Gambaran Umum What is Crusade? “Military expeditions, beginning in the late 11th century, that were organized by western European Christians in response to centuries of Muslim wars of expansion. Their objectives were to check the spread of Islam, to retake control of the Holy Land in the eastern Mediterranean, to conquer pagan areas, and to recapture formerly Christian territories.” https://www.britannica.com/event/Crusades Perang Salib
PS 1: 1095-1099, dipicu oleh undangan Byzantium,
diproklamasikan oleh Paus Urbanus II, diikuti oleh para bangsawan (knight) Perancis dan rakyat jelata, berakhir dengan dikuasainya al-Quds (Yerusalem) dan didirikannya Kerajaan Latin. PS 2: 1147-1149, dipicu oleh jatuhnya Edessa (al-Ruha), diproklamasikan oleh Paus Eugene III, diikuti oleh Raja Perancis dan Jerman, menargetkan Damaskus, tetapi gagal. PS 3: 1189-1192, dipicu oleh jatuhnya al-Quds, diproklamasikan oleh Paus, disertai oleh Paus Gregory VIII, disertai raja Inggris, Perancis, dan Jerman, tetapi gagal merebut kembali al-Quds. PS 4: 1202-1204, diserukan oleh Paus Innocent III, beralih menjadi penaklukkan Konstantinopel. Ibu kota Byzantium itu tetap berada di tangan tentara salib hingga direbut kembali pada tahun 1261. PS 5: 1217-1221, diserukan oleh Paus Innocent III, menyerang Mesir tetapi gagal mencapai tujuan. PS 6: 1228-1229, dipimpin oleh Frederick II, menerima penyerahan al-Quds secara damai oleh al-Kamil. Kota itu direbut kembali oleh Muslim sepuluh tahun kemudian. PS 7: 1248-1254, dipimpin oleh Raja Louis IX dari Perancis, dikalahkan oleh Muslim di Mesir. PS 8: 1270, dipimpin oleh Louis IX, menargetkan Tunisia, berakhir dengan wafatnya Louis karena wabah. PS 9: 1271-1272, dipimpin oleh Henry III dari Inggris, menyerang Acre, berakhir dengan kegagalan. Beda cara pandang
”di pihak umat Islam, ... para penulis Abad Pertengahan
tidak memandang Perang Salib sebagai sesuatu yang sangat penting – mereka hanya menuturkan peristiwa tersebut berdampingan dengan peristiwa penyerbuan bangsa Mongol sebagai serangan yang menggambarkan kebencian terhadap dunia Islam yang dilakukan oleh orang-orang kafir dari luar.” Carole Hillenbrand, Perang Salib: Sudut Pandang Islam (terjemahan dari The Crusade: Islamic Perspectives), Jakarta: Serambi, 2006, hlm. 3. ”dunia Islam ... sama sekali tidak melihat arti penting apa pun dalam peristiwa Perang Salib itu. Bagi kaum Muslimin, Perang-perang Salib tidak lebih daripada serangkaian insiden-insiden perbatasan.” Sementara sikap masyarakat Barat terhadap Perang Salib sangat berbeda, karena ”lewat gerakan inilah Eropa Barat pada akhirnya menemukan jiwanya. Hasil positif ini jauh lebih berharga dibandingkan dengan kegagalan politik dan militer yang mereka alami.” W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan (terjemahan dari The Influence of Islam on Medieval Europe), Jakarta: Gramedia, 1997, hlm. 83-84. Dampak terhadap Barat
Perang Salib mempengaruhi cara
