Jumlah, tipe makanan dan minuman merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine. Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk, juga dapat meningkatkan pembentukan urine. 2. Stres Psikologis Meningkatnya sters dapat mengekibatkan pula meningkatnya produksi urine dan meningkatnya frekwensi keinginan berkemih. 3. Respon keinginan awal untuk berkemih Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat mengekibatkan urine banyak tertahan didalam vesika urinaria sehingga dapat mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine. 4. Gaya hidup Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi, dalam hal ini kaitannya terhadap ketersediaan fasilitas toilet 5. Tingkat aktivitas Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya fungsi tonus otot vesika urinaria menyebabkan menurunnya kemampuan pengontrol keinginan berkemih, dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktifitas. 6. Kondisi penyakit Kondisi penyakit dapat mempengaruhi meningkatnya produksi urine, seperti penyakit Diabetes Mellitus. 7. Tingkat perkembangan Tingkat perkembangan dan pertumbuhan juga mempengaruhi pola berkemih, hal tersebut dapat ditemukan pada anak, atau pada lansia yang telah mengalami regresi, yang cenderung lebih memiliki kesulitan untuk dapat mengontrol keinginan berkemih. 8. Sosiokultural Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu. 9. Pembedahan Efek pembedahan dapat menyebabkan penurunan produksi urine. Pemberian obat anestesi menurunkan filtrasi glomerolus yang dapat menekan produksi urine. 10. Pengobatan Pemberian tindakan pengobatandapat berdampak pada terjadinya peningkatan ataupun penurunan proses sistem perkemihan, misal pemberian obat diuretik dapat meningkatkan jumlah urin, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan obat anti hipertensi dapat menyebebkan retensi urine.