Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PROPOSAL

PENYAKIT MENTAL HPD


(HISTRIONIC PERSONALITY DISORDER)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Merencana 5

Dosen Pengampu:
Tata Kartasudjana S.Sn., M.Ds.
Fadhli Abdillah, S.Sn.,M.Ds
Dodi Djumhana,.S.Sn

Disusun oleh :
Handi Yahya ( 146010006 )

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS ILMU SENI DAN SASTRA
UNIVERSITAS PASUNDAN
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan proposal tentang penyakit mental
HPD.
Laporan ini telah kami susun dengan makimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini
Akhir kata kami berharap semoga laporan tentang laporan proposal ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandung, Oktober 2018

Handi Yahya

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gangguan Kepribadian Histrionik adalah gangguan kepribadian dramatik, emosional
atau tidak menentu yang melibatkan pola emosionalitas yang berlebihan dan suka mencari
perhatian.

Histrionik merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan tingkah laku yang
bersemangat (colorful), dramatis atau suka meninjolkan diri dan ekstrivert pada individu
yang emosional dan mudah terstimulasi oleh lingkungan.

Individu dengan gangguan ini selalu berusaha mencari perhatian dari lingkungan.
Mereka cenderung untuk melebih-lebihkan pikiran atau perasaan mereka dan membuat
segala sesuatunya tampak lebih penting dari yang sesungguhnya.Mereka menampilkan air
mata, kemarahan (temper tantrum), dan tuduhan-tuduhan apabila mereka tidak menjadi
pusat perhatian atau tidak mendapatpersetujuan dan pujian

Kecenderungan untuk tidak menyadari perasaan-perasaan yang dialami oleh individu


tersebut serta ketidakmampuan dalam menjelaskan motivasi dari berbagai tindakan yang
dilakukannya adalah mekanisme pertahanan diri yang mereka gunakan atau disebut represi.
Apabila individu ini berada dalam kondisi stress, maka kontak mereka dengan realitas dapat
terganggu.

Dan alasan saya mengangkat tema ini adalah ingin mengenalkan kepada khalayak luas
terkait Gangguan Kepribadian Histrionik ini dikarenakan tingkat kesadaran maupun
pengetahuan publik akan gejala kelainan ini masih sangat minim. Gejala kelainan ini
maupun yang sejenisnya dimata masyarakat masih dianggap hal yang lumrah, tidak pernah
diberi perhatian secara khusus.

Terutama pada platform Instagram/Sosial Media. Kebanyakan remaja berfikiran orang


yang terkena HPD adalah orang yang hanya mencari eksistensi dan dianggap lumrah.
Dimana dengan alasan tersebut membuat orang yang terjangkit semakin menjadi jadi dan
konsisten untuk mencari perhatian. Maka dari itu solusi yang saya berikan adalah

“Motion Graphic mengidentifikasi HPD dan cara menyikapi orang yang terjangkit”

1.2 Identifikasi Masalah


Kurangnya pemahaman masyarakat seputar kelainan mental Histrionik, yang gejala
umumnya merupakan "Haus akan perhatian" entah itu lewat media sosial maupun tidak.
Dan tanpa masyarakat sadari, para pengguna aplikasi Instagram yang mengunduh foto foto
yang tidak pantas dan provokatif adalah kemungkinan besar orang yang mengidap kelainan
tersebut.

ii
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka ada beberapa permasalahan yang
kemudian di rumuskan menjadi pertanyaan, yaitu:
1. Bagaimana menyadarkan orang orang mengidentifikasi orang yang terkena histrionic
di platform Instagram?
2. Cara yang tepat untuk menyikapi orang yang terkena penyakit histrionik?
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dari proposal ini adalah:
1. Remaja
2. Pengguna Instagram/Media Digital.
1.5 Maksud dan Tujuan
Maksud

Maksud dibuatnya proposal ini adalah memberi solusi terbaik untuk Netizen mengetahui
HPD dan cara menyikapi orang yang terjangkit di Instagram.
Tujuan

