadi
kontak pada mata, segera siram dengan air yang banyak selama 15 menit.
Tanggalkan lensa kontak dan buka kelopak mata lebar-lebar. Apabila sakit
berlanjut, segera hubungi dokter (Merck, 2018).
Gejala yang muncul apabila melakukan kontak langsung dengan etilena
glikol adalah agitasi, mual, muntah, kecapekan, ataxia (kerusakan
koordinasi alat gerak), gangguan pada sistem saraf pusat, dan kehilangan
kesadaran. Maka dari itu, praktikan wajib mengenakan peralatan
pelindung diri seperti menggunakan kacamata pengaman, sarung tangan
berbahan karet nitril. Untuk perlindungan pernapasan, biasanya tidak ada
perlindungan yang diperlukan pada penggunaan dalam kondisi normal dan
dengan ventilasi yang cukup (Merck, 2018).
3) Metanol
Kondisi fisik dan kimia dari metanol (CH3OH) adalah cair (fluida), tidak
berwarna, dan berbau alkohol. Informasi pH dari metanol tidak tersedia.
Metanol memiliki titik cair/titik beku -97,8 °C serta titik didihnya 64,7 °C
pada 1.013 hPa. Tekanan uap air untuk metanol adalah 169,3 hPa pada
25 °C dan larut dalam air (pada proporsi apapun). Metanol tidak memiliki
sifat eksplosif maupun sifat pengoksidasi (Carlroth, 2016).
Metanol adalah bahan beracun yang bersifat toksik jika tertelan, kontak
dengan kulit, terhirup, serta menyebabkan iritasi serius pada mata dan
saluran pernapasan. Untuk menghindari bahaya dari metanol jangan
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

menggunakan bahan sampai seluruh peringatan keamanan dibaca dan


dipahami. Lalu, jauhkan dari panas/percikan/api terbuka/permukaan
panas (Carlroth, 2016).
Metanol harus disimpan di tempat berventilasi baik. Jaga wadah
tertutup rapat dan simpan di tempat terkunci. Jika ingin membuang isi atau
wadah, buang sesuai dengan regulasi (Carlroth, 2016).
Pertolongan pertama jika praktikan menghirup metanol adalah beri
udara segar. Jika terjadi kontak dengan kulit dalam kasus apapun, panggil
dokter. Jika berkontak langsung dengan mata, basuhlah hati-hati air untuk
beberapa menit. Bila praktikan tidak sengaja menelan atau terjadi kontak
dengan mulut, basuhlah mulut dengan air (Carlroth, 2016).
Bila seluruh tindakan pertolongan pertama tidak membantu atau sakit
berlanjut, segera hubungi dokter. Efek yang terjadi jika berkontak langsung
dengan metanol adalah mata merah, pusing, mual, batuk, dan tidak
sadarkan diri. Untuk itu, praktikan wajib mengenakan kacamata (goggle),
sarung tangan dengan jenis material karet butyl, serta perlindungan lain
yang dibutuhkan (Carlroth, 2016).
4) Benzena
Kondisi fisik dan kimia dari benzena (C6H6) adalah cair (fluida), tidak
berwarna, dan berbau manis. Informasi pH dari benzena tidak tersedia.
Benzena memiliki titik cair/titik beku -5,5 °C serta titik didihnya 80,1 °C
pada 1.013 hPa. Tekanan uap air untuk benzena adalah 101 hPa pada 20
°C dan kelarutan dalam airnya 1,88 g/l pada 23,5 °C. Benzena tidak
memiliki sifat eksplosif maupun sifat pengoksidasi (Merck, 2017).
Pernyataan bahaya dari benzena adalah H340 yaitu dapat
meyebabkan kerusakan genetik serta H350 yang berarti dapat
meyebabkan kanker. Lalu, H225 yang berarti cairan dan uap amat mudah
menyala. Kemudian, H412 yaitu berbahaya pada kehidupan perairan
dengan efek jangka panjang (Merck, 2017).
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, maka praktikan harus
mendapat instruksi spesial sebelum menggunakannya. Benzena harus
dijauhkan dari panas/percikan/api terbuka/permukaan yang panas.
Hindarkan pelepasan benzena ke lingkungan. Benzena harus disimpan di
tempat berventilasi baik dan wadah tertutup rapat (Merck, 2017).
Tindakan pertolongan pertama jika praktikan menghirup benzena
adalah hirup udara bersih dan jika napas terhenti, segera berikan
pernapasan buatan secara mekanik, jika perlu berikan oksigen. Bila
praktikan berkontak langsung dengan benzena dalam kontak kulit, air, dan
mulut, segera bilas dengan air bersih (Merck, 2017).
Kontak langsung dengan benzena memberikan efek iritan, pusing,
narkosis, agitasi, mual, kecapekan, gangguan CNS (central nervous system),
serta menyebabkan kulit menjadi kasar dan merekah. Maka dari itu,
praktikan wajib mengenakan pakaian pelindung. Contoh pakaian pelindung
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

adalah sarung tangan yang mengikuti spesifikasi pada EC directive


89/686/EEC dan standar lainnya, pakaian pelindung antistatik yang tahan
nyala, dan pelindung lain jika diperlukan (Merck, 2017).
5) Amonium nitrat
Kondisi fisik dan kimia dari amonium nitrat (NH4NO3) adalah padat,
tidak berwarna, dan tidak berbau. Informasi pH dari amonium nitrat 4,5 -
7,0 pada 100 g/l 20 °C. Amonium nitrat memiliki titik lebur 169 °C serta
titik didihnya 210 °C. Tekanan uap air tidak berlaku untuk amonium nitrat
dan kelarutan dalam airnya 1.920 g/l pada 20 °C. Sifat eksplosifnya
adalah R9 dan sifat pengoksidasinya merupakan kategori 3 (Sentra
Informasi Keracunan Nasional, 2012).
Pernyataan bahaya dari amonium nitrat adalah H272 yang artinya
dapat mengintensifkan api (pengoksidasi). Kemudian ada H319 yang
berarti amonium nitrat dapat menyebabkan iritasi mata yang serius. Oleh
karenanya, bahan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan di
tempat yang dingin. Amonium nitrat harus ditempatkan terpisah dari bahan
yang mudah menyala, bahan organik dan bahan yang mudah teroksidasi
(Sentra Informasi Keracunan Nasional, 2012).
Jika praktikan menghirup amonium nitrat, berikan pernapasan
penyelamatan. Jika terkena kulit praktikan, tanggalkan segera semua
pakaian yang terkontaminasi dan bilaslah kulit dengan air dan sabun (15-
20 menit). Jika terkena kontak dengan mata, segera cuci mata dengan air
yang banyak atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%) selama 30
menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali
mengedipkan mata. Jika terkena mulut, basuh mulut sampai bersih (Sentra
Informasi Keracunan Nasional, 2012).
Gejala yang ditimbulkan bila berkontak langsung dengan amonium nitrat
adalah batuk, sakit tenggorokan, kulit kemerahan, mata merah, pusing,
diare, tidak sadarkan diri, muntah, dan dapat menyebabkan
methemoglobinemia. Oleh karena itu, untuk mencegah hal yang tidak
diinginkan praktikan wajib mengenakan peralatan pelindung. Gunakan
kacamata pengaman tahan percikan, pakaian pelindung yang tahan bahan
kimia, sarung tangan pelindung, serta pelindung lain yang dibutuhkan
(Sentra Informasi Keracunan Nasional, 2012).
6) Nitrogliserin
Kondisi fisik dan kimia dari nitrogliserin (C3H5N3O9) adalah cairan yang
tidak berwarna dan berbau lembut (mild). Informasi pH dari nitrogliserin
tidak tersedia. Bahan kimia ini memiliki titik lebur 14 °C dan titik bekunya
50°C kemudian meledak. Nitrogliserin memiliki peringatan bahaya yaitu
dapat merusak organ, beracun jika terkena kontak langsung, mudah
meledak, dan mudah terbakar (Restek, 2016).
Pertolongan pertama jika pratikan menghirup nitrogliserin adalah
menghirup udara segar. Jika mata praktikan terkena nitrogliserin, bilas mata
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

