Anda di halaman 1dari 4

AL HAQ WAL BATHIL

(Kebenaran dan Kebatilan)


Pendahuluan

Buku al ghazwu al fikri, hizbus syaithan dan juga qodhoya al ummah adalah
rangkaian bahan berisi penyaddaran atas musuh-musuh Islam yang senantiasa
mengajak rmanusia ke jalan yang tidak benar. Buku al haq wal bathil irui
berusaha menyadarkan bahwa musuh Islam itu sesungguhnya dari pihak
kebatilan dan perlawanan terhadap Islam tnerupakan keadaan rutin dan
kontinyu. Musuh-musuh Islam akan bersama menyerang Islam walaupun
mereka mempunyai latar belakang yang berbeda. Mereka bersatu di
dalam menghancurkan Islam.

Buku al haq wal bathil ini juga mencoba memberikan beberapa jalan keluar atas
permasalahan umat dengan dimunculkannya hizbullah. Penyadaran bahwa
pertempuran antara haq dengan bathil disampaikan melalui bahan shira' baynal
haq wal bathil dan quwwatul haq. Setelah itu sikap yang perlu disiapkan dalam
menghadapi pertempuran ini adalah al furqan dan al istiqamah. Akhirnya
bagaimanapun sikap bertahan akan dilanjutkan kepada usaha menghadapi dan
menyelesaikan masalah yaitu dengan menghadirkan hizbullah sebagai alternatif
jawaban. Bagaimanapun keadaannya, peranan hizbullah mesti dihidupkan.

Pertempuran antara muslim dan kafir serta musuhmusuhnya adalah


disebabkan karena pertempuran antara al haq dan al bathil. Permusuhan al bathil
sehingga ia dengan sengaja memerangi umat Islam sejak dulu hingga sekarang dan
sampai hari kiamat merupakan bukti bahwa mereka tidak akan senang melihat
Islam kecuali apabila pengikut Islam bertingkah laku kafir atau menjadi murtad.
Keadaan ini adalah keadaan yang paling diminati dan disenanginya sehingga
tercapainya tujuan menyesatkan manusia dan membuat kerusakaan. Mereka
pasti akan berhadapan dengan hizbullah yang merupakan kekuatan Islam yang
sebenarnya.

Pertempuran di antara al haq dan al bathil adalah peperangan di antara hizbullah


dan hizbus syaithan. Allah yang menciptakan manusia dan alam ini mempunyai
ilmu yang luas mengenai ciptaannya sehingga kebenaran Allah ini menjadi
dien Allah yang pada akhirnya sebagai dien yang benar. Di sini diperlukan sikap
ansorullah, sebuah sikap dari kaum mukminin kepada pemimpinnya yang
menjadikannya sebagai tentara Allah dan bergabung ke dalam hizbullah. Allah
menjanjikan kemenangan akan diperoleh hizbullah dengan kejayaan dunia
akhirat.

Di lain pihak musuh berusaha menggalang pengikut kebatilan yang tidak jelas
bagaimana pandangannya terhadap makhluk (manusia dan alam) karena
mereka bersikap berdasarkan persangkaan saja. Mereka juga menggalang
pendukung kebatilan yang kemudian menjadi junudul bathil dan akhirnya

1
menjadi hizbus syaithan. Dengan demikian pertempuran antara hizbus syaithan
dan hizbullah di pentas dunia dan khususnya di dunia dakwah akan mulai
berjalan.

Allah SWT sebagai al Khalik mempunyai kekuatan yang digambarkan di dalam


qaul (firman) dan kauni (alam). Kebenaran Allah SWT yang terdapat di dalam
kauni ataupun di dalam qaul (Al Quran), apabila diterima manusia maka
muslimlah ia, sedangkan keingkaran menjadikannya kafir. Allah akan
mempertemukan kebenaran dan kebatilan serta memenangkan Islam di atas
kejahiliyahan. Dalam pertempuran haq dan bathil akan tampak nyata furqan
yang membedakan dua kekuatan yaitu Allah SWT sebagai kekuatan
kebenaran sedangkan Taghut adalah musuh yang nyata. Allah SWT telah
menegaskan bahwa mengikuti Allah berarti mengikuti kebenaran dan membawa
kepada surgaNya. Sebaliknya apabila mengikuti taghut maka akan
membawa ke dalam neraka. Sikap mukmin menghadapi masalah pertempuran
ini mesti berada di dalam ikatan tali yang kukuh yaitu dengan menjadikan Allah
sebagai wala dan mengingkari taghut.

Umat Islam dalam hal ini membutuhkan sikap al istiqamah. Al Istiqamah adalah
komitmen dan konsisten kita terhadap Islam berdasarkan prinsip karena Allah
dan Islam. Sikap ini dilaksanakan berdasarkan cara Islam dengan mengikuti
minhaj (sistem) Allah bersama-Nya dan bertujuan kepada Islam dan Allah.
Kebalikan dari al istiqamah (konsisten) adalah ghairul istiqamah yang mendasarkan
dirinya kepada sesuatu yang bukan Allah dan bukan Islam. Minhaj yang
digunakan dan tujuannya pun bukan kepada Allah dan Islam. Dengan
demikian, jelaslah furgan adalah pembeda dari haq dan bathil. Kejayaan Islam
akan terwujud apabila umatnya berhasil membedakan kedua pengaruh yang
saling bertentangan tersebut (haq dan bathil). Muslim yang furqan akan
meninggalkan kebatilan dengan cara menolaknya dan kemudian menerima
Islam.

