NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
1. PRELAB
1.1 Sebutkan budaya kesehatan dan keselamatan kerja apa saja yang terdapat
pada laboratorium.
Penerapan budaya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki 3
aspek yang saling berkaitan dengan satu sama lain. 3 aspek tersebut adalah
psikologis, perilaku, dan organisasi. Keselamatan kerja di laboratorium
menyangkut keselamatan pengguna (teknisi, peneliti dan praktikan), sarana
fisik, alat dan bahan yang digunakan. Maka dari itu, dibuatlah peraturan
laboratorium, peringatan, dan sebagainya untuk meminimalisir kecelakaan
(Hartutik, 2012).
K3 bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi ataupun bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat memengaruhi efisiensi
dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa
maupun kerugian materi, tetapi juga dapat mengganggu proses praktikum
secara menyeluruh (Mulyono, 2017).
Adapun hal-hal yang harus dilaksanakan praktikan di laboratorium:
1) Tahap persiapan
Praktikan harus mengetahui secara pasti apa yang akan dikerjakan saat
praktikum. Membaca petunjuk praktikum, mengetahui tujuan dan cara kerja
serta bagaimana data percobaan akan diperoleh, mengetahui hal yang
harus dihindari. Praktikan harus mengetahui sifat-sifat bahan yang akan
digunakan (Finster dan Hill, 2016).
Praktikan wajib mengetahui alat dan bagaimana merangkai alat serta
cara kerjanya. Praktikan harus mempersiapkan peralatan pelindung tubuh.
Contoh pelindung tubuh adalah jas laboratorium, sepatu tertutup, masker,
sarung tangan, kacamata (goggles), dan sebagainya (Finster dan Hill,
2016).
2) Tahap pelaksanaan
Praktikan wajib mengenakan peralatan pelindung tubuh dengan baik.
Praktikan harus mampu mengambil dan memeriksa peralatan dan bahan
yang akan digunakan serta merangkai alat yang digunakan dengan tepat
dan mengambil bahan kimia secukupnya karena penggunaan secara
berlebihan bisa menimbulkan pencemaran. Praktikan diharuskan untuk
membuang sampah atau limbah pada tempatnya. Wajib bekerja dengan
tertib, tenang, dan tekun (Finster dan Hill, 2016).
3) Tahap paska pelaksanaan
Praktikan harus mengembalikan alat dan bahan yang digunakan sesuai
posisi semula. Hindari bahaya yang mungkin terjadi dengan mematikan
listrik, kran air, dan menutup tempat bahan kimia dengan rapat. Praktikan
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
harus membersihkan laboratorium dan keluar dengan tertib (Finster dan Hill,
2016).
1.2 Berikan contoh bahan kimia pada simbol berbahaya masing-masing 2 beserta
gambar simbol bahayanya.
Harmful
Contoh bahan yang berbahaya adalah diklorometana dan etilena glikol
(Nugroho dan Rahayu, 2016).
Highly Flammable
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
Contoh bahan dengan sifat mudah terbakar misalnya aseton dan etanol.
Bahan-bahan ini sering digunakan di laboratorium sebagai solven (Nugroho
dan Rahayu, 2016).
dengan air selama kurang lebih 20 menit sambil memiringkan kepala. Bila
kulit praktikan terkena nitrogliserin, bilas dengan air dan sabun serta
tanggalkan pakaian yang terkontaminasi (Restek, 2016).
Efek yang ditimbulkan jika terkena kontak langsung dengan nitrogliserin
adalah sakit kepala, gangguan pernapasan, iritasi kulit, mual, dan
kehilangan kesadaran. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,
praktikan wajib mengenakan pakaian pelindung. Seperti jas laboratorium,
sarung tangan steril, masker, dan pelindung lainnya (Restek, 2016).