pandang dan budaya masyarakat Eropa Barat Masih membekas “In the weeks following the September 11, 2001, attacks on New York and Washington, Bush caused an uproar by telling reporters: ‘This crusade, this war on terrorism, is going to take awhile.’ Faced with worldwide consternation over the remark, the White House later said Bush regretted his use of the term.” Michael Paine, The Crusades, 9-10. 16/9: https://www.youtube.com/watch?v=Nsjg jM56HRw 17/9: https://www.youtube.com/watch?v=7TR VcnX8Vsw Dunia Kristen Roman divided European World around the First Crusade Orthodox & Catholic Perpecahan tahun 1054 antara Katolik and Ortodoks “Perkembangan teologis di Timur berbeda dengan di Barat. Teologi Timur berakar pada filsafat Yunani, sedangkan teologi Barat lebih didasarkan pada hukum Romawi. Hal ini menimbulkan kesalahpahaman dan akhirnya mengarah pada perbedaan dalam mendefinisikan doktrin yang penting, yaitu prosesi Roh Kudus dari Bapa atau dari Bapa dan Putra. Gereja- gereja Romawi, tanpa berkonsultasi dengan Timur, menggabungkan Anak ke dalam kredo mereka. Gereja-gereja Timur juga membenci penetapan Romawi berkenaan dengan selibat, dan beberapa hal lainnya. Kecemburuan dan kepentingan politik mengintensifkan perselisihan; dan akhirnya, setelah banyak gejala yang muncul, konflik mengemuka pada tahun 1054, ketika Paus Leo IX menyerang Michael Cerularius dan para pengikutnya dengan ekskomunikasi dan ketika Patriark Timur membalas dengan hal yang sama. Hal semacam ini juga pernah terjadi sebelumnya, tetapi tidak menyebabkan perpecahan permanen.” https://www.britannica.com/event/Schism-of-1054 Konflik Paus-Kaisar
“Konflik pentahbisan: persaingan serius antara
paus dan raja-raja Jerman, Henry IV dan Henry V, selama periode 1075-1122. Ini berkenaan dengan persaingan tentang mana yang lebih tinggi kedudukannya, kekuasaan kekaisaran atau kepausan. Paus yang kuat dan bersemangat, Gregory VII, berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan Kerajaan Allah di bumi di bawah bimbingan kepausan.” http://www.newadvent.org/cathen/08084c.htm Kemiskinan
“Para petani memiliki pipi cekung dan mata
melotot. Perut mereka bengkak karena kelaparan. Tubuh mereka cacat oleh kondisi yang disebabkan oleh gizi buruk.” “Penyakit umum di antara makhluk-makhluk yang tidak menyenangkan dan berbau busuk ini adalah sesuatu yang disebut api suci, yang disebabkan oleh gandum hitam di dalam roti. Penyakit ini membuat para petani berjerawat, muntah darah dan empedu, dan berbusa di mulut seperti anjing gila.” Paul L. Williams, The Complete Idiot’s Guide to the Crusades, 5 Bencana
Antony Bridge dalam bukunya The Crusades
menjelaskan bahwa Eropa pada masa-masa itu tengah dilanda bencana dan kesusahan. Yang paling terpukul dalam situasi seperti itu adalah masyarakat kelas bawah. Bridge menyebutkan bahwa wabah menyerang Eropa sejak tahun 1083. Selain itu, banjir beberapa kali terjadi di Perancis dan Jerman pada tahun 1094, jadi hanya satu tahun sebelum Paus Urbanus II menyerukan Perang Salib. Banjir telah menyebabkan kegagalan panen, sementara pada tahun berikutnya terjadi kekeringan. Semua itu menimbulkan kelaparan yang serius. Kejahatan
G.G. Coulton dalam bukunya Crusades, Commerce
and Adventure … menyebutkan bahwa pada masa itu seluruh Perancis menghadapi masalah konflik yang sangat kejam. Perampokan begitu sering terjadi. Jalan-jalan dipenuhi perampok dan pencuri. Pembakaran rumah berulang kali terjadi. Orang- orang saling berkelahi dan terlibat dalam pertempuran. Coulton menyimpulkan, ”Apa pun yang tampak dalam pandangan manusia-manusia yang tamak ini akan terekspos pada kebinasaan. Tak peduli siapa pemilik yang sesungguhnya. G.G. Coulton, Crusade, Commerce and Adventure, London: Thomas Nelson and Sons, 1930, hlm. 27. Kekerasan Kekerasan ada di mana-mana, menimpa banyak aspek kehidupan sehari-hari. Perselisihan hukum, misalnya, sering diselesaikan dengan cara pengadilan melalui pertempuran atau dengan bantuan cobaan yang menyakitkan dan berbahaya. Sekitar waktu Perang Salib Pertama, semakin umum bagi para penjahat yang dihukum untuk mengalami kematian atau mutilasi, suatu penyimpangan dari penekanan tradisional pada pemberian kompensasi kepada para korban atau keluarga mereka. Balasa dendam di dalam dan di antara keluarga sering terjadi. Hal ini memiliki dampak yang luas, karena perang ekonomi yang kasar tetapi efektif secara teratur dilancarkan pada aset lawan, dan itu memberi dampak pada petani, ternak, tanaman, dan bangunan pertanian. Kebrutalan sangat umum bahkan ritualistik. Pada sekitar tahun 1100, misalnya, seorang kesatria dari Gascony berdoa di biara Sorde bahwa Tuhan akan memampukannya untuk menangkap pembunuh saudara lelakinya. Korban yang dimaksud kemudian disergap, wajahnya dimutilasi secara mengerikan, tangan dan kakinya dipotong, dan dia dikebiri. Dengan cara ini prestise-nya, kemampuannya untuk bertarung, dan prospek dinastinya semuanya rusak parah. Tergerak oleh perasaan syukur atas apa yang dia yakini sebagai bantuan ilahi, ksatria yang balas dendam itu mempersembahkan baju besi dan senjata bernoda darah musuhnya sebagai persembahan yang saleh kepada para biarawan Sorde. Biara itu menerimanya. Marcus Bull, “Origins” in J. Riley Smith (ed.), The oxford History of the Crusades, Oxford: Oxford University Press, 1999, 17 Pemujaan Manusia dan relik Suci Di tengah masyarakat Kristen Eropa, ada kecenderungan untuk memuja orang-orang yang dianggap suci dan mengumpulkan benda-benda suci yang berasal dari mereka. Benda-benda itu dianggap dapat mewujudkan keajaiban. Makam-makam dan benda-benda yang dipandang keramat banyak berada di Yerusalem (al-Quds) dan sekitarnya, atau ada juga yang telah dipindahkan ke Konstantinopel. Untuk itu, para peziarah Eropa pergi mengunjungiYerusalem dan Konstantinopel. Selain berziarah, mereka biasanya berusaha mendapatkan benda-benda yang mereka anggap suci untuk mereka bawa pulang ke kampung halaman mereka. Begitu besarnya pemujaan terhadap benda-benda suci, sampai ada yang menyimpan bagian tubuh tertentu dari orang-orang yang dianggap suci (saints), seperti potongan jari dan serpihan tulang orang-orang suci tersebut Perjalanan reliji Perjalanan ziarah dari Perancis dan sekitarnya keYerusalem (al- Quds) sangat mahal dan memakan waktu yang lama. Kadang diperlukan waktu beberapa tahun untuk pergi dan kembali lagi ke tempat asal mereka. Namun, itu semua tidak menghalangi mereka yang mampu dan berkeinginan untuk melakukannya. Tradisi berziarah ke tanah suci menjadi sangat menonjol sejak abad ke-10. Para peziarah menempuh perjalanan melalui jalur laut dan darat. Perjalanan darat dilakukan melalui Konstantinopel, dilanjutkan melalui Asia Minor dan terus ke Syria dan Palestina. Bukan hanya laki-laki saja yang pergi berziarah, kaum perempuan juga banyak ikut dalam rombongan-rombongan peziarah. SelainYerusalem, peziarah juga melakukan ziarah ke makam St. James of Compostella di Spanyol serta beberapa makam dan tempat-tempat yang dianggap suci di Roma dan Italia. Namun, Yerusalem (al-Quds) tetap menjadi tujuan ziarah yang paling utama bagi masyarakat Kristen. Dunia Islam Abbasiyah pada Abad ke-8th-9th Abbasiyah “Abbasiyah merupakan salah satu dinasti Islam yang paling lama hidup. Pemerintahan mereka berlangsung selama setengah milenium, sejak penggulingan Umayyah di tahun 750 hingga penghancuran Baghdad oleh orang-orang Mongol pada tahun 1258, dan bahkan kemudian garis kekhalifahan bayangan diperpanjang di Kairo, di bawah perlindungan Sultan Mamluk, dari 1261 hingga penaklukan Turki Utsmani atas Mesir pada 1517. Pemerintahan efektif mereka berakhir, bagaimanapun, pada awal 945, ketika otoritas politik mereka jatuh ke tangan amir Buyid dan kemudian para sultan Turki: untuk selanjutnya mereka hanya menggunakan kekuatan spiritual sebagai penerus Nabi dan para Imam dari Dunia muslim.” JJ Saunders, A History of Medieval Islam, London: Routledge, 2002, 106. Ismailiyah-Fatimiyah “Isma‘il mendahului ayahnya, yang meninggal di Madinah pada tahun 765. Beberapa pihak menolak hak Ja‘far untuk mengubah suksesi; beberapa menyatakan Ismail tidak mati tetapi disembunyikan, dan menganggapnya sebagai Imam Ketujuh, yang karenanya dikenal sebagai the Seveners atau Ismailiyah. Asal-usul dan sejarah awal Ismailiyah memang terselubung dalam ketidakjelasan. Para pemimpinnya bekerja dalam bayang-bayang dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain…. Identitas 'imam tersembunyi' yang merupakan kepala nominal sekte tersebut sejak kematian Ja‘far pada 765 hingga kemunculan Fatimiyah di Afrika Utara pada tahun 909, tidak jelas diketahui. Pada tahun 909 Abu Abdallah [al-Syi'ah], setelah membatalkan kerajaan Aghlabid, menampakkan 'Imam tersembunyi' [Ubaidillah al- Mahdi] dan menyatakannya sebagai Mahdi dan Khalifah di Rakkada dekat Kairawan, dengan demikian menjadi resmi Dinasti Fatimiyah yang anti-kekhalifahan, dan akan bertahan hidup hingga zaman Shalahuddin.” Saunders 127-129 Kemunculan Fatimiyah pada abad ke-10 Ajaran Ismailiyah “Sama dengan komunitas Syiah lainnya, Ismailiyah menyatakan keyakinannya terhadap kepemimpinan seorang Imam ilahiah yang muncul secara turun temurun dari Ali. Ada dua aspek Wahyu, yaitu tanzil (Wahyu) dan ta'wil (interpretasi hermeneutik), yang tercermin dalam Syariah dan Haqiqah. Syariah merupakan simbol dari Haqiqah (kebenaran). Semua penafsiran dalam pemikiran Ismailiyah mengacu pada dasar penafsiran yang demikian, dan melalui makna-makna yang berperingkat membawa pada kebenaran tertinggi yang dinyatakan sebagai konsep Haqiqah. Validitas literal (zahir) tidak disangkal, tetapi hanya satu aspek dari keseluruhan makna yang juga memiliki dimensi dalaman (batin).” http://iis.ac.uk/ismailism Musuh Syiah Al-Mu’ayyad bercerita bahwa pada suatu masa ada satu orang Syiah yang menyertai sekumpulan Sunni berjihad melawan Byzantium. Mereka kemudian tertangkap dan dipenjarakan. Belakangan, satu persatu rekannya dibebaskan hingga tinggal orang Syiah ini yang masih tersisa. Ia kemudian dihadapkan ke depan Kaisar Byzantium dan ditanya, “Siapa orang ini?” Ia menjawab bahwa ia merupakan seorang Syiah. Kaisar kemudian bertanya lagi, “Apa maknanya ini – Syiah?” “Saya adalah pengikut Ali bin Abi Thalib,” jawabnya. “Dan siapakah Ali bin Abi Thalib?” “Keluarga Muhammad, UtusanTuhan, dan yang merupakan wakil (penerima wasiat) yang sah darinya.” “Apa yang terjadi pada Ali selepas wafatnya Muhammad?” “Ia dibunuh.” “Apakah kami yang membunuhnya?” tanya Kaisar Byzantium. “Tidak,” jawabnya. “Kalau begitu siapa?” “Kaum Muslimin.” “Apakah ia memiliki anak-anak dan keturunan?” “Ya, dan yang tertinggi di antara mereka adalah al-Hasan dan al-Husain, putera-putera dari puteri Rasulullah, semoga keberkahan dan kedamaian selalu terlimpah atasnya.” “Apa yang terjadi pada mereka?” “Al-Hasan diracun dan al-Husain dibunuh, dan keluarganya ditawan.” “Apakah kami yang melakukan hal itu terhadap mereka?” “Tidak.” “Kalau begitu siapa?” “Kaum Muslimin.” “Jadi musuh-musuh kamu adalah dari kalangan Muslim, dan bapak serta orang-orangmu membunuh mereka (tokoh-tokoh yang dijadikan imam oleh kalangan Syiah), dan kamu datang ke sini untuk memerangi Byzantium yang tidak melakukan kejahatan apa-apa terhadapmu? Mengapa?” Titik balik Selama lebih hampir enam dekade masa pemerintahan Mustansir (1036-1094), terlebih lagi setelahnya, rezim Fatimiyah mulai mengalami nasib seperti Abbasiyah: kekuasaan khalifah menurun, jenderal dan wazir berebut kekuasaan, dan provinsi terpencil seperti Maghrib (pada 1051) mulai melepaskan kesetiaan mereka terhadap Kairo. Propaganda Ismailiyah masih berlanjut untuk sementara waktu, bahkan mencapai Transoxiana. Pada tahun 1058 al-Basasiri, seorang komandan Turki yang mendapat dukungan dari para daiI Ismailiyah, berhasil menguasai Baghdad. Selama hampir setahun khutbah Jumat dibacakan atas nama Imam Fatimiyah. Namun keadaan segera berbalik setelahnya. “Ketika masalah internal berlipat ganda di Mesir, kendali Fatimiyah terhadap agen-agen mereka di luar negeri berkurang, dan para ekstremis revolusioner, yang paling terkenal adalah Assassin, cenderung berjuang untuk mendapatkan dominasi dalam gerakan tersebut. Impian Ismailiyah tentang kekaisaran universal sirna dengan kedatangan orang-orang Turki Seljuk, yang masuk Islam dengan semangat para mualaf, direkrut untuk melayani ortodoksi (Ahlus Sunnah), dan tanpa menghapuskan kekhalifahan (Abbasiyah) telah menggantikannya dengan institusi yang baru.” Saunders, 139 Kemunculan Turki Saljuk Masuknya orang-orang Turki Seljuk ke Asia Barat pada paruh kedua abad ke-11 melahirkan sejarah baru Mereka menjadi ras dominan ketiga yang memimpin dunia Islam, setelah orang-orang Arab dan Persia. Kehadiran mereka memperpanjang umur Kekhalifahan yang tengah merosot hingga dua abad berikutnya. Mereka bahkan menaklukkan Asia Kecil dari Byzantium dan membuka jalan bagi kehadiran Utsmani kelak. Mereka juga menjadi wakil Ortodoksi Sunni dalam menekan bid’ah Ismailiyah, dan karenanya memprovokasi munculnya kaum Assasin Ancaman mereka terhadap Kristen Timur kelak mendorong Barat Latin untuk melakukan serangan balik lewat Perang Salib. Saunders, 141 Perang Manzikert Kaisar Romanus Diogenes hendak mengusir orang- orang Turki keluar dari kawasan Asia Kecil, dan ia untuk tujuan itu menghimpun pasukan yang besar, yang mencakup tentara bayaran Normandia dan Pechenegs serta Uzes (suku-suku Turki) dari Rusia selatan. Saat mendengar rencana Byzantium, Sultan Saljuk Alp Arslansegera bergerak dengan pasukannya ke Manzikert, dekat tepi Danau Van. Pasukan Byzantium yang lebih besar jumlahnya tetapi kurang solid akhirnya mengalami kekalahan telak dalam Pertempuran Manzikert di bulan Agustus 1071. Romanus sendiri tertawan oleh Muslim, hal yang untuk pertama kalinya terjadi dalam sejarah. Saunders, 149 Manzikert Efek terhadap Byzantium Kekalahan di Manzikert memberikan dampak yang besar terhadap Byzantium. Absennya tentara Byzantium di Asia Kecil membuat orang-orang Turki dapat menyebar ke pedalaman dan beradaptasi dengan baik dalam kehidupan pastoral di kawasan itu. Para tuan tanah dan pejabat Yunani pergi meninggalkan kawasan itu. Para petani setempat secara gradual berpindah ke agama Islam yang kini semakin tersebar di daerah di mana St. Paulus telah mewartakan ajaran Kristen. Hilangnya Asia Kecil serta ancaman agresi orang-orang Normandia dari Italia dan Pechenegs dari seberang Danube membuat Kekaisaran Bizantium menghadapi ancaman kehancuran total Mereka nantinya meminta bantuan kepada Paus dan dunia Latin sehingga, dua puluh lima tahun setelah Manzikert, Perang Salib Pertama diumumkan oleh Paus. Saunders, 149 Sultanate of Rum Kemunduran fatimiyah Sejak paruh kedua abad ke-11 hingga berakhirnya pada tahun 1171, Fatimiyah secara bertahap mengalami kemerosotan. Sejak akhir abad ke-11, para khalifah Fatimiyah hanyalah menjadi simbol tanpa kekuatan nyata. Kekuatan riil ada di tangan wazir. Suksesi kekuasaan pada era ini cenderung keras dan bernoda darah. Pada akhir abad ke-11, komunitas Ismailiyah terpecah. Kelompok Nizariyah muncul sebagai oposisi terhadap Fatimiyah. Yang terkuat di kalangan Nizariyah adalah Assassin. Assassin Assassin (Hashashin) didirikan oleh Hasan al- Sabbah sekitar 1090-an. Pusat utama aktivitasnya adalah benteng Alamut di Iran Utara. Beberapa anggota kelompok ini diindoktrinasi dan dilatih untuk menjadi pembunuh. Sasaran utamanya adalah para pemimpin dan cendekiawan Muslim di dunia Sunni, tetapi kemudian Assassin juga menerima pembayaran oleh orang lain untuk membunuh lawan politik mereka. Korban Pertama: Nizam al-Mulk
Ibn al-Athir, The Annals of the SaljuqTurks (trans.
D.S. Richards), 253. Saljuk Terpecah-belah Sebulan setelah pembunuhan Nizam al-Mulk, Sultan Saljuq, Malik Shah, meninggal dunia. Kesultanan itu terpecah. Kekuasaan di Baghdad diperebutkan oleh putra-putra Malik Shah. Setiap wilayah dan kota di Levant (Syam) melepaskan diri, memerintah secara independen dan saling menjatuhkan. Hal ini diketahui oleh Kaisar Bizantium yang sebagai kesempatan untuk merebut kembali Asia Kecil dari Saljuq. Dia lantas meminta bantuan orang-orang Frank, melalui Paus, yang kemudian menjadi sebab Perang Salib. Penyebab Perang Salib menurut Ibn al-Athir Kekuatan kaum Frank dan meningkatnya kepentingan mereka pertama kali diwujudkan lewat invasi mereka ke negeri Islam dan penaklukan mereka di tahun 478 [1085-6], karena [saat itulah] mereka merebut kota Toledo dan kota-kota lain di Spanyol .... Kemudian pada tahun 484 [1096-7] mereka menyerang dan menaklukkan pulau Sisilia …. Ibn al-Athir, The Chronicle of Ibn al-Athir for the Crusading Period, part 1 (trans. D.S. Richards), Vermont: Ashgate, 2006, 13 Penaklukkan Toledo 1085 Terjadi pada periode Muluk al- Thawa'if (Petty Kingdoms). Orang Kristen dipimpin oleh Alfonso IV. Ditahan oleh Almoravids (al- Murabithun) yang dipimpin oleh Yusuf ibn Tashfin dalam Pertempuran Zallaqa, 1186. Penaklukkan Sisilia Dikuasai secara bertahap oleh orang-orang Normandia setelah sekitar 2 abad berada di bawah pemerintahan Muslim. Bangsa Norman dipimpin oleh Robert of Guiscard dan Roger I. Selama beberapa dekade mereka mengikuti kebiasan Muslim yang toleran terhadap warga di wilayahnya yang memiliki agama berbeda. Undangan Kaisar Byzantium
Pada 1095, kaisar Bizantium
meminta Paus Urbanus II untuk membantunya memerangi Turki dengan mengirim orang- orang Frank. Urban II setuju dan membawa gagasan itu ke Dewan Gereja di Clermont, tetapi menambahkanYerusalem di dalam agendanya. Maka, Perang Salib pun dimulai.