KELOMPOK D’18
Azi Serandi, S.Kep Defrita, S.Kep
Intan Nia Soleha, S.Kep Gentri Mailia, S.Kep
Yulfiani Nazrita, S.Kep Kuntum Khairani Syahril, S.Kep
Levi Andrika, S.Kep Fildzah Hazirah, S.Kep
Patmawati, S.Kep Rizka Putri Kurnia, S.Kep
Marina Lestari, S.Kep Sri Sri Wahyuni, S.Kep
1. Latar Belakang
Periode emas dalam dua tahun pertama kehidupan anak dapat tercapai optimal
apabila ditunjang dengan asupan nutrisi tepat sejak lahir. Air Susu Ibu (ASI) sebagai satu-
satunya nutrisi bayi sampai usia enam bulan dianggap sangat berperan penting untuk
tumbuh kembang bayi. ASI terbukti mempunyai keunggulan yang tidak dapat digantikan
oleh makanan dan minuman manapun karena ASI mengandung zat gizi yang paling tepat,
lengkap dan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat. Proses menyusui
idealnya dapat segera dilakukan begitu bayi lahir. Bayi yang lahir cukup bulan akan
memiliki naluri untuk menyusu pada ibunya di 20-30 menit setelah lahir. Pada jam-jam
pertama, bayi akan relatif tenang, terjaga dan memiliki kemampuan menyusu dengan baik
(Dewi, 2011).
Pentingnya pemberian ASI Eksklusif terlihat dari peran dunia yaitu pada tahun 2006
World Health Organization (WHO) mengeluarkan Standar Pertumbuhan Anak yang
kemudian diterapkan di seluruh dunia yang isinya adalah menekankan pentingnya
pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah itu, barulah bayi
mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap disusui hingga usianya mencapai
2 tahun. Sejalan dengan peraturan yang di tetapkan oleh WHO, di Indonesia juga
menerapkan peraturan terkait pentingnya ASI Eksklusif yaitu dengan mengeluarkan
Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini
menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya sejak lahir sampai bayi berusia 6
bulan (Nirwana, 2014).
Menurut Riskesdas 2013, salah satu penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI
eksklusif bagi bayi dibawah usia enam bulan karena produksi ASI pada ibu post partum
Keterangan:
: Moderator : Penyaji : Media : Fasilitator
: Pembimbing : Peserta
: Observer
9. Pengorganisasian
a. Moderator : Azi Serandi, S.Kep
Moderator bertugas:
Membuka Acara
Memperkenalkan anggota kelompok
Menjelaskan maksud dan tujuan
Menjelaskan kontrak waktu
Menyimpulkan topik yang disamapaikan oleh penyaji
Menutup acara
b. Penyaji : Gentri Mailia, S.Kep
Penyaji bertugas:
Menggali pengetahuan sasaran
Memberikan reinforcement positif
Menyampaikan materi penyuluhan yang telah disiapkan kepada sasaran
c. Fasilitator :
Intan Nia Soleha, S.Kep; Marina Lestari, S.Kep; Fildzah Hazirah, S.Kep; Yulfiani
Nazrita, S.Kep; Levi Andrika, S.Kep; Sri Wahyuni, S.Kep; Defrita, S.Kep; Kuntum
Khairani Syahril, S.Kep; dan Patmawati, S.Kep
Fasilitator bertugas:
Menciptakan suasana penyuluhan yang nyaman
memotivasi peserta untuk bertanya
d. Observer : Rizka Putri Kurnia, S.Kep
Observer bertugas:
Mengamati jalannya acara penyuluhan
Mendokuntasikan pertanyaan dari peserta penyuluhan dan beserta jawabannya
11. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan penyuluhan minimal 75%.
Penyuluhan menggunakan power point
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang Kebidanan RSUP M.Djamil
Padang
Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari
sebelumnya.
b. Evaluasi proses
Penyaji mampu menguasai dan menyampaikan materi penyuluhan dengan baik.
Peserta mendengarkan dan berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan.
Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai.
Peserta mampu mendemontrasikan teknik pijat oksitoksin
Kelompok D’18 Page 5
c. Evaluasi hasil
Pre penyuluhan
40% peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyaji sebelum
penyaji menyampaikan materi penyuluhan.
Post penyuluhan
70% peserta mampu menjawab pertanyaan dari penyaji yang meliputi:
Peserta dapat menjelaskan manfaat pijat oksitosin.
Peserta dapat menyebutkan waktu yang tepat dilakukan pijat oksitosin.
Peserta dapat mendemonstrasikan pijat oksitosin.
Lampiran Materi
PIJAT OKSITOKSIN
1. Pengertian
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae)
sampai tulang costae kelima- keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon
prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Roesli & Yahmi, 2009).
2. Tujuan
Untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down.
3. Manfaat
Memberikan kenyamanan pada ibu
Mengurangi bengkak (engorgement)
Mengurangi sumbatan ASI
Merangsang pelepasan hormon oksitosin
Kelompok D’18 Page 6
Mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit
(Depkes RI, 2007).
4. Persiapan Alat
Kursi : 1 buah Bantal : 1 buah
Meja : 1 buah Waslap : 2 buah
Baby Oil : 1 botol Air hangat secukupnya
Handuk : 1 helai
6. Waktu Pelaksanaan
Sebelum menyusui atau memerah ASI, lebih disarankan.
Saat pikiran ibu sedang pusing, badan pegal-pegal.
Kelompok D’18 Page 7
Cukup 3-5 menit saja per sesi
(Depkes RI, 2007)
Direktorat Bina Gizi. (2013). Pemberian Air Susu Ibu dan Makanan Pendamping ASI.
Jakarta: Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. tahun 2015 . Available.
online. on www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/ profil-kesehatan-indonesia-2015.pdf.
Mardiansyih. (2011). Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi ASI Ibu Post Sectio Cesarea di RS Wilayah Jawa Tengah.
http://lontar.ui.ac.id/file??/pdf.
Setyowati, H. (2015). Perbedaan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Setelah Pemberian
Pijat Oksitosin. Jurnal Keperawatan Soedirman, Vol. 10, No. 3.