Secara nyata, pertempuran al haq dan al bathil hanya akan dimenangkan oleh
hizbullah. Tanpa hizbullah adalah kehancuran. Dengan hizbullah
maka akan muncul kemenangan dan kejayaaan. Beberapa ciri-ciri hizbullah
adalah al akhlakul asasiyah (akhlak dasar) dan al akhlakul harakiyah (akhlak
pergerakan). Kedua akhlak ini perlu dipenuhi agar dapat menjadi hizbullah
dan kemudian Allah SWT akan memenangkan dien-Nya.

Al haq wal bathil merupakan suatu wujud dari sebutan la ilaha illallah Muhammad
rasulullah dimana wala kepada kalimat syahadatain dan bara kepada selain
kalimat syahadat. Sikap wala ini merupakan pembeda antara mereka yang
bergabung dengan hizbullah (orang-orang yang beriman) atau mereka yang
bergabung dengan hizbus syaithan (golongan syaitan). Wala sebagai penentu
seseorang masuk ke dalam hizbullah. Shalat, puasa, zakat, haji dan nilai-nilai
Islam lainnya tidak menentukan seseorang menjadi hizbullah. Rasulullah
SAW bersabda: "Siapa yang keluar dari Islam walaupun sejengkal sesungguhnya

2
is telah melepas ikatan Islam dari lehernya, meskipun is shalat dan berpuasa serta
menyangka dirinya sebagai muslim".
Juga dikuatkan dalam surat An Nisa: 138,139 yang artinya "Kabarkanlah
kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih
yaitu orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman
penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin". Hizbullah selalu
beriringan dengan wujud wala kepada al haq sehingga wujud wala kepada al
haq yang diiringi dengan bara kepada kebatilan merupakan ukuran seseorang
beriman kepada Allah. Surat Al Maidah:56 menyebutkan "Dan barangsiapa
mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman menjadi
penolongNya, maka sesungguhnya pengikut agama Allah (hizbullah) itulah
yang pasti menang". Juga dalam surat Al Mujadilah:22 "Kamu tidak akan
mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat sating berkasih
sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya sekalipun
orang-orang itu bapak-bapak atau ana~ anak atau saudara-saudara ataupun
keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan
keimanan dalam hat mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datan~
darinya. Dan dimasukkannya mereka ke dalam surga yang mengali1 di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridh terhadap mereka dan mereka pun
merasa puas terhadap limpaha rahmatNya mereka itulah hizbullah ketahuilah bahwa
sesungguhnya hizbullah itulah golongan yang beruntung".

Gambaran hizbullah di atas adalah gambaran manusia yan menjadikan al haq


sebagai tempat kecintaan dan loyalitasnya, Ia tidak menjadikan kebatilan
sebagai tempat walanya. Dalam surat At Taubah:71, Allah berfirman, "Dan
orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan sebagian mereka adalah menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf,
mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat menunaikan zakat dan mereka
taat kepada Allah dan RasulNya Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Alla Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

Dari ayat di atas tergambar pula bahwa Islam secara konse ataupun praktek
tidak mengijinkan seseorang untuk wal terhadap kebatilan. Sebab apabila
seseorang memberika walanya secara bathil maka ia tidak termasuk orang
yan beriman. Dengan demikian seorang muslim tidak dibenarka memberikan
walanya kepada paham-paham atau ideologi ideologi selain Islam karena
paham dan ideologi itu adala suatu kebatilan seperti paham komunis.
Muslim yang memberikan walanya kepada misionaris, atheis, orang-orang
kafir dan murtad serta mengikuti sifat-sifat batil yang dimilikinya, maka is
tidak dipandang sebagai seorang muslim.

Ciri dari hizbullah adalah bersikap tegas kepada orang kafir dan berkasih
sayang dengan sesama muslim. Hubungan kepada orang kafir tidak
berdasarkan hubungan Islam adalah batil dan Allah mengharamkan kaum
muslimin memberikan walanya kepada kebatilan. Seperti dalam surat Al
Kahfi:102, Allah berfirman "Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa

3
mereka (dapat) mengambil hamba-hambaKu menjadi penolong selain Aku?
Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahanam tempat tinggal bagi
orang- orang kafir".

Allah SWT mengharamkan kepada orang-orang mukmin mengerjakan


kebatilan dan meninggalkan kebenaran, tetapi Allah menyuruh kita untuk
memberikan walanya kepada kebenaran dan baranya kepada kebatilan
sehingga seorang mukmin yang loyalitasnya diberikan kepada bukan orang-
orang beriman sehingga menjadikan pribadinya jauh dari nilai-nilai Islam
maka ia tergolong orang yang munafik. Allah berfirman dalam surat Al
Maidah:51, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-
orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali (mu); sebagian mereka adalah wali bagi
sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi wali,
maka sesungguhnya itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang- orang yang zalim". Dan juga surat Ali Imran:28,
"Janganlah orangorang mukmin mengambil orang- orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah
is dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang
ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap din (siksaNya). Dan
hanya kepada Allah kembali". Makna ayat ini adalah kita diwajibkan hanya
takut kepada Allah dengan cara mengamalkan nilai-nilai al haq dan
meninggalkan kebatilan baik secara lahiriah atau batiniah.

Anda mungkin juga menyukai