dengan air selama kurang lebih 20 menit sambil memiringkan kepala. Bila
kulit praktikan terkena nitrogliserin, bilas dengan air dan sabun serta
tanggalkan pakaian yang terkontaminasi (Restek, 2016).
Efek yang ditimbulkan jika terkena kontak langsung dengan nitrogliserin
adalah sakit kepala, gangguan pernapasan, iritasi kulit, mual, dan
kehilangan kesadaran. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,
praktikan wajib mengenakan pakaian pelindung. Seperti jas laboratorium,
sarung tangan steril, masker, dan pelindung lainnya (Restek, 2016).
7) Asam sulfat
Kondisi fisik dan kimia dari asam sulfat (H2SO4) adalah cair, tidak
berwarna, dan tidak berbau. pH dari asam sulfat adalah 0,3 pada 49 g/l
25 °C. Titik leburnya adalah -20 °C dan titik didihnya adalah 335 °C pada
1.013 hPa. Tekanan uap dari asam sulfat adalah 0,0001 hPa pada 20 °C
serta larut dalam air pada 20 °C (Merck, 2017).
Pernyataan bahaya dari asam sulfat adalah H290 yaitu dapat korosif
terhadap logam dan H314 yang berarti menyebabkan kulit terbakar yang
parah dan kerusakan mata. Maka dari itu, praktikan harus melakukan
pencegahan dengan memakai peralatan pelindung. Selain itu, di
laboratorium harus sedia pancuran air untuk menghindari bahaya-bahaya
yang dikhawatirkan dapat terjadi (Merck, 2017).
Tindakan pertolongan pertama jika praktikan menghirup asam sulfat
adalah hirup udara segar. Jika terjadi kontak kulit, tanggalkan semua
pakaian yang terkontaminasi dan bilas dengan air. Jika terjadi kontak pada
mata, bilaslah dengan air selama sekitar 20 menit. Apabila praktikan
meminum asam sulfat, basuh mulut dan berikan air minum (paling banyak 2
gelas (Merck, 2017).
Jika berkontak langsung dengan asam sulfat, dapat memberikan efek
seperti iritasi, batuk, napas tersengal, nyeri, dan muntah. Untuk menghindari
efek-efek negatif dari asam sulfat, praktikan wajib mengenakan peralatan
pelindung. Contoh peralatan pelindung yaitu masker, sarung tangan, serta
jas laboratorium (Merck, 2017).
8) Natrium hidroksida
Kondisi fisik dan kimia dari natrium hidroksida (NaOH) adalah cair, tidak
berwarna, dan tidak berbau. pH dari natrium hidroksida adalah 13 pada
20 °C. Informasi mengenai titik lebur dan titik didih dari natrium hidroksida
tidak tersedia (Merck, 2017).
Pernyataan bahaya dari natrium hidroksida adalah H315 yaitu
menyebabkan iritasi kulit dan H319 yang berarti menyebabkan iritasi mata
yang serius. Natrium hidroksida haruslah disimpan di tempat dengan suhu
yang direkomendasikan dari label produk dengan kondisi penyimpanan
tertutup rapat. Jika ingin membuang natrium hidroksida, dianjurkan untuk
memisahkannya dari bahan lain (Merck, 2017).
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

Tindakan pertolongan pertama jika praktikan menghirup natrium


hidroksida adalah berikan praktikan waktu untuk menghirup udara segar.
Jika terjadi kontak kulit, tanggalkan pakaian yang terkontaminasi dan bilas
dengan air. Apabila terjadi kontak mata dan mulut, segera basuh atau
alirkan dengan air bersih (Merck, 2017).
Efek apabila berkontak langsung dengan natrium hidroksida adalah
iritasi. Untuk perlindungan praktikan, wajib mengenakan peralatan
pelindung. Contoh peralatan pelindung yaitu sarung tangan, masker, jas
laboratorium, dan sebagainya (Merck, 2017).
9) Aseton
Kondisi fisik dan kimia dari aseton (CH3COCH3) dari aseton adalah cair,
tidak berwarna, dan berbau manis-lembut. pH aseton adalah 5 – 6 dalam
air 395 g/l 20 °C. Titik cair dari aseton adalah -94,8 °C dan titik didihnya
56,05 °C (Carlroth, 2014).
Pernyataan bahaya dari aseton adalah H225 yaitu cairan dan uap
amat mudah menyala dan H319 yaitu menyebabkan iritasi pada mata.
Lalu, H336 yaitu dapat menyebabkan mengantuk dan pusing. Pencegahan
dari pernyataan bahaya yaitu jauhkan bahan dari panas atau percikan api
(Carlroth, 2014).
Tindakan pertolongan pertama jika praktikan menghirup aseton adalah
beri udara segar. Jika terkena kontak dengan kulit atau mata, alirkan
dengan air bersih minimal 10 menit. Apabila tertelan, basuhlah mulut hingga
bersih (Carlroth, 2014).
Efek dari berkontak langsung dengan aseton adalah konjuntivitis (mata
merah), batuk, nyeri, kesulitan bernapas, iritasi ringan hingga sedang, sakit
kepala, narkosis, dan lain-lain. Apabila mengalami sakit berkelanjutan,
segera hubungi dokter. Untuk perlindungan praktikan, wajib mengenakan
peralatan pelindung seperti masker, sarung tangan latex, dan sebagainya
(Carlroth, 2014).
10) Etanol
Kondisi fisik dan kimia dari etanol (C2H5OH) yaitu cair, tidak berwarna,
dan berbau seperti alkohol. Etanol memiliki pH 7 pada 10 g/l 20 °C. Titik
lebur yang dimiliki adalah -117 °C dan titik didihnya 78 °C (Merck, 2018).
Pernyataan bahaya dari etanol adalah H225 yaitu cairan dan uap
mudah menyala. Lalu, H319 yaitu menyebabkan iritasi pada mata yang
serius. Untuk berhati-hati dalam rangka pencegahan, jauhkan etanol dari
panas ataupun percikan api dan simpan di tempat berventilasi baik dalam
keadaan tertutup rapat (Merck, 2018).
Tindakan pertolongan pertama jika praktikan menghirup etanol adalah
menghirup udara segar. Jika terjadi kontak kulit dan mata, bilaslah dengan
air. Apabila praktikan menelan etanol, segera beri minum (maksimal 2
gelas) dan hubungi dokter (Merck, 2018).
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

Dampak jika berkontak langsung dengan etanol adalah efek iritan,


gangguan pada pernapasan, sakit kepala, mual, euforia, dan narkosis.
Untuk perlindungan praktikan dari paparan langsung, praktikan wajib
mengenakan peralatan pelindung. Contoh peralatan pelindung adalah
masker, sarung tangan steril, dan jas laboratorium (Merck, 2018).
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian corong, fungsi dan gambar.
Corong merupakan sebuah benda berbentuk kerucut dengan lubang besar
dan kecil di masing-masing ujungnya. Membantu memindahkan cairan ke
wadah dengan mulut lebih kecil dan membantu proses penyaringan jika
menggunakan kertas saring (Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)

2.2 Pengertian gelas beker, fungsi dan gambar.


Gelas beker atau gelas piala merupakan wadah untuk mengukur volume
larutan (dengan ketelitian tidak tinggi). Berfungsi juga untuk menampung,
memanaskan, dan melarutkan bahan kimia (Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)

2.3 Pengertian kertas saring, fungsi dan gambar.


Kertas saring merupakan kertas semi-permeabel yang berfungsi untuk
menyaring larutan dengan bantuan corong agar filtrat yang diperoleh
merupakan filtrat yang diperlukan (Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)

2.4 Pengertian gelas arloji, fungsi dan gambar.


Gelas arloji merupakan salah satu glassware laboratorium yang digunakan
sebagai tempat bahan padat untuk ditimbang serta untuk mengeringkan
bahan (Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)

2.5 Pengertian gelas ukur, fungsi dan gambar.


Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

Alat ini berbentuk silinder dan setiap garis penanda pada gelas ukur
mewakili jumlah cairan yang telah terukur. Gelas ukur digunakan untuk
megukur volume suatu larutan dengan cukup teliti (Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)
2.6 Pengertian lemari asam, fungsi dan gambar.
Lemari asam merupakan tempat pengerjaan untuk bahan kimia yang mudah
menguap dan mengeluarkan gas berbahaya serta menghilangkan uap
berbahaya tersebut (Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)

2.7 Pengertian spektrofotometer, fungsi dan gambar.


Spektrofotometer merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
berfungsi untuk mengukur transmitansi atau absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya (Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)

2.8 Pengertian timbangan analitik, fungsi dan gambar.


Timbangan analitik merupakan alat laboratorium yang digunakan untuk
menimbang bahan-bahan kimia yang diperlukan pada proses pembuatan
stok larutan dan lain-lain (Maftuchah dkk., 2015).

