Anda di halaman 1dari 19

BAB I

I. Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Istilah supervisi baru muncul kurang lebih tiga dasawarsa terakhir ini (Suharsimi
Arikunto,2004). Kegiatan serupa yang dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi,
pemeriksaan, pengawasan atau penilikan. Dalam konteks sekolah sebagai sebuah organisasi
pendidikan, supervisi merupakan bagian dari proses administrasi dan manajemen. Kegiaan
supervisi melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir,
yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Dengan supervisi, akan
memberikan inspirasi untuk bersama-sama menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan
jumlah lebih banyak, waktu lebih cepat, cara lebih mudah, dan hasil yang lebih baik daripada
jika dikerjakan sendiri. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari
semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada
semua aspek yang merupakan factor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui kondisi
aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat pula apa yang
diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi yang bersangkutan.

Praktek supervisi selalu berubah seiring dengan tumbuhnya kesadaran para pemangku
kepentingan untuk meningkatkan penjaminan mutu. Kesadaran akan pentingnya
meningkatkan mutu terkait pada peran, fungsi, dan pembagian tugas dalam organisasi.
Pelaksanaannya selalu terkait pada konsistensi lembaga, kegiatan akademik, profesionalisme,
dan kesungguhan penyelenggara pendidikan akan pentingnya memastikan bahwa mutu yang
diharapkan dapat terus terjaga sejak langkah perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauannya.
Jadi supervisi merupakan bagian dari manajemen.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan Supervisi ?


2) Model apa saja yang ada dalam manajemen Supervisi ?
3) Bagaimana prinsip dasar supervise yang efektif untuk diterapkan dalam suatu
manajemen ?
4) Siapa saja tokoh-tokoh pelopor/penganut dari manajemen supervise ini?
5) Apa yang dimaksud dengan Supervisor dan sistem kerjanya ?
6) Apa saja yang menjadi kegiatan Supervisor ?
7) Keterampilan apa saja yang ada pada Supervisor ?
8) Contoh kasus apa saja yang ada dalam manajemen supervise ini?
BAB II

II.Isi

2.1 Pengertian Supervisi


Pengertian supervisi dapat dijelaskan dari berbagai sudut, baik menurut asal-usul
(etimologi), bentuk perkataanya (morfologi), maupun isi yang terkandung di dalam
perkataanya itu ( semantik ).
Secara Etimologis menurut S. Wajowaskito dan W.J.S. Poerwadarminta dalam N.A
Ametembun yang dikutip Yudi Wirawan (2005:17), supervisi dialih bahasakan dari perkataan
Inggris ” Supervision” yang artinya pengawasan.
Pengertian supervisi secara morfologis menurut N.A Ametembun dalam Yudi Wirawan
(2005 :17) menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataanya. Supervisi terdiri dari dua
kata, super dan vision. Super adalah atas, lebih sedangkan vision adalah lihat, titik, awasi.
Hal ini senada dengan pendapat Sindu Mulianto, Eko R. Cahyadi dan M. Karebet (2006 :3).
Istilah supervisi diambil dari bahasa Inggris yaitu Supervision. Super diartikan sebagai sifat
lebih, hebat, istimewa. Sementara vision adalah visi atau seni melihat sesuatu atau juga
melihat tingkah laku,ulah, dan kerja orang lain.
Pengertian supervisi secara sematik adalah pengertian yang dirumuskan oleh para ahli,
yaitu untuk memperoleh suatu gambaran komparatif.

George R. Terry dan Leslie W.Rue (1982: 1) mengatakan bahwa Supervision is the process
encouranging the members of the work unit to contribute positively toward accomplishing the
organization goals. ( Supervisi adalah suatu proses dalam mendorong anggota unit kerja
untuk sungguh-sungguh berpartipasi terhadap pencapaian tujuan organisasi ).

Menurut Aliminsyah dan Pudji (2004 : 130) supervision (supervisi) adalah ” Pengarahan
pegawai-pegawai secara langsung dalam tugas-tugas yang diserahkan kepada mereka ”

Lebih ilmiah, G.R terry dalam Sindu Mulianto, Eko R. Cahyadi dan M. Karebet (2006
:3) mengatakan bahwa : supervision is the achieving of desired result by means of the
intellegent utilization of human talents and faciliating resources in manner that provides the
greatest challenge and interest to the human talent. ( supervisi adalah usaha mencapai hasil
yang diinginkan dengan cara mendayagubakan bakat/kemampuan alami manusia dan
sumber-sumber yang memfasilitasi, yang ditekankan pada pemberian tantangan dan perhatian
yang sebesar-besarnya terhadap bakat/kemampuan alami manusia).

M. Moh Rifai (1982 : 125) berpendapat bahwa, ”Supervisi adalah pengawasan terhadap
manusianya yang kemudian dipakai sebagai dasar usaha peningkatan kemampuan mereka,
agar mereka dapat meningkatan usaha dan hasilnya”.

Menurut Kimball Wiles (1967). Konsep supervisi modern dirumuskan sebagai berikut :
“Supervision is assistance in the development of a better teaching learning situation”.

Supervisi adalah strategi manajemen yang terdiri atas serangkaian kegiatan untuk memastikan
bahwa mutu yang diharapkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi
memenuhi standar yang telah ditentukan. Supervisi yang merupakan salah satu strategi untuk
memastikan bahwa seluruh langkah pada proses penyelenggaraan dan semua komponen hasil yang
dicapai memenuhi target. Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak
mengandung unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat
diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian
yang perlu diperbaiki.

2.2 Model Supervisi

2.2.1 Model supervisi konvensional (tradisonal)

Model ini adalah refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat
kekuasaan yang otoriter dan feodal akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan
korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisi adalah
mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan.

2.2.2 Model supervisi ilmiah

Supervisi ini memilki ciri-ciri, diantaranya : Dilaksanakan secara berencana dan


kontinu, Sistematis, dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, menggunakan intrumen
pengumpulan data dimana data tersebut obyektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.

2.2.3 Model supervisi klinis

Supervisi klinis difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang
sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang
penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.
Beberapa ciri supervisi klinis adalah bantuan yang diberikan bukan bersifat intruksi atau
memerinta tetapi tercipta hubungan manusiawi.

2.2.4 Model supervisi artistic

Supervisi artistik memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup/keahlian khusus untuk


memahami yang dibutuhkan seseorang yang sesuai dengan harapannya. Model artistik
terhadap supervise memerlukan laporan yang menunjukkan bahwa dialog antara supervisor
dengan supervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang di lakukan oleh kedua belah
pihak.

2.3 Prinsip – Prinsip Supervisi

Menurut Agus Dharma(2003:16-21) prinsip-prinsip supervise yang efektif meliputi :

a) Kejelasan berkomunikasi

Kejelasan komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting dan prinsi-prinsip


lainnya sebenarnya hanya berfungsi sebagai penunjang. Taktik dasar untuk
berkomunikasi dengan jelas adalah sebagai berikut :

 Gunakan kata-kata atau istilah yang mudah dipahami


 Langsung
 Ringkas
 Hindarrkan pesan-peasan yang bertolak belakang

b) Harapkan yang terbaik

Biasanya orang-orang atau bawahan akan melakukan sesuatu sesuai dengan yang
pimpinan harapkan untuk mereka lakukan. Dalam kaitan ini,terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan,yaitu :

 Hargai martabat bawahan


 Sampaikan harapan melambung
 Tekankan pada kebutuhan masa dating bukan pad waktu lampau
c) Berpegang pada tujuan

Agar dapat berpegang pada tujuan,perhatikan hal-hal berikut :

 Berfokus pada satu topic


 Dorong adanya perilaku yang mengarah pada tujuan
 Batasi adanya interupsi

d) Mendapatkan komitmen

Persetujan dan komitmen dapat diperoleh dengan menggunakan cara-cara berikut:

 Ringkasan dan ulangi kembali hal-hal yang telah dibicarakan


 Keikutsertaan
 Mendengarkan dengan sunguh-sunguh apabila seseorang sedang berbicara
 Pastikan bahwa orang lain memahami hal-hal yang telah pimpinan
kemukakan
 Menindaklanjuti hal-hal yang telah dibicarakan atau yang telah diputuskan

2.3.1 Ciri-ciri Supervisi yang efektif

Menurut R. Keith Mobley dalam Sindu Mulianto, Eko R. Cahyadi dan M.


Karebet (2006 : 8-12). Ciri-ciri supervise yang efektif yaitu :

1. Pendelegasian

Dalam hal ini supervisor harus dapat membawa timnya kearah target yang telah
ditetapkan. Dengan keterbatasan waktu dan tenaga, akan lebih efektif jika supervisor
mendelegasikan sebagian tugas-tugasnya, terutama yang bersifat teknis kepada anak
buahnya atau anggota timnya.

2. Keseimbangan

Seorang pimpinan diberikan otoritas untuk mengambil keputusan dan memberikan


tugas kepada orang-orang dibawah tanggung jawabnya. Otoritas ini harus digunakan
dengan tepat, artinya supervisor harus menyeimbangkan penggunaan otoritas tersebut.
Supervisor perlu tahu kapan hars menggunakan otoritas ini, dan kapan harus menahan
diri, dan membiarkan anak buah bekerja dengan mengoptimalkan kreativitas mereka.

Keseimbangan juga mengacu pada sikap yang diambil oleh seorang pemimpin, kapan
harus bersikap tegas dan kapan harus member kesempatan kepada anak buahnya
untuk menyampaikan pendapat.

3. Jembatan

Supervisor atau manajer merupakan jembatan antara staf yang mereka pimpin dan
manajemen puncak. Jadi, ia harus dapat menyampaikan keinginan atau usulan
karyawan pada pihak manajemen. Sebaliknya, ia pun harus dapat menyampaikan visi
dan misi yang telah ditetapkan serta keputusan lain yang telah dibuat manajemen
puncak untuk diketahui oleh para karyawan yang menjadi anggota timnya.

4. Komunikasi

Komunikasi disini bukanlah satu arah (memberikan tugas-tugas saja) tetapi yang lebih
utama adalah komunikasi multiarah yang juga mencakup kemampuan mendengarkan
keluhan, masukan, dan pertanyaan dari karyawan. Dalam mengkomunikasikan tugas-
tugas, supervisor perlu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang yang
harus melaksanakan tugas tersebut, yakni bahasa yang sejajar dengan kemampuan ,
dan cara berpikir anak buah.

2.4 Tokoh-tokoh pelopor manajemen supervisi

1. Tahalele (1979) mengemukakan bahwa prinsip supervisi digolongkan menjadi prinsip


positif dan negatif. Prinsip positif berisi anjuran untuk memedomani sesuatu yang baik
dalam pelaksanaan supervisi, sementara prinsip negatif berisi anjuran untuk meninggalkan
sesuatu yang tidak baik, yang berakibat terhalangnya pencapaian tujuan pendidikan.
Adapun prinsip-prinsip positif supervisi menurut Tahalele (1979) adalah:
Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara sistematis, objektif, dan menggunakan instrumen.
Sistematis, maksudnya berurut dari masalah satu ke masalah berikutnya secara runtut.
Objektif maksudnya apa adanya, tidak mencari-cari atau mengarang-ngarang.
Menggunakan instrumen, maksudnya, dalam melaksanakan supervisi pembelajaran
harus ada instrumen pengamatan yang dijadikan sebagai panduan,
Kooperatif, artinya terdapat kerja sama yang baik antara supervisor dan karyawan,
Konstruktif, artinya dalam melaksanakan supervisi, hendaknya mengarah kepada
perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapun perbaikannya,
Realistik, sesuai dengan keadaan, tidak terlalu idealistik,
Progresif, artinya dilaksanakannya maju selangkah demi selangkah namun tetap
mantap,
Inovatif, yang berarti mengikhtiarkan pembaruan dan berusaha menemukan hal-hal
baru dalam supervisi,
Memberikan kesempatan kepada supervisor dan karyawan untuk mengevaluasi diri
mereka sendiri, dan menemukan jalan pemecahan atas kekurangannya.

2. Djajadisastra (1976) mengemukakan prinsip supervisi adalah prinsip fundamental dan


prinsip praktis. Prinsip fundamental adalah supervisi dipandang sebagai bagian dari
keseluruhan proses pendidikan yang tidak terlepas dari dasar-dasar pendidikan nasional
Indonesia yakni Pancasila. Supervisi pendidikan haruslah menggunakan prinsip-prinsip
sila pertama sampai sila kelima Pancasila. Prinsip fundamental ini haruslah menjiwai
kegiatan supervisi. Prinsip praktis adalah kaidah-kaidah yang harus dijadikan pedoman
praktis dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip praktis ini dibagi lagi menjadi prinsip positif
dan negatif.

3. Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut :
“Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”.
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik.

4. Mc. Nerney meninjau supervise sebagai suatu proses penilaian mengatakan: supervise
adalah prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses
pengajaran. Dalam pelaksanaannya, supervise bukan hanya mengawasi apakah para guru
atau pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan intruksi atau
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru,
bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar mengajar.
2.4.1 Fungsi Supervisi

G.R Terry dan Leslie W. Rue (1982:2) mengatakan bahwa terdapat empat macam
fungsi supervise, keempat fungsi tersebut adalah planning, organizing, motivating, and
controlling.

a. Perencanaan meliputi penentuan cara yang paling efektif dalam pencapaian


pekerjaaan yang akan dilakukan.
b. Pengorganisasian meliputi pendistribusian pekerjaan diantara kelompok kerja dan
mengatur pekerjaan agar berjalan lancer
c. Motivasi meliputi memperoleh karyawan yang mempunyai usaha atau kemampuan
maksimal dalam melakukan pekerjaan
d. Pengawasan dibangun untuk menindaklanjuti melalui kegiatan mengoreksi jika
diperlukan untuk mencapai hasil yang memuaskan

2.4.2 Metode Supervisi

Banyak metode yang dapat ditempuh dalam supervise,menurut Komaruddin


(1994:831),metode supervise yaitu :

1) Supervisi preventif
Supervise preventif bertujuan untuk mencegah kemungkinan penyimpangan
atau kesalahan dari sejak awal
2) Supervisi korektif
Supervisi korektif menyelidiki penyimpangan kesalahan dan kelainan. Bilamana
telah ditemukan,maka penyimpangan, kesalahan dan kelainan itu dikembalikan
dan diperbaiki berdasarkan standar. Sifat supervise korektif adalah represif,
artinyan penyimpangan terjadi lebih dahulu.
3) Supervise konstruktif
Supervise konstruktif mengutamakan kesempurnaan kegiatan yang dilaksanakan
dan sikap untuk saat ini dan saat yang akan datang. Oleh karena itu, kesalahan
dan penyimpangan yang sudah terjadi menjadi masukan bagi penyempurnaan
masa yang akan datang.
4) Supervise kreaktif
Karakteristik supervise konstruktif juga merupakan salah satu karakteristik
supervise kreatif. Walaupun demikian, supervise kreatif mempunyai sasaran
yang lebih jauh. Supervise ini lebih mengutamakan pengembangan daya
imajinasi dan daya kreatif sehingga bawahan mempunyai prakarsa sendiri.
5) Supervise kooperatif
Supervise kooperatif mengawali asumsinya, bahwa organisasi merupakan suatu
kelompok yang terintegrasi yang terdiri dari sejumlah unsure mencapai sasaran
yang sama. Dengan asumsi itu, penyelia atau supervisor tidak bertindak sendiri
untuk mencapai tujuan bersama tersebut. Ia membutuhkan bantuan fungsional
dari segala unsure organisasi . Karena itu supervise mengutamakan kerja sama.
Tidak ada gagasan dan tidak ada sasaran yang dapat dilaksanakan tana kerja
sama dan persepsi yang sama terhadap sasaran. Oleh karena itulah, supervise
kooperatif memandang perlu setiap partisipasi dari unsure sebagai suatu
kesatuan sistim.

2.5 Peranan dan kegiatan Supervisor


2.5.1 Pengertian Supervisor

Menurut Sindu Mullianto, Eko R. Cahyadi dan M. Karebet (2006 :3) bahwa
“Supervisor adalah orang yang memiliki kelebihan atau mempunyai keistimewaan, yang
tugasnya melihat dan mengawasi pekerjaan orang lain”. Sementara menurut Komaruddin
(1994:832) supervisor, mandor, pengawas pelaksana atau penyelia yaitu :

a. Seseorang yang mempunyai tugas utama untuk mengawasi kelangsungan


pekerjaan bawahannya
b. Program pengawasan yang menetapkan jadwal dan mengelola sumber-sumber
computer.

Keith Davis dan John W. Newstrom (1990:168) mendefinisikan bahwa “ Penyelia


(supervisor) adalah pemimpin yang menduduiki posisi pada tingkat manajemen paling bawah
dalam organisasi”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli sebagaimana diungkapkan di atas dapat


disimpulkan bahwa supervisor adalah pemimpin yang menduduki posisi pada tingkat bawah
dalam organisasi yang bertugas melihat dan mengawasu pekerjaan bawahannya agar sesuai
dengan arah dan target perusahaan.

2.5.2 Fungsi Supervisor

Terdapat beberapa pendapat menurut para ahli mengenai fungsi supervisor. Menurut
Sindu Mulianto, Eko R. Cahyadi dan M. Karebet (2006 :67) seorang supervisor memiliki
peran ganda atau dwi fungsi. Suatu saat ia mewakili perusahaan menyampaikan instruksi
kerja, perintah atau informasi lain kepada bawahan serta harus menjaga kepentingan
perusahaan. Disaat lain, ia harus menyampaiakan keluhan karyawan kepada atasan,
memperjuangkan kebutuhan karyawan, dan membela nasib karyawan sesuai dengan norma-
norma, peraturan, perundang-undangan yang berlaku.

Keith davis dan John W. Newstrom (1990: 168-170) mengemukakan bahwa terdapat
lima pandangan yang agak berbeda tentang peran atau fungsi supervisor. Lima pandangan
tersebut yaitu :

a. Orang penting dalam manajemen. Pandangan manajemen tradisional tentang penyelia


adalah bahwa mereka merupakan orang penting dalam manajemen (key person in
management). Mereka mengambil keputusan, mengendalikan pekerjaan, menafsirkan
pekerjaan, dan umumnya merupakan orang penting dalam proses penyelesaian
pekerjaan. Mereka mewakili pimpinan kepada karyawan dan mereka juga mewakili
karyawan kepada pimpinan. Mereka dapat menahan segala sesuatu yang mengalir ke
atas atau ke bawah.
b. Penyelia di tengah. Menurut sudut pandang di tengah ( in the middle of view point ).
Para penyelia terhimpit diantara berbagai kekuatan social pimpinan dan karyawan
yang saling berlawanan.
c. Penyelia pinggiran. Penyelia pinggiran ( marginal supervisor ) disisihkan dari atau
pada bagian pinggiran, aktivitas, dan pengaruh yang mempengaruhi departemennya.
Tidak diterima oleh pimpinan, diabaikan oleh staf, dan bukan salah satu dari
karyawan biasa, penyelia benar merupakan orang-orang yang bekerja sendiri.
d. Karyawan lain. Pandangan keempat tentang penyelia adalah bahwa mereka dalam
segala hal tetap merupakan pegawai biasa kecuali jabatan. Pertama, mereka sering
kurang memiliki wewenang. Pusat pengambilan keputusan berad ditempat lain, jadi
penyelia hanya melaksanakan keputusan, melakukan pekerjaan secara operasional,
melaksanakan perintah, berkomunikasi, dan pola pemikiran mereka jauh lebih dekat
dengan para karyawan ketimbang dengan pimpinan yang lebih tinggi.
e. Spesialis perilaku. Dalam situasi tertentu pimpinan memandang para penyelia
terutama sebagai spesialis perilaku. Para peneyelia adalah spesialis yang sama seperti
semua staf umumnya dengan siapa mereka berinteraksi. Mereka membina sisi
manusia dalam pengoperasian perusahaan, dan staf menangani aspek teknisnya.
Mereka bukan pejabat utama melainkan termasuk dalam kalangan spesialis yang
menangani masalah operasional.

2.5.3 Kegiatan Supervisor

Semua organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda dan para karyawan yang
disupervisi melaksanakan fungsi yang tidak serupa. Dengan demikian, masalah yang dihadapi
para supervisor dan kegiatan yang mereka lakukan tentunya berbeda. Supervisor adalah
manajer tingkat pertama yang langsung berhubungan dengan karyawan. Menurut Agus
Dharma (2003: 5-6) sebagai manajer, supervisor terlihat dalam setiap kegiatan manajemen,
kegiatan tersebut adalah :

LINGKUP
PENGAWASAN

PERENCANAAN PENGORGANISASI PELAKSANAN PENGENDALIAN


AN
PENGAWASAN PENGAWASAN PENGAWASAN

Koordinasi Pengawasan dan


Jaminan Kualitas
a. Perencanaan. Menetapkan tujuan, memutuskan cara pencapaian tujuan, menetapkan
arah tindakan, serta menetapkan kebijakan dan prosedur.
b. Pengorganisasian. Menetapkan pembagian kerja, penugasan kerja, pengelompokan
pekerjaan untuk koordinasi, serta menetpkan wewenang dan tanggung jawab.
c. Pendayagunaan SDM. Ikut menyeleksi orang untuk melaksanakan pekerjaan,
menempatkan dan memberikan orientasi untuk melaksanakan pekerjaan serta melatih
dan menilai kinerja karyawan.
d. Pembinaan. Member contoh, memotivasi, dan memberdayakan karyawan. Termasuk
disini adalah upaya menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi karyawan
untuk berkinerja bagus.
e. Pengendalian. Menghimpun informasi tentang pencapaian hasil, membandingkannya
dengan standar/rencana, dan melakukan tindakan perbaikan jika perlu.

Hal senada juga diungkapkan oleh Christina Christenson, Thomas W. Johnson dan John
E. Stinson (1982: 6-7) bahwa sebagai manajer supervisor melakukan berbagai kegiatan
manajemen,yaitu :

a. Perencanaan meliputi menetapkan tujuan, memutuskan cara pencapaian tujuan,


menetapkan arah tindakan, menetapkan kebijakan dan prosedur.
b. Pengorganisasian meliputi menetapkan pembagian kerja, pengelompokan pekerjaan
untuk koordinasi serta menetapkan wewenang dan tanggung jawab.
c. Pendayagunaan pegawai, menempatkan dan memberikan orientasi untuk
melaksanakan pekerjaan, melatih karyawan dan menilai kinerja karyawan.
d. Pengaturan meliputi menuntun dan mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan
pekerjaan, berkomunikasi dengan karyawan, membuat motivasi yang positif serta
menangani masalah karyawan.
e. Pengendalian meliputi menghimpun informasi tentang pencapaian hasil,
membandingkannya dengan standar/rencana, dan melakukan tindakan perbaikan jika
diperlukan.

Menurut Sindu Mulianto, Eko R. Cahyadi dan M. Karebet (2006:7-8) bahwa peran
manajerial seorang supervisor adalah mencakup :
a. Perencanaan. Pembuatan rencana mencakup rencana kerja dan interaksi antar anggota
tim. Perencanaan juga perlu memerhatikan keterbatasan sumber daya yang dimiliki
dan keterbatasan waktu yang dialokasikan untuk mencapai target yang telah
ditentukan.
b. Pengorganisasian. Supervisor atau manajer perlu melakukan pengorganisasian orang,
tugas,waktu dan fasilitas yang diperlukan. Dalam menjalankan fungsi ini, supervisor
atau manajer perlu menempatkan orang yang tepat didalam pekerjaan yang sesuai
dengan keterampilan dan minat orang tersebut (staffing). Pekerjaan ini juga menuntut
supervisor membuat jadwal untuk mengatur lalu lintas orang dan kegiatan agar tidak
ada yang berbenturan.
c. Implementasi. Dalam tahap ini perlu disusun berbagi scenario implementasiyang
sesuai dengan rencana dan jenis pekerjaan yang harus diselsesaikan.
d. Evaluasi dan pengawasan. Evaluasi dan pengawasan ini tidak hanya dilakukan satu
titik (titik awal atau titik akhir), melainkan secara regular dibeberapa titik sepanjang
perjalanan menjuju target. Fungsi evaluasi dan pengawasan ini adalah untuk melihat
apakah semua kegiatan sudah lancer dan menuju arah yang benar.yaitu pencapaian
target.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
dari supervisor meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pemberdayaan SDM,
pembinaan, dan pengawasan.

2.6 Keterampilan Dasar Supervisor

Agar efektif melaksanakan pekerjaan supervisinya, para supervisor memerlukan suatu


keterampilan. Keterampilan dasar seorang supervisor menurut Kimball Wiles, 1955) dalam
Piet Sahertian (2008:18) yang harus dimiliki supervisor yaitu :

1. Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan.


2. Keterampilan dalam proses kelompok.
3. Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan.
4. Keterampilan dan mengatur personalia sekolah.
5. Keterampilan dalam evaluasi.

Karena setiap profesi membutuhkan keterampilan, maka keterampilan berikut juga harus
dimiliki oleh seorang supervisor untuk menunjang pekerjaannya:
1. Keterampilan Teknis
Pengetahuan produk sendiri atau product knowledge, produk pesaing, dan produk
pengganti, keterampilan menjual dan bernegosiasi, pengetahuan pelanggan (Customer
relationship manajement), segmentasi dan area kerja pengetahuan pasar/industri.
Memahami betul apa itu segmentasi, targeting, positioning, differentation, selling,
brand dan process. Keterampilan ini berguna untuk melatih team dan tenaga penjual,
mealith salesman baru dan mempresentasikan produk di hadapan beberapa pelanggan
sekaligus jika diperlukan.

2. Keterampilan Human Relations


Bekerja sendiri sebagai sales berbeda sekali dengan bekerja sebagai supervisor dengan
memimpin suatu kelompok kerja, menjadi supervisor harus mempunya ketarampilan
human relationship, bekerja efektif dengan orang lain, team, atasan, administrasi. Oleh
karena itu, bacaan tentang kepemimpinan, komunikasi, teknik pendelegasian,
konseling dan coahing dan problem solving menjadi bacaan wajib untuk supervisor.

Supervisor tidak semata-mata berurusan dengan aspek meteril tetapi berhadapan


dengan manusia-manusia yang berbeda perilaku.
a) Hubungan pribadi : pribadi orang yang bersangkutan;
b) Hubungan fungsionil : fungsi yang dijalankan seseorang;
c) Hubungan instrumental : didasarkan atas pandangan memperalat bawahan;
d) Hubungan konvensionil : didasarkan atas kebiasaan atau kelaziman yang berlaku.

3. Keterampilan administratif
Keterampilan ini kelihatannya yang banyak dilupkan, itu karena supervisor ketika
menjadi sales selalu melimpahkan tugas ini pada administrasi. Menjadi Seorang
Supervisor membutuhkan teterampilan mengorganisir dan manajemen sehingga
menyeimbangkan antara orientasi pekerjaan dan orientasi manusia. Kemudian setelah
memenuhi keterampilan diatas, kita akan mengetahui berbagai macam tipe-tipe
seorang supervisor. Tipe-tipenya antara lain:
1. Otokratis : supervisor penentu segalanya.
2. Demokratis : mementingkan musyawarah mufakat dan bekerjasama atau gontong
royong secara kekeluargaan.
3. Manipulasi diplomatis : mengarahkan orang yang disupervisi untuk melaksanakan
apa yang dikehendaki supervisor dengan cara musulihat.
4. Laissez-faire : memberikan kebebasan dan keleluasan kepada orang yang
disupervisi untuk melakukan apa yang dianggap mereka baik.

2.6 Contoh kasus Manajemen Supervisi


2.7 Penerapan Manajemen Supervise Pendidikan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pelaksanaan supervisi kelas dalam
pembinaan keterampilan mengajar guru di SMP Muhammadiyah se-Kota Malang, (2)
Pelaksanaan supervisi klinis dalam pembinaan keterampilan mengajar guru di SMP
Muhammadiyah se-Kota Malang, dan (3) Upaya apa saja yang dilakukan kepala sekolah
dalam pembinaan keterampilan mengajar guru di SMP Muhammadiyah se-Kota Malang.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Informasi dan Sampel Penelitian adalah 5 kepala sekolah dan 5
guru masing-masing SMP Muhammadiyah di wilayah Kota Malang. Teknik
pengambilan data untuk pendekatan kualitatif menggunakan teknik observasi,
wawancara mendalam, dan dokumentasi. Sedangkan pengumpulan data dengan
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan angket.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Supervisi pengajaran menurut kepala sekolah diperoleh modus (Mo) 3.28, median
(Me) 3.44, nilai rata-rata (Mean) 3.489, dan standar deviasi (s) 0.2056. sedangkan
supervisi pengajaran menurut guru diperoleh modus (Mo) 3.28, median (Me) 3.44, nilai
rata-rata (Mean) 3.489, dan standar deviasi (s) 0.2056.
Prosedur pelaksanaan supervisi kelas terdiri atas: (1) Tahap Persiapan, meliputi; (a)
menyiapkan instrumen dan (b) menyiapkan jadwal bersama, (2) Tahap Pelaksanaan,
yaitu pelaksanaan observasi supervisi kepala sekolah, (3) Tahap Pelaporan, meliputi; (a)
mengidentifikasi hasil pengamatan pada saat observasi di kelas, (b) menganalisis hasil
supervisi, (c) mengevaluasi bersama antara kepala sekolah dan guru, dan (d) membuat
catatan hasil supervisi yang didokumentasikan sebagai laporan, dan (4) Tahap Tindak
lanjut, meliputi; (a) mendisukusikan dan membuat solusi bersama, (b) memberitahukan
hasil pelaksanaan kunjungan kelas, dan (c) mengkomunikasikan kepada guru.
Sedangkan pelaksanaan supervisi klinis belum berjalan secara optimal.
Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah memahami dan memecahkan
masalah-masalah proses belajar-mengajar dan membantu guru memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya sehari-hari dalam melaksanakan tugas pokoknya.
Mengikutsertakan kegiatan yang dilakukan di Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), KKG, maupun di PKG menyangkut teknis-edukatif yang ditujukan untuk
memperbaiki proses belajar-mengajar

Jika merujuk pendapatnya Glickman (1985) peranan supervisi. Pertama, seharusnya


supervisi dijadikan sebagai sarana untuk pemberian bimbingan dan bantuan kepada guru
dan staf tata usaha agar mampu meningkatkan kinerjanya, Kedua, Pemberian bimbingan
dan bantuan dilakukan secara langsung dan tidak perlu ada perantara, Ketiga, Pemberian
bantuan dan bimbingan harus dikaitkan dengan peristiwa yang memerlukan bimbingan,
keempat, Kegiatan supervisi dilakukan secara berkala agar terjadi mekanisme yang ajeg
dan rutin, Kelima, Supervisi terjadi dalam suasana yang kondusif penuh sifat
kekeluargaan agar terjalin kerjasama yang baik, dan keenam, Supervisi dilakukan
dengan mengunakan catatan agar apa yang dilakukan dan ditemukan tidak hilang.
Temuan dan hal-hal penting lainnya merupakan bahan binaan yang sangat penting
artinya dan dapat dibahas dalam pertemuan rutin pengawas dan kepala sekolah.
Seorang supervisor berperan penting dalam pembinaan keterampilan mengajar guru. Jika
dilihat perannya, peran supervisor adalah memberi support (supprting), membantu
(assisting), dan mnegikutsertakan (sharing). Peranan seorang supervisor ialah
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan bebas
dalam mengembangkan ptensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggungjawab.
Suasana yang demikan hanya dapat terjadi bila kepemimpinan dari supervisor itu
bercorak demokratis bukan otokratis. Sehingga pada gilirannya guru-guru dapat tumbuh
secara personal maupun profesional.
BAB III

III.Penutup

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan beberapa kajian dan isi materi dapat disimpulkan bahwa :
 Supervisi yang berarti juga pengawasan adalah strategi manajemen yang terdiri
atas serangkaian kegiatan untuk memastikan bahwa mutu yang diharapkan dalam
proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi memenuhi standar yang telah
ditentukan.
 Prinsip-prinsip supervivi mencakup kejelasan berkomunikasi, harapan yang terbaik,
berpegang pada tujuan, dan mendapatkan komitmen.
 Ciri-ciri supervisi yang efektif yaitu :
 Pendelegasian
 Keseimbangan
 Jembatan
 Komunikasi
 Ada 4 fungsi supervisi atau supervisior yakni perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), motivasi (motivating), pengawasan (controling)
 Ada beberapa Meroda supervisi yakni
1. Supervisi preventif
2. Supervisi koektif
3. Supervisi konstruktif
4. Supervis kreatif
5. Supervisi kooperatif
 Supervisior merupakan orang yang memiliki kelebihan atau mempunyai keistimewaan,
yang tugasnya melihat dan mengawasi pekerjaan orang lain
 Beberapa fungsi supervisior adalah sebagai orang pening dalam manajemen, penyelia di
tengah, penyelia pinggiran, karyawan lain, dan sosialisasi perilaku
 Supervisior merupakan element atau karyawan mutlak yang seharusnya ada dalam suatu
perusahaan.

3.2 Saran
Saran penulis kepada setiap perusahaan dan khususnya industri sudah seharusnya
menerapkan konsep manajemen perusahaan dengan berpedoman kepada sistem dan prinsip
supervisi dalam pengelolaan manajemen karena ini akan sangat membantu kinerja perusahaan
dalam menciptakan kualitas produksi yang efektif dan optimal.. Dengan menempatakan
seorang supervisior dalam perusahaan itu akan sangat memebantu kinerja direktur dalam
menerapkan kebijakan pengorganisasian, perencanaan dan pengawasan yang terjamin dan
tersampaikan dengan baik dalam setiap tahapannya.
Sehingga penting bagi setiap industri perusahaan memenrapakan metoda dan fungsi
supervsi yang sesuai dengan kondisi perusahaan dan karyawan guna meningkatkan
optimalinya prose manajemen perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai