Anda di halaman 1dari 10

JURNAL ELEKTROKIMIA

SEL ELEKTROKIMIA

PUTRI CEPVIE MUJI AL-AKBARY

1541170059

2C D4

TEKNIK ELEKTRONIKA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SEL ELEKTROKIMIA

Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron – elektron bebas dari suatu logam
kepada komponen di dalam larutan. Kesetimbangan reaksi elektrokimia penting dalam sel
galvani (yang menghasilkan arus listrik) dan sel elektrolisis (yang menggunakan arus listrik).
Pengukuran daya gerak listrik (DGL) suatu sel elektrokimia dalam jangkauan suhu tertentu dapat
digunakan untuk menentukan nilai – nilai termodinamika reaksi yang berlangsung serta koefisien
aktifitas dari elektrolit yang terlibat.

4.1. Hukum Coulomb, Medan Listrik, dan Potensial Listrik


Di antara empat macam antaraksi fisika yang dikenal (antaraksi inti yang kuat, antaraksi
lemah, antaraksi elektromagnetik, dan gravitasi), hanya antaraksi elektromagnetik yang penting
dalam bidang kimia. Dasar antaraksi ini adalah adanya gaya tarik atau gaya tolak antara dua
muatan, yaitu Q1 dan Q2. Gaya ini merupakan besaran vektor yag dirumuskan sebagai Hukum
Coulomb.
1 Q1Q2
f  r ........................................... (4.1)
40 r r 2
dimana r = jarak antar muatan (unit vektor yang bergantung arah gaya)
ε0 = permitivitas ruang hampa (8,854.1012 C2 N-1 m-2)
εr = permitivitas relatif / konstanta dielektrik
Jika arah gaya tidak diperhatikan, maka
Q1Q2
f  .................................................. (4.2)
40 r r 2
Kekuatan medan listrik pada titik tertentu (E) diartikan sebagai gaya listrik per muatan
unit. Jika pada percobaan muatan Q1 sangat kecil, maka
f Q2
E  .............................................. (4.3)
Q1 40 r 2
Medan listrik dinyatakan dalam satuan SI Vm-1. Pada pembahasan selanjutnya, simbol E akan
digunakan untuk menyatakan daya gerak listrik (DGL), yaitu perbedaan potensial listrik antara
dua titik dan dinyatakan dalam satuan Volt (V).
Besarnya medan listrik yang ada di sekitar partikel bermuatan adalah turunan dari
besaran skalar yang disebut potensial listrik. Potensial listrik (Φ) didefinisikan sebagai kerja
yang dibutuhkan untuk membawa suatu unit muatan positif dari titik awal ke titik tertentu.
r
Q2
   dr
 40  r r 2

Q2
 ..................................................... (4.4)
40 r r

4.2. Elektroda dan Potensial Elektroda Standar (Eo)


Pembahasan sel elektrokimia dimulai dengan menggambarkan elektroda yang menyusun
sel elektrokimia. Elektroda tersusun dari elektroda itu sendiri dan bahan kimia (reagents) yang
terlibat. Sel elektrokimia umumnya tersusun atas dua elektroda. Setiap elektroda disebut sebagai
setengah sel (half cell). Reaksi yang terjadi pada tiap elektroda disebut reaksi setengah sel atau
reaksi elektroda. Berdasarkan jenisnya, elektroda dapat digolongkan menjadi :
1. Elektroda logam – ion logam
Yaitu elektroda yang berisi logam yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan ionnya,
contohnya elektroda Cu | Cu2+.
2. Elektroda amalgam
Amalgam adalah larutan logam dalam Hg cair. Pada elektroda ini, amalgam logam M akan
berada dalam kesetimbangan dengan ionnya (M2+). Logam – logam aktif seperti Na dan Ca dapat
digunakan sebagai elektroda amalgam.
3. Elektroda redoks
Yaitu elektroda yang melibatkan reaksi reduksi – oksidasi di dalamnya, contohnya elektroda Pt |
Fe3+, Fe2+.
4. Elektroda logam – garam tak larut
Elektroda ini berisi logam M yang berada dalam kesetimbangan dengan garam sangat sedikit
larutnya Mυ+Xυ- dan larutan yang jenuh dengan Mυ+Xυ- serta mengandung garam atau asam
terlarut dengan anion Xz-. Contoh : elektroda Ag – AgCl yang terdiri dari logam Ag, padatan
AgCl, dan larutan yang mengandung ion Cl- dari KCl atau HCl.
5. Elektroda gas
Yaitu elektroda yang berisi gas yang berda dalam kesetimbangan dengan ion – ion dalam larutan,
misalnya elektroda Pt | H2(g) | H+(aq).
6. Elektroda non logam non gas
Yaitu elektroda yang berisi unsur selain logam dan gas, misalnya elektroda brom (Pt | Br2(l) | Br-
(aq)) dan yodium (Pt | I2(s) | I-(aq)).
7. Elektroda membran
Yaitu elektroda yang mengandung membran semi permiabel.

Untuk menggerakkan muatan dari satu titik ke titik lain diperlukan beda potensial listrik
antara kedua muatan. Beda potensial diukur antara dua elektroda yaitu elektroda pengukur dan
elektroda pembanding. Sebagai elektroda pembanding umumnya digunakan elektroda hidrogen
(H+ | H2 | Pt) atau elektroda kalomel (Cl- | Hg2Cl2(s) | Hg). Beda potensial inilah yang dinyatakan
sebagai daya gerak listrik (DGL). Untuk menghitung DGL sel, digunakan potensial elektroda
standar (Eo) yang nilainya dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Potensial elektroda standar pada 25 oC
Elektroda Eo (V) Reaksi Setengah Sel
F- | F2(g) | Pt 2,87 ½ F2(g) + e- = F-
Au3+ | Au 1,50 ⅓ Au3+ + e- = Au3+
Pb2+ | PbO2 | Pb 1,455 ½ PbO2 + 2H+ + e- = ½ Pb2+ + H2O
Cl- | Cl2(g) | Pt 1,3604 ½ Cl2(g) + e- = Cl-
H+ | O2 | Pt 1,2288 H+ + ¼ O2 + e- = ½ H2O
Ag+ | Ag 0,7992 Ag+ + e- = Ag
Fe3+, Fe2+ | Pt 0,771 Fe3+ + e- = Fe2+
I- | I2(s) | Pt 0,5355 ½ I2 + e- = I-
Cu+ | Cu 0,521 Cu+ + e- = Cu+
OH- | O2 | Pt 0,4009 ¼ O2 + ½ H2O + e- = OH-
Cu2+ | Cu 0,339 ½ Cu2+ + e- = ½ Cu
Cl- | Hg2Cl2(s) | Hg 0,268 ½ Hg2Cl2 + e- = Hg + Cl-
Cl- | AgCl(s) | Ag 0,2224 AgCl + e- = Ag + Cl-
Cu2+, Cu+ | Pt 0,153 Cu2+ + e- = Cu+
Br- | AgBr(s) | Ag 0,0732 AgBr + e- = Ag + Br-
H+ | H2 | Pt 0,0000 H+ + e- = ½ H2
D+ | D2 | Pt -0,0034 D+ + e- = ½ D2
Pb2+ | Pb -0,126 ½ Pb2+ + e- = ½ Pb
Sn2+ | Sn -0,140 ½ Sn2+ + e- = ½ Sn
Ni2+ | Ni -0,250 ½ Ni2+ + e- = ½ Ni
Cd2+ | Cd -0,4022 ½ Cd2+ + e- = ½ Cd
Fe2+ | Fe -0,440 ½ Fe2+ + e- = ½ Fe
Zn2+ | Zn -0,763 ½ Zn2+ + e- = ½ Zn
OH- | H2 | Pt -0,8279 H2O + e- = ½ H2 + OH-
Mg2+ | Mg -2,37 ½ Mg2+ + e- = ½ Mg
Na+ | Na -2,714 Na+ + e- = Na
Li+ | Li -3,045 Li+ + e- = Li