(Maftuchah dkk., 2015)

2.9 Pengertian pH meter, fungsi dan gambar.


Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

pH meter adalah alat elektronik yang berfungsi untuk mengukur derajat


atau tingkat keasaman suatu larutan (Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)
2.10 Pengertian erlenmeyer, fungsi dan gambar.
Erlenmeyer berbentuk kerucut, leher silinder dan dilengkapi dengan
dasar yang datar. Alat ini digunakan sebagai wadah untuk menyimpan
atau membuat larutan. Dapat digunakan untuk memanaskan larutan serta
menghomogenkan komposisi bahan (Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)

2.11 Pengertian buret, fungsi dan gambar.


Buret merupakan glassware yang digunakan untuk melakukan titrasi
dengan cara membuka kran sedikit demi sedikit. Statif dan klem
digunakan untuk menegakkan buret (Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)
2.12 Pengertian bulb, fungsi dan gambar.
Bulb adalah alat untuk menghisap larutan yang terdapat pada pangkal
pipet ukur. Terdapat 3 huruf pada bulb yaitu A untuk mengeluarkan
udara, B untuk mengambil larutan, dan C untuk mengeluarkan cairan
(Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)
2.13 Pengertian spatula, fungsi dan gambar.
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

Spatula adalah alat untuk mengambil bahan (Nugroho dan Rahayu,


2016).
Terdapat 2 spatula:
 Spatula logam digunakan untuk mengambil bahan padat ataupun kristal
yang tidak bereaksi dengan logam dan mengaduk bahan kimia (Hartutik,
2012).

(Hartutik, 2012)

 Spatula plastik digunakan untuk mengambil kristal (Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)

2.14 Pengertian pipet ukur, fungsi dan gambar.


Pipet ukur adalah alat yang mirip sedotan. Digunakan untuk mengambil
larutan dengan bantuan pipet pump atau bulb untuk menyedot larutan
(Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)
2.15 Pengertian pipet volume, fungsi dan gambar.
Pipet volume adalah salah satu alat ukur yang berguna untuk mengambil
larutan secara tepat sesuai skala yang ada di bagian tengah pipet yang
menggelembung dengan bantuan bulb (Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)
2.16 Pengertian pipet tetes, fungsi dan gambar.
Pipet tetes merupakan jenis pipet yang berupa pipa kecil terbuat dari
plastik atau kaca. Fungsinya adalah mengambil larutan dalam jumlah
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

kecil (tetes) dengan ukuran tidak diketahui karena tidak memiliki skala
(Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)
2.17 Pengertian labu ukur, fungsi dan gambar.
Labu ukur merupakan perangkat yang memiliki kapasitas antara 5 mL -
5 L. Alat ini digunakan untuk mengukur volume, membuat atau
mengencerkan larutan dengan keakuratan yang tinggi, dan
mengencerkan bahan tertentu sampai batas leher labu ukur (Hartutik,
2012).

(Hartutik, 2012)
2.18 Pengertian tabung reaksi, fungsi dan gambar.
Tabung reaksi merupakan glassware yang berguna untuk mencampur,
memanaskan, dan mereaksikan bahan kimia dalam jumlah kecil. Tabung
reaksi juga dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan warna dan
turbiditas suatu larutan (Hartutik, 2012).

(Hartutik, 2012)
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

3. PEMBAHASAN
 Corong
Corong digunakan untuk memindahkan cairan dari wadah dengan mulut
yang besar ke mulut yang lebih kecil seperti botol, buret, dan sebagainya.
Cara penggunaannya adalah masukkan ujung corong yang lebih kecil ke
mulut wadah yang dituju. Lalu, alirkan cairan melalui ujung corong yang
besar (Praptomo, 2018).

(Hartutik, 2012)
 Gelas beker
Gelas beker merupakan wadah untuk menampung bahan kimia. Karena
gelas beker terbuat dari bahan yang tahan panas maka selain digunakan
untuk menampung, gelas beker dapat dimanfaatkan untuk memanaskan dan
melarutkan bahan kimia. Cara penggunaannya adalah memegang leher
gelas dan jika ingin memanaskan di atas bunsen, sembari diputar-putar
agar panas merata (Praptomo, 2018).

(Hartutik, 2012)

 Kertas saring
Kertas saring berfungsi untuk menyaring larutan yang ada pada corong.
Cara penggunaannya adalah lipat kertas saring membentuk kerucut, lipat
bagian dalam serta luar kerucut, dan kaitkan. Basahi dinding corong dengan
akuades agar kertas saring dapat melekat. Nantinya, larutan yang akan
melewati corong akan tersaring dan akan ada residu (padatan) yang
tertinggal di kertas saring (Sumardjo, 2009).

