Anda di halaman 1dari 2

Bencana alam sepanjang masa[sunting | sunting sumber]

Zaman kuno[sunting | sunting sumber]

The Last Day of Pompeii (1833), lukisan karya Karl Briullov yang menceritakan letusan Gunung
Vesuvius di Pompeii, tahun 79.

Bencana alam yang dialami oleh manusia pada masa kuno tercatat dalam kitab
suci, mitos, cerita-cerita rakyat,[5] Bencana alam yang terjadi pada zaman kuno umumnya
diketahui secara jelas lewat catatan sejarah dan hasil penelitian arkeologi.[6] Beberapa di
antaranya:

 Wabah Antonine, penyakit yang menyebar pada masa Kekaisaran Romawi tahun 165 M -
189 M.[3] Dinamakan demikian karena salah satu korbannya adalah Marcus Aurelius
Antoninus, kaisar Romawi. Dinamakan juga Demam Galen karena didokumentasikan
dengan baik oleh Galen, seorang dokter Yunani.[3] Sejarawan meyakini bahwa Demam
Antonine tidak lain adalah wabah cacar air yang dibawa oleh para serdadu Romawi yang
pulang berperang dari timur.[3] Akibat wabah ini lebih dari 5 juta orang tewas di Kekaisaran
Romawi.[3]Seorang sejarawan bernama Dio Cassius menulis bahwa di Roma sendiri, hampir
2000 orang meninggal setiap harinya.[3]
 Gempa Kreta dan Tsunami Alexandria, terjadi pada tanggal 21 Juli tahun 365.[7] Dimulai
dengan gempa bumi besar yang terjadi di dasar Laut Tengah dekat Pulau Kreta, Yunani,
dengan kekuatan diperkirakan mencapai 8 skala richter atau lebih.[7] Gempa ini
menghancurkan hampir seluruh kota di pulau tersebut yang kemudian diikuti tsunami besar
yang melanda Yunani, Libya, Siprus, Sisilia dan Mesir.[7]Catatan mengenai bencana alam ini
paling baik terdokumentasikan di Alexandria (Iskandariah), Mesir.[7] Sejarawan Ammianus
Marcellinus menuliskan dengan detail bagaimana air laut menghempas dan menghancurkan
kota Alexandria.[7]
 Letusan Gunung Vesuvius, terjadi pada tanggal 29 Agustus 79 di Teluk Napoli, Italia.
Banjir lahar yang ditimbulkan Gunung Vesuvius mengubur
kota Pompeii dan Herculaneumyang berdekatan.[7] Awalnya dimulai dengan gempa bumi
namun diabaikan oleh warga kota tersebut.[7] Namun akhirnya menjadi lebih besar diiringi
muntahan debu, banjir lahar dan asap yang membumbung tinggi.[7] Kota Pompeii dan
Herculaneum ditemukan pada tahun 1631 setelah dilakukannya pembersihan oleh warga
setempat. Pada abad ke-20, keberadaan kota ini secara jelas terkuak dengan jasad-jasad
manusia yang telah menjadi fosil utuh.[7]
 Erupsi Santorini, terjadi sekitar tahun 1645 SM.[8] Informasi bencana alam ini umumnya
diketahui lewat penelitian arkeologi.[8] Diketahui bahwa tahun 1645 SM, gunung berapi yang
meletus di Santorini menghancurkan permukiman di pulau tersebut beserta Pulau Kreta di
dekatnya.[8] Pada zaman modern, sisa-sisa peradaban manusia yang lenyap akibat bencana
tersebut telah ditemukan dan masih terus dipelajari.[8]
 Gempa Bumi dan Tsunami Helike, terjadi pada tahun 375 SM.[8] Bencana alam ini
mengakibatkan kota Helike yang berada di Teluk Korintus, Yunani tenggelam ke dasar
laut.[8]Korban jiwa tak diketahui.[8] Penelitian terhadap reruntuhan permukiman manusia
zaman itu mulai dilakukan sejak akhir abad ke-19 dengan penemuan reruntuhan kota, jalan-
jalan dan artefak.[9]
Bencana alam pada abad ke-20 sampai 21

Pemanasan Global karena suhu yang meningkat drastis selama tahun 2000-2009.

Pada abad ke-20, beberapa bencana alam yang paling umum


adalah kelaparan dan wabah.[2] Sejak awal abad ke-20, lebih dari 70 juta orang tewas akibat
kelaparan, dengan korban 30 juta orang tewas selama masa kelaparan di Cina dari tahun 1958-
1961.[2] Di Uni Soviet, beberapa kali terjadi kelaparan yang diakibatkan
kebijakan kolektif Stalin yang membunuh jutaan orang.[2] Dalam sejarah, kelaparan telah
mengakibatkan munculnya sifat buruk manusia seperti kekejaman dan kanibalisme.[2] Bencana
alam terburuk lainnya pada abad ke-20 adalah wabah.[2] Pandemi terburuk terutama adalah
menularnya Flu Spanyol di seluruh dunia dari tahun 1918-1919 yang membunuh 50 juta orang,
lebih banyak daripada korban Perang Dunia I yang terjadi sebelumnya.[2]
Pada abad ke-21, bencana alam yang semakin banyak terjadi adalah bencana terkait iklim yang
disebabkan meningkatnya suhu bumi (pemanasan global).[10] Pemanasan global sebagian besar
diikuti banjir, kekeringan, cuaca ekstrem dan musim yang tak bisa diramal.[10]Perubahan iklim
berpotensi meningkatkan kemiskinan dan kerentanan dalam jumlah besar.[10] Pada saat yang
sama bencana iklim semakin meningkat, lebih banyak manusia yang terkena dampaknya
dikarenakan kemiskinan, kurangnya sumber daya, pertumbuhan populasi, pergerakan dan
penempatan manusia ke daerah yang tidak menguntungkan.[10]

Anda mungkin juga menyukai