Tujuan dibuatnya proposal ini adalah menjadikan Motion Graphic mengidentifikasi HPD
dan cara menyikapi orang yang terjangkit.

ii
1.6 Mind Mapping

ii
1.7 Metode Penelitian
Menurut Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong (2007:4) mengemukakan
bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

ii
BAB III
DATA DAN ANALISA
Rumah Bintang Ceria
Adalah adalah tempat terapi bagi anak anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang
khususnya autisme. Pelayanan Rumah Bintang Ceria ada dalam naungan yayasan rumah
bintang ceria yang di dirikan pada tanggal 21 september 2015 berkedudukan di jalan anyer no
22, Kebon Waru, Kota Bandung.
Di bawah tanggungjawab ketua yayasan Rita Yuriko yang juga seorang praktisi terapi autisme,
rumah Bintang Ceria menyediakan layanan terapi autisme dengan metode ABA (applied
Behavior Analysis) metode ini menerapkan pemberian penghrgaan untuk perilaku positif,
pelatihan kemampuan berbicara, peningkatan motivasi anak untuk belajar dan mulai
komunikasi dengan orang lain. Dengan metode ini Rumah Bintang Ceria mempersiapkan anak-
anak autistik agar mampu masuk ke sekolah umum serta mengikuti pelajaran di kelas seperti
anak-anak pada umumnya.

3.1 Data
1. Media yang biasa di gunakan di sekolah khusus anak autis untuk meningkatkan
kemampuan kognisi anak autis adalah dengan kartu bergambar tanpa latar belakang.
2. Jarangnya penanganan yang tepat untuk anak autis di kota kota kecil seperti Depok Dan
karawang.
3. Prospek kedepannya sangan menjanjikan karena jumlah anak autis sudah berada di
kisaran 1:64 menurut dr.Purboyo di sebuah seminar. Sedangkan sekolah khusus anak
autis masih sangat sedikit dan hanya ada di kota kota besar.
4. Faktor ekonomi selalu menjadi masalah utama walaupun sebenarnya masyarakat sudah
melakukan diagnosa awal dengan bantuan BPJS. Namun hal tersebut berhenti sampai
situ saja, karena selanjutnya apa lagi yang bisa di lakukan para orang tua yang punya
anak autis ? karena untuk menyekolahkan anaknya di sekolah khusus anak autis
memekan biaya yang mahal (4jt/bulan).

ii
3.1.1 Pesan Marketing
1. Problem solver
2. Emotional appeal
3. Empatik
3.1.2 Pesan Komunikasi
1. Informatif
2. Persuasif

3.1.3 Segmentasi Target Market


- Demografis : Remaja, umur 15 – 19 thn. SES C-B
- Geografis : Kota padat yang penuh penduduk dan kondusif.
- Psikografis : Remaja yang memilki waktu kosong banyak dan sering explore Instagram

3.1.4 USP
media yang akan di gunakan adalah kartu atau papan bermain yang di lengkapi
dengan video cara bermainny. Dan di desain khusus untuk melatih bukan hanya
motorik anak saja namun juga melatih kemampuan kognisi anak autis.

3.1.5 Consumer Insight


Banyak target beranggapan bahwa orang yang memiliki ciri penyakit mental HPD itu
Narsis atau hanyak sekedar mencari eksistensi. Padahal Narsistik Personility Disorder
(NPD) dan Histrionik Personality Disorder (HPD) memang hampir sama namun
berbeda, contohnya mereka sesame Pencari atensi, namun HPD lebih terlihat sifat
yang merugikannya seperti terlalu dramatisir, reaksi berlebihan, emosional yang
berlebihan dan mencari atensinya dengan penampilan fisik yang seductive (vulgar)
dan bersifat provokatif.

3.1.6 WTS (what to say)


Para orang tua yang memiliki anak autis sudah tidak perlu khawatir dan bingung lagi,
karena sudah ada produk yang bisa membantu meningkatkan kemampuan motorik
dan kognisi anak mereka dengan biaya yang lebih murah. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat di sompulkan bahwa “what to say” yang di hasilkan adalah:
1.

ii

Anda mungkin juga menyukai