(Hartutik, 2012)
 Gelas arloji
Gelas arloji digunakan sebagai wadah bahan padat untuk ditimbang.
Dapat juga digunakan sebagai wadah untuk bahan yang ingin dikeringkan.
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

Cara penggunaannya adalah menaruh bahan ke gelas arloji dengan


spatula atau metode lain (Praptomo, 2018).

(Hartutik, 2012)
 Gelas ukur
Gelas ukur merupakan glassware berbentuk silinder yang memiliki skala.
Alat ini berfungsi untuk mengukur volume suatu larutan. Cara
penggunaannya adalah menuang larutan dengan melihat skala yang ada
pada gelas agar sesuai dengan volume yang diinginkan (Praptomo, 2018).

(Hartutik, 2012)
 Lemari asam
Lemari asam digunakan sebagai tempat pengerjaan untuk bahan kimia
yang mudah menguap dan beracun serta menghilangkan uap berbahaya
tersebut dengan saluran yang ada. Cara menggunakannya adalah
hubungkan lemari asam dengan arus listrik, naikan jendela sorong sesuai
keinginan praktikan, hidupkan switch blower, dan hidupkan lampu penerang.
Jika blower telah hidup, praktikan dipersilakan melakukan pekerjaan secara
hati-hati. Jika pekerjaan hendak ditinggal sementara namun proses masih
berjalan, turunkan jendela sorong dengan bukaan minimal 10 cm dari bibir
atas meja (Sumardjo, 2009).

(Hartutik, 2012)
 Spektrofotometer
Spektrofotometer berfungsi untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya. Cara penggunaannya adalah dengan sambungkan
alat ke arus listrik dan tunggu sampai 15 menit, masukkan larutan akuades
ke kuvet dan letakkan ke dalam spektrofotometer. Kemudian, keluarkan
akuades dan masukkan larutan yang diinginkan dalam kuvet ke
spektrofotometer. Lalu, tunggu hingga pembacaan gelombang pada layar
penunjuk berhenti dan menunjukkan angka yang tetap. Catatan penting
untuk spektrofotometer ada pada kuvet, pegang hanya di sisi yang buram.
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

Jika memegang sisi yang bening, maka sidik jari akan terlihat dan mengotori
sisi yang bening (Sumardjo, 2009).

(Hartutik, 2012)

 Timbangan analitik
Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang bahan-bahan kimia. Cara
penggunaannya adalah memencet tera untuk mengkalibrasikan timbangan
lalu buka pintu timbangan analitik. Letakkan objek di atas pan timbangan,
tutuplah pintu timbangan analitik. Tunggu hingga layar menunjukkan angka
dengan stabil (Praptomo, 2018).

(Hartutik, 2018)
 pH meter
Alat ini berfungsi untuk mengukur tingkat keasaman suatu larutan. Cara
penggunaannya adalah sambungkan dengan arus listrik dan sediakan
cairan yang ingin diketahui pH-nya. Kalibrasikan selama 24 jam dengan
cara pop dibilas dengan akuades lalu dibersihkan pakai tissue lalu pencet
“Cal”. Pop diangkat dan dibilas ke larutan asam lalu sangkutkan lagi ke
pengukur khusus yang terhubung dengan meter elektronik dan pencet “Cal”.
Seperti itu terus hanya larutan yang diganti. Setelahnya adalah memakai
larutan netral lalu basa. Jika semua sudah dilakukan, ganti larutan
menggunakan larutan yang diinginkan (Praptomo, 2018).

(Hartutik, 2012)
 Erlenmeyer
Alat ini digunakan sebagai wadah larutan untuk disimpan, dipanaskan,
ataupun dihomogenkan. Cara penggunaannya adalah masukkan larutan
dan pegang leher erlenmeyer. Kemudian, diguncangkan secara perlahan
(Praptomo, 2018).

(Hartutik, 2012)
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

 Buret
Buret digunakan dalam proses titrasi. Cara penggunaannya adalah
setelah bahan yang akan di titrasi siap dalam erlenmeyer, dekatkan mulut
erlenmeyer tepat di bawah buret. Tangan kiri memegang erlenmeyer,
sedang tangan kanan mengontrol kran buret agar aliran cairan yang keluar
dari dalam buret keluar setetes demi setetes. Setelah indikator analisa
menampakan warnanya, biasanya titrasi dianggap selesai. Selanjutnya,
hitung berapa banyak reagen kimia yang digunakan untuk titrasi dengan
cara membaca skala yang tertera pada buret (Praptomo, 2018).

(Hartutik, 2012)
 Bulb
Bulb adalah alat untuk menghisap atau mengambil cairan. Cara
penggunaannya adalah dengan mengandalkan huruf yang ada pada bulb.
A (aspirate) untuk mengempiskan bulb, S (suction) untuk menyedot larutan,
dan E (exhaust) untuk mengeluarkan larutan (Sumardjo, 2009).

(Hartutik, 2012)
 Spatula
Spatula berfungsi untuk mengambil bahan padat. Cara penggunaannya
adalah serokkan bahan ke spatula. Kemudian, taruh bahan tersebut ke
tempat yang diinginkan (Sumardjo, 2009).

(Hartutik, 2012)
 Pipet ukur
Pipet ukur digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu.
Cara penggunaannya adalah bulb atau karet penghisap dipasangkan ke
pipet ukur lalu menghisap larutan sesuai dengan takaran yang diinginkan
(Praptomo, 2018).
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

(Hartutik, 2012)
 Pipet volume
Pipet volume berguna untuk mengambil larutan secara tepat sesuai skala
yang ada di tengah pipet. Cara penggunaannya sama dengan pipet ukur
yaitu bulb dipasangkan ke pipet volume untuk menghisap larutan (Praptomo,
2018).

(Hartutik, 2012)
 Pipet tetes
Pipet tetes berfungsi untuk mengambil larutan dalam jumlah yang tidak
diketahui. Cara penggunaannya adalah bagian bola karet yang ada di
atas pipet tetes dipencet dan tahan kemudian dimasukkan ke dalam cairan.
Saat pipet dimasukkan bola karet dipencet lalu lepaskan dan angkat pipet
dari cairan lalu pindahkan ke wadah lain. Untuk memindahkan ke dalam
wadah lain kita hanya perlu memencet kembali karet dibagian atas pipet
secara perlahan, pengambilan cairan ini sesuai dengan kebutuhan
(Praptomo, 2018).

(Hartutik, 2012)
 Labu ukur
Labu ukur digunakan untuk mengukur volume, membuat ataupun
mengencerkan bahan kimia. Cara penggunaannya adalah masukkan cairan
dan jika ingin mengencerkan larutan, tambahkan air suling. Kemudian
sumbat labu ukur dan digoyangkan secara melingkar (Sumardjo, 2009).

(Hartutik, 2012)
 Tabung reaksi
Tabung reaksi digunakan untuk mencampur atau memanaskan bahan
kimia. Cara penggunaannya adalah tabung reaksi ini dipanaskan dahulu ke
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

dalam gelas kimia yang berisi air dan selanjutnya dipanaskan menggunakan
pembakar spiritus. Memegangnya dengan penjepit atau pakai sarung
tangan anti panas (Sumardjo, 2009).

(Hartutik, 2012)
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

4. KESIMPULAN
4.1 Tujuan praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal apa saja yang ada
di dalam laboratorium. Yang pertama, mampu mengidentifikasi beberapa
alat dan cara penggunaannya. Kedua, mengenal budaya K3 di
laboratorium. Kemudian, mampu mengaplikasikan budaya K3.
4.2 Penjelasan singkat
Di laboratorium ada banyak alat baik glassware, alat yang harus
tersambung dengan arus listrik, serta alat lainnya. Contoh glassware adalah
gelas arloji, tabung reaksi, dan sebagainya. Contoh alat yang harus
tersambung dengan arus listrik adalah spektrofotometer, pH meter, dan
sebagainya.
Untuk keselamatan praktikan selama bekerja di laboratorium maka
dibuatlah K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). K3 ini tentunya bertujuan
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan bebas dari
pencemaran lingkungan. Dengan begitu, kecelakaan kerja dapat
diminimalisir atau dicegah.
4.3 Budaya K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di laboratorium menyangkut
keselamatan pengguna, sarana fisik, serta alat dan bahan yang digunakan.
Tujuan dari K3 adalah untuk mencegah potensi kecelakaan di laboratorium.
Adapun tahap-tahap dalam budaya K3 yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaa, dan tahap pasca pelaksanaan.
Pada tahap persiapan, praktikan harus mengetahui apa yang akan
dikerjakan di laboratorium, membaca petunjuk praktikum, mengetahui alat-
alat dan cara kerjanya, mengetahui lembar keselamatan kerja bahan kimia,
serta mempersiapkan peralatan pelindung tubuh. Di tahap pelaksanaan,
praktikan wajib mengenakan peralatan pelindung tubuh, mampu mengambil
dan memeriksa peralatan dan bahan yang akan digunakan, membuang
limbah percobaan pada tempat yang sesuai, dan bekerja dengan tertib
dan tekun. Pada tahap pasca pelaksanaan, praktikan harus mencuci
peralatan dan dikembalikan ke tempat semula, mematikan listrik ataupun
kran air, membersihkan tempat yang digunakan saat praktikum, serta
mencuci tangan dan menanggalkan jas laboratorium.
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

DAFTAR PUSTAKA
Carlroth. 2016. Lembar Data Keselamatan: Acetone. Dilihat pada 4 September
aaaaaa2018.
aaaaaa<https://www.carlroth.com/downloads/sdb/in/T/SDB_T906_ID_IN.pdf
aaaaaa>
Carlroth. 2016. Lembar Data Keselamatan: Diklorometana. Dilihat pada 2
aaaaaaSeptember 2018.
aaaaaa<https://www.carlroth.com/downloads/sdb/in/8/SDB_8424_ID_IN.pd
aaaaaaf>
Carlroth. 2016. Lembar Data Keselamatan: METHANOL. Dilihat pada 2
aaaaaaSeptember 2018.
aaaaaa<https://www.carlroth.com/downloads/sdb/in/8/SDB_8388_ID_IN.pd
aaaaaaf>
Finster, David C., dan Robert H. Hill. 2016. Laboratory Safety for Chemistry
aaaaaaStudents. Hoboken: John Wiley & Sons
Hartutik. 2012. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang: Universitas Brawijaya
aaaaaaPress
Maftuchah., et al. 2015. Teknik Dasar Analisis Biologi Molekuler. Yogyakarta:
aaaaaaDeepublish
Merck. 2018. LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN. Dilihat pada 2
aaaaaaSeptember 2018.
aaaaaa<file:///C:/Users/Acer%20Aspire%20E%2014/Downloads/109621_
aaaaaaSDS_ID_ID.PDF>
Merck. 2017. LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN. Dilihat pada 2
aaaaaaSeptember 2018.
aaaaaa<file:///C:/Users/Acer%20Aspire%20E%2014/Downloads/101783_
aaaaaaSDS_ID_ID.PDF>
Merck. 2017. LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN. Dilihat pada 4
aaaaaaSeptember 2018.
Aaaaaa<file:///C:/Users/Acer%20Aspire%20E%2014/Downloads/112080_
aaaaaaSDS_ID_ID.PDF>
Merck. 2017. LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN. Dilihat pada 4
aaaaaaSeptember 2018.
Aaaaaa<file:///C:/Users/Acer%20Aspire%20E%2014/Downloads/109961_
Aaaaaa<SDS_ID_ID.PDF>
Merck. 2018. LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN. Dilihat pada 4
aaaaaaSeptember 2018.
aaaaaa<file:///C:/Users/Acer%20Aspire%20E%2014/Downloads/159010_
aaaaaaSDS_ID_ID.PDF>
Mulyono. 2012. ‘Penerapan K3 di Laboratorium’. Fakultas Kesehatan
aaaaaaMasyarakat. Universitas Airlangga. Surabaya
Nugroho, Endik Deni., dan Dwi Anggorowati Rahayu. 2016. Penuntun Praktikum
aaaaaaBioteknologi. Yogyakarta: Deepublish
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

Restek. 2016. Safety Data Sheet. Dilihat pada 3 September 2018.


aaaaaa<http://m.restek.com/documentation/msds/31498_useng.pdf>
Sentra Informasi Keracunan Nasional. 2012. AMONIUM NITRAT. Dilihat pada 2
aaaaaaSeptember 2018.
aaaaaa<http://ik.pom.go.id/v2014/katalog/AMONIUM%20NITRAT.pdf>
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN


Praptomo, Agus Joko. 2018. Pengendalian Mutu Laboratorium Medis.
aaaaaaYogyakarta: Deepublish
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
aaaaaaKedokteran. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai