14524005
Perang Salib
1. Faktor Penyebab Langsung Peperangan
Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan
Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran
Byzantium dan menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayah
kekaisaran tersebut. Hal ini dilakukan karena sebelumnya pada tahun
1071, Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Seljuk
yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di Pertempuran Manzikert,
yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil
mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang, terdiri
dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia.
Dan kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh
wilayah Asia Kecil (Turki modern). Meskipun Pertentangan Timur-Barat
sedang berlangsung antara gereja Katolik Barat dengan gereja
Ortodoks Timur, Alexius I mengharapkan respon yang positif atas
permohonannya. Bagaimanapun, respon yang didapat amat besar dan
hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius I. Paus menyeru bagi kekuatan
invasi yang besar bukan saja untuk mempertahankan Kekaisaran
Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali Yerusalem, setelah
Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 1078 dari
kekuasaan dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Umat Kristen
merasa tidak lagi bebas beribadah sejak Dinasti Seljuk menguasai
Baitul Maqdis.
Ketika Perang Salib Pertama didengungkan pada 27 November
1095, para pangeran Kristen dari Iberia sedang bertempur untuk
keluar dari pegunungan Galicia dan Asturia, wilayah Basque dan
Navarre, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, selama seratus
tahun. Kejatuhan bangsa Moor Toledo kepada Kerajaan Len pada
tahun 1085 adalah kemenangan yang besar. Ketidakbersatuan
penguasa-penguasa Muslim merupakan faktor yang penting dan kaum
Kristen yang meninggalkan para wanitanya di garis belakang amat
sulit untuk dikalahkan. Mereka tidak mengenal hal lain selain
bertempur. Mereka tidak memiliki taman-taman atau perpustakaan
untuk dipertahankan. Para ksatria Kristen ini merasa bahwa mereka
bertempur di lingkungan asing yang dipenuhi oleh orang kafir
sehingga mereka dapat berbuat dan merusak sekehendak hatinya.
Seluruh faktor ini kemudian akan dimainkan kembali di lapangan
pertempuran di Timur. Ahli sejarah Spanyol melihat bahwa
Reconquista adalah kekuatan besar dari karakter Castilia, dengan
dalam
Begitupula,