7) Asam sulfat
Kondisi fisik dan kimia dari asam sulfat (H2SO4) adalah cair, tidak
berwarna, dan tidak berbau. pH dari asam sulfat adalah 0,3 pada 49 g/l
25 °C. Titik leburnya adalah -20 °C dan titik didihnya adalah 335 °C pada
1.013 hPa. Tekanan uap dari asam sulfat adalah 0,0001 hPa pada 20 °C
serta larut dalam air pada 20 °C (Merck, 2017).
Pernyataan bahaya dari asam sulfat adalah H290 yaitu dapat korosif
terhadap logam dan H314 yang berarti menyebabkan kulit terbakar yang
parah dan kerusakan mata. Maka dari itu, praktikan harus melakukan
pencegahan dengan memakai peralatan pelindung. Selain itu, di
laboratorium harus sedia pancuran air untuk menghindari bahaya-bahaya
yang dikhawatirkan dapat terjadi (Merck, 2017).
Tindakan pertolongan pertama jika praktikan menghirup asam sulfat
adalah hirup udara segar. Jika terjadi kontak kulit, tanggalkan semua
pakaian yang terkontaminasi dan bilas dengan air. Jika terjadi kontak pada
mata, bilaslah dengan air selama sekitar 20 menit. Apabila praktikan
meminum asam sulfat, basuh mulut dan berikan air minum (paling banyak 2
gelas (Merck, 2017).
Jika berkontak langsung dengan asam sulfat, dapat memberikan efek
seperti iritasi, batuk, napas tersengal, nyeri, dan muntah. Untuk menghindari
efek-efek negatif dari asam sulfat, praktikan wajib mengenakan peralatan
pelindung. Contoh peralatan pelindung yaitu masker, sarung tangan, serta
jas laboratorium (Merck, 2017).
8) Natrium hidroksida
Kondisi fisik dan kimia dari natrium hidroksida (NaOH) adalah cair, tidak
berwarna, dan tidak berbau. pH dari natrium hidroksida adalah 13 pada
20 °C. Informasi mengenai titik lebur dan titik didih dari natrium hidroksida
tidak tersedia (Merck, 2017).
Pernyataan bahaya dari natrium hidroksida adalah H315 yaitu
menyebabkan iritasi kulit dan H319 yang berarti menyebabkan iritasi mata
yang serius. Natrium hidroksida haruslah disimpan di tempat dengan suhu
yang direkomendasikan dari label produk dengan kondisi penyimpanan
tertutup rapat. Jika ingin membuang natrium hidroksida, dianjurkan untuk
memisahkannya dari bahan lain (Merck, 2017).
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian corong, fungsi dan gambar.
Corong merupakan sebuah benda berbentuk kerucut dengan lubang besar
dan kecil di masing-masing ujungnya. Membantu memindahkan cairan ke
wadah dengan mulut lebih kecil dan membantu proses penyaringan jika
menggunakan kertas saring (Hartutik, 2012).
(Hartutik, 2012)
(Hartutik, 2012)
(Hartutik, 2012)
(Hartutik, 2012)
Alat ini berbentuk silinder dan setiap garis penanda pada gelas ukur
mewakili jumlah cairan yang telah terukur. Gelas ukur digunakan untuk
megukur volume suatu larutan dengan cukup teliti (Hartutik, 2012).
(Hartutik, 2012)
2.6 Pengertian lemari asam, fungsi dan gambar.
Lemari asam merupakan tempat pengerjaan untuk bahan kimia yang mudah
menguap dan mengeluarkan gas berbahaya serta menghilangkan uap
berbahaya tersebut (Hartutik, 2012).
(Hartutik, 2012)
(Hartutik, 2012)
(Hartutik, 2012)
2.10 Pengertian erlenmeyer, fungsi dan gambar.
Erlenmeyer berbentuk kerucut, leher silinder dan dilengkapi dengan
dasar yang datar. Alat ini digunakan sebagai wadah untuk menyimpan
atau membuat larutan. Dapat digunakan untuk memanaskan larutan serta
menghomogenkan komposisi bahan (Hartutik, 2012).
(Hartutik, 2012)
(Hartutik, 2012)
2.12 Pengertian bulb, fungsi dan gambar.
Bulb adalah alat untuk menghisap larutan yang terdapat pada pangkal
pipet ukur. Terdapat 3 huruf pada bulb yaitu A untuk mengeluarkan
udara, B untuk mengambil larutan, dan C untuk mengeluarkan cairan
(Hartutik, 2012).
(Hartutik, 2012)
2.13 Pengertian spatula, fungsi dan gambar.
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
(Hartutik, 2012)
(Hartutik, 2012)
(Hartutik, 2012)
2.15 Pengertian pipet volume, fungsi dan gambar.
Pipet volume adalah salah satu alat ukur yang berguna untuk mengambil
larutan secara tepat sesuai skala yang ada di bagian tengah pipet yang
menggelembung dengan bantuan bulb (Hartutik, 2012).
(Hartutik, 2012)
2.16 Pengertian pipet tetes, fungsi dan gambar.
Pipet tetes merupakan jenis pipet yang berupa pipa kecil terbuat dari
plastik atau kaca. Fungsinya adalah mengambil larutan dalam jumlah
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
kecil (tetes) dengan ukuran tidak diketahui karena tidak memiliki skala
(Hartutik, 2012).
(Hartutik, 2012)
2.17 Pengertian labu ukur, fungsi dan gambar.
Labu ukur merupakan perangkat yang memiliki kapasitas antara 5 mL -
5 L. Alat ini digunakan untuk mengukur volume, membuat atau
mengencerkan larutan dengan keakuratan yang tinggi, dan
mengencerkan bahan tertentu sampai batas leher labu ukur (Hartutik,
2012).
(Hartutik, 2012)
2.18 Pengertian tabung reaksi, fungsi dan gambar.
Tabung reaksi merupakan glassware yang berguna untuk mencampur,
memanaskan, dan mereaksikan bahan kimia dalam jumlah kecil. Tabung
reaksi juga dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan warna dan
turbiditas suatu larutan (Hartutik, 2012).
(Hartutik, 2012)
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
3. PEMBAHASAN
Corong
Corong digunakan untuk memindahkan cairan dari wadah dengan mulut
yang besar ke mulut yang lebih kecil seperti botol, buret, dan sebagainya.
Cara penggunaannya adalah masukkan ujung corong yang lebih kecil ke
mulut wadah yang dituju. Lalu, alirkan cairan melalui ujung corong yang
besar (Praptomo, 2018).
(Hartutik, 2012)
Gelas beker
Gelas beker merupakan wadah untuk menampung bahan kimia. Karena
gelas beker terbuat dari bahan yang tahan panas maka selain digunakan
untuk menampung, gelas beker dapat dimanfaatkan untuk memanaskan dan
melarutkan bahan kimia. Cara penggunaannya adalah memegang leher
gelas dan jika ingin memanaskan di atas bunsen, sembari diputar-putar
agar panas merata (Praptomo, 2018).
(Hartutik, 2012)
Kertas saring
Kertas saring berfungsi untuk menyaring larutan yang ada pada corong.
Cara penggunaannya adalah lipat kertas saring membentuk kerucut, lipat
bagian dalam serta luar kerucut, dan kaitkan. Basahi dinding corong dengan
akuades agar kertas saring dapat melekat. Nantinya, larutan yang akan
melewati corong akan tersaring dan akan ada residu (padatan) yang
tertinggal di kertas saring (Sumardjo, 2009).
(Hartutik, 2012)
Gelas arloji
Gelas arloji digunakan sebagai wadah bahan padat untuk ditimbang.
Dapat juga digunakan sebagai wadah untuk bahan yang ingin dikeringkan.
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
(Hartutik, 2012)
Gelas ukur
Gelas ukur merupakan glassware berbentuk silinder yang memiliki skala.
Alat ini berfungsi untuk mengukur volume suatu larutan. Cara
penggunaannya adalah menuang larutan dengan melihat skala yang ada
pada gelas agar sesuai dengan volume yang diinginkan (Praptomo, 2018).
(Hartutik, 2012)
Lemari asam
Lemari asam digunakan sebagai tempat pengerjaan untuk bahan kimia
yang mudah menguap dan beracun serta menghilangkan uap berbahaya
tersebut dengan saluran yang ada. Cara menggunakannya adalah
hubungkan lemari asam dengan arus listrik, naikan jendela sorong sesuai
keinginan praktikan, hidupkan switch blower, dan hidupkan lampu penerang.
Jika blower telah hidup, praktikan dipersilakan melakukan pekerjaan secara
hati-hati. Jika pekerjaan hendak ditinggal sementara namun proses masih
berjalan, turunkan jendela sorong dengan bukaan minimal 10 cm dari bibir
atas meja (Sumardjo, 2009).
(Hartutik, 2012)
Spektrofotometer
Spektrofotometer berfungsi untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya. Cara penggunaannya adalah dengan sambungkan
alat ke arus listrik dan tunggu sampai 15 menit, masukkan larutan akuades
ke kuvet dan letakkan ke dalam spektrofotometer. Kemudian, keluarkan
akuades dan masukkan larutan yang diinginkan dalam kuvet ke
spektrofotometer. Lalu, tunggu hingga pembacaan gelombang pada layar
penunjuk berhenti dan menunjukkan angka yang tetap. Catatan penting
untuk spektrofotometer ada pada kuvet, pegang hanya di sisi yang buram.
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
Jika memegang sisi yang bening, maka sidik jari akan terlihat dan mengotori
sisi yang bening (Sumardjo, 2009).
(Hartutik, 2012)
Timbangan analitik
Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang bahan-bahan kimia. Cara
penggunaannya adalah memencet tera untuk mengkalibrasikan timbangan
lalu buka pintu timbangan analitik. Letakkan objek di atas pan timbangan,
tutuplah pintu timbangan analitik. Tunggu hingga layar menunjukkan angka
dengan stabil (Praptomo, 2018).
(Hartutik, 2018)
pH meter
Alat ini berfungsi untuk mengukur tingkat keasaman suatu larutan. Cara
penggunaannya adalah sambungkan dengan arus listrik dan sediakan
cairan yang ingin diketahui pH-nya. Kalibrasikan selama 24 jam dengan
cara pop dibilas dengan akuades lalu dibersihkan pakai tissue lalu pencet
“Cal”. Pop diangkat dan dibilas ke larutan asam lalu sangkutkan lagi ke
pengukur khusus yang terhubung dengan meter elektronik dan pencet “Cal”.
Seperti itu terus hanya larutan yang diganti. Setelahnya adalah memakai
larutan netral lalu basa. Jika semua sudah dilakukan, ganti larutan
menggunakan larutan yang diinginkan (Praptomo, 2018).
(Hartutik, 2012)
Erlenmeyer
Alat ini digunakan sebagai wadah larutan untuk disimpan, dipanaskan,
ataupun dihomogenkan. Cara penggunaannya adalah masukkan larutan
dan pegang leher erlenmeyer. Kemudian, diguncangkan secara perlahan
(Praptomo, 2018).
(Hartutik, 2012)
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
Buret
Buret digunakan dalam proses titrasi. Cara penggunaannya adalah
setelah bahan yang akan di titrasi siap dalam erlenmeyer, dekatkan mulut
erlenmeyer tepat di bawah buret. Tangan kiri memegang erlenmeyer,
sedang tangan kanan mengontrol kran buret agar aliran cairan yang keluar
dari dalam buret keluar setetes demi setetes. Setelah indikator analisa
menampakan warnanya, biasanya titrasi dianggap selesai. Selanjutnya,
hitung berapa banyak reagen kimia yang digunakan untuk titrasi dengan
cara membaca skala yang tertera pada buret (Praptomo, 2018).
(Hartutik, 2012)
Bulb
Bulb adalah alat untuk menghisap atau mengambil cairan. Cara
penggunaannya adalah dengan mengandalkan huruf yang ada pada bulb.
A (aspirate) untuk mengempiskan bulb, S (suction) untuk menyedot larutan,
dan E (exhaust) untuk mengeluarkan larutan (Sumardjo, 2009).
(Hartutik, 2012)
Spatula
Spatula berfungsi untuk mengambil bahan padat. Cara penggunaannya
adalah serokkan bahan ke spatula. Kemudian, taruh bahan tersebut ke
tempat yang diinginkan (Sumardjo, 2009).
(Hartutik, 2012)
Pipet ukur
Pipet ukur digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu.
Cara penggunaannya adalah bulb atau karet penghisap dipasangkan ke
pipet ukur lalu menghisap larutan sesuai dengan takaran yang diinginkan
(Praptomo, 2018).
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
(Hartutik, 2012)
Pipet volume
Pipet volume berguna untuk mengambil larutan secara tepat sesuai skala
yang ada di tengah pipet. Cara penggunaannya sama dengan pipet ukur
yaitu bulb dipasangkan ke pipet volume untuk menghisap larutan (Praptomo,
2018).
(Hartutik, 2012)
Pipet tetes
Pipet tetes berfungsi untuk mengambil larutan dalam jumlah yang tidak
diketahui. Cara penggunaannya adalah bagian bola karet yang ada di
atas pipet tetes dipencet dan tahan kemudian dimasukkan ke dalam cairan.
Saat pipet dimasukkan bola karet dipencet lalu lepaskan dan angkat pipet
dari cairan lalu pindahkan ke wadah lain. Untuk memindahkan ke dalam
wadah lain kita hanya perlu memencet kembali karet dibagian atas pipet
secara perlahan, pengambilan cairan ini sesuai dengan kebutuhan
(Praptomo, 2018).
(Hartutik, 2012)
Labu ukur
Labu ukur digunakan untuk mengukur volume, membuat ataupun
mengencerkan bahan kimia. Cara penggunaannya adalah masukkan cairan
dan jika ingin mengencerkan larutan, tambahkan air suling. Kemudian
sumbat labu ukur dan digoyangkan secara melingkar (Sumardjo, 2009).
(Hartutik, 2012)
Tabung reaksi
Tabung reaksi digunakan untuk mencampur atau memanaskan bahan
kimia. Cara penggunaannya adalah tabung reaksi ini dipanaskan dahulu ke
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
dalam gelas kimia yang berisi air dan selanjutnya dipanaskan menggunakan
pembakar spiritus. Memegangnya dengan penjepit atau pakai sarung
tangan anti panas (Sumardjo, 2009).
(Hartutik, 2012)
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
4. KESIMPULAN
4.1 Tujuan praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal apa saja yang ada
di dalam laboratorium. Yang pertama, mampu mengidentifikasi beberapa
alat dan cara penggunaannya. Kedua, mengenal budaya K3 di
laboratorium. Kemudian, mampu mengaplikasikan budaya K3.
4.2 Penjelasan singkat
Di laboratorium ada banyak alat baik glassware, alat yang harus
tersambung dengan arus listrik, serta alat lainnya. Contoh glassware adalah
gelas arloji, tabung reaksi, dan sebagainya. Contoh alat yang harus
tersambung dengan arus listrik adalah spektrofotometer, pH meter, dan
sebagainya.
Untuk keselamatan praktikan selama bekerja di laboratorium maka
dibuatlah K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). K3 ini tentunya bertujuan
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan bebas dari
pencemaran lingkungan. Dengan begitu, kecelakaan kerja dapat
diminimalisir atau dicegah.
4.3 Budaya K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di laboratorium menyangkut
keselamatan pengguna, sarana fisik, serta alat dan bahan yang digunakan.
Tujuan dari K3 adalah untuk mencegah potensi kecelakaan di laboratorium.
Adapun tahap-tahap dalam budaya K3 yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaa, dan tahap pasca pelaksanaan.
Pada tahap persiapan, praktikan harus mengetahui apa yang akan
dikerjakan di laboratorium, membaca petunjuk praktikum, mengetahui alat-
alat dan cara kerjanya, mengetahui lembar keselamatan kerja bahan kimia,
serta mempersiapkan peralatan pelindung tubuh. Di tahap pelaksanaan,
praktikan wajib mengenakan peralatan pelindung tubuh, mampu mengambil
dan memeriksa peralatan dan bahan yang akan digunakan, membuang
limbah percobaan pada tempat yang sesuai, dan bekerja dengan tertib
dan tekun. Pada tahap pasca pelaksanaan, praktikan harus mencuci
peralatan dan dikembalikan ke tempat semula, mematikan listrik ataupun
kran air, membersihkan tempat yang digunakan saat praktikum, serta
mencuci tangan dan menanggalkan jas laboratorium.
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2
DAFTAR PUSTAKA
Carlroth. 2016. Lembar Data Keselamatan: Acetone. Dilihat pada 4 September
aaaaaa2018.
aaaaaa<https://www.carlroth.com/downloads/sdb/in/T/SDB_T906_ID_IN.pdf
aaaaaa>
Carlroth. 2016. Lembar Data Keselamatan: Diklorometana. Dilihat pada 2
aaaaaaSeptember 2018.
aaaaaa<https://www.carlroth.com/downloads/sdb/in/8/SDB_8424_ID_IN.pd
aaaaaaf>
Carlroth. 2016. Lembar Data Keselamatan: METHANOL. Dilihat pada 2
aaaaaaSeptember 2018.
aaaaaa<https://www.carlroth.com/downloads/sdb/in/8/SDB_8388_ID_IN.pd
aaaaaaf>
Finster, David C., dan Robert H. Hill. 2016. Laboratory Safety for Chemistry
aaaaaaStudents. Hoboken: John Wiley & Sons
Hartutik. 2012. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang: Universitas Brawijaya
aaaaaaPress
Maftuchah., et al. 2015. Teknik Dasar Analisis Biologi Molekuler. Yogyakarta:
aaaaaaDeepublish
Merck. 2018. LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN. Dilihat pada 2
aaaaaaSeptember 2018.
aaaaaa<file:///C:/Users/Acer%20Aspire%20E%2014/Downloads/109621_
aaaaaaSDS_ID_ID.PDF>
Merck. 2017. LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN. Dilihat pada 2
aaaaaaSeptember 2018.
aaaaaa<file:///C:/Users/Acer%20Aspire%20E%2014/Downloads/101783_
aaaaaaSDS_ID_ID.PDF>
Merck. 2017. LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN. Dilihat pada 4
aaaaaaSeptember 2018.
Aaaaaa<file:///C:/Users/Acer%20Aspire%20E%2014/Downloads/112080_
aaaaaaSDS_ID_ID.PDF>
Merck. 2017. LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN. Dilihat pada 4
aaaaaaSeptember 2018.
Aaaaaa<file:///C:/Users/Acer%20Aspire%20E%2014/Downloads/109961_
Aaaaaa<SDS_ID_ID.PDF>
Merck. 2018. LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN. Dilihat pada 4
aaaaaaSeptember 2018.
aaaaaa<file:///C:/Users/Acer%20Aspire%20E%2014/Downloads/159010_
aaaaaaSDS_ID_ID.PDF>
Mulyono. 2012. ‘Penerapan K3 di Laboratorium’. Fakultas Kesehatan
aaaaaaMasyarakat. Universitas Airlangga. Surabaya
Nugroho, Endik Deni., dan Dwi Anggorowati Rahayu. 2016. Penuntun Praktikum
aaaaaaBioteknologi. Yogyakarta: Deepublish
Nama Fadilla Sherlyna
NIM 185100500111025
Kelas/Kelompok R/R2