Pada tabel 4.1. terlihat bahwa elektroda hidrogen (H+ | H2 | Pt) merupakan batas
pembanding dengan nilai potensial 0,0000 V. Bila elektroda pengukur mempunyai nilai lebih
besar dari elektroda hidrogen (bernilai positif), maka elektroda tersebut mempunyai
kecenderungan untuk tereduksi (bersifat oksidator). Sedangkan bila elektroda pengukur
mempunyai nilai lebih kecil dari elektroda hidrogen (bernilai negatif), maka elektroda tersebut
mempunyai kecenderungan untuk teroksidasi (bersifat reduktor). Karena reaksi setengah sel pada
elektroda ditulis dalam bentuk reduksi, maka nilai potensial elektroda standar juga dapat disebut
potensial reduksi standar.
4.3. Sel Elektrokimia
Sel elektrokimia tersusun atas dua elektroda, yaitu anoda dan katoda. Pada anoda terjadi
reaksi oksidasi, sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi. Secara garis besar, sel elektrokimia
dapat digolongkan menjadi :
a. Sel Galvani
Yaitu sel yang menghasilkan arus listrik. Pada sel galvani, anoda berfungsi sebagai
elektroda bermuatan negatif dan katoda bermuatan positif. Arus listrik mengalir dari
katoda menuju anoda .Reaksi kimia yang terjadi pada sel galvani berlangsung secara
spontan. Salah satu aplikasi sel galvani adalah penggunaan sel Zn/Ag2O3 untuk batere
jam.
b. Sel Elektrolisis
Yaitu sel yang menggunakan arus listrik. Pada sel elektrolisis, reaksi kimia tidak
terjadi secara spontan tetapi melalui perbedaan potensial yang dipicu dari luar sistem.
Anoda berfungsi sebagai elektroda bermuatan positif dan katoda bermuatan negatif,
sehingga arus listrik mengalir dari anoda ke katoda. Sel elektrolisis banyak digunakan
untuk produksi alumunium atau pemurnian tembaga.

Gambar 4.1. Sel Galvani dan Sel Elektrolisis


Untuk menyatakan sel elektrokimia, digunakan notasi sel sebagai berikut
Zn │ Zn2+ ║ Cu2+ │ Cu

Zn │ Zn2+ ┇┇ Cu2+ │ Cu

Sisi kiri notasi sel biasanya menyatakan reaksi oksidasi, sedangkan sisi kanan notasi sel biasanya
menyatakan reaksi reduksi. Garis tunggal pada notasi sel
menyatakan perbedaan fasa, sedangkan garis ganda menyatakan perbedaan elektroda. Garis
putus – putus menyatakan adanya jembatan garam pada sel elektrokimia. Jembatan garam adalah
larutan kalium klorida atau amonium nitrat pekat. Jembatan garam diperlukan bila larutan pada
anoda dan katoda dapat saling bereaksi.

Gambar 4.2. Sel elektrokimia tanpa jembatan garam (a) dan dengan jembatan garam (b)

4.3.1. Penentuan DGL Standar Sel (Eosel)


Nilai Eosel ditentukan dengan rumus
Eosel = Eoreduksi – Eooksidasi .................................... (4.5)
Eoreduksi adalah nilai potensial elektroda standar pada elektroda yang mengalami reduksi dan
Eooksidasi adalah nilai potensial elektroda standar dari elektroda yang mengalami oksidasi.
Contoh : Hitung Eosel pada 25oC untuk Cd │ Cd2+ ║ Cu2+ │ Cu !
Reduksi : ½ Cu2+ + e- = ½ Cu Eo = 0,339 V
Oksidasi : ½ Cd = ½ Cd2+ + e- Eo = -0,4022 V
Total : Cu2+ + Cd = Cu + Cd2+ Eosel = 0,7412 V
4.3.2. Penentuan DGL Sel (Esel) dan Perubahan Energi Bebas Gibbs (ΔG)
Beda potensial antara elektroda kanan (reduksi) dan elektroda kiri (oksidasi) ditentukan
dengan perhitungan DGL sel (Esel). Secara umum,
G  nFEsel dan G o  nFE sel
o
............................ (4.6)
Bila nilai DGL sel positif, maka ΔG negatif dan reaksi berlangsung secara spontan. Sedangkan
bila DGL sel negatif, ΔG positif dan reaksi berlangsung tidak spontan. Menurut kesetimbangan
kimia,
G  G o  RT ln Q ......................................... (4.7)
Bila perubahan energi Gibbs dinyatakan sebagai potensial kimia, maka persamaan 4.7 dapat
ditulis menjadi

i  i o  RT ln ai ............................................. (4.8)
Jika nilai μi disubstitusi dengan persamaan 4.6, maka
 nFEsel  nFEsel
o
RT ln  ai i .................................... (4.9)
i

RT
E sel  E sel
o
 ln K ..................................................... (4.10)
nF
Hubungan antara Esel dan Eosel ini disebut persamaan Nernst, dimana K adalah tetapan
kesetimbangan yang nilainya sama dengan perbandingan aktifitas spesi teroksidasi terhadap
spesi tereduksi.
[aoksidasi ]
K .......................................... (4.11)
[a reduksi ]
Pada kesetimbangan, nilai Esel adalah nol sehingga
RT
o
E sel  ln K ....................................... (4.12)
nF
o
nFEsel

K e RT
.............................................. (4.13)
Dengan menggunakan persamaan 4.13, nilai K pada kesetimbangan dapat ditentukan.
4.4. Keaktifan Elektrolit
Pada campuran non elektrolit, potensial kimia dapat dinyatakan sebagai
i (l )  io(l )  RT ln  i xi ...................................... (4.14)

dimana γi adalah koefisien keaktifan zat i dan xi adalah fraksi mol zat i. Aktifitas zat non
elektrolit adalah
ai   i xi ................................................. (4.15)

sehingga i (l )  io(l )  RT ln ai ......................................... (4.16)

Pendekatan nilai aktifitas yang sama tidak dapat digunakan untuk larutan elektrolit,
karena zat elektrolit mengalami dissosiasi (penguraian). Walaupun begitu, ion – ion elektrolit
tidak dapat dipelajari secara terpisah karena pada larutan dapat terjadi penetralan listrik. Untuk
larutan elektrolit, digunakan besaran molalitas untuk menggantikan fraksi mol. Pemilihan skala
mol dilakukan karena dibandingkan dengan fraksi mol, molalitas suatu zat tidak akan berubah
apabila dalam larutan ditambahkan zat terlarut yang lain. Sehingga untuk zat elektrolit
 i mi
ai  ............................................... (4.17)
mo
dimana mo adalah nilai standar molalitas ( 1 mol / kg pelarut) dan
lim  i  1 ............................................... (4.18)
mi 0

Untuk larutan elektrolit yang mengandung anion dan kation, nilai potensial kimia masing –
masing ion adalah
    o  RT ln   m ......................................... (4.19)

    o  RT ln   m ......................................... (4.20)
μo+ dan μo- adalah potensial kimia standar dari kation dan anion, sedangkan γ+ dan γ- adalah
koefisien aktifitas katin dan anion. Potensial kimia total dari zat elektrolit adalah
          ................................................ (4.21)
dimana υ+ dan υ- adalah jumlah kation dan anion. Substitusi persamaan 4.19 dan 4.20 pada
persamaan 4.21 menghasilkan
  (   o     o )  RT ln     m m
   
.................................. (4.22)
Jika m± adalah molalitas ionik rata – rata dan γ± adalah koefisien aktifitas ionik rata – rata
dimana
1 1
m  (m m ) 
 m(     ) 
................................ (4.23)
1
   (    )
  
............................................................ (4.24)

dan        ................................................................... (4.25)


Dengan menggunakan ketiga persamaan di atas, persamaan 4.22 menjadi
   o    RT ln   m ...................................... (4.26)
Dari persamaan 4.26, nilai aktifitas elektrolit dinyatakan sebagai
a A  B   (  m ) 

    m  (     ) ................................... (4.27)

Anda mungkin